Udah aku skip ke yang penting-penting aja ternyata masih panjang juga nih Arc 4 sampai bab 230+ Season satu sampai Arc 6 sepertinya, nanti arc 7 aku pisah ke season 2. Masih bersama Akara dan alur berkaitan, namun seperti memulai perjalanan baru dengan nama yang berbeda. Ayah dan mamanya akan sering muncul di S2.
Sebuah pulau terbang muncul di atas ibukota Kekaisaran Atla. Pulau dengan sepuluh patung Naga yang berjejer membentuk lingkaran. Pulau yang diselimuti oleh pelindung hingga membuatnya tidak terlihat selain para pemiliknya. Energi yang menyelimuti seluruh patung Naga menyala, mengalir ke bawah pulau dan menyatu. Energi yang berbeda dari sepuluh elemen itu menjadi energi murni yang mengalir deras ke bawah, menembus kubah pelindung di arena bertarung dan masuk ke dalam sepasang pedang kayu. Pedang yang melayang di atas tubuh pemuda yang sedang tersungkur tak berdaya dalam tekanan gravitasi. Semua orang kebingungan melihat aliran energi yang muncul ntah dari mana, namun yang jelas, pertarungan masih berlanjut. Pedang itu lalu mengalirkan energi lagi ke dalam tubuh pemiliknya.Grekk... Tangan pemuda itu bergerak ke samping, menopang tubuhnya hingga akhirnya merangkak. Kini giliran kakinya yang menopang sebelum akhirnya berdiri dengan sempurna. Akan tetapi, su
Semua peserta sudah berjejer di dalam arena. Di depan mereka, ada pasukan Bintang Hijau yang sedang berpidato."Banyak kesempatan bagus di Dunia Lestari, namun juga bahaya besar yang menanti. Utamakan keselamatan, kalian para generasi emas yang akan berpengaruh pada kekaisaran Atla, bahkan di dunia atas sekalipun."Setelah itu, ia meminta pasukan Bintang Hijau lainnya untuk membuka portal. Mereka melemparkan sebuah artefak ke udara, lalu melakukan segel tangan hingga muncul portal tepat di bawah artefak itu. Para peserta saling pandang dan mengangguk sebelum akhirnya membuka sayapnya dan terbang masuk ke dalam portal. ...Dunia yang sebagian besar dipenuhi oleh hutan yang sangat rimbun dengan pepohonan besarnya. Mereka diteleportasikan secara acak, hutan, pantai, gurun, savana, menyebar, baik di pulau-pulau kecil maupun benua besar. Akara, pemuda itu berada di atas Gletser, dengan seluruh mata memandang hanya hamparan es berwarna kebiruan. W
Mereka ditinggal Akara, namun masih ada bola api yang melayang, bergerak mengelilingi mereka. "Lebih baik jangan terlalu dekat dengan tuan muda," ucap Ririn, membuat Mulan tersenyum sebelum menjawabnya. "Kenapa? Bersainglah secara sehat."Ririn lalu dengan panik menjawab. "Bukan itu maksud saya, Ada sesuatu di belakang tuan muda Akara yang tidak seharusnya diusik.""Tenang saja, identitasku juga tidak biasa, bahkan bisa dibilang setara dengannya. Lagipula..." Mulan lalu mendekatkan wajahnya dan berbisik. "Tuan Agera sudah mencuri ciuman pertamaku."Kejadian setelah itu begitu hening, namun penuh ketegangan dari tatapan keduanya. Setelah cukup lama, Akara tidak kunjung kembali hingga membuat mereka cemas. "Biar aku saja yang mengeceknya." Mulan langsung melesat pergi tanpa menunggu jawaban dari Ririn. Setelah cukup jauh, ada bayangan seseorang yang mencegat gadis berambut merah itu....Akara kembali ke tempat awal
"Tuan Agera, biar saya saja. Magma adalah elemen yang saya latih." Mulan unjuk diri, namun malah membuat Akara menatapnya dengan tatapan aneh."Lalu kenapa masih kedinginan dan kalian melakukan hal erotis itu?" ucap Akara membuat gadis itu memalingkan wajahnya karena malu. Saat ia menoleh kembali, ada tatapan aneh dari Ririn dan Akara. Ia lalu berseru untuk menjelaskan kepada Ririn."Magma yang aku buat langsung membatu karena dingin! Lagipula, sekarang hanya perlu menggerakkannya!" "Sudah-sudah, sekarang fokus lagi," lerai Akara.Mulan lalu menyalakan aura ranahnya, ranah Gambuh bintang lima. Ia lalu membuat gerakan tangan seakan menyibakkan sesuatu di depannya, berharap kawah magma terbelah. Akan tetapi, tidak terjadi apa-apa hingga ia melakukannya lagi. Masih tidak terjadi apa-apa hingga ia kesal dan melakukannya gerakan itu secara berulang, sekarang jadi seperti orang berenang. "Sudah!" Akara menghentikannya, lalu berlutut dengan ta
Ririn dan Mulan juga tidak sadarkan diri, dan dalam kondisi yang sama, dililit oleh tentakel panjang. Mereka ada lebih dalam dibandingkan Akara, namun masih belum terlihat pelakunya yang berada jauh di dasar kawah. Kondisi air yang begitu hitam gelap, membuat pandangan Akara terbatasi, namun ada mata ular yang membantunya. Ia membiarkan tubuhnya ditarik, hingga akhirnya nampaklah pelaku utama. Seekor keong raksasa dengan banyak sekali tentakel panjang miliknya."Keong sialan! Beraninya kau membuat Sania begitu buruk di mataku!" Emosi Akara meledak saat melihat pelaku ilusi itu, hingga seketika tiga Esensi Surgawi keluar bersamaan dengan Aura Naganya. Tentakel yang melilitnya terpotong-potong oleh angin Surgawi, lalu Akara mengayunkan tangan. Tentakel yang melilit kedua gadis itu terpotong, lalu ada pusaran angin yang membawa keduanya menuju ke atas permukaan."Nikmati sisa hidupmu!" Akara benar-benar marah, api berkobar begitu besar menyelimuti tubuhnya. Puluhan te
Mereka langsung bertanya akan apa yang sudah terjadi, namun Akara tidak menjawabnya dan mengulurkan tangannya ke arah altar tempat senjata tadi. Muncullah beberapa senjata yang berjejer rapi, dengan hembusan energi yang bahkan membentuk pusaran besar. Kedua gadis itu semakin bingung dan saling melirik, kemudian Akara mencopot giok berbentuk perisai yang langsung membuat kubah pelindung kembali menyala. Menggunakan api dan angin surgawi, ia membuat hembusan seperti pemotong besi di ujung jarinya. Ia berjongkok, mengukir batu di sisi samping Altar menggunakannya. Ukiran berisi tulisan yang berbunyi."Senjata kuno yang ditempa oleh Master Penempa Agung bernama Neraka Biru. Beliau dihormati oleh para dewa penguasa alam atas. Senjata ini disegel di sini karena diperebutkan oleh master kuat di alam atas. Siapa saja yang memilikinya, akan menjadi yang terkuat di tingkatnya!" Ia melebih-lebihkannya, namun ada kalimat yang tidak sepenuhnya salah.Melihat tulisan i
Akara masih berjalan santai menyusuri lorong sambil menggunakan mata ularnya untuk mendeteksi area di sekitarnya. Akhirnya sampailah ia pada ruangan besar, lebih besar dari ruang senjata sebelumnya. Walau masih di dalam labirin, namun langit-langitnya begitu tinggi dan seluruh bagiannya bercahaya. Hal itu membuat pohon dan rerumputan tumbuh di sana, bahkan tidak sedikit terlihat tanaman obat. Glengg crang crang crang! Terdengar suara pertarungan dengan kobaran api yang sesekali terlihat di udara. Akan tetapi, Akara mengabaikannya dan berjalan ke arah tanaman obat. Ada juga sebuah kolam yang juga berisi berbagai tanaman obat. Tidak ada yang menarik perhatian Akara hingga akhirnya ada salah satu bahan. Ia ingat bahan itu digunakan untuk pil Astral Jiwa dan segera ia ambil, lalu bergegas menemukan bahan lainnya. Beberapa ia dapatkan hingga akhirnya mendekati pertarungan tadi.Tiga pemuda telah terpojok dan babak belur. Mereka ternyata si kembar Sung Ka dan Sung Ki, serta Rey. Sedangkan
Tubuhnya yang terlentang jadi melayang dan perlahan-lahan berdiri. Habislah dia! Baru kali ini tuan muda Gun terlihat marah besar. Ujar para bawahannya.Akara dengan santai mengulurkan tangan kanannya ke depan. Wushh... Api Surgawi tiga warna langsung berkobar, menyerap api hijau itu hingga sepenuhnya padam. Mereka semua terbelalak tak terkecuali Gun Salak sendiri."Api Surgawi!?" serunya hingga gemetaran seperti Leda Kentos."Pergilah!" ucap Akara sambil melambaikan punggung tangannya pelan, mengisyaratkannya untuk segera pergi. Mereka langsung kalang kabut kabur, meninggalkan Leda Kentos yang masih terduduk lemas."Maaf menyeret tuan Akara ke dalam masalah saya!" ucap Rey sambil mendekatinya."Tidak masalah," jawab Akara singkat."Tapi dia memiliki kedudukan tinggi di Fraksi utama!" serunya khawatir."Biarlah, ayahku juga seorang Amerta, aku juga ingin menggunakan identitas orang tua untuk merundung yang lemah," jawab Akara dengan raut wajah aneh karena muak."Jaga diri kalian!" Ia