Energi itu masuk ke dalam senjata, bergerak dan meninggalkan bekas layaknya ukiran di bilahnya. Kini Akara tidak lagi merasa tertekan oleh gravitasi dari aura lawannya. Malah kini mental kedua lawannya yang tertekan saat melihat reaksi Raja Penempa.
"Ntah seperti apa teknikmu itu, namun tidak akan aku biarkan kau menginjak-injak harga diri guruku!" Slamet Kopling melakukan segel tangan, diikuti oleh Jarl Kalala yang meliriknya sekilas. Kini di atas mereka muncul lingkaran sihir, dengan aksen kotak-kotak dan warna merah kecoklatan milik Slamet Kopling, lalu warna merah menyala dengan aksen lembut yang berubah-ubah layak api milik Jarl Kalala.Tidak ada saling ganggu lagi, ketiganya hanya fokus pada senjata yang mereka tempa. Suara bising dentuman besi sekaligus gesekan energi dengan udara, memenuhi altar penempa, menyajikan keindahan warna dari aura dan lingkaran sihir mereka.Semuanya berjalan begitu lancar, hingga akhirnya ada embun es berwarna putih d"Lalu bocah itu?" Yog Aren kembali menoleh ke arah Akara yang masih melanjutkan menempa senjatanya."Tentu bukan seorang Amerta biasa yang ada di belakangnya, kau sendiri harusnya tau bagaimana ganasnya Esensi Surgawi. Sedangkan dia harus menyerap Esensi Surgawi bahkan sebelum memasuki ranah Maskumambang satu bulan energi," "Humph! Mau siapapun yang ada di belakangnya, sekarang dia hanyalah seorang anak kecil. Bisa apa dia setelah Malapetaka yang membuat semua orang di ranah Amerta menghilang!?" Yog Aren lalu melompat masuk ke dalam altar kompetisi menempa. Jlengg!..Tubuhnya yang besar mendarat tepat di depan Akara. Hentakannya yang begitu kuat bahkan sampai membuat tungku pembakaran dari ketiga peserta melayang, melompat di udara."Guru?" Slamet Kopling langsung menoleh ke arah gurunya, sedangkan ia hanya melambaikan tangan tanpa memalingkan wajahnya dari Akara. Para penonton juga bertanya-tanya akan hal yang dilakukan oleh Raja kota
Dengan wajah kesalnya, Yog Aren hanya mengernyitkan dahinya merasa bingung dengan pertanyaan yang diajukan oleh Akara. "Maksudku, dari tadi kok cari muka, sudah ketemu?" "Sialan!" Yog Aren langsung melesat, melancarkan pukulan ke arah Akara hingga membuat pemuda itu terhempas hingga mencapai ujung altar. Sepasang pedang kayu hitam sudah berada di depan dadanya, melayang dan keluar asap di bekas pukulan Yog Aren. Pedang yang Akara tempa tadi masuk ke dalam penyimpanan dimensinya, lalu ia meraih kedua pedang kayunya dan langsung muncul kilatan listrik tipis berwarna merah."Seorang Raja yang terhormat, ternyata memiliki temperamental yang begitu buruk," ucap Akara saat Yog Aren mengeluarkan sebuah senjata berupa palu besar dengan gagang yang pendek. Lemon saat itu ingin melesat membantu Akara, namun ia langsung dihentikan oleh Alan."Lihatlah kilatan merah pada pedangnya, kalau kau bergabung, hanya seperti bunuh diri saja. Kita awasi aga
Karena ayunan pedangnya ditahan, Akara mengayunkan pedang lainnya. Akan tetapi, badannya langsung meliuk ke samping dan mengurungnya serangannya. Sebab, palu yang Yog Aren lemparkan tadi melesat kembali kepada pemiliknya. Mereka lalu melesat di langit-langit gua, saling menyerang dengan sangat cepat layaknya kilatan cahaya. Setiap kali benturan serangan, menciptakan gelombang energi yang begitu besar. Walau para warga telah terlindungi oleh pelindung yang Akara buat, namun tidak dengan langit-langit gua. Pegunungan batu Vodor bergetar hebat, tidak sedikit ada bagiannya yang runtuh. Sambil mempertahankan energi pelindung dan menonton pertarungan, Raja Vonci Kates, orang yang menggantikan tahta Raja Marbun Bidara mendekati Bento Besiah. "Raja Bento Besiah, bukankah hubungan kota Shuyal dengan kota Gnome bisa dibilang tidak buruk, kenapa tidak membantunya?""Tidak ada alasan untukku membantunya, pemuda itu juga telah menyelamatkan kotaku. Lalu bagaimana den
Akara melepaskan pedang di tangan kanannya hingga ia melayang sendiri, lalu melebarkan tangannya ke depan. Energi dingin dengan cepat membentuk cakar Naga, lalu aura alkemisnya menyala.Dua aura yang bercahaya begitu indah mengapitnya dari sisi atas dan bawah.Saat mengarahkan telapak tangannya ke atas, ada es yang membentuk bor spiral yang langsung melayang di atasnya. Setelah terbentuk sempurna, angin langsung menyelimutinya, membuatnya berputar dengan kecepatan tinggi. Kembali bor spiral terbentuk, hingga jumlahnya mencapai tujuh buah. Melayang di sekitar tubuhnya, bergerak mengelilinginya secara horizontal. Ia lalu meraih pedangnya sebelum membuat kuda-kuda untuk melesat. Sonic Boom atau dentuman sonik langsung tercipta saat ia melesat ke arah Yog Aren. Selain suara dentuman yang keras, namun juga getaran di seluruh gua.Raja kota Gnome itu lalu mengayunkan tangan ke atas, 'wushh' bongkahan batu besar mencuat dari kawah di depan Akara. Akan tetapi, pemuda i
Ia terlentang, tertanam di langit-langit gua. Saat berusaha untuk mengangkat kepalanya, Akara sudah melesat di depannya sambil mengayunkan pedang.Boommbbb… Langit-langit gua berlubang dengan tebasannya, bahkan sampai menembus ke atas pegunungan Vodor. Lubang sepanjang belasan metes, menyebabkan abu dari hancurnya bebatuan mengepul di udara. Swussh… Kepulan debu tersapu oleh angin, kini terlihat sorotan cahaya matahari yang memasuki gua melalui lubang bekas serangan Akara. Tidak terlihat keberadaan Yog Aren, lalu pemuda berjaket hitam itu menoleh ke arah datangnya hembusan angin."Para tetua dengarkan perintahku!" Yog Aren sudah terbang cukup jauh darinya. Walau lolos, namun armor batu di pundak kirinya sudah hancur. Bahkan melukainya hingga terlihat darah yang mengalir di sela-sela armor batu."Bentuk formasi Berlah Naga Magma!" Yog Aren langsung membuat segel tangan, lalu muncul lingkaran sihir berwarna oranye di atasnya. Pola ukiran sajak yang
Pada peluncuran Higanbana terakhir kali, Akara menggabungkannya dengan kristal beracun milik Komo. Ia mampu membunuh Avav yang memiliki tingkatan ranah Gambuh, namun sekarang ia hanya menggunakan kristal es. Akan tetapi, saat itu Akara murni menggunakan aura ranahnya, sedang sekarang, mmenggunakan aura Naga yang bisa dibilang puluhan kali lipat dibandingkan saat itu.Akara kini terengah-engah, memandangi ledakan jurusnya yang berangsur-angsur menghilang. Akan tetapi, swushh… keluar seseorang dari kobaran api di udara. Raja bertubuh besar itu terjun dari langit, dengan kondisi pakaian dan tubuhnya penuh luka bakar. Ia masih sadarkan diri, bahkan melirik pemuda yang membuatnya jadi seperti itu."Para tetua dan seluruh pasukan Wyvern!" teriaknya, disusul oleh Akara yang langsung melesat ke arahnya."Tangkap bocah itu, jangan biarkan dia lolos!" lanjutnya, namun pemuda itu dengan cepat terbang ke arahnya. Di saat yang sama, kelima tetua, Alan dan Lemon langsung membuka sayapnya. Posisi pa
Ketiga tetua sudah menyalakan aura ranahnya, ranah Gambuh bintang 3, 4, dan 5, sedangkan Alan di ranah Gambuh bintang lima. Walau melawan tiga orang sekaligus di ranah yang sama, ia tidak gentar samasekali, ditambah dengan topeng serigala yang membuatnya mendapatkan kekuatan bayangan. Melihat topeng yang dikenakan pria berjubah, putri berambut merah mengernyitkan dahinya."Kau benar-benar sial Yog Aren, membuat orang sepertinya menjadi musuhmu." Tiba-tiba wajahnya malah memerah, mengingat kembali saat Akara mencuri ciuman pertamanya. Tanpa sadar ia mengusap pelan bibir merahnya..."Maaf merepotkan kalian," ucap Akara yang masih begitu lemas. Kedua pria di depannya hanya menoleh sekilas dan tersenyum tipis."Jangan sungkan!""Riwayat kalian akan berakhir di sini!" teriak salah satu tetua dengan gengaman tangan yang diselimuti oleh energi, ia lalu mengayunkannya ke atas, hingga mencuatlah gelombang magma. Wushh… Ombak yang begitu tinggi hingga menggulung mereka, untung Lemon dengan s
Dengan keenam belatinya yang sudah bergetar hebat saat ia alirkan energi, Wyvern tinggal beberapa meter di depannya.Cringg! Jruggg… Wyvern tertahan oleh rantai di kakinya hingga membuatnya tercebur kembali ke dalam kawah sebelum mencapai altar teleportasi. Tanpa pikir panjang, Alan bergegas menyusul Lemon dan Akara...Di pintu keluar, ternyata gerbang sudah terbuka, namun kubah pelindung masih menyelimuti. Di sana sudah ada pasukan Aliansi Angin Malam yang berjejer, sedangkan di luar kota sudah ada ular raksasa yang menunggu. Ia adalah Kyun, bersama Komo, serta Ken dan Amphipthere yang masih berukuran kecil. "Bentuk formasi!" seru Alan, lalu secara serentak puluhan anggota Aliansi Angin Malam membuat formasi. Lemon dan Akara sudah sampai di sana, namun mereka masih menunggu kedatangan Alan. "Ikuti aba-abaku!" seru Lemon sambil mengangkat tangannya dan melihat kedatangan Alan. Sekitar puluhan meter lagi, Alan menjentikkan jarinya. Muncul tanda bayangan di atas kepala Lemon, ia lang