Share

Penguasa Hati
Penguasa Hati
Author: Merry

Bab 1

Author: Merry
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Tara Nadira berlari sangat kencang, seakan hidupnya bergantung pada aktifitas yang sangat melelahkan dan tentu saja menguras energinya yang sudah ia gunakan sebagian untuk bekerja part time di sebuah Mini Market dekat dengan tempat tinggalnya sekarang, tepatnya di sebuah Kos yang sederhana, namun nyaman untuk di tempati.

"Akhirnya sampai juga ..." Monolog Tara dengan nafas yang memburu dan detak jantung yang masih berdetak kencang.

Gadis berambut panjang yang diikat seadanya itu langsung duduk di kursi paling belakang. Tempat favoritnya selama ini. Tak ada yang peduli akan kehadirannya di kelas yang mulai ramai dengan suara mahasiswa yang tengah bercanda atau melakukan hal lainnya, sehingga menimbulkan suara yang riuh di dalam ruangan ber-AC itu.

Tapi Tara tak peduli dengan semua aktifitas yang tidak penting di matanya, seperti mereka yang juga tak pernah peduli akan kehadirannya. Tara selalu ada di kelas itu, tak pernah bolos satu kali pun, tapi sosoknya seperti hilang seperti suaranya yang jarang ia gunakan walau hanya untuk sekedar berbasa-basi. Lagi pula tak ada gunanya mencoba berbasa-basi dengan mereka yang hanya peduli dengan dirinya sendiri, begitu fikir Tara.

Setiap kali masuk ke kelas, ia akan langsung duduk di belakang. Meja dan kursi yang tak pernah di sentuh oleh teman-teman sekelasnya yang lain.

Seperti saat ini, ia langsung meletakkan kepalanya di meja dengan nyaman sambil memakai headsetnya yang sudah ia siapkan sejak tadi. 

Ini adalah tahun keduanya kuliah di Universitas bergengsi di Kotanya ini, namun Tara hanya peduli pada nilainya semata. Karena nilai akademik adalah satu-satunya alasan kenapa puteri seeorang Petani sederhana dari sebuah Desa terpencil yang memiliki tiga orang adik yang masih berusia 5, 10, dan 13 tahun bisa kuliah di kampus yang hanya bisa dimasuki  oleh mereka yang rata-rata anak dari konglomerat ini. Beasiswa yang diberikanpun terbatas hanya untuk dua orang dengan nilai tertinggi saat tes masuk. 

Tara sadar akan keadaannya, karena itulah ia telah bertekad akan fokus untuk kuliah dan tak akan memikirkan hal lainnya. Bahkan untuk meringankan beban Ibu Bapaknya di Desa, ia memilih untuk bekerja part time. Beruntung pemilik mini market tempatnya bekerja sangat mengerti akan keadaannya. Jadi ia akan bekerja menyesuaikan dengan jadwal kuliah dan upahnya dihitung berapa lama ia bekerja. 

Selama nilainya stabil, Tara tak akan pernah risau dengan iuran semesternya. Namun tidak untuk biaya hidupnya sehari-hari, ia tak ingin membebani kedua orang tuanya. Karena itulah Tara mencari kos yang dekat dengan Kampus, agar ia bisa jalan kaki dan beruntungnya lagi ia bisa menemukan kos sederhana yang ramah di kantong namun tetap nyaman. 

***

"Tar, tugas statisikmu dari Buk Anna udah selesai kan?" Suara cempreng Elsa mengganggu Tara yang tengah mendengarkan musik yang selalu bisa menenangkannya. 

"Udah." jawab Tara singkat sambil tersenyum kecil pada Elsa yang langsung tersenyum lebar memperlihatkan deretan giginya yang terpasang behel berharga lima kali lipat dari sewa bulanan kos Tara. 

"Pinjem dong ... mumpung Buk Annanya belum dateng nih." 

Tara mengeluarkan buku tugasnya dari satu-satunya tas yang ia gunakan ke kampus selama ini, dengan sekali gerakan cepat buku tugas Tara telah berpindah tangan. "Thanks Tara yang baik dan tidak sombong," ucap Elsa dengan ceria. Tara hanya menganggukan kepalanya dan kembali tenggelam dengan dunianya sendiri. 

Tara memang tak pernah peduli dengan kehidupan teman-temannya yang sebagian besar mereka habiskan dengan bersenang-senang, ia tak pernah membenci mereka, tapi Tara tak ingin tergoda untuk hidup seperti itu. Sekali lagi karena ia sadar akan kondisinya. 

Tak jarang Elsa dan beberapa teman-teman gadis di kelasnya yang lain mengajak Tara, namun gadis itu selalu menolak dengan halus. Sampai merekapun menyerah. Selain itu, mereka juga tak pernah terganggu dengan kehadiran Tara yang lebih menikmati dunianya sendiri, dengan buku dan musik yang ia dengarkan. Terlebih Tara tak pernah pelit memberikan jawaban setiap mereka kesulitan memahami materi yang diberikan Dosen. Bahkan hampir semua dari mereka pernah meminjam buku tugas Tara dan ia tak keberatan. Itulah alasan mengapa Teman-teman sekelasnya tak pernah mengusik apalagi merundung Tara. 

Bukan hanya teman-teman gadisnya saja, namun semua pria di kelasnya tak ada yang berani menggoda Tara yang memang sangat jelas menarik diri dari pergaulan. Aktifitasnya sebagai Mahasiswa terkesan membosankan bagi mereka, Kampus - bekerja - Kos. Tak ada rute yang lain. Belum termasuk penampilannya yang terlihat jauh dari kata 'biasa' saja. Sangat berbanding terbalik dengan semua teman-teman mereka yang modis. 

Sepuluh menit setelah Elsa mengembalikan buku tugas Tara, Dosen mereka masuk bersama seorang mahasiswa yang belum pernah mereka lihat sebelumnya. Benar saja, setelah Buk Anna, mengatakan bahwa pria tinggi yang berdiri di depan kelas itu adalah mahasiswa pindahan, seketika kelas menjadi riuh. Sebagian besar gadis di kelas itu, langsung sibuk memperbaiki rambut, atau apa pun yang mereka rasa kurang dan bisa segera di perbaiki guna menarik perhatian mahasiswa pindahan yang memang terlihat berkelas dari semua brand mahal yang melekat di tubuhnya. Semua mata mereka takjub dengan tubuh tinggi dan tatapannya yang tajam dan sulit ditebak. Hanya Tara seorang yang tak peduli dengan semua itu. Ia lebih memilih memeriksa buku tugasnya, takut ada yang terlewat. 

"Harap tenang semuanya!" Suara Buk Anna menggema di dalam kelas, seketika semuanya kembali tenang. "Sekarang, silahkan perkenalkan diri Kamu," ucap Buk Anna pada mahasiswa yang merasa nyaman dengan dirinya di depan kelas, setidaknya itulah yang mereka tangkap dari sosoknya yang tenang saat berdiri di samping Buk Anna yang terkenal tegas di semua kelasnya. Sebaliknya para gadis yang terkena tatapannya tiba-tiba merasa jantung mereka berdetak lebih cepat, sebuah rasa gugup yang sulit untuk dijelaskan.

"Hallo semua, perkenalkan namaku Azlan Sharim. Panggil saja Aku Azlan." Bahkan suaranya yang terdengar bersih dan dalam mampu membuat hati para gadis di kelas makin berdetak, dan seketika wajah mereka bersemu merah.

Biasanya jika ada yang memperkenalkan diri di depan, mereka semua akan usil bertanya ini-itu. Namun entah mengapa saat ini semua bungkam. Bibir mereka terkatup rapat, semua hanyut akan pesona seorang Azlan. Bahkan para pria di kelas merasa terintimidasi akan kehadirannya. Mungkin terlalu berebihan kedengarannya, tapi tidak bagi mereka yang berhadapan langsung dengan karisma yang tidak bisa ditolak siapa pun yang melihatnya. 

"Sudah selesai Azlan?" tanya Buk Anna memecah keheningan yang tercipta setelah Azlan memperkenalkan dirinya. "Iya Buk," jawab Azlan singkat sambil tersenyum. Para gadis seketika merasa lonjakan yang keras pada jantung mereka. Walaupun senyum itu jelas-jelas untuk Buk Anna.

"Sekarang silahkan Kamu duduk di ..." Pandangan mata Buk Anna langsung mengarah ke seluruh ruangan, ada dua kursi yang kosong. satu kursi di samping Anis dan kursi di belakang. Waktu terasa begitu lambat bagi Anis, bagaimanapun ia merasa dirinya pantas duduk di sampin Azlan, jauh lebih pantas dari pada Tara dilihat dari segi manapun. Lihatlah perbedaan mereka, bagai langit dan bumi. jadi sudah bisa diduga siapa yang akan Azlan pilih untuk duduk di sampingnya bukan?

Teman-teman gadisnya yang lain merasa iri pada Anis, ada penyesalan pada hati mereka karena kursi di sampingnya telah terisi. 

"Bisakah Saya langsung duduk Buk?" tanya Azlan pada Buk Anna yang belum menyebutkan di kursi mana seharusnya ia duduk. Sepertinya Pria itu sudah punya pilihan sendiri. "Tentu, silahkan saja. Terserah Kamu mau duduk di mana, semakin cepat lebih baik, agar kita mulai masuk ke materi hari ini," jawab Buk Anna dengan tersenyum hangat dan mengangguk kecil. 

Azlan pun langsung berjalan ke arah kursi kosong yang kebetulan ada di jalur yang sama. Bedanya adalah letak kursi pertama yang di samping Anis tepat di depan Tara dan yang kedua adalah kursi yang berada tepat di samping kanannya. Tara tidak peduli di kursi mana pun Azlan akan duduk. Ia masih sibuk dengan buku di depannya, sampai ia merasa ada yang duduk di sampingnya. 

"Bolehkan Aku duduk di sini?"

Related chapters

  • Penguasa Hati   Bab 2

    Suara yang dalam dan bersih tersebut sontak memaksa Tara mengalihkan pandangannya dari buku tugas yang tengah ia baca, seketika matanya bertemu dengan mata tajam Azlan. Gadis berlesung pipit itu hanya bisa menganggukan kepalanya sebentar, lalu melanjutkan kembali aktifitas membaca tugas yang telah selesaikan kemarin.Sikap acuh Tara, membuat para gadis di kelasnya merasa gerah dalam hati. Pasalnya, mereka semua ingin ada di posisi Tara saat ini. Jika saja bisa berganti kursi sekarang, mereka dengan senang hati akan melakukannya. Sayangnya hal itu tak mungkin terjadi, karena Buk Anna sudah siap dengan materi barunya.Bagi Anis bukan hanya sekedar merasa gerah, tapi lebih dari perasaan iri. Bahkan hari ini adalah hari paling memalukan selama ia menjadi mahasiswa. Harga dirinya yang terlampau tinggi seketika jatuh di depan semua teman sekelasnya, penyebabnya tak lain pria yang baru saja membuat keputusan teraneh di mata mereka semua. Ia bahkan kalah telak dari

  • Penguasa Hati   Bab 3

    "Gadis ini ...." Azlan tak bisa berkata apa-apa lagi hingga gadis itu keluar dari kelas, masih dengan senyum menggantung di bibirnya. Untuk pertama kalinya Azlan terdiam di depan seorang gadis.Anis yang duduk di depannya langsung mengambil kesempatan untuk duduk di tempat Tara, walaupun ia sempat ragu melakukannya, tapi akhirnya tetap duduk juga di samping Azlan."Hai, kenalin namaku Anis." Selama ini tak pernah Anis mengajak seorang pria berkenalan dengannya, semua pria ingin mendekatinya. Hanya pada Azlan yang tak memilihnya tadi, ia bisa bersikap seperti ini. Karena merasa tertantang untuk mendapatkan perhatian dari pria yang kini sedang menatapnya tersebut."Azlan!"Elsa dan gadis-gadis yang lain langsung kecewa saat melihat Azlan merespon Anis dengan senyumnya yang menawan. Tanpa berkata apapun, mereka tahu, siapa pemenangnya di sini. mereka tak punya kesempatan lagi.Semuanya akhirnya memilih untuk keluar dari k

  • Penguasa Hati   Bab 4

    Pintu kelas yang tadinya tertutup, terbuka seketika. Kedua wajah yang semakin dekat itu menoleh ke arah pintu, dan di sana ada seorang gadis yang berdiri mematung. Refleks Anis menjauhkan wajahnya dari Azlan dan memusatkan penglihatannya ke arah pintu masuk. Matanya langsung membola begitu tahu sosok yang sudah merusak moment indahnya bersama Azlan adalah orang yang sudah merusak harinya tadi. Siapa lagi kalau bukan Tara Nadira.Sejak awal kuliah Anis memang tak begitu peduli dengan si 'Gadis Beasiswa', begitu sebutannya untuk Tara selama ini. Anis tak suka harus berada di urutan ke dua dalam nilai akademik dari gadis yang penampilannya seadanya itu di kelasnya. Tapi rasa tak suka itu tak cukup untuk menjadi alasan bagi Anis untuk membencinya. Karena ia tak ingin bersaing dengan orang yang sudah jelas jauh di bawahnya dari berbagai segi. Tapi hari ini berbeda, mau tidak mau Anis merasa harus buat perhitungan dengan Tara."Sedang apa Kau di situ?' tany

  • Penguasa Hati   Bab 5

    Walau sudah menetapkan hatinya untuk tidak jatuh cinta dulu sekarang, namun Tara tetap merasa bahagia untuk sahabatnya. Lagi pula aturan untuk tidak jatuh cinta itu kan untuk dirinya sendiri, bukan untuk orang lain.Setelah membagikan modul untuk semua teman sekelasnya, Reinhard menghampiri Sesil dan Tara yang juga sudah duduk bersama Syila."Jadi gimana rencana kita Rei?" tanya Syila begitu Reinhard duduk di kursinya. Kelompok yang lain juga sudah mulai menyusun strategi mereka.Seketika suasana kelas terbagi menjadi lima kelompok kecil yang terdiri dari empat orang. Mereka semua membahas mengenai tugas yang baru saja diterima. Walau tanpa Dosen yang mengawasi, tak mengurangi sedikitpun keseriusan pada diri mereka. Karena semua tak ingin mengulang lagi semester berikutnya."Untuk sekarang kita buat dulu group chat khusus untuk kelompok kita, agar bisa saling sharing informasi nantinya," jawab Reinhard atas pertanyaan Syila barusan.

  • Penguasa Hati   Bab 6

    "Kenapa Tar? Katanya mau masuk ke kelas?" tanya Syila membawa Tara kembali dari lamunannya. "Engg -- enggak apa-apa kok, kayaknya Aku nunggu teman-teman yang lain dulu deh," jawab Tara sedikit gugup sambil membalikkan punggungnya hendak beranjak menjauh dari pintu kelas. "Tumben Tar? Biasanya Kamu paling semangat tuh nunggu Dosen di kelas, sekalian istirahat kata Kamu dulu ... jangan-jangan ...." Sesil menatap Tara dengan pandangan menyeidik. "Apa sih Sil? Kalian mau kemana abis ini? Udah nggak ada kelas kan?" tanya Tara sekaligus mengalihkan perhatian mereka. Tara hanya tak ingin teman-temannya melihat apa yang ada di dalam. "Kok kayak ada yang dirahasiain ya? Jiwa kepoku meronta-ronta nih ...." Dengan senyum simpul Sesil semakin menggoda Tara yang semakin gugup. Walau baru berteman beberapa bulan sejak mereka sekelas di tiga mata kuliah, namun boleh dibilang Sesil yang terkesan manja dan sangat mendamba pada ketua tingkatnya telah memahami seorang T

  • Penguasa Hati   Bab 7

    "Apa maksudmu Anis?" tanya Tara bingung atas pernyataan dan pertanyaan Anis barusan."Kamu tak perlu mengelak lagi Tara, Kamu kan yang menyebarkan gosip tentang Aku dan Azlan tadi? Karena hanya kamu yang masuk ke kelas saat ... Kau tahu sendiri kan apa maksudku? Tapi tenang saja Tara, jika memang begitu tak sukanya kau pada kedekatanku dengan Azlan, AKu akan __ ""Sudahlah Anis, mengapa sekarang Kau yang mengalah padanya?" Shela yang memang sejak kedatangan Tara ke kelas tadi sudah menampakkan ekspresi tak suka, langsung menyela perkataan Anis dengan lantang dan berbalik menatap Tara dengan pandangan sinis dan bertanya, "Hanya karena Azlan memilih duduk di sampingmu, Kau merasa lebih baik dari AnisR? Lihatlah dirimu Tara, apa perlu Aku pinjamkan cermin untuk kau berkaca?""Benar sekali Anis, Aku tadinya juga tertarik pada Azlan, tapi melihatmu bersamanya Aku langsung mundur, karena Aku merasa Kau lebih pantas untuknya! Sedangkan Kau Tara, Kau bahkan tak bi

  • Penguasa Hati   Bab 8

    Tara Nadira baru saja selesai mandi dan merasa segar kembali. Ia segera membuat makan malam yang sederhana untuk dirinya sendiri, dan makan dengan lahap. Biasanya nafsu makannya akan meningkat ketika ia merasa lelah. Hari ini adalah salah satu hari yang paling melelahkan bagi Tara. Bukan hanya lelah secara fisik, tapi juga hati dan fikirannya.Selama ia kuliah di Sharim Universitas, tak pernah sekalipun ia mendapatkan perlakuan buruk dari teman-teman sekelasnya. Karena memang ia selalu menghindar dari mereka, dan semua hal yang sekiranya bisa mendatangkan masalah pada teman-temannya.Sejauh ini semua itu berhasil untuknya, Tara bahkan selalu membantu mereka sebisanya. Tapi, hari ini semua berubah. Hanya karena orang itu, seseorang yang baru datang di kelasnya. Seluruh perhatian para gadis telah beralih pada sosoknya yang misterius.Tara mengambil salah satu majalah bisnis yang tadi ia pinjam dari Nadia, sang pemilik mini market yang cantik dan baik h

  • Penguasa Hati   Bab 9

    Tara seperti mendapatkan kekuatan baru usai melakukan panggilan video singkat dengan sang Adik yang ternyata sudah semakin dewasa. "Aku pasti bisa melewati semuanya, semangat Tara!" ucap Tara pada dirinya sendiri. Ia bahkan tertawa mendengar suaranya yang cukup lantang. "Semoga tidak ada yang mendengarnya ...." ucap Tara sambil menutup mulutnya dengan kedua telapak tangan.Setiap mengingat keluarganya, Tara selalu mendapatkan energi baru layaknya ponsel yang baru selesai di charge. Ia akan kembali pada kenangan masa kecilnya bersama Bapak dan Ibu yang menghabiskan waktu di kebun mereka dengan Tara kecil yang selalu turut serta di bawa orang tuanya. Ia selalu menikmati masa-masa itu, bahkan tak ada penyesalan sedikitpun di hati Tara telah terlahir dari kedua orang tuanya. Jika memang ada kehidupan kedua, ia akan tetap memilih sebagai putri dua 'malaikat tak bersayapnya' itu.Tara yang mungil dan berambut hitam lebat dengan lesung pipit menghiasi kedua pip

Latest chapter

  • Penguasa Hati   Bab 11

    Pagi ini kelas Bisnis semester empat mendapatkan kejutan yang membuat semua terhenyak. Secara mengejutkan, Elsa memproklamirkan pengakuan dirinya yang telah menggunakan nama Tara Nadira pada akun palsu yang ia buat untuk menyebarkan gosip tentang Anis dan Azlan.Sebagian besar teman gadisnya langsung menghina perbuatan Elsa yang selama ini sangat ceria dan polos bisa dengan keji memfitnah teman yang sering membantunya."Pantas saja, kemarin dia diam saja. Ternyata ....""Iya tuh, mungkin ia sedang menikmati melihat Tara dibenci ...""Bukan hanya Tara yang jadi korban di sini, tapi Anis dan Azlan juga. Harusnya Kamu minta maafnya jangan hanya ke Tara dong ...."Masih banyak lagi komentar miring yang mereka tujukan padanya. Tara yang melihat semua teman yang selama ini terlihat akrab dengan Elsa tampak jadi penyerangnya, gadis itu pun merasa kasihan pada Elsa yang hanya bisa menunduk sambil sesekali membasuk air mata yang mulai membasahi pipinya.

  • Penguasa Hati   Bab 10

    [AKUI KESALAHANMU JIKA TAK INGIN RAHASIAMU TERUNGKAP!!!]sebuah pesan misterius dengan kalimat yang sama terus meneror Elsa sepulangnya ia dari Kampus. Awalnya ia mengira itu adalah pesan iseng, tapi lama kelamaan ia merasa takut juga. Belum lagi pesannya datang dari nomor pribadi. Bukan hanya lewat pesan teks, tapi juga lewat media sosialnya. Ia benar-benar di teror.Elsa tak tahu harus bagaimana lagi, satu-satunya yang bisa ia lakukan adalah melakukan apa yang diperintahkan. Akhirnya dengan keberanian yang tersisa, ia menghubungi Tara Nadira."Halo Elsa ... ini -- Elsa kan?" Suara Tara terdengar waspada di ujung telpon. "I -- iya Tar, ini Aku, Elsa ...." jawab Elsa tak kalah gugupnya."Ada hal mendesak apa El, sampai harus nelpon AKu selarut ini?""Maafin Aku Tar ...." lirih suara Elsa berucap, hampir seperti sebuah bisikan. "Gimana EL? Maaf -- untuk?" Tara masih bingung dengan permohonan maaf Elsa yang tiba-tib

  • Penguasa Hati   Bab 9

    Tara seperti mendapatkan kekuatan baru usai melakukan panggilan video singkat dengan sang Adik yang ternyata sudah semakin dewasa. "Aku pasti bisa melewati semuanya, semangat Tara!" ucap Tara pada dirinya sendiri. Ia bahkan tertawa mendengar suaranya yang cukup lantang. "Semoga tidak ada yang mendengarnya ...." ucap Tara sambil menutup mulutnya dengan kedua telapak tangan.Setiap mengingat keluarganya, Tara selalu mendapatkan energi baru layaknya ponsel yang baru selesai di charge. Ia akan kembali pada kenangan masa kecilnya bersama Bapak dan Ibu yang menghabiskan waktu di kebun mereka dengan Tara kecil yang selalu turut serta di bawa orang tuanya. Ia selalu menikmati masa-masa itu, bahkan tak ada penyesalan sedikitpun di hati Tara telah terlahir dari kedua orang tuanya. Jika memang ada kehidupan kedua, ia akan tetap memilih sebagai putri dua 'malaikat tak bersayapnya' itu.Tara yang mungil dan berambut hitam lebat dengan lesung pipit menghiasi kedua pip

  • Penguasa Hati   Bab 8

    Tara Nadira baru saja selesai mandi dan merasa segar kembali. Ia segera membuat makan malam yang sederhana untuk dirinya sendiri, dan makan dengan lahap. Biasanya nafsu makannya akan meningkat ketika ia merasa lelah. Hari ini adalah salah satu hari yang paling melelahkan bagi Tara. Bukan hanya lelah secara fisik, tapi juga hati dan fikirannya.Selama ia kuliah di Sharim Universitas, tak pernah sekalipun ia mendapatkan perlakuan buruk dari teman-teman sekelasnya. Karena memang ia selalu menghindar dari mereka, dan semua hal yang sekiranya bisa mendatangkan masalah pada teman-temannya.Sejauh ini semua itu berhasil untuknya, Tara bahkan selalu membantu mereka sebisanya. Tapi, hari ini semua berubah. Hanya karena orang itu, seseorang yang baru datang di kelasnya. Seluruh perhatian para gadis telah beralih pada sosoknya yang misterius.Tara mengambil salah satu majalah bisnis yang tadi ia pinjam dari Nadia, sang pemilik mini market yang cantik dan baik h

  • Penguasa Hati   Bab 7

    "Apa maksudmu Anis?" tanya Tara bingung atas pernyataan dan pertanyaan Anis barusan."Kamu tak perlu mengelak lagi Tara, Kamu kan yang menyebarkan gosip tentang Aku dan Azlan tadi? Karena hanya kamu yang masuk ke kelas saat ... Kau tahu sendiri kan apa maksudku? Tapi tenang saja Tara, jika memang begitu tak sukanya kau pada kedekatanku dengan Azlan, AKu akan __ ""Sudahlah Anis, mengapa sekarang Kau yang mengalah padanya?" Shela yang memang sejak kedatangan Tara ke kelas tadi sudah menampakkan ekspresi tak suka, langsung menyela perkataan Anis dengan lantang dan berbalik menatap Tara dengan pandangan sinis dan bertanya, "Hanya karena Azlan memilih duduk di sampingmu, Kau merasa lebih baik dari AnisR? Lihatlah dirimu Tara, apa perlu Aku pinjamkan cermin untuk kau berkaca?""Benar sekali Anis, Aku tadinya juga tertarik pada Azlan, tapi melihatmu bersamanya Aku langsung mundur, karena Aku merasa Kau lebih pantas untuknya! Sedangkan Kau Tara, Kau bahkan tak bi

  • Penguasa Hati   Bab 6

    "Kenapa Tar? Katanya mau masuk ke kelas?" tanya Syila membawa Tara kembali dari lamunannya. "Engg -- enggak apa-apa kok, kayaknya Aku nunggu teman-teman yang lain dulu deh," jawab Tara sedikit gugup sambil membalikkan punggungnya hendak beranjak menjauh dari pintu kelas. "Tumben Tar? Biasanya Kamu paling semangat tuh nunggu Dosen di kelas, sekalian istirahat kata Kamu dulu ... jangan-jangan ...." Sesil menatap Tara dengan pandangan menyeidik. "Apa sih Sil? Kalian mau kemana abis ini? Udah nggak ada kelas kan?" tanya Tara sekaligus mengalihkan perhatian mereka. Tara hanya tak ingin teman-temannya melihat apa yang ada di dalam. "Kok kayak ada yang dirahasiain ya? Jiwa kepoku meronta-ronta nih ...." Dengan senyum simpul Sesil semakin menggoda Tara yang semakin gugup. Walau baru berteman beberapa bulan sejak mereka sekelas di tiga mata kuliah, namun boleh dibilang Sesil yang terkesan manja dan sangat mendamba pada ketua tingkatnya telah memahami seorang T

  • Penguasa Hati   Bab 5

    Walau sudah menetapkan hatinya untuk tidak jatuh cinta dulu sekarang, namun Tara tetap merasa bahagia untuk sahabatnya. Lagi pula aturan untuk tidak jatuh cinta itu kan untuk dirinya sendiri, bukan untuk orang lain.Setelah membagikan modul untuk semua teman sekelasnya, Reinhard menghampiri Sesil dan Tara yang juga sudah duduk bersama Syila."Jadi gimana rencana kita Rei?" tanya Syila begitu Reinhard duduk di kursinya. Kelompok yang lain juga sudah mulai menyusun strategi mereka.Seketika suasana kelas terbagi menjadi lima kelompok kecil yang terdiri dari empat orang. Mereka semua membahas mengenai tugas yang baru saja diterima. Walau tanpa Dosen yang mengawasi, tak mengurangi sedikitpun keseriusan pada diri mereka. Karena semua tak ingin mengulang lagi semester berikutnya."Untuk sekarang kita buat dulu group chat khusus untuk kelompok kita, agar bisa saling sharing informasi nantinya," jawab Reinhard atas pertanyaan Syila barusan.

  • Penguasa Hati   Bab 4

    Pintu kelas yang tadinya tertutup, terbuka seketika. Kedua wajah yang semakin dekat itu menoleh ke arah pintu, dan di sana ada seorang gadis yang berdiri mematung. Refleks Anis menjauhkan wajahnya dari Azlan dan memusatkan penglihatannya ke arah pintu masuk. Matanya langsung membola begitu tahu sosok yang sudah merusak moment indahnya bersama Azlan adalah orang yang sudah merusak harinya tadi. Siapa lagi kalau bukan Tara Nadira.Sejak awal kuliah Anis memang tak begitu peduli dengan si 'Gadis Beasiswa', begitu sebutannya untuk Tara selama ini. Anis tak suka harus berada di urutan ke dua dalam nilai akademik dari gadis yang penampilannya seadanya itu di kelasnya. Tapi rasa tak suka itu tak cukup untuk menjadi alasan bagi Anis untuk membencinya. Karena ia tak ingin bersaing dengan orang yang sudah jelas jauh di bawahnya dari berbagai segi. Tapi hari ini berbeda, mau tidak mau Anis merasa harus buat perhitungan dengan Tara."Sedang apa Kau di situ?' tany

  • Penguasa Hati   Bab 3

    "Gadis ini ...." Azlan tak bisa berkata apa-apa lagi hingga gadis itu keluar dari kelas, masih dengan senyum menggantung di bibirnya. Untuk pertama kalinya Azlan terdiam di depan seorang gadis.Anis yang duduk di depannya langsung mengambil kesempatan untuk duduk di tempat Tara, walaupun ia sempat ragu melakukannya, tapi akhirnya tetap duduk juga di samping Azlan."Hai, kenalin namaku Anis." Selama ini tak pernah Anis mengajak seorang pria berkenalan dengannya, semua pria ingin mendekatinya. Hanya pada Azlan yang tak memilihnya tadi, ia bisa bersikap seperti ini. Karena merasa tertantang untuk mendapatkan perhatian dari pria yang kini sedang menatapnya tersebut."Azlan!"Elsa dan gadis-gadis yang lain langsung kecewa saat melihat Azlan merespon Anis dengan senyumnya yang menawan. Tanpa berkata apapun, mereka tahu, siapa pemenangnya di sini. mereka tak punya kesempatan lagi.Semuanya akhirnya memilih untuk keluar dari k

DMCA.com Protection Status