Gagal mendapatkan Esensi Magma Surgawi membuat Akara masih tertahan di ranah Sinom tiga bulan energi. Mendengar ucapan Baester, banyak peserta lain yang setuju dengannya. Benar! Hanya ranah Sinom berani-beraninya masuk ke Dunia Lestari! Iya, dia hanya akan membuang kesempatan saja, lebih baik berikan kesempatan untuk orang lain!
Rey langsung pasang badan untuk membela Akara. "Maaf semuanya, guruku yang merekomendasikannya!"Ketua Paviliun Madu Emas!? Ada hubungan apa beliau dengan sampah sepertinya? Tapi, bukankah dia pemuda yang membuat masalah dengan Tuan muda kembar pengacau?"Hmph! Rekomendasi?" Baester lalu terkekeh-kekeh. "Waktu itu kau selamat karena ada yang membantumu, sekarang juga ada identitas lain yang membantumu. Di Dunia Lestari tidak akan ada yang bisa membantumu lagi, bisa apa kau bocah jika tanpa mereka!?" lanjutnya membuat Akara tertawa kecil."Aku hanya perlu membuktikan diri dengan kekuatan, bahwa bisa melindungi diriku di DuAura ranah Baester berputar, diiringi oleh kilatan listrik ungu di tubuhnya. Tekanan gravitasi yang menimpanya jadi tak terasa lagi, ia bisa kembali berdiri lagi, bahkan membalas tekanan gravitasi kepada Akara. Cekungan tanah akibat keduanya seakan membentuk danau yang mengering. Para penonton kagum akan Akara yang bisa menahannya. Tekanan yang bahkan pernah menghancurkan tubuh seseorang di ranah Gambuh puncak. Ada juga yang menyadari bahwa Akara belum bisa menggunakan kekuatan aura Naganya secara penuh. Jika sudah, ia bahkan bisa bersaing dengan ranah Durma pertengahan hingga puncak.Keduanya kini mengayunkan pukulan dengan penuh kekuatan dan boom... Mereka langsung terlempar ke belakang akibat ledakannya, bahkan masih terus terseret saat menapak, hingga merusak tanah lapang di sana sejauh puluhan meter. Boomb!... Sonic Boom terbentuk saat mereka terbang kembali, kini keduanya mengeluarkan senjata mereka. Sebuah pedang panjang milik Baester yang ia posisikan seakan masih di dalam sa
Sebuah pulau terbang muncul di atas ibukota Kekaisaran Atla. Pulau dengan sepuluh patung Naga yang berjejer membentuk lingkaran. Pulau yang diselimuti oleh pelindung hingga membuatnya tidak terlihat selain para pemiliknya. Energi yang menyelimuti seluruh patung Naga menyala, mengalir ke bawah pulau dan menyatu. Energi yang berbeda dari sepuluh elemen itu menjadi energi murni yang mengalir deras ke bawah, menembus kubah pelindung di arena bertarung dan masuk ke dalam sepasang pedang kayu. Pedang yang melayang di atas tubuh pemuda yang sedang tersungkur tak berdaya dalam tekanan gravitasi. Semua orang kebingungan melihat aliran energi yang muncul ntah dari mana, namun yang jelas, pertarungan masih berlanjut. Pedang itu lalu mengalirkan energi lagi ke dalam tubuh pemiliknya.Grekk... Tangan pemuda itu bergerak ke samping, menopang tubuhnya hingga akhirnya merangkak. Kini giliran kakinya yang menopang sebelum akhirnya berdiri dengan sempurna. Akan tetapi, su
Semua peserta sudah berjejer di dalam arena. Di depan mereka, ada pasukan Bintang Hijau yang sedang berpidato."Banyak kesempatan bagus di Dunia Lestari, namun juga bahaya besar yang menanti. Utamakan keselamatan, kalian para generasi emas yang akan berpengaruh pada kekaisaran Atla, bahkan di dunia atas sekalipun."Setelah itu, ia meminta pasukan Bintang Hijau lainnya untuk membuka portal. Mereka melemparkan sebuah artefak ke udara, lalu melakukan segel tangan hingga muncul portal tepat di bawah artefak itu. Para peserta saling pandang dan mengangguk sebelum akhirnya membuka sayapnya dan terbang masuk ke dalam portal. ...Dunia yang sebagian besar dipenuhi oleh hutan yang sangat rimbun dengan pepohonan besarnya. Mereka diteleportasikan secara acak, hutan, pantai, gurun, savana, menyebar, baik di pulau-pulau kecil maupun benua besar. Akara, pemuda itu berada di atas Gletser, dengan seluruh mata memandang hanya hamparan es berwarna kebiruan. W
Mereka ditinggal Akara, namun masih ada bola api yang melayang, bergerak mengelilingi mereka. "Lebih baik jangan terlalu dekat dengan tuan muda," ucap Ririn, membuat Mulan tersenyum sebelum menjawabnya. "Kenapa? Bersainglah secara sehat."Ririn lalu dengan panik menjawab. "Bukan itu maksud saya, Ada sesuatu di belakang tuan muda Akara yang tidak seharusnya diusik.""Tenang saja, identitasku juga tidak biasa, bahkan bisa dibilang setara dengannya. Lagipula..." Mulan lalu mendekatkan wajahnya dan berbisik. "Tuan Agera sudah mencuri ciuman pertamaku."Kejadian setelah itu begitu hening, namun penuh ketegangan dari tatapan keduanya. Setelah cukup lama, Akara tidak kunjung kembali hingga membuat mereka cemas. "Biar aku saja yang mengeceknya." Mulan langsung melesat pergi tanpa menunggu jawaban dari Ririn. Setelah cukup jauh, ada bayangan seseorang yang mencegat gadis berambut merah itu....Akara kembali ke tempat awal
"Tuan Agera, biar saya saja. Magma adalah elemen yang saya latih." Mulan unjuk diri, namun malah membuat Akara menatapnya dengan tatapan aneh."Lalu kenapa masih kedinginan dan kalian melakukan hal erotis itu?" ucap Akara membuat gadis itu memalingkan wajahnya karena malu. Saat ia menoleh kembali, ada tatapan aneh dari Ririn dan Akara. Ia lalu berseru untuk menjelaskan kepada Ririn."Magma yang aku buat langsung membatu karena dingin! Lagipula, sekarang hanya perlu menggerakkannya!" "Sudah-sudah, sekarang fokus lagi," lerai Akara.Mulan lalu menyalakan aura ranahnya, ranah Gambuh bintang lima. Ia lalu membuat gerakan tangan seakan menyibakkan sesuatu di depannya, berharap kawah magma terbelah. Akan tetapi, tidak terjadi apa-apa hingga ia melakukannya lagi. Masih tidak terjadi apa-apa hingga ia kesal dan melakukannya gerakan itu secara berulang, sekarang jadi seperti orang berenang. "Sudah!" Akara menghentikannya, lalu berlutut dengan ta
Ririn dan Mulan juga tidak sadarkan diri, dan dalam kondisi yang sama, dililit oleh tentakel panjang. Mereka ada lebih dalam dibandingkan Akara, namun masih belum terlihat pelakunya yang berada jauh di dasar kawah. Kondisi air yang begitu hitam gelap, membuat pandangan Akara terbatasi, namun ada mata ular yang membantunya. Ia membiarkan tubuhnya ditarik, hingga akhirnya nampaklah pelaku utama. Seekor keong raksasa dengan banyak sekali tentakel panjang miliknya."Keong sialan! Beraninya kau membuat Sania begitu buruk di mataku!" Emosi Akara meledak saat melihat pelaku ilusi itu, hingga seketika tiga Esensi Surgawi keluar bersamaan dengan Aura Naganya. Tentakel yang melilitnya terpotong-potong oleh angin Surgawi, lalu Akara mengayunkan tangan. Tentakel yang melilit kedua gadis itu terpotong, lalu ada pusaran angin yang membawa keduanya menuju ke atas permukaan."Nikmati sisa hidupmu!" Akara benar-benar marah, api berkobar begitu besar menyelimuti tubuhnya. Puluhan te
Mereka langsung bertanya akan apa yang sudah terjadi, namun Akara tidak menjawabnya dan mengulurkan tangannya ke arah altar tempat senjata tadi. Muncullah beberapa senjata yang berjejer rapi, dengan hembusan energi yang bahkan membentuk pusaran besar. Kedua gadis itu semakin bingung dan saling melirik, kemudian Akara mencopot giok berbentuk perisai yang langsung membuat kubah pelindung kembali menyala. Menggunakan api dan angin surgawi, ia membuat hembusan seperti pemotong besi di ujung jarinya. Ia berjongkok, mengukir batu di sisi samping Altar menggunakannya. Ukiran berisi tulisan yang berbunyi."Senjata kuno yang ditempa oleh Master Penempa Agung bernama Neraka Biru. Beliau dihormati oleh para dewa penguasa alam atas. Senjata ini disegel di sini karena diperebutkan oleh master kuat di alam atas. Siapa saja yang memilikinya, akan menjadi yang terkuat di tingkatnya!" Ia melebih-lebihkannya, namun ada kalimat yang tidak sepenuhnya salah.Melihat tulisan i
Akara masih berjalan santai menyusuri lorong sambil menggunakan mata ularnya untuk mendeteksi area di sekitarnya. Akhirnya sampailah ia pada ruangan besar, lebih besar dari ruang senjata sebelumnya. Walau masih di dalam labirin, namun langit-langitnya begitu tinggi dan seluruh bagiannya bercahaya. Hal itu membuat pohon dan rerumputan tumbuh di sana, bahkan tidak sedikit terlihat tanaman obat. Glengg crang crang crang! Terdengar suara pertarungan dengan kobaran api yang sesekali terlihat di udara. Akan tetapi, Akara mengabaikannya dan berjalan ke arah tanaman obat. Ada juga sebuah kolam yang juga berisi berbagai tanaman obat. Tidak ada yang menarik perhatian Akara hingga akhirnya ada salah satu bahan. Ia ingat bahan itu digunakan untuk pil Astral Jiwa dan segera ia ambil, lalu bergegas menemukan bahan lainnya. Beberapa ia dapatkan hingga akhirnya mendekati pertarungan tadi.Tiga pemuda telah terpojok dan babak belur. Mereka ternyata si kembar Sung Ka dan Sung Ki, serta Rey. Sedangkan
Alhamdulillah selesai Season 1! Terima kasih buat yang sudah mendukung Author, semoga terhibur dengan imajinasi saya. Mohon maaf bila banyak kesalahan author, baik penulisan kata-kata yang kurang berkenan di hati para pembaca ataupun yang lainnya. Para pendukung semoga sehat selalu dan dilancarkan rezekinya, jadi dapat terus mengikuti perkembangan author dan Akara. Author akan hiatus dulu dan akan mulai kembali bulan depan, semoga diberikan kelancaran untuk semuanya. Oh iya, Author sarankan untuk membaca ulang Arc 1 (bab1-52) percayalah, ada rencana bagus yang Author siapkan untuk Akara. ******* Penguasa Dewa Naga Season 2 Takdir merenggut semua orang terkasihnya, membuat kekuatannya lepas kendali dan menciptakan lubang hitam. Dirinya terhisap ke dalam lubang hitam, lalu muncul kembali di dunia yang dipenuhi oleh api dan kekerasan. Neraka? Seperti itulah gambaran dunia ini. Dengan ingatan yang masih membekas, Akara mencari cara untuk keluar dari dunia itu. Menggunakan nama samaran
Pemuda dengan pakaian compang camping penuh luka bakar dan menenteng sepasang pedang kayu hitam, muncul di atas sebuah sungai, di belakangnya ada gua di bawah air terjun yang sudah hancur. Ia lalu melihat ke arah hilir sungai, pemukiman di pinggir bantaran sungai sudah hancur berantakan, dengan pepohonan raksasa yang ambruk dari hutan di belakangnya. Selain tubuh manusia yang berserakan, juga banyak binatang sihir raksasa yang kondisinya tidak jauh berbeda. "Tuan Agera!" teriak seseorang yang wajah dan tubuhnya penuh bekas luka, namun kali ini banyak sekali tambahan luka di tubuhnya. Ia tertatih-tatih mendekat, lalu melesat terbang mendekati pemuda itu. "Marbun Bidara! Kekaisaran Gletser Abadi!"Akara langsung menoleh ke samping, kesadarannya langsung mendeteksi ribuan mil di depan sana. Wush!... Dalam sekejap, ia sudah berada di atas gletser kutub, meninggalkan robekan ruang yang gelap di udara, seakan menggaris langit sejauh ribuan mil. Gleng!... Ia melompat turun, membuat cekung
447Walau tubuhnya masih penuh luka bakar yang mulai mengering, ia mengangkat satu tangannya ke atas. Wush!... Ketiga Auranya menyala, membuat hembusan energi dan seketika energi meluap keluar dari tubuhnya, membentuk aliran energi yang bergerak ke atas. Enegi itu membentuk lingkaran energi besar yang memiliki pola rumit layaknya di atas altar teleportasi. "Kau ingin kabur!?" Sonic Boom terbentuk di belakang Rose, sambil mengulurkan satu tangan ke depan dan segera diselimuti oleh energi merah berbentuk cakar. Akan tetapi, lingkaran teleportasi sudah sepenuhnya menyala dan Whup!... Para master Alkemis menghilang, namun ternyata Akara masih berada di sana. Cring!... Ia menangkis cakar rubah menggunakan pedang kayunya sambil tersenyum menyeringai."Sudah aku bilang, aku akan membunuhmu!"Wush!... Rose melesat menjauh bagaikan bayangan, namun Akara langsung berada di depannya. Mereka melesat hingga luka bakar di tubuh keduanya terlepas sendiri-sendiri. Akara terus mengincar lehernya, mem
Laser menembus energi pelindung dan langsung menerpa tubuhnya, cukup lama laser bersinar hingga akhirnya padam. Gelombang radiasi panas masih memenuhi angkasa lepas, lalu ada bongkahan batu yang menyala merah. Krek!... Batu itu retak dan tidak lama kemudian hancur, muncullah pemuda berjaket hitam di dalamnya. Walau tubuhnya diselimuti oleh Esensi Surgawi, namun pakaian dan tubuhnya penuh luka bakar. "Apa aku bilang!" seru Komo, namun tuannya masih terlihat santai dan meraih kedua pedangnya kembali. Akan tetapi.."Agkh!" Ia langsung memegangi dadanya dan tatapannya begitu tajam melihat ke arah gadis rubah di depannya. "Ada apa Akara!?"Ia menjawabnya sambil menahan emosi dan giginya mengatup karena sangat geram. "Kubah pelindung di kota Bhinneka telah hancur, bahkan yang menyelimuti Gua Pelindung Harapan juga hancur!"Rose lalu tertawa puas, seolah-olah dia dapat mendengar apa yang Akara katakan. "Apa kau merasakannya!? Pasukanku telah menemukan keberadaan kekasih fanamu! Para gadism
335Di angkasa lepas yang gelap dan dihiasi cahaya bintang. Bruak!... Rose kembali tertahan oleh dinding transparan dan Akara langsung berada di depannya, memukul hidungnya dengan sekuat tenaga. Dinding transparan langsung hancur dan gadis itu terlempar ke belakang. Akara ingin membuat dinding transparan lagi, namun segera ada energi kematian yang menyelimuti tubuh Rose. Gadis itu tidak lagi menabrak dinding transparan dan menembusnya. Akan tetapi, Akara tetap muncul di depannya dengan mengayunkan pedangnya. Tring tring!... Benturan pedang dan cakar rubah menciptakan percikan api, lalu mereka saling menyerang sambil terus melesat. Bugh!... Rose menendang perut Akara hingga terlempar mundur, namun pemuda itu langsung berteleport di belakangnya. Crang!... Ia mengayunkan pedangnya, ditahan oleh selendang, namun tetap membuat meluncur jauh. Ia kembali berteleport dan menendang punggungnya, hingga melenting sebelum terlempar. Gadis itu terlempar menuju planet di dekatnya, terbakar saat mem
Kubah pelindung arena bergetar hebat, membuat semua orang menoleh, termasuk para penyandera dan yang di sandera. Pria bertopeng kucing oranye sempat melirik leher penyandera, namun getaran itu tidak berlangsung lama. ...Di dalam arena, bongkahan batu tadi sudah menyala merah layaknya bara api. Sedangkan Rose diselimuti oleh selendangnya yang perlahan-lahan membuka. Ia terkekeh saat melihat sekitarnya dipenuhi asap bekas terbakar. "Kau bodoh! Membakar seluruh tempat hanya akan membunuh dirimu sendiri! Sekarang tidak ada lagi oksigen untukmu ber..." Ia terdiam saat bongkahan batu yang melayang-layang tersibak, nampaklah pemuda berjaket hitam yang melebarkan kedua tangannya ke samping. Di ujung telapak tangannya, ada sebuah benda seperti kelereng yang bercahaya sangat terang, dengan ketiga auranya yang menyala. Aliran energi sangat lebar layaknya selendang sutra merahnya, bergerak masuk ke dalam kedua titik bercahaya. "Sudah kubilang, aku akan membunuhmu!" Akara menyeringai, namun se
333Mengetahui kekasihnya disandera, puluhan bor spiral terbentuk dan langsung melesat, meliuk-liuk menghindari selendang merah yang hendak menangkisnya. Akan tetapi, ada energi kematian yang langsung membuat bor spiral melebur. Benar-benar lenyap di udara tanpa menyisakan sebutir debupun. Ia langsung berhenti, melihat Lina yang pergi bersama pasukan yang mengepungnya, memasuki portal dan menghilang. "Lihatlah! Apalagi yang bisa kau miliki!? Sang Peri Salju telah pergi, putri Kaisar Atla telah dikepung, tidak ada yang bisa kau lakukan lagi!?" Wush tring tring tring tring!... Akara melesat dengan tatapan tajam ke arahnya. Walau banyak selendang yang menghadang, namun ia tebas begitu mudahnya. Karena terus mendekat, energi kematian seperti asap hitam kehijauan keluar dari tubuh Rose. Persis seperti seekor gurita yang menyemprotkan tintanya. Akan tetapi, ada angin yang berputar, menembus kepulan energi kematian. Ia melesat dan sudah siap posisi Cakaran Naga Hitam, membuat gadis itu terb
Kedua peserta sudah berada di atas arena, mereka masih terlihat begitu tenang, walau gong tanda mulainya pertandingan sudah berbunyi. "Apa yang kau lakukan? Cepat menyerah!" Komo yang tidak sabar langsung melompat dan bertengger di pundaknya."Iya iya!" Akara ingin mengangkat tangannya, namun gadis yang menjadi lawannya berbicara. "Kau mirip dengan ayahmu!"Akara langsung menarik kembali tangannya dan menatapnya sambil mengernyitkan dahi. "Kau kenal ayahku?"Rose langsung tertawa lepas, lalu berjalan mendekat sambil berkata. "Tidak hanya kenal!" Ia mengangkat satu tangannya. "Dengan tangan ini aku membunuhnya!" Akara langsung terbelalak dan mengepal erat, namun masih berusaha menahan emosinya. "Apa maksudmu!?"Gadis itu kembali tertawa puas dan terdengar menakutkan, lalu berkata dengan ritme cepat. "Kau tau bagaimana ekspresi ibumu si Rani yang marah meluap-luap? Kau tau bagaimana ekspresi Violet yang dingin dan menak
Akara berjalan di sebuah lorong sambil menggandeng tangan kekasihnya. Di lorong yang sepi, namun terdengar suara riuh dari penonton dari sebuah tribun di atas mereka. Saat itulah mereka berpapasan dengan seorang gadis bergaun merah dan bercadar. Langkahnya begitu tenang dan mantap saat melewati lorong, ditemani oleh seorang pemuda berpakaian rapi. Akara langsung mengenali pemuda itu, sang wakil komandan pasukan Bintang, Baester. Ia langsung mempercepat langkahnya dan mendekat, lalu melebarkan tangan kanannya ke samping, menyentuh dinding lorong dan menghalangi jalan mereka.Melihat nonanya dihadang, Baester langsung menghardiknya. "Akara, apa yang kau lakukan!?"Akara lalu menatapnya dan berkata dengan tenang. "Pergilah!" Ia langsung membuat pemuda itu tehentak, lalu gadis bercadar berkata tanpa menoleh. "Pergilah terlebih dahulu!""Baik nona!" Ia langsung melesat pergi, sedangkan Akara langsung tersenyum lebar dan berkata."Kenapa memak