"Kamu menyetujuinya?" Liam mengamati ekspresi Sofia.Liam tahu bahwa Sofia sangat menginginkan perceraian ini. Sekarang, kesempatan jelas ada di depan mata, dia pasti akan memanfaatkannya dengan baik.Setiap memikirkan kemungkinan bercerai, hati dada Liam terasa sesak hingga kesulitan bernapas.Sekujur tubuh Sofia bergetar saat melihat tatapan Liam yang mengerikan.Melihat Sofia yang memalingkan wajah dan tampak merasa bersalah, raut wajah Liam terlihat makin muram."Senang?" tanya Liam dengan suara dingin.Sofia mengepalkan kedua tangan, punggungnya terasa berkeringat dingin."Aku ... aku nggak menyetujuinya," jawab Sofia.Liam tertegun, jawaban yang diberikan Sofia berada di luar dugaannya."Kenapa?" Jantung Liam berdegup kencang, tetapi wajahnya tampak tegang. "Bukannya kamu ingin bercerai?"'Tentu saja karena kamu nggak bakal setuju,' pikir Sofia. Dia hanya berani menyimpan jawaban tersebut di dalam hati.Tadinya Sofia mengira kalau Lorin akan memaksa Liam untuk menceraikannya. Nam
Liam mengacuhkan Sofia dan kembali ke ruang kerja.Begitu masuk, Liam menutup pintu dan menelepon seseorang. "Belikan seekor kucing untuk Fiane. Hari ini juga.""Terserah, yang penting mahal.""Satu lagi, terus awasi Kenta."....Setelah makan malam, Fiane menelepon Liam.Liam mengobrol dengan Fiane di ruang tamu agar Sofia mendengarnya.Liam tidak mengenakan earphone sehingga percakapan mereka terdengar jelas. Hanya saja Sofia berpura-pura tidak mendengar apa pun."Liam, ini kucing yang kamu belikan. Wajahnya mirip sama Molly." Fiane mengangkat tangan kucing tersebut dan melambaikannya ke kamera."Suka?" Liam bertanya sambil tersenyum."Em ...." Fiane tampak ragu.Liam mengerutkan alis. "Kenapa? Tidak suka?""Suka, suka ...." Fiane terdiam, lalu lanjut berkata, "Tapi ... tidak secantik dan sepintar kucing kalian.""Kalau begitu, besok kubelikan yang baru," jawab Liam tanpa ragu."Nggak perlu!" Fiane langsung menolak. "Kucingnya mahal banget, jangan habiskan uang. Satu kucing sudah cuk
Kemarahan Sofia bagaikan sihir yang sontak membuat ruangan menjadi hening.Selang beberapa detik, sebuah suara keras memecah kesunyian malam.Sofia tersentak dan tersadar dari lamunannya. Ponsel Liam tergeletak di lantai dalam posisi menghadap ke atas. Layarnya gelap dan hancur retak."Jangan sampai aku mendengar kata cerai dari mulutmu lagi!" Liam berjalan menghampiri Sofia, lalu membungkuk dan menarik dagunya.Sofia dipaksa untuk menatap mata Liam. Sorotan mata Liam terlihat sangat amat muram."Pernikahan ini adalah sebuah bisnis." Liam menekankan kata bisnis. "Tidak hanya kamu yang mendapatkan keuntungan, kedua belah pihak harus mendapatkan keuntungan yang sama."Sofia membantah. "Apa bedanya menikahi aku atau Fiane? Ditambah, kalian saling mencintai. Kamu malah bakal lebih bahagia.""Keluargaku tidak menyukai dia." Aura yang dipancarkan Liam membuat Sofia ketakutan hingga tak berani bergerak. Sofia berusaha menghindar, tetapi Liam malah menarik tubuhnya. "Sedangkan kamu .... Ibuku
Keesokan hari, Liam memberikan Molly kepada Fiane. Kemudian, kucing Fiane diambil sebagai ganti untuk diberikan kepada Sofia.....Sebenarnya kucing yang Liam berikan kepada Fiane sangat lucu. Jika Sofia lebih dulu bertemu kucing ini, dia juga akan menyayanginya.Namun Sofia telah mencurahkan seluruh kasih sayangnya kepada Molly sehingga sikap Sofia kepada kucing ini tidak begitu ramah.Meskipun begitu, Sofia tidak mungkin menyakiti kucing ini, dia hanya tak bisa menyayanginya seperti menyayangi Molly.Sofia tidak berinisiatif mengajaknya bermain maupun menggendongnya. Ketika kucing ini mengeong untuk mengajak main, Sofia malah sengaja menjauh.Berbeda dengan Sofia, Liam justru kelihatan sangat menyayangi kucing ini. Posisi Liam dan Sofia seakan berbalik. Sekarang Sofia yang bersikap dingin, sedangkan Liam malah menyukai kucingnya.Sofia tidak tahu apa yang membuat Liam berubah? Entah karena ini adalah kucing Fiane atau karena Liam mengeluarkan uang untuk membelinya?Apa pun alasannya,
Lorin mengikuti keinginan Sofia untuk membawa kucing itu pergi.Setelah pulang ke rumah, Liam berkeliling untuk mencari kucingnya. "Molly!"Liam memberikan kucing ini nama bernama Molly, tetapi Sofia tidak pernah mau memanggil kucing tersebut dengan nama yang sama.Karena tidak menemukan kucingnya, Liam buru-buru menggeledah kamar, ruang belajar, dan ruang makan. Sofia sedang makan dengan tenang. Sejak Liam memberikan Molly kepada Fiane, Sofia tidak pernah mengajak Liam bicara."Di mana Molly?" tanya Liam."Molly?" Sofia menyeringai dingin. "Sudah kamu berikan kepada Fiane, 'kan?"Liam tersentak mendengar jawaban Sofia. Dia berdeham, lalu menegaskan, "Molly, kucingku!""Oh. Aku meminta ibumu untuk membawanya pergi," jawab Sofia.Liam menatap Sofia dengan dingin. "Kenapa kamu tidak memberitahuku dulu? Kenapa membuat keputusan sepihak?""Saat memberikan Molly kepada orang lain, memangnya kamu mengajakku berdiskusi?" Sofia tertawa menyindir.Liam membalikkan badan, lalu beranjak pergi dan
"Kamu mau jalan-jalan?" Lorin memberikan ide. "Sebentar lagi pergantian musim, waktunya membeli baju baru."Sofia ingin jalan-jalan, tapi kalau berbelanja ...."Kalau berbelanja, kayaknya kondisiku terlalu merepotkan Ibu." Sofia menatap kakinya sendiri."Apanya yang merepotkan? Kebetulan hari ini hari Senin, pusat perbelanjaan tidak begitu ramai."Sofia berpikir sebentar, akhirnya dia pun mengangguk setuju.....Lorin membawa Sofia ke pusat perbelanjaan termegah di Kota Yalan. Pusat perbelanjaan ini menjual barang-barang mewah yang mahal.Pusat perbelanjaan ini memang sepi, hanya konglomerat yang sanggup berbelanja di tempat ini. Selain karyawan toko, Sofia tidak melihat begitu banyak pengunjung.Lorin adalah pelanggan tetap di sini, beberapa karyawan dari toko-toko barang mewah mengenali. Ketika melihat Lorin, para karyawan toko bersikap seperti bertemu ibu sendiri. Memeluk dan menyapa Lorin dengan hangat."Hari ini aku mau membelikan baju untuk menantuku." Lorin mendorong kursi roda
Rumah kucing yang terletak di lantai 3 sangatlah besar. Dibandingkan dengan toko binatang, tempat ini lebih mirip restoran mewah.Dinding toko dihiasi dengan gambar kartun kucing. Dekorasi toko ini juga memiliki gaya yang sama manis dan lucu.Saat Sofia masuk, perhatiannya langsung tertarik kepada lemari kaca yang memenuhi seluruh ruangan. Di dalam lemari tersebut terdapat berbagai macam kucing yang menggemaskan. Seorang wanita yang mengenakan bando berbentuk telinga kucing dan memakai apron bergambar kucing menghampiri Sofia dan berkata, "Kalau mau membeli kucing, silakan lewat sini."Wanita itu menunjuk ke arah sebuah pintu."Oh tidak perlu, aku hanya lihat-lihat." Sofia menolak dengan ramah.Wanita tersebut tidak mengusir Sofia, dia menjawab dengan sopan, "Baik, silakan lihat-lihat."Rumah kucing ini merupakan penitipan hewan yang sangat terkenal. Terdapat berbagai macam jenis kucing yang dititip untuk dirawat di sini.Di sebuah lemari kaca, tertulis beberapa data mengenai masing-ma
"Apa katamu? Molly sakit? Molly yang mana?" tanya Sofia.Liam menggendong Molly keluar dari kandang. Posisi Molly sama seperti sebelumnya, tidur dan tidak bergerak.Ada yang tidak beres, Sofia baru menyadari maksud Liam."Kapan dia sakit?" Sofia bertanya kepada Liam.Liam hanya mendengus dingin. "Kamu yang seharian di rumah, mana aku tahu?"Setelah melontarkan jawaban, Liam menggendong Molly dan berjalan ke arah pintu.Melihat Liam yang tergesa-gesa mengganti sandal, Sofia juga ikut mengambil sandalnya."Kamu mau ngapain?" tanya Liam."Kamu mau membawanya ke rumah sakit, 'kan? Aku ikut!" Sofia melihat Molly yang memejamkan mata, seperti tak bernyawa.Walaupun tidak menyukai kucing Fiane, Sofia masih memiliki hati nurani. Bagaimanapun, kucing ini tidak bersalah."Bukannya kamu membenci kucing ini?" Liam memegang gagang pintu dan berpesan, "Tunggu di rumah! Aku pergi sendiri."Begitu pintu dibuka, angin dingin yang berembus sontak membuat Sofia bergidik. Piyama yang dikenakan Sofia tipis
Liam terkejut saat Kenta memanggil namanya. Liam mengira kalau keberadaannya ketahuan.Ketika mengintip ke ujung lorong, Liam tidak melihat siapa pun yang berjalan ke arahnya."Tunggu saja! Suatu hari nanti aku akan menghabisimu!" Ternyata Kenta sedang berbicara sendiri.Liam tertawa mendengar ucapan Kenta. Pada akhirnya, entah siapa yang akan menghabisi siapa.....Ketika Liam kembali ke aula, mempelai pria dan wanita telah berganti pakaian, mereka sedang menyapa para tamu.Orang tua kedua mempelai berdiri di samping, mereka berterima kasih kepada para undangan yang hadir.Entah karena berdandan atau sudah terlalu lama tidak bertemu, Liam tidak langsung mengenalinya saat melihat Niel.Dibandingkan beberapa tahun lalu, wajah Niel terlihat jauh lebih dewasa. Niel sudah berubah, dia tidak lagi ceria dan percaya diri seperti dulu.Beberapa tahun ini Grup Aluva hampir mengalami kebangkrutan. Kehidupan yang sulit dan penuh perjuangan telah mengubah karakter Niel.Liam sama sekali tidak bers
Sebentar lagi pesta pernikahan akan dimulai, para tamu undangan mulai berdatangan. Evano dan Liam pun mulai sibuk.Ada begitu banyak tamu undangan yang mengenal Liam, sebagian besar tamu yang hadir adalah sosok familier. Para tamu undangan menyapa Liam secara bergantian, ada yang mengajak berjabat tangan, ada pula yang mengajaknya berfoto bersama. Bahkan beberapa orang yang akrab menawarkan untuk menjodohkannya.Demi nama baik Evano dan Kaila, awalnya Liam masih berusaha untuk meladeni orang-orang yang menyapanya. Namun kesabaran Liam ada batasnya, semua tamu yang hadir malah lebih memilih untuk mendekati Liam daripada menyapa mempelai. Mereka menggunakan kesempatan ini untuk menjalin kedekatan dengan Liam.Akhirnya Liam sudah tidak tahan, dia menyerahkan semuanya kepada Evano. "Aku mau cari angin."Aula ini sangat besar, Liam bersusah-payah menemukan tempat yang sepi. Dia berdiri di depan jendela lorong. Embusan angin sejuk menyeka wajahnya.Liam mengeluarkan ponsel, sama sekali tidak
Sesaat Evano dan Liam datang, pihak keluarga mempelai pria menghampiri mereka. "Pak Liam, Pak Evano, lama tidak berjumpa."Liam tidak bergeming, dia menatap sosok tersebut dengan dingin."Maaf, kami tidak merokok." Evano menolaknya dengan sopan, tidak seperti Liam yang menolak dengan ketus.Pihak keluarga mempelai pria mengajak Evano mengobrol sekaligus mencari muka. Evano tidak tahan, dia langsung mencari alasan untuk memisahkan diri.Begitu menoleh, amarah Evano langsung mendidik melihat Liam yang bersenang-senang di atas penderitaannya. "Semua salahmu! Masih bisa tersenyum?""Kenapa aku tidak boleh senyum?" Liam melihat kedua tangannya di dada."Dia datang buat menyapamu." Evano memelotot. "Tapi ujung-ujungnya aku yang jadi tumbal."Meskipun Evano juga merupakan salah satu pemilik Grup Charula dan memiliki jabatan yang tak kalah penting, orang-orang lebih menghormati Liam yang jelas berkuasa di dalam perusahaan."Aku tidak menumbalkanmu." Liam memperbaiki ucapan Evano. "Aku hanya ma
"Ngapain menyuruhku datang pagi-pagi?" Evano memperhatian ruang aula yang telah selesai didekorasi. Kaila tinggal menyuruh staf hotel untuk mengecek sebelum acara pesta dimulai.Evano mengerutkan alis, sebenarnya tidak ada pekerjaan yang memelukan bantuannya. Evano pun kesal dan mengomeli Kaila, "Kaila, kamu nggak bisa berhenti menggunakan cara rendahan semacam ini?"Dulu Kaila tak sungkan menggunakan berbagai cara demi bisa bertemu Evano. Awalnya Kaila tersentak mendengar nada bicara Evano yang ketus, tetapi dia segera menangkan diri dan tersenyum. "Sepertinya Pak Evano salah paham, ayahmu yang menyuruhku untuk menghubungimu. Jangan lupa, di mata orang-orang, kita adalah pasangan yang harmonis dan serasi. Kamu mau rahasia ini ketahuan publik?"Keluarga Pradita dan Yeca mengetahui hubungan Evano dan Kaila yang sebenarnya. Namun selama kerja sama kedua keluarga berjalan lancar, orang tua mereka tidak memedulikan kebahagiaan pernikahan anak-anaknya.Orang tua Kaila dan Evano hanya memint
Kaila sedang mengecek semua persiapan pesta pernikahan.Kaila mengenakan gaun ketat berwarna putih dan sepatu hak tinggi yang berkisar 10 cm. Setiap Kaila berjalan, rambutnya terkibas indah hingga memperlihatkan anting mutiara yang berkilau di telinga.Evano terpaku melihat Kaila. Liam yang duduk di samping Evano pun diam-diam mengeluarkan ponsel dan mengambil fotonya.Kaila memegang walkie-talkie dan menunjuk ke arah langit-langit sambil mengerutkan alis saat berbicara kepada salah seorang staf yang mengikutinya.Liam sengaja bertanya kepada Evanio, "Mau menyapanya?"Evano tersadar dari lamunan dan bergegas memalingkan wajah."Tidak." Sorotan mata Evano terlihat hampa. "Ayo, cari tempat duduk."Liam mengangkat alis matanya. "Katanya Kaila menelepon sampai tiga kali untuk mendesakmu? Pasti dia ada keperluan, makanya memaksamu datang lebih awal.""Aku nggak bakal bantu." Evano menggertakkan giginya dengan kesal. "Lagi pula bukan kami yang menikah, ngapain ikut repot-repot?"Liam dan Eva
"Kamu takut sama Kaila?" Liam menatap Evano dengan ekspresi mengejek.Wajah Evano sontak memerah, dia tampak kesal dan kembali menendang Liam. "Cepat! Jangan cerewet."Hari ini suasana hati Liam sangat bagus, dia jarang-jarang tertarik dengan kehidupan orang lain. Kali ini dia akan berbesar hati dan tidak membuat perhitungan dengan Evano yang menendangnya."Akui saja kamu menyukainya. Lagi pula ini bukan pertama kalinya kamu menelan ludah sendiri." Liam menepuk pundak Evano. Liam tidak bercanda, dia tulus membujuk Evano. "Apalagi kalian sudah menikah, tidak ada gunanya mengingat-ingat masa lalu."Raut wajah Evano sontak membeku. Warna merah yang merona pun pudar, ekspresi Evano tampak masam. Melihat reaksi Evano, sepertinya dia sedang berada di dalam situasi sulit."Tidak mudah menemukan pasangan yang kita cintai dan juga mencintai kita." Liam jarang menasihati orang lain. Hanya saja, dia pernah mengalami dan tahu sakitnya patah hati. Walaupun Liam tidak menyukai semua perbuatan Kaila
Setelah selesai memeriksa dokumen yang dikirimkan, Liam mengambil telepon dan menghubungi Marco. "Cari tahu apakah ada orang bernama Yaga Hutomo yang pernah mengirimkan lamaran ke perusahaan."...."Pak, orang bernama Yaga Hutomo pernah melamar di Fargo Investment." Marco bergegas memeriksa dan melaporkannya kepada Liam.Fargo Investment adalah salah satu anak perusahaan Grup Charula yang bergerak di bidang jasa keuangan.Liam mengetuk meja dengan menggunakan jari telunjuk. "Terima lamarannya, segera urus prosedur perekrutan."Asalkan Keluarga Hutomo berhenti mengganggu Sofia, Liam bersedia memberikannya pekerjaan.....Tak terasa, hari Sabtu pun tiba.Pagi-pagi sekali, Evano datang ke rumah Liam. "Sudah siap? Ayo, berangkat!"Liam masih mengenakan piyamanya dan duduk di ruang tamu sambil menikmati secangkir kopi.Liam tampak tersenyum saat memegang ponselnya. Sorotan matanya berbeda dari biasanya.Evano tidak kesulitan menebak, hanya Hesper dan Sofia yang bisa membuat Liam bersikap le
Keluarga Hutomo adalah sebuah keluarga sederhana yang tidak memiliki kuasa maupun koneksi.Saat Glen masih hidup, warga desa sangat mengidolakan Keluarga Hutomo. Keluarga Hutomo dianggap berhasil mendidik kedua putranya. Glen bekerja di kota besar dan setiap bulan mengirimkan uang kepada orang tuanya, sedangkan Yaga adalah mahasiswa yang berprestasi.Ada banyak kerabat dan teman yang datang berkunjung ke rumah Keluarga Hutomo untuk menyanjungnya. Beberapa datang meminta Glen untuk merekomendasikan pekerjaan, sedangkan yang lainnya mencari alasan untuk meminjam uang.Kedua orang tua Glen paling mencintai uang, jangan harap bisa mendapatkan pinjaman uang dari mereka. Demi menjaga citra keluarga, kedua orang tua Glen memaksa Glen untuk membantu warga desa yang meminta pekerjaan. Tak hanya Glen, Sofia juga terkena imbasnya.Di dunia ini tak ada teman maupun musuh yang abadi. Sejak Yaga kembali ke kampung halaman, warga desa malah berbalik menghina Keluarga Hutomo. Terutama orang-orang yang
Liam takut.Sejak bertemu kembali dengan Sofia, Liam tidak jarang merasa ketakutan. Jantungnya berdegup kencang setiap menghadapi hal-hal yang berkaitan dengan Sofia.Keluarga Hutomo mengganggu kehidupan Sofia demi mendapatkan uang.Mengingat semua perbuatan Keluarga Hutomo kepada Sofia, Liam yakin Sofia sudah muak berhubungan dengan mereka.Yang Liam khawatirkan kalau Keluarga Hutomo menggunakan kematian Glen untuk meluluhkan hati Sofia. Bagaimanapun Liam pernah menikahi Sofia, sedikit banyak dia memahami karakter Sofia.Sofia selalu berkata tidak peduli, tetapi asalkan dibujuk terus, lama-lama hatinya pun luluh.Liam berharap Sofia hanya luluh kepadanya, bukan kepada orang lain.Liam mengernyit, kilatan cahaya gelap melintas di matanya. Glen sudah meninggal, segala sesuatu mengenainya harus musnah dari dunia ini agar tidak ada lagi yang mengganggu Sofia.Di dalam dokumen yang dikirimkan, tatapan Liam berlabuh pada foto Yaga Hutomo, adik kandung Glen Hutomo.Dulu Yaga adalah mahasiswa