Beranda / Fantasi / Penguasa Dewa Naga / 04. Pembukaan Aura Ranah

Share

04. Pembukaan Aura Ranah

Penulis: Aldho Alfina
last update Terakhir Diperbarui: 2022-08-12 21:02:57

Akara kesal, mengepalkan tangannya dengan begitu kuat, namun tiba-tiba terbelalak.

"Satu, dua…" Akara tiba-tiba menghitung jarinya, lalu Cor Beton mendekatinya.

"Kenapa? Kita ada 4 orang, tapi aku saja sudah cukup untuk menghajarmu,"

"Ehh 7!?" Akara mengabaikan Cor Beton dan panik begitu mengetahui ini hari ketujuh.

"Beraninya kau mengabaikan aku!" Cor Beton sontak kesal, namun tiba-tiba saja Akara berlari mengindarinya.

"Hahaha pengecut itu lari ketakutan melihat tuan Cor Beton!" seru salah satu bawahan Cor Beton.

"Hahaha kejar dia!" Cor Beton merasa sombong dan mengejar Akara bersama bawahannya.

Menyadari ada yang mengejarnya, ia terkekeh, kemudian berlari ke arah hutan. Karena sudah terbiasa dan hafal medannya, ia dengan mudah meninggalkan mereka cukup jauh. 

"Ke mana anak itu?!" ujar Cor beton kepada bawahannya begitu keberadaan Akara tidak dapat ia temukan.

"Dia, sangat cepat, sekali, kaburnya." Salah satu bawahannya kelelahan hingga kesulitan mengatur napas. 

Kretak!!

"Siapa!?" Cor beton langsung terperanjat begitu mendengar suara ranting patah.

"Mungkin itu Akara, tuan!" seru bawahannya yang segera berlari ke arah datangnya suara.

Srakk!!

Dibukanya semak-semak yang dituju, namun tidak ada apapun.

Kretak! Srak srak stak! 

Suara ranting patah dan gesekan dedaunan semak-semak semakin gencar terdengar. Cor beton dan ketiga bawahannya langsung berkumpul, saling membelakangi untuk mengawasi setiap sisi. Mereka serempak mengeluarkan aura ranahnya, Cor beton 5 bintang energi, sedangkan 2 bawahannya di 3 bintang dan satu orang 4 bintang. Pedang besi yang mereka gunakan mengacung, menghadap ke depan dengan kedua tangan yang memegangnya.

Sreet! Sting!

Cor beton menangkis sesuatu yang melesat ke arahnya menggunakan pedang.

"Keluarlah pengecut!" teriaknya.

Sting! Sting! Cring!

Ada lagi batu yang dilemparkan dari berbagai sisi dan mereka tangkis dan tebas.

Ting! Ting ting cring!

Lemparan batu kini dari satu arah, mengarah kepada salah satu bawahan Cor beton.

"Kejar!" teriak Cor beton begitu mengetahui lokasi Akara.

Ketiga bawahannya bergegas melesat ke arah semak-semak di mana lemparan batu berasal.

"Hehe." Akara melesat dari sisi yang berlawanan ke arah Cor beton, hingga membuat tuan muda itu terkejut.

Reflek Cor beton mengayunkan pedangnya, hingga memaksa Akara untuk menangkisnya. Kedua pedangnya digunakan untuk menangkis, lalu melancarkan tendangan pada perut samping tuan muda itu.

Buggh!

Tendangan cukup kuat hingga membuat dirinya sendiri terdorong ke belakang, lalu melesat lagi masuk ke dalam semak-semak.

"Akg!?"

Tring!!

Akara terkejut saat mendapati ada seseorang di dalam semak-semak, ia langsung mengayunkan pedangnya. Akan tetapi, ada seorang pria berumur tiga puluh tahunan yang langsung mendorongnya, hingga meluncur ke arah tuan muda Beton yang langsung ingin memukulnya. Namun, Akara dengan sigap menghindar dan langsung berlari menjauh.

"Cuih! Membawa pengawal!" 

"Hahaha, kau kira aku siapa!? Tidak mungkin tuan muda sepertiku pergi tanpa pengawal, kejar!" Cor beton ingin mengejarnya, tapi segera dihentikan pelayan tua. 

"Tuan muda, berbahaya di dalam hutan, lebih baik biarkan saja dia diserang monster!"

Terlihat di pinggir sungai, gaun merah muda lembut yang tertiup angin begitu indah. Gadis bertopeng aneh langsung menoleh begitu menyadari kedatangan Akara dan langsung berkata.

"Keluarga beton?" Lisa tiba-tiba menunduk di depan wajahnya, membuat Akara cukup terkejut. Gadis bertopeng itu mengangkat kepalanya kembali, lalu melebarkan kedua telapak tangannya. Muncul dua buah gulungan kertas dari dalam cincin penyimpanannya.

"Ini hari ketujuh perjanjian kita, ini mudah," ujarnya sambil memajukan gulungan kertas di kiri lalu kanan. "Ini sulit,"

Akara langsung meraih gulungan di tangan kanannya, gulungan yang sulit, namun gadis itu tidak melepaskannya begitu saja.

"Tidak hanya sulit, tapi sangat menyakitkan. Bisa berkembang dengan pesat, namun juga bisa membuat kemacetan ranah, bahkan kematian. Masih yakin?" 

"Tidak perlu ditanyakan lagi!" seru Akara, lalu gadis bertopeng menjentikkan jarinya. 

Muncul penghalang energi berbentuk kubah yang amat besar mengelilingi mereka. Ukurannya yang amat besar bahkan dapat dilihat dari rumah Akara dan mamanya hanya tersenyum melihatnya.

"Apa itu!?" Akara cukup terkejut, namun juga kagum memandangi kubah penghalang yang menyelimuti mereka.

"Hanya pelindung, agar tidak ada yang mengganggu, bahkan monster sekuat apapun tidak bisa menembusnya," ujar Lisa sambil membuka gulungan yang telah dipilih oleh anak kecil itu.

Cetak..

Ia menjentikkan jarinya lagi dan listrik merah muda menyambar tanah di sekitar mereka. Sambaran listrik membentuk sajak seperti pada altar, namun jauh lebih besar dan lebih rumit. Akara hanya bisa kagum melihat semua itu tanpa berkata sepatah katapun.

"Berdirilah dengan tenang di atasnya, persiapkan dirimu dengan rasa sakit yang sangat luar biasa," ujar Lisa sambil melemparkan gulungan kertas ke udara hingga membuatnya melayang.

"Em!" Akara hanya mengangguk dengan yakin, menunggu sang gadis bertopeng memulai ritualnya.

Lisa mengangkat tangan kanannya, lalu muncul lingkaran sihir dengan sajak rumit di udara. Lingkaran sihir berwarna merah muda dengan petir yang menyambar-nyambar.

"Aku mulai!" serunya, lalu diayunkan tangan kanan tadi mengarah kepada Akara. Hal itu dibarengi oleh sambaran petir dari segala sudut lingkaran sihir, semuanya berpusat pada tubuh Akara.

"Akhhh!" Akara sontak berteriak kesakitan begitu petir mengenai tubuhnya.

Melihat Akara kesakitan, Lisa nampak ragu untuk melanjutkannya. Tangan kirinya menggenggam erat, seperti merasakan sakit yang sama dengannya.

"Lanjutkan saja!" seru Akara setelah melihat keraguan pada Lisa.

Perlahan ia melemaskan genggamannya dan mulai melanjutkan ritual. Bocah itu kini tidak sadarkan diri, lalu sesuatu muncul dari tubuhnya, 2 buah energi berbentuk infinite berwarna merah dan biru terang. Energi yang membawa hawa sangat dingin berwarna biru, lalu hawa sangat panas berwarna merah. Energi dinginnya bahkan sampai membekukan aliran sungai, lalu energi panasnya membakar pepohonan yang ada di hutan.

Mamanya Akara yang tadi hanya menonton dari rumah, kini telah berada di atas kubah penghalang. Ia melayang di udara tanpa menggunakan sayap atau alat apapun. 

Bab terkait

  • Penguasa Dewa Naga    05. Balas Dendam!

    Diulurkan tangan kanannya untuk menyentuh kubah secara perlahan, lalu muncul energi dingin dari arah lengannya. Energi dingin yang dengan cepat membekukan seluruh kubah penghalang, lalu diketukkan jari telunjuknya pada kubah. Crangg!! Ketukan pelan nan lembut, tapi membuat kubah hancur berantakan seperti pecahan kaca. Energi penghalang yang harusnya bisa menahan bahkan monster sekuat apapun, namun dengan mudahnya dihancurkan. Wanita itu kini melayang turun perlahan, dibarengi jatuhnya kristal es dari tubuhnya dan memadamkan api yang membakar hutan. Beberapa saat kemudian, kubah penghalang mulai terbentuk kembali secara perlahan-lahan hingga akhirnya utuh seperti sedia kala. "Memang bisa menahan monster sekuat apapun, tapi tidak akan menahan sesuatu yang bahkan membuat monster ketakutan," ujar gadis bertopeng seraya melihat ke arah mamanya Akara. "Lisa, ada apa dengan kekuatanmu?" ujarnya dengan santai, seperti tidak melihat keadaan anaknya yang sedang pingsan. "Perjalanan ruang w

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-12
  • Penguasa Dewa Naga    06. Melawan keluarga Beton

    "Apa yang terjadi, bagaimana bisa?" Akara langsung melepaskan pegangannya pada kedua pedang kayunya, lalu tertatih berjalan mundur. "Anakku!" Ayah Cor Beton langsung berlari menghampiri anaknya dan langsung mengusap darah di perut yang mengalir di perutnya. "Selamatkan anakku!" teriaknya kepada para anggota keluarga Beton. "Tangkap anak itu!" Yon Beton langsung memerintahkan anggota keluarga Beton untuk menangkap Akara. Padahal anak itu sedang kebingungan dan masih tidak percaya dengan apa yang telah terjadi. "Panggil ibunya ke sini!" lanjutnya. … Beberapa saat kemudian, mamanya Akara datang ke kediaman keluarga Beton. Di sana Akara sudah babak-belur, terikat pada tiang kayu dengan tatapan mata kosong. "Akara!" teriaknya yang langsung berlari menghampiri anaknya. Tatapan mata kesal terus terpancar dari para anggota keluarga Beton. Saat itu hanya ada Yon Beton, sedangkan ayah Cor Beton selaku kepala keluarga malah tidak terlihat. Dengan perlahan Yon Beton mendekati wanita yang

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-13
  • Penguasa Dewa Naga    07. Ayah dan Pernjanjian lagi

    Di kediaman keluarga Beton, Lisa mendatangi suatu bangunan, di sana terdengar suara tangisan banyak orang. Saat ia membuka pintu, ada beberapa orang yang sedang mengerumuni jasad Cor Beton. Kebanyakan dari mereka adalah wanita dan begitu melihat kedatangannya, satu-persatu tangisan mereka berhenti. Kedatangan wanita bertopeng misterius, tentu saja membuat mereka terkejut dan langsung berposisi menyerang. Dikeluarkan aura ranah mereka yang hanya aura satu bulan energi, ranah Maskumambang. "Siapa kau!?" "Berani-beraninya menyusup ke kediaman keluarga Beton!" Lisa tidak memperdulikannya dan dengan tenang berjalan menuju ke arah dua pedang kayu yang tergeletak di lantai. Pedang kayu yang ia berikan kepada Akara, kini telah berlumuran darah tuan muda keluarga Beton. Tanpa mengucapkan sepatah katapun, ia mengambilnya dan berjalan ke luar ruangan begitu saja. … Wush! Tiba-tiba saja ada seorang laki-laki yang berdiri di depan Akara. Ia masih terlihat muda, bahkan seperti belum mencapai

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-25
  • Penguasa Dewa Naga    08. Keluarga

    Wilayah Kaisar Naga Sejati Lisa melayang di atas hutan yang begitu lebat nan luas, di depannya ada seorang gadis yang juga melayang. Gadis dengan rambut yang disanggul berwarna emas berkilau, menampakkan lehernya dengan rambut tipis. Kulitnya begitu putih bersih, dengan bibir tipis merah muda dan pupil mata yang sama dengan warna rambutnya. Dada dan panggulnya bulat berisi, dengan pinggul kecil dan kaki jenjang. Bisa dikatakan bahwa tubuhnya sangatlah ideal. "Mendistorsi ruang waktu yang menggagalkan teleportasiku, seharusnya ada satu orang yang bisa melakukannya di dunia fana ini," ujar Lisa sambil melepaskan topengnya perlahan-lahan, menunjukkan wajahnya yang tidak kalah cantik. "Kekuatanmu turun sejauh ini, apa masih berani mendatangi mereka?" Gadis berambut emas perlahan-lahan mendekati Lisa. "Apa ingin memberiku kekuatan, kak Viona?" Lisa tersenyum lebar sambil terus menatapnya. Gadis bernama Viona itu kemudian menjentikkan jarinya, membuat penghalang yang mengelilingi mereka

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-26
  • Penguasa Dewa Naga    9. Berlatih Keras

    Kedua bilah pedang melesat dengan cepat ke arah Alice dan mengitari tubuhnya. Walau nampak terkejut dan ketakutan, gadis itu tetap diam dan mengamati pedang yang tebang mengitarinya. Brakk! Tiba-tiba saja pedang terjatuh, jatuhnya kedua pedang kayu membuat Akara terbangun. "Ahh Alice, ada apa?" Akara bangun dan mendekati adiknya yang masih mematung. "Kok pedangku di situ?" Ia lalu mengambil pedang kayu miliknya yang berada di bawah kaki adiknya. "Maaf kak," ujar Alice yang terlihat sedikit takut. "Tidak apa-apa," jawab Akara sambil tersenyum lebar, agar adiknya tidak merasa bersalah lagi. "Itu kak, mama sudah menunggu di ruang makan," "Oh ayo!" Ia langsung meraih tangan adiknya dan bergegas menuju ruang makan. Sesampainya di sana, ia langsung melepaskan tangan adiknya dan berlari ke arah ayahnya. Dengan cepat ia ayunkan pedangnya ke arah tengkuk ayahnya yang sedang duduk. Tass!! dalam sekejap mata, mama Violet sudah ada di sampingnya dan menangkis pedangnya menggunakan jari

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-27
  • Penguasa Dewa Naga    10. Mangubah Takdir?

    Akara kini berada di atas altar pemurnian bersama dengan mama Lia dan juga Alice, sedangkan yang lainnya sudah tidak ada di sana. "Mama buatkan ramuan dulu." Mama Lia terlihat sedang menggerus beberapa tanaman obat menggunakan cobek kecilnya. "Terima kasih mama Lia," "Kak, tidak apa-apa?" ujar Alice kepada kakaknya yang telah telanjang dada, memperlihatkan luka lebam di tubuhnya. "Ahahaha sudah biasa, latihan dengan mama sering membuatku seperti ini," ujarnya dengan riang, padahal banyak luka lebam di tubuhnya. "Kalau terbiasa kenapa tidak bisa mengontrol emosimu?" ujar mama Lia yang masih menggerus tanaman obat. "Habisnya, ayah menjengkelkan!" "Kamu ini!" Mama Lia mendekati Akara, lalu mengoleskan ramuan obat yang ia buat pada lukanya. "Agh." Ia sedikit meringis menahan sakit, sedangkan adiknya terus melihat ke arah mama Lia yang tengah mengoleskan ramuan. "Mama, tolong ajari aku tentang obat-obatan!" seru Akara di tengah-tengah pengolesan ramuan. "Yakin?" ujar mama Lia sam

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-28
  • Penguasa Dewa Naga    11. Mata ular?

    Saat malam hari, Akara berjalan melewati lorong rumah ditemani cahaya bulan dari dinding kaca. "Akara?" Mama Serin yang tengah berjalan melihatnya, lalu langsung mengikutinya. Akara menuju ke arah ruang makan, namun berhenti saat berada di depan kamar. Pintu dengan gantungan bunga-bunga, juga bertuliskan 'Alice'. Setelah melihat ke sekeliling dan memastikan tidak ada yang melihatnya, ia kemudian masuk ke dalam kamar adiknya. Kamar bernuansa merah muda yang begitu feminim, lalu tempat tidur dengan kasur dan selimut berwarna putih bersih. Di sana, Alice tengah terlelap dalam tidurnya. Dengan perlahan-lahan, ia mulai mendekati tempat tidur adiknya, lalu berdiri tepat di sampingnya. Disingkapnya selimut bagian atas hingga berada di perut adiknya, setelah itu kedua tangannya mengarah ke dada. Mama Serin yang tadi mengikuti Akara, kini membuat sebuah portal pada dinding. Portal terbentuk hingga seolah-olah dindingnya berlubang, lalu ia perhatikan apa yang anaknya lakukan. Aura ranah A

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-29
  • Penguasa Dewa Naga    12. Aura Alkemis

    Saat hari sudah gelap dan keadaan mulai sunyi, Akara kembali mengendap-endap masuk ke dalam kamar adiknya. Hal yang sama ia lakukan, menyalurkan energi miliknya menuju ke dalam tubuh Alice. Kegiatan yang terus ia lakukan setiap malam hingga genap satu minggu. .. Esok harinya, saat kakak dan keempat mamanya akan melakukan sarapan, tiba-tiba saja pintu kamar Alice terbuka dengan keras, lalu sang pemilik kamar berlari keluar. "Ada apa!?" "Kenapa cantik!?" Mama Rani dan mama Serin begitu panik dan segera berdiri untuk mendekati anaknya. "Mama, ranahku naik!" seru Alice sambil berlari menuju ruang makan dan mengeluarkan aura ranahnya. Aura 2 bintang energi diperlihatkan kepada kakaknya dan keempat mamanya. Tangan kanannya diulurkan ke depan, lalu muncul aliran listrik berwarna merah muda. Listrik yang menyelimuti tangannya, lalu menyebar ke segala arah. "Wahh akhirnya!" Mama Serin langsung memeluk anaknya, sambil mengusap-usap rambut hitam lurusnya. Melihat usahanya berhasil, senyuma

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-30

Bab terbaru

  • Penguasa Dewa Naga    Note Author

    Alhamdulillah selesai Season 1! Terima kasih buat yang sudah mendukung Author, semoga terhibur dengan imajinasi saya. Mohon maaf bila banyak kesalahan author, baik penulisan kata-kata yang kurang berkenan di hati para pembaca ataupun yang lainnya. Para pendukung semoga sehat selalu dan dilancarkan rezekinya, jadi dapat terus mengikuti perkembangan author dan Akara. Author akan hiatus dulu dan akan mulai kembali bulan depan, semoga diberikan kelancaran untuk semuanya. Oh iya, Author sarankan untuk membaca ulang Arc 1 (bab1-52) percayalah, ada rencana bagus yang Author siapkan untuk Akara. ******* Penguasa Dewa Naga Season 2 Takdir merenggut semua orang terkasihnya, membuat kekuatannya lepas kendali dan menciptakan lubang hitam. Dirinya terhisap ke dalam lubang hitam, lalu muncul kembali di dunia yang dipenuhi oleh api dan kekerasan. Neraka? Seperti itulah gambaran dunia ini. Dengan ingatan yang masih membekas, Akara mencari cara untuk keluar dari dunia itu. Menggunakan nama samaran

  • Penguasa Dewa Naga    338. Akhir Adalah sebuah Permulaan!

    Pemuda dengan pakaian compang camping penuh luka bakar dan menenteng sepasang pedang kayu hitam, muncul di atas sebuah sungai, di belakangnya ada gua di bawah air terjun yang sudah hancur. Ia lalu melihat ke arah hilir sungai, pemukiman di pinggir bantaran sungai sudah hancur berantakan, dengan pepohonan raksasa yang ambruk dari hutan di belakangnya. Selain tubuh manusia yang berserakan, juga banyak binatang sihir raksasa yang kondisinya tidak jauh berbeda. "Tuan Agera!" teriak seseorang yang wajah dan tubuhnya penuh bekas luka, namun kali ini banyak sekali tambahan luka di tubuhnya. Ia tertatih-tatih mendekat, lalu melesat terbang mendekati pemuda itu. "Marbun Bidara! Kekaisaran Gletser Abadi!"Akara langsung menoleh ke samping, kesadarannya langsung mendeteksi ribuan mil di depan sana. Wush!... Dalam sekejap, ia sudah berada di atas gletser kutub, meninggalkan robekan ruang yang gelap di udara, seakan menggaris langit sejauh ribuan mil. Gleng!... Ia melompat turun, membuat cekung

  • Penguasa Dewa Naga    337. Saling Membunuh!

    447Walau tubuhnya masih penuh luka bakar yang mulai mengering, ia mengangkat satu tangannya ke atas. Wush!... Ketiga Auranya menyala, membuat hembusan energi dan seketika energi meluap keluar dari tubuhnya, membentuk aliran energi yang bergerak ke atas. Enegi itu membentuk lingkaran energi besar yang memiliki pola rumit layaknya di atas altar teleportasi. "Kau ingin kabur!?" Sonic Boom terbentuk di belakang Rose, sambil mengulurkan satu tangan ke depan dan segera diselimuti oleh energi merah berbentuk cakar. Akan tetapi, lingkaran teleportasi sudah sepenuhnya menyala dan Whup!... Para master Alkemis menghilang, namun ternyata Akara masih berada di sana. Cring!... Ia menangkis cakar rubah menggunakan pedang kayunya sambil tersenyum menyeringai."Sudah aku bilang, aku akan membunuhmu!"Wush!... Rose melesat menjauh bagaikan bayangan, namun Akara langsung berada di depannya. Mereka melesat hingga luka bakar di tubuh keduanya terlepas sendiri-sendiri. Akara terus mengincar lehernya, mem

  • Penguasa Dewa Naga    336. Penculik Master Alkemis!

    Laser menembus energi pelindung dan langsung menerpa tubuhnya, cukup lama laser bersinar hingga akhirnya padam. Gelombang radiasi panas masih memenuhi angkasa lepas, lalu ada bongkahan batu yang menyala merah. Krek!... Batu itu retak dan tidak lama kemudian hancur, muncullah pemuda berjaket hitam di dalamnya. Walau tubuhnya diselimuti oleh Esensi Surgawi, namun pakaian dan tubuhnya penuh luka bakar. "Apa aku bilang!" seru Komo, namun tuannya masih terlihat santai dan meraih kedua pedangnya kembali. Akan tetapi.."Agkh!" Ia langsung memegangi dadanya dan tatapannya begitu tajam melihat ke arah gadis rubah di depannya. "Ada apa Akara!?"Ia menjawabnya sambil menahan emosi dan giginya mengatup karena sangat geram. "Kubah pelindung di kota Bhinneka telah hancur, bahkan yang menyelimuti Gua Pelindung Harapan juga hancur!"Rose lalu tertawa puas, seolah-olah dia dapat mendengar apa yang Akara katakan. "Apa kau merasakannya!? Pasukanku telah menemukan keberadaan kekasih fanamu! Para gadism

  • Penguasa Dewa Naga    335. Peniru Higanbana!

    335Di angkasa lepas yang gelap dan dihiasi cahaya bintang. Bruak!... Rose kembali tertahan oleh dinding transparan dan Akara langsung berada di depannya, memukul hidungnya dengan sekuat tenaga. Dinding transparan langsung hancur dan gadis itu terlempar ke belakang. Akara ingin membuat dinding transparan lagi, namun segera ada energi kematian yang menyelimuti tubuh Rose. Gadis itu tidak lagi menabrak dinding transparan dan menembusnya. Akan tetapi, Akara tetap muncul di depannya dengan mengayunkan pedangnya. Tring tring!... Benturan pedang dan cakar rubah menciptakan percikan api, lalu mereka saling menyerang sambil terus melesat. Bugh!... Rose menendang perut Akara hingga terlempar mundur, namun pemuda itu langsung berteleport di belakangnya. Crang!... Ia mengayunkan pedangnya, ditahan oleh selendang, namun tetap membuat meluncur jauh. Ia kembali berteleport dan menendang punggungnya, hingga melenting sebelum terlempar. Gadis itu terlempar menuju planet di dekatnya, terbakar saat mem

  • Penguasa Dewa Naga    334. Raja Kutukan!

    Kubah pelindung arena bergetar hebat, membuat semua orang menoleh, termasuk para penyandera dan yang di sandera. Pria bertopeng kucing oranye sempat melirik leher penyandera, namun getaran itu tidak berlangsung lama. ...Di dalam arena, bongkahan batu tadi sudah menyala merah layaknya bara api. Sedangkan Rose diselimuti oleh selendangnya yang perlahan-lahan membuka. Ia terkekeh saat melihat sekitarnya dipenuhi asap bekas terbakar. "Kau bodoh! Membakar seluruh tempat hanya akan membunuh dirimu sendiri! Sekarang tidak ada lagi oksigen untukmu ber..." Ia terdiam saat bongkahan batu yang melayang-layang tersibak, nampaklah pemuda berjaket hitam yang melebarkan kedua tangannya ke samping. Di ujung telapak tangannya, ada sebuah benda seperti kelereng yang bercahaya sangat terang, dengan ketiga auranya yang menyala. Aliran energi sangat lebar layaknya selendang sutra merahnya, bergerak masuk ke dalam kedua titik bercahaya. "Sudah kubilang, aku akan membunuhmu!" Akara menyeringai, namun se

  • Penguasa Dewa Naga    333. Ledakan Kilonova

    333Mengetahui kekasihnya disandera, puluhan bor spiral terbentuk dan langsung melesat, meliuk-liuk menghindari selendang merah yang hendak menangkisnya. Akan tetapi, ada energi kematian yang langsung membuat bor spiral melebur. Benar-benar lenyap di udara tanpa menyisakan sebutir debupun. Ia langsung berhenti, melihat Lina yang pergi bersama pasukan yang mengepungnya, memasuki portal dan menghilang. "Lihatlah! Apalagi yang bisa kau miliki!? Sang Peri Salju telah pergi, putri Kaisar Atla telah dikepung, tidak ada yang bisa kau lakukan lagi!?" Wush tring tring tring tring!... Akara melesat dengan tatapan tajam ke arahnya. Walau banyak selendang yang menghadang, namun ia tebas begitu mudahnya. Karena terus mendekat, energi kematian seperti asap hitam kehijauan keluar dari tubuh Rose. Persis seperti seekor gurita yang menyemprotkan tintanya. Akan tetapi, ada angin yang berputar, menembus kepulan energi kematian. Ia melesat dan sudah siap posisi Cakaran Naga Hitam, membuat gadis itu terb

  • Penguasa Dewa Naga    332. Kekacauan

    Kedua peserta sudah berada di atas arena, mereka masih terlihat begitu tenang, walau gong tanda mulainya pertandingan sudah berbunyi. "Apa yang kau lakukan? Cepat menyerah!" Komo yang tidak sabar langsung melompat dan bertengger di pundaknya."Iya iya!" Akara ingin mengangkat tangannya, namun gadis yang menjadi lawannya berbicara. "Kau mirip dengan ayahmu!"Akara langsung menarik kembali tangannya dan menatapnya sambil mengernyitkan dahi. "Kau kenal ayahku?"Rose langsung tertawa lepas, lalu berjalan mendekat sambil berkata. "Tidak hanya kenal!" Ia mengangkat satu tangannya. "Dengan tangan ini aku membunuhnya!" Akara langsung terbelalak dan mengepal erat, namun masih berusaha menahan emosinya. "Apa maksudmu!?"Gadis itu kembali tertawa puas dan terdengar menakutkan, lalu berkata dengan ritme cepat. "Kau tau bagaimana ekspresi ibumu si Rani yang marah meluap-luap? Kau tau bagaimana ekspresi Violet yang dingin dan menak

  • Penguasa Dewa Naga    331. Pertemuan 2 Gadisnya

    Akara berjalan di sebuah lorong sambil menggandeng tangan kekasihnya. Di lorong yang sepi, namun terdengar suara riuh dari penonton dari sebuah tribun di atas mereka. Saat itulah mereka berpapasan dengan seorang gadis bergaun merah dan bercadar. Langkahnya begitu tenang dan mantap saat melewati lorong, ditemani oleh seorang pemuda berpakaian rapi. Akara langsung mengenali pemuda itu, sang wakil komandan pasukan Bintang, Baester. Ia langsung mempercepat langkahnya dan mendekat, lalu melebarkan tangan kanannya ke samping, menyentuh dinding lorong dan menghalangi jalan mereka.Melihat nonanya dihadang, Baester langsung menghardiknya. "Akara, apa yang kau lakukan!?"Akara lalu menatapnya dan berkata dengan tenang. "Pergilah!" Ia langsung membuat pemuda itu tehentak, lalu gadis bercadar berkata tanpa menoleh. "Pergilah terlebih dahulu!""Baik nona!" Ia langsung melesat pergi, sedangkan Akara langsung tersenyum lebar dan berkata."Kenapa memak

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status