Sofia tetap tidak membukakan pintu untuk Niel.Sofia sudah sering disakiti Keluarga Nudara. Bisa dibilang Niel telah menjadi bagian Keluarga Nudara, jadi Sofia harus berhati-hati kepadanya."Kalau begitu tunggu Liam pulang saja." Sofia menolak untuk membuka pintu. "Liam belum pulang, nggak ada gunanya kamu masuk."Saat Niel hendak mengatakan sesuatu, Sofia langsung mematikan mikrofon dan mencabut kabelnya.Sofia mengira kalau dirinya dapat bersantai. Tak disangka, dua jam kemudian Lorin menelepon Sofia."Sofia, kamu ada di rumah?" tanya Lorin.Suara Lorin terdengar aneh, seperti meminta maaf, tapi juga menyanjung. Sofia menebak, mungkin Lorin masih memikirkan pemberitaan mengenai Liam dan Fiane."Ada." Sofia menjawab dengan lembut, "Ibu kapan datang?"Lorin menjawab dengan terbata-bata, "Hari ... hari ini Ibu tidak ke sana. Ibu suruh sopir untuk menjemputmu kemari, ya?""Oke." Sofia langsung menyetujuinya.....Setengah jam kemudian, sopir Keluarga Hutomo tiba di rumah Liam.Saat Sofia
Lorin menghindari tatapan Kumala dan menggenggam tangan Sofia.“Bibimu sudah melihat berita kemarin," Lorin menjelaskan dengan suara pelan.Kejadian kemarin begitu menggemparkan, mustahil Kumala tidak mengetahuinya."Lalu kenapa?" tanya Sofia dengan tenang, seolah-olah tidak menganggap masalah ini serius."Aku dan Ay ... pamanmu sangat marah!" Kumala hampir saja mengucapkan sesuatu yang tidak semestinya, tetapi untungnya dia segera memperbaikinya. Dia berusaha menjaga ekspresinya yang galak dan melanjutkan, "Pamanmu lagi sibuk, makanya aku dan Selena yang datang untuk meminta penjelasan."Sofia bingung dan bertanya, "Mau penjelasan apa?"Sikap Sofia yang acuh malah membuat Kumala dan Selena bingung. Mereka mengira seharusnya Sofia sedang bersedih atau menangis.Kumala bertanya, "Liam berselingkuh di luar, apakah kamu sama sekali tidak peduli?"Selena juga menambahkan, "Kak, bukankah kamu sangat membenci pria yang selingkuh? Saat mantan suamimu berselingkuh, kamu langsung menceraikannya
Lorin panik.Selama beberapa tahun terakhir, Sofia adalah wanita kedua yang berhasil memikat hati Liam. Jika Liam dan Sofia berpisah, Lorin tidak tahu harus menunggu berapa lagi untuk mendapatkan menantu.Yang lebih penting, selama berinteraksi dengan Sofia, Lorin tulus menyukainya dan benar-benar memperlakukannya seperti putri sendiri."Pernikahan bukanlah mainan," kata Lorin dengan serius. "Aku bisa memahami kemarahan kalian, tapi ini adalah urusan antara Sofia dan Liam, mereka yang harus mencari solusi bersama.""Mencari solusi?" Kumala mendengus kesal, lalu menatap Sofia dengan tatapan langka, yaitu penuh kasih sayang. "Sofia dan Liam memiliki perbedaan status yang begitu besar. Menikah dengan Liam hanya membuat Sofia menderita. Aku tidak percaya Liam benar-benar akan berusaha mencari solusi untuk memperbaiki semua ini."Biasanya Sofia akan langsung menyangkal dan bereaksi, tetapi sekarang dia membutuhkan bantuan Kumala dan Selena agar dirinya bisa berpisah dengan Liam. Jadi Sofia
Untungnya ekspresi Lorin terlihat biasa saja. Dia tidak menyalahkan Sofia seperti yang dilakukan Kumala dan Selena.Kumala dan Selena berhasil memojokkan Sofia. Sekarang, semua aib Sofia telah terbongkar di hadapan Lorin. Bagaimana nasib Sofia selanjutnya bergantung pada keputusan Lorin.Namun Lorin malah menanyakan pendapat Sofia, "Sofia, bagaimana dengan kamu sendiri?"Pertanyaan ini terlalu berat. Sofia ingin bercerai, tetapi sikapnya jelas menunjukkan kalau dia memercayai Liam. Jika Sofia memilih melanjutkan pernikahan ini, takutnya Lorin benar-benar mengira kalau Sofia hanya mengincar uang Liam.Sofia berpikir selama beberapa saat, sebaiknya semua ini dilemparkan kepada Liam. "Aku ... terserah Liam saja."Jawab Sofia tidak membuat Kumala dan Selena senang."Aku dan Selena sudah menjelaskan panjang lebar, tapi kamu masih mau mendengarkan Liam?" Kumala menggertakkan giginya.Sofia tidak bergeming."Oke!" Kumala memukul sofa dan bangkit berdiri. "Terserah kamu saja, anggap aku dan Se
Di ruang tamu.Setelah Kumala pergi, Sofia dan Lorin merasa canggung."Bu ...." Sofia membuka percakapan. "Jangan masukkan ke hati.""Em." Lorin mengangguk sambil tersenyum. "Tidak apa-apa. Aku hanya mencemaskan kamu."Senyuman Lorin terlihat kaku dan agak terpaksa. Sofia tahu, tampaknya Kumala berhasil menggoyahkan hati Lorin."Bu, sebenarnya ada satu hal yang ingin kukatakan." Sofia menunduk, dia terlihat merasa bersalah.Sesaat mendengar ucapan Sofia, Lorin menegakkan tubuh dan mendengarkan secara serius."Bibi dan Selena benar, aku pernah menikah," kata Sofia dengan suara kecil sambil mengusap pahanya. Dia tidak berani mengangkat kepala untuk menatap Lorin.Di masyarakat, status sebagai janda agak direndahkan. Terutama bagi wanita seumuran Sofia.Liam berasal dari keluarga konglomerat, mereka memiliki standar yang tinggi dalam memilih menantu. Setelah mengetahui latar belakang Sofia, seharusnya Lorin akan menentang pernikahan Liam dan Sofia.Namun faktanya berbanding terbalik dari
Sayangnya, hubungan mertua dan menantu ini akan berakhir suatu saat nanti."Kalau kamu tidak mau bercerai, aku tidak akan memberi tahu Liam mengenai masalah hari ini. Tapi kalau kamu memilih bercerai, aku juga tidak akan melarangmu. Aku hanya berharap kamu memikirkannya dengan baik-baik. Jangan terpengaruh orang lain, dengarkan kata hatimu sendiri."Sofia merasa serba salah. Dia ingin bercerai, tetapi tidak tega melihat Lorin sedih."Aku bicarakan dulu dengan Liam."Lorin agak kecewa dengan jawaban Sofia, tetapi dia pun tidak mau memaksa."Baiklah, kalian putuskan berdua. Ingat untuk memberitahuku, ya!"....Setelah makan siang, Lorin memerintahkan sopir untuk mengantar Sofia pulang.Lorin juga memberikan berbagai macam camilan dan vitamin untuk Sofia bawa pulang.Di halaman, Sofia bertemu melihat Niel yang berjalan bolak balik.Sofia tersentak, dia ragu apakah harus menghadapinya atau kembali ke dalam mobil, tetapi sopir sedang menurunkan kursi roda dan memapah Sofia untuk duduk.Sofi
Setelah Liam mengatakan segera pulang ke rumah, Niel baru mengembalikan ponselnya kepada Sofia.Sofia membawa Niel masuk ke dalam rumah. Bagaimanapun di samping kiri dan kanan ada tetangga, Sofia tidak mungkin membiarkan Niel berdiri di luar.Sopir Keluarga Hutomo tidak langsung pulang, dia adalah orang yang bertanggung jawab. Dia menemani Sofia dan menjaganya hingga Liam pulang."Bukannya kamu mau minta maaf kepada Liam? Kenapa tadi di telepon kamu bilang ada masalah?" tanya Sofia.Sofia mengira kalau Niel sengaja mengatakan ada masalah agar Liam bersedia pulang. Tidak disangka, Niel malah menjawab, "Sebenarnya, tujuan kedatanganku hari ini memang karena ada masalah. Aku mengatakan ingin minta maaf hanya agar kamu bersedia membukakan pintu, tapi ternyata kamu juga menghindari aku."Sofia tidak tahu apakah Niel jujur atau sedang berbohong. Yang pasti, Sofia tidak berani mengungkapkan pemikirannya kepada Niel."Terus ngapain ke sini? Kenapa nggak temui Liam di kantornya?" Sofia bingung.
"Em?" Liam menunggu penjelasan selanjutnya."Kayak ... kayaknya Selena selingkuh." Niel mengerutkan bibirnya."Cih." Liam tertawa kecil. "Terus apa hubungannya dengan aku? Jangan bilang kamu mau meminta bantuanku untuk balas dendam?""Bukan!" Niel langsung menyangkal. "Masalahnya bukan di perselingkuhan Selena, tapi orang yang menjadi selingkuhannya."Niel mengangkat kepala dan melirik Liam dengan hati-hati. Sesaat melihat tatapan Liam yang tajam, Niel kembali menundukkan kepala. "Sepertinya ... dia berselingkuh sama suaminya Fiane."Tatapan Liam sontak berubah menjadi dingin. "Untuk apa memberitahuku semua ini?""Aku baca berita ...." Niel terbata-bata, dia takut membuat Liam murka. "Kamu dan Fiane .... Aku kira ....""Kamu mengira aku dan Fiane berselingkuh?" Liam tersenyum dingin.Niel ketakutan sampai gemetar. "Bu-bukan ....""Kalaupun aku memang berselingkuh dengan Fiane, apa tujuanmu memberitahuku semua ini?" Liam bertanya, "Kamu ingin melihat apakah aku senang mendengar informas
Liam terkejut saat Kenta memanggil namanya. Liam mengira kalau keberadaannya ketahuan.Ketika mengintip ke ujung lorong, Liam tidak melihat siapa pun yang berjalan ke arahnya."Tunggu saja! Suatu hari nanti aku akan menghabisimu!" Ternyata Kenta sedang berbicara sendiri.Liam tertawa mendengar ucapan Kenta. Pada akhirnya, entah siapa yang akan menghabisi siapa.....Ketika Liam kembali ke aula, mempelai pria dan wanita telah berganti pakaian, mereka sedang menyapa para tamu.Orang tua kedua mempelai berdiri di samping, mereka berterima kasih kepada para undangan yang hadir.Entah karena berdandan atau sudah terlalu lama tidak bertemu, Liam tidak langsung mengenalinya saat melihat Niel.Dibandingkan beberapa tahun lalu, wajah Niel terlihat jauh lebih dewasa. Niel sudah berubah, dia tidak lagi ceria dan percaya diri seperti dulu.Beberapa tahun ini Grup Aluva hampir mengalami kebangkrutan. Kehidupan yang sulit dan penuh perjuangan telah mengubah karakter Niel.Liam sama sekali tidak bers
Sebentar lagi pesta pernikahan akan dimulai, para tamu undangan mulai berdatangan. Evano dan Liam pun mulai sibuk.Ada begitu banyak tamu undangan yang mengenal Liam, sebagian besar tamu yang hadir adalah sosok familier. Para tamu undangan menyapa Liam secara bergantian, ada yang mengajak berjabat tangan, ada pula yang mengajaknya berfoto bersama. Bahkan beberapa orang yang akrab menawarkan untuk menjodohkannya.Demi nama baik Evano dan Kaila, awalnya Liam masih berusaha untuk meladeni orang-orang yang menyapanya. Namun kesabaran Liam ada batasnya, semua tamu yang hadir malah lebih memilih untuk mendekati Liam daripada menyapa mempelai. Mereka menggunakan kesempatan ini untuk menjalin kedekatan dengan Liam.Akhirnya Liam sudah tidak tahan, dia menyerahkan semuanya kepada Evano. "Aku mau cari angin."Aula ini sangat besar, Liam bersusah-payah menemukan tempat yang sepi. Dia berdiri di depan jendela lorong. Embusan angin sejuk menyeka wajahnya.Liam mengeluarkan ponsel, sama sekali tidak
Sesaat Evano dan Liam datang, pihak keluarga mempelai pria menghampiri mereka. "Pak Liam, Pak Evano, lama tidak berjumpa."Liam tidak bergeming, dia menatap sosok tersebut dengan dingin."Maaf, kami tidak merokok." Evano menolaknya dengan sopan, tidak seperti Liam yang menolak dengan ketus.Pihak keluarga mempelai pria mengajak Evano mengobrol sekaligus mencari muka. Evano tidak tahan, dia langsung mencari alasan untuk memisahkan diri.Begitu menoleh, amarah Evano langsung mendidik melihat Liam yang bersenang-senang di atas penderitaannya. "Semua salahmu! Masih bisa tersenyum?""Kenapa aku tidak boleh senyum?" Liam melihat kedua tangannya di dada."Dia datang buat menyapamu." Evano memelotot. "Tapi ujung-ujungnya aku yang jadi tumbal."Meskipun Evano juga merupakan salah satu pemilik Grup Charula dan memiliki jabatan yang tak kalah penting, orang-orang lebih menghormati Liam yang jelas berkuasa di dalam perusahaan."Aku tidak menumbalkanmu." Liam memperbaiki ucapan Evano. "Aku hanya ma
"Ngapain menyuruhku datang pagi-pagi?" Evano memperhatian ruang aula yang telah selesai didekorasi. Kaila tinggal menyuruh staf hotel untuk mengecek sebelum acara pesta dimulai.Evano mengerutkan alis, sebenarnya tidak ada pekerjaan yang memelukan bantuannya. Evano pun kesal dan mengomeli Kaila, "Kaila, kamu nggak bisa berhenti menggunakan cara rendahan semacam ini?"Dulu Kaila tak sungkan menggunakan berbagai cara demi bisa bertemu Evano. Awalnya Kaila tersentak mendengar nada bicara Evano yang ketus, tetapi dia segera menangkan diri dan tersenyum. "Sepertinya Pak Evano salah paham, ayahmu yang menyuruhku untuk menghubungimu. Jangan lupa, di mata orang-orang, kita adalah pasangan yang harmonis dan serasi. Kamu mau rahasia ini ketahuan publik?"Keluarga Pradita dan Yeca mengetahui hubungan Evano dan Kaila yang sebenarnya. Namun selama kerja sama kedua keluarga berjalan lancar, orang tua mereka tidak memedulikan kebahagiaan pernikahan anak-anaknya.Orang tua Kaila dan Evano hanya memint
Kaila sedang mengecek semua persiapan pesta pernikahan.Kaila mengenakan gaun ketat berwarna putih dan sepatu hak tinggi yang berkisar 10 cm. Setiap Kaila berjalan, rambutnya terkibas indah hingga memperlihatkan anting mutiara yang berkilau di telinga.Evano terpaku melihat Kaila. Liam yang duduk di samping Evano pun diam-diam mengeluarkan ponsel dan mengambil fotonya.Kaila memegang walkie-talkie dan menunjuk ke arah langit-langit sambil mengerutkan alis saat berbicara kepada salah seorang staf yang mengikutinya.Liam sengaja bertanya kepada Evanio, "Mau menyapanya?"Evano tersadar dari lamunan dan bergegas memalingkan wajah."Tidak." Sorotan mata Evano terlihat hampa. "Ayo, cari tempat duduk."Liam mengangkat alis matanya. "Katanya Kaila menelepon sampai tiga kali untuk mendesakmu? Pasti dia ada keperluan, makanya memaksamu datang lebih awal.""Aku nggak bakal bantu." Evano menggertakkan giginya dengan kesal. "Lagi pula bukan kami yang menikah, ngapain ikut repot-repot?"Liam dan Eva
"Kamu takut sama Kaila?" Liam menatap Evano dengan ekspresi mengejek.Wajah Evano sontak memerah, dia tampak kesal dan kembali menendang Liam. "Cepat! Jangan cerewet."Hari ini suasana hati Liam sangat bagus, dia jarang-jarang tertarik dengan kehidupan orang lain. Kali ini dia akan berbesar hati dan tidak membuat perhitungan dengan Evano yang menendangnya."Akui saja kamu menyukainya. Lagi pula ini bukan pertama kalinya kamu menelan ludah sendiri." Liam menepuk pundak Evano. Liam tidak bercanda, dia tulus membujuk Evano. "Apalagi kalian sudah menikah, tidak ada gunanya mengingat-ingat masa lalu."Raut wajah Evano sontak membeku. Warna merah yang merona pun pudar, ekspresi Evano tampak masam. Melihat reaksi Evano, sepertinya dia sedang berada di dalam situasi sulit."Tidak mudah menemukan pasangan yang kita cintai dan juga mencintai kita." Liam jarang menasihati orang lain. Hanya saja, dia pernah mengalami dan tahu sakitnya patah hati. Walaupun Liam tidak menyukai semua perbuatan Kaila
Setelah selesai memeriksa dokumen yang dikirimkan, Liam mengambil telepon dan menghubungi Marco. "Cari tahu apakah ada orang bernama Yaga Hutomo yang pernah mengirimkan lamaran ke perusahaan."...."Pak, orang bernama Yaga Hutomo pernah melamar di Fargo Investment." Marco bergegas memeriksa dan melaporkannya kepada Liam.Fargo Investment adalah salah satu anak perusahaan Grup Charula yang bergerak di bidang jasa keuangan.Liam mengetuk meja dengan menggunakan jari telunjuk. "Terima lamarannya, segera urus prosedur perekrutan."Asalkan Keluarga Hutomo berhenti mengganggu Sofia, Liam bersedia memberikannya pekerjaan.....Tak terasa, hari Sabtu pun tiba.Pagi-pagi sekali, Evano datang ke rumah Liam. "Sudah siap? Ayo, berangkat!"Liam masih mengenakan piyamanya dan duduk di ruang tamu sambil menikmati secangkir kopi.Liam tampak tersenyum saat memegang ponselnya. Sorotan matanya berbeda dari biasanya.Evano tidak kesulitan menebak, hanya Hesper dan Sofia yang bisa membuat Liam bersikap le
Keluarga Hutomo adalah sebuah keluarga sederhana yang tidak memiliki kuasa maupun koneksi.Saat Glen masih hidup, warga desa sangat mengidolakan Keluarga Hutomo. Keluarga Hutomo dianggap berhasil mendidik kedua putranya. Glen bekerja di kota besar dan setiap bulan mengirimkan uang kepada orang tuanya, sedangkan Yaga adalah mahasiswa yang berprestasi.Ada banyak kerabat dan teman yang datang berkunjung ke rumah Keluarga Hutomo untuk menyanjungnya. Beberapa datang meminta Glen untuk merekomendasikan pekerjaan, sedangkan yang lainnya mencari alasan untuk meminjam uang.Kedua orang tua Glen paling mencintai uang, jangan harap bisa mendapatkan pinjaman uang dari mereka. Demi menjaga citra keluarga, kedua orang tua Glen memaksa Glen untuk membantu warga desa yang meminta pekerjaan. Tak hanya Glen, Sofia juga terkena imbasnya.Di dunia ini tak ada teman maupun musuh yang abadi. Sejak Yaga kembali ke kampung halaman, warga desa malah berbalik menghina Keluarga Hutomo. Terutama orang-orang yang
Liam takut.Sejak bertemu kembali dengan Sofia, Liam tidak jarang merasa ketakutan. Jantungnya berdegup kencang setiap menghadapi hal-hal yang berkaitan dengan Sofia.Keluarga Hutomo mengganggu kehidupan Sofia demi mendapatkan uang.Mengingat semua perbuatan Keluarga Hutomo kepada Sofia, Liam yakin Sofia sudah muak berhubungan dengan mereka.Yang Liam khawatirkan kalau Keluarga Hutomo menggunakan kematian Glen untuk meluluhkan hati Sofia. Bagaimanapun Liam pernah menikahi Sofia, sedikit banyak dia memahami karakter Sofia.Sofia selalu berkata tidak peduli, tetapi asalkan dibujuk terus, lama-lama hatinya pun luluh.Liam berharap Sofia hanya luluh kepadanya, bukan kepada orang lain.Liam mengernyit, kilatan cahaya gelap melintas di matanya. Glen sudah meninggal, segala sesuatu mengenainya harus musnah dari dunia ini agar tidak ada lagi yang mengganggu Sofia.Di dalam dokumen yang dikirimkan, tatapan Liam berlabuh pada foto Yaga Hutomo, adik kandung Glen Hutomo.Dulu Yaga adalah mahasiswa