Share

Penguasa Dewa Naga
Penguasa Dewa Naga
Penulis: Aldho Alfina

01. Bakat?

Penulis: Aldho Alfina
last update Terakhir Diperbarui: 2022-08-12 20:56:28

"Bakat apa!?" Akara, bocah laki-laki berumur 7 tahun berteriak sangat keras dan mulai meneteskan air mata.

"Aku akan menjadi master Aura terkuat! Apa-apaan dengan benda rusak ini!?" lanjutnya.

"Semangatmu memang bagus nak, tapi bakatmu sudah ditentukan oleh takdir. Tidak bisa diubah lagi." Pria penguji perlahan mendekati Akara yang sedang menangis dan mengulurkan tangannya, untuk mengusap kepala anak kecil itu.

Plakk!!

Dengan sekuat tenaga, ia menepis tangan pria paruh baya itu dan sontak membuat semua orang terkejut. Tatapan matanya yang tajam karena kesal, kini terhentak seakan ada yang menusuk tubuhnya, ia melihat ke arah anak-anak lain yang tengah merasa kasihan kepadanya. Anak-anak itu mengernyitkan dahinya, mengasihani dirinya akan bakatnya.

"Persetan dengan bakat! Persetan dengan takdir! Gelar master Aura terkuat akan aku miliki bagaimanapun caranya! Semua itu bukan karena bakat, tapi dengan kerja keras dan kepintaranku!" Akara berteriak dengan lantang, lalu mengangkat pedang kayu di tangan kanannya ke arah anak-anak lainnya. Tangisannya mereda, dan tangan kirinya kini mengusap sisa air mata yang mengalir di pipinya.

"Kalian yang dianggap jenius berbakat, akan aku buat tidak berkutik melawanku! Akan aku buat takdirku sendiri! Walaupun harus melawan Dewa sekalipun, pasti akan aku lakukan dan akan aku lampaui!" teriaknya lagi, lalu berjalan pergi meninggalkan altar batu. Tatapan mata yang tajam terus melihat ke depan, tanpa memperhatikan pandangan anak-anak lainnya.

Semuanya benar-benar sunyi kala itu, tidak ada yang mengeluarkan suara sama sekali selain langkah kakinya. Langkah kaki yang mantap terdengar sangat jelas, namun kemudian terdengar lebih cepat saat ia berlari meninggalkan akademi. Kepergiannya dibarengi oleh turunnya hujan yang begitu lebat dan juga petir yang menyambar-nyambar

...

Sungai Oll

Sungai selebar puluhan meter yang bersanding dengan pegunungan Vodor. Akan tetapi, keduanya saling menjauh karena adanya kota Oll Hilir. Kota ini berada di tengah-tengah Sungai besar Oll dan pegunungan Vodor yang begitu tinggi.

Masih dengan muka yang kesal, Akara memasuki hutan dan berjalan di pinggir sungai Oll. Pepohonan dan tanah sudah begitu basah, terguyur hujan yang kini sudah mulai terang. Tubuh anak kecil itu juga sudah basah, ia terus berjalan tanpa memperhatikan sekitar, seolah-olah tanpa tujuan, namun akhirnya ia tersadar saat melihat seseorang berjalan di atas tebing.

Tebing dengan tinggi belasan meter, tepat di sisi sungai, ada seorang wanita dengan gaun merah muda dan mengenakan topeng berbentuk wajah laki-laki dengan kumis. Walau sekelilingnya telah basah karena terguyur hujan, gaunnya masih kering dan merumbai indah karena tersapu angin. Ia berjalan begitu anggun di atas tebing, seolah meniti sebuah tali, ia merentangkan kedua tangannya untuk menjaga keseimbangan.

"Woi! Bahaya!" Akara sontak panik saat wanita itu terus berjalan walau hampir mencapai ujung tebing. Benar saja, wanita itu terus berjalan hingga terjatuh dari tebing. Posisi jatuhnya tetap berdiri tegap, meluncur menuju sungai di bawahnya.

Akara tambah panik, ia langsung melompat begitu mencapai tempat paling dekat. Setelah anak itu menceburkan diri, wanita tadi terjatuh sangat kuat hingga menyebabkan ombak di sungai. Walau arusnya cukup tenang, tapi Akara tetap kesulitan berenang saat tersapu oleh ombak dari jatuhnya wanita tadi.

Karena terus terdorong ombak, ia menarik napas panjang, kemudian menyelam ke Dalam air. Ia membuka matanya di Dalam air, dan melihat wanita tadi yang terlihat tidak bisa berenang dan panik karena tenggelam. Tanpa basa-basi, ia langsung berenang ke arahnya, lalu mengambil udara lagi sebelum menyelam dan meraih tangannya.

Setelah berhasil meraih tangan wanita itu, ia langsung berenang ke permukaan. Tubuhnya ditarik ke pinggir sungai sebelum ia tersungkur, lalu membalikkan badannya. Keduanya terengah-engah kehabisan napas dengan tubuh basah kuyup. Setelah beberapa detik, ia berusaha duduk dan menatap wanita itu dengan kesal. Gaun merah muda yang ia kenakan, kini melekat pada tubuhnya karena basah, memperlihatkan lekukan indah tubuhnya yang ramping dengan buah dada sedang, namun setengah bulat sempurna.

"Apa yang kau lakukan!?" teriaknya tepat di depan muka wanita bertopeng.

"Jatuh," ujar wanita bertopeng dengan masih terengah-engah. Suara seorang gadis yang begitu lembut terdengar sangat indah walau hanya satu patah kata.

"Kalau itu aku juga sudah tau! Kenapa bisa jatuh!"

"Jatuh, karena berjalan di atas tebing," jawabnya seakan-akan tanpa beban, membuat Akara semakin kesal.

"Akkhhh!!" Akara berteriak sangat kesal, lalu terhentak kaget, meraih punggungnya saat menyadari pedang kayu miliknya telah hilang.

"Pedangku!?" Ia langsung berdiri dan mengamati ke segala penjuru, namun masih saja tidak menemukan pedangnya.

Setelah itu ia terdiam, pandangannya tertuju pada sungai di depannya. Tanpa basa-basi, ia langsung melompat kembali ke sungai. Setelah mengambil napas panjang, ia menyelam lagi ke Dalam sungai.

Wanita bertopeng tadi sekarang duduk, mengamati air bergelombang yang mulai tenang kembali. Tidak lama kemudian anak itu muncul ke permukaan, menghirup udara segar sambil berenang ke pinggiran.

"Dapat?" ujar wanita bertopeng, padahal jelas-jelas anak itu kembali dengan tangan kosong.

"Dapat dilihat bukan!?" jawabnya dengan berteriak sambil menatapnya dengan kesal.

"Ohh… Siapa namamu?"

"Akara," jawabnya dengan suara lebih tenang, namun raut mukanya masih kesal.

"Akara? Kalau aku panggil saja Si Cantik," ujar wanita bertopeng sambil menunjuk kedua pipinya dengan begitu imut.

"Tidak ada yang nanya! Cantik dari mana? Topeng jelek begitu," ujar Akara sambil menunjuk ke arah muka wanita bertopeng.

"Aku cantik!"

"Jelek!"

"Cantik!" Wanita bertopeng yang tadinya cuek, ternyata berperilaku sangat menyebalkan hingga beradu mulut dengan anak kecil.

Karena terlampau kesal, Akara dengan cepat menarik topengnya: "Jele..?" Ia terdiam sesaat begitu melihat wajahnya.

Bab terkait

  • Penguasa Dewa Naga    02. Harapan

    Wajah seorang gadis berusia 17 tahunan dengan wajah tirus, sorot mata yang terang dengan pupil berwarna hitam dengan garis-garis merah muda, lalu senyuman manis di bibir merah mudanya. Rambut hitam panjangnya yang lurus, terlihat begitu kontras dengan kulitnya yang putih bersih seperti mutiara. Dengan cepat gadis itu mengenakan kembali topengnya, sedangkan Akara malah berteriak. "Jelek! Week!" teriaknya sambil menjulurkan lidah. "Hahaha, lihat sepuluh tahun lagi!" ujar gadis tadi dengan suara begitu lembut. Ia berusaha berdiri, lalu mengulurkan tangan kanannya ke arah Akara, dan tiba-tiba saja muncul dua bilah pedang kayu. "Ambil pedangku," lanjutnya, lalu muncul kilatan listrik berwarna merah muda di sekujur tubuhnya, yang tak lama kemudian membuat dirinya menghilang. "Wahh keren!" seru Akara kagum melihat kepergiannya, lalu meraih kedua bilah pedang kayu yang terjatuh di depannya. "Ini, ini pedangku!" teriaknya, namun kemudian menyadari sesuatu yang aneh dan mengayunkannya. "Bu

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-12
  • Penguasa Dewa Naga    03. Perjanjian

    "Tolong?" ujar gadis bertopeng dengan riang. "To, tolong!" teriak Akara terbata karena terpaksa. Kini keduanya terdiam, saling menatap tanpa ada pergerakan sedikitpun. Lama-lama Akara mulai kesal, hingga matanya mulai melotot. "Baiklah," jawab sang gadis sambil berdiri tegap kembali, membuat ekspresi wajah Akara berubah 180 derajat. "Benarkah!?" serunya dengan begitu gembira. "Akan aku berikan sebuah teknik latihan ranah, namun dengan syarat," "Apa syaratnya!? Akan aku lakukan!" Akara sontak kegirangan dan tanpa pikir panjang mengiyakan, sebelum gadis itu memberikan syaratnya. "Dalam satu minggu ini, jangan sampai ada luka sedikitpun di tubuhmu. Kalaupun kamu bertengkar, harus menang tanpa ada luka," "Satu minggu!? Itu terlalu lama!" teriak Akara sampai-sampai terlihat ingin menangis. "Kalau tidak mau yaudah." Gadis itu menggoda Akara, dengan mengeluarkan dua buah gulungan kertas, lalu digoyang-goyangkan. "Aku lakukan!" teriak Akara tanpa basa-basi dan langsung berjalan pergi

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-12
  • Penguasa Dewa Naga    04. Pembukaan Aura Ranah

    Akara kesal, mengepalkan tangannya dengan begitu kuat, namun tiba-tiba terbelalak. "Satu, dua…" Akara tiba-tiba menghitung jarinya, lalu Cor Beton mendekatinya. "Kenapa? Kita ada 4 orang, tapi aku saja sudah cukup untuk menghajarmu," "Ehh 7!?" Akara mengabaikan Cor Beton dan panik begitu mengetahui ini hari ketujuh. "Beraninya kau mengabaikan aku!" Cor Beton sontak kesal, namun tiba-tiba saja Akara berlari mengindarinya. "Hahaha pengecut itu lari ketakutan melihat tuan Cor Beton!" seru salah satu bawahan Cor Beton. "Hahaha kejar dia!" Cor Beton merasa sombong dan mengejar Akara bersama bawahannya. Menyadari ada yang mengejarnya, ia terkekeh, kemudian berlari ke arah hutan. Karena sudah terbiasa dan hafal medannya, ia dengan mudah meninggalkan mereka cukup jauh. "Ke mana anak itu?!" ujar Cor beton kepada bawahannya begitu keberadaan Akara tidak dapat ia temukan. "Dia, sangat cepat, sekali, kaburnya." Salah satu bawahannya kelelahan hingga kesulitan mengatur napas. Kretak!!

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-12
  • Penguasa Dewa Naga    05. Balas Dendam!

    Diulurkan tangan kanannya untuk menyentuh kubah secara perlahan, lalu muncul energi dingin dari arah lengannya. Energi dingin yang dengan cepat membekukan seluruh kubah penghalang, lalu diketukkan jari telunjuknya pada kubah. Crangg!! Ketukan pelan nan lembut, tapi membuat kubah hancur berantakan seperti pecahan kaca. Energi penghalang yang harusnya bisa menahan bahkan monster sekuat apapun, namun dengan mudahnya dihancurkan. Wanita itu kini melayang turun perlahan, dibarengi jatuhnya kristal es dari tubuhnya dan memadamkan api yang membakar hutan. Beberapa saat kemudian, kubah penghalang mulai terbentuk kembali secara perlahan-lahan hingga akhirnya utuh seperti sedia kala. "Memang bisa menahan monster sekuat apapun, tapi tidak akan menahan sesuatu yang bahkan membuat monster ketakutan," ujar gadis bertopeng seraya melihat ke arah mamanya Akara. "Lisa, ada apa dengan kekuatanmu?" ujarnya dengan santai, seperti tidak melihat keadaan anaknya yang sedang pingsan. "Perjalanan ruang w

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-12
  • Penguasa Dewa Naga    06. Melawan keluarga Beton

    "Apa yang terjadi, bagaimana bisa?" Akara langsung melepaskan pegangannya pada kedua pedang kayunya, lalu tertatih berjalan mundur. "Anakku!" Ayah Cor Beton langsung berlari menghampiri anaknya dan langsung mengusap darah di perut yang mengalir di perutnya. "Selamatkan anakku!" teriaknya kepada para anggota keluarga Beton. "Tangkap anak itu!" Yon Beton langsung memerintahkan anggota keluarga Beton untuk menangkap Akara. Padahal anak itu sedang kebingungan dan masih tidak percaya dengan apa yang telah terjadi. "Panggil ibunya ke sini!" lanjutnya. … Beberapa saat kemudian, mamanya Akara datang ke kediaman keluarga Beton. Di sana Akara sudah babak-belur, terikat pada tiang kayu dengan tatapan mata kosong. "Akara!" teriaknya yang langsung berlari menghampiri anaknya. Tatapan mata kesal terus terpancar dari para anggota keluarga Beton. Saat itu hanya ada Yon Beton, sedangkan ayah Cor Beton selaku kepala keluarga malah tidak terlihat. Dengan perlahan Yon Beton mendekati wanita yang

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-13
  • Penguasa Dewa Naga    07. Ayah dan Pernjanjian lagi

    Di kediaman keluarga Beton, Lisa mendatangi suatu bangunan, di sana terdengar suara tangisan banyak orang. Saat ia membuka pintu, ada beberapa orang yang sedang mengerumuni jasad Cor Beton. Kebanyakan dari mereka adalah wanita dan begitu melihat kedatangannya, satu-persatu tangisan mereka berhenti. Kedatangan wanita bertopeng misterius, tentu saja membuat mereka terkejut dan langsung berposisi menyerang. Dikeluarkan aura ranah mereka yang hanya aura satu bulan energi, ranah Maskumambang. "Siapa kau!?" "Berani-beraninya menyusup ke kediaman keluarga Beton!" Lisa tidak memperdulikannya dan dengan tenang berjalan menuju ke arah dua pedang kayu yang tergeletak di lantai. Pedang kayu yang ia berikan kepada Akara, kini telah berlumuran darah tuan muda keluarga Beton. Tanpa mengucapkan sepatah katapun, ia mengambilnya dan berjalan ke luar ruangan begitu saja. … Wush! Tiba-tiba saja ada seorang laki-laki yang berdiri di depan Akara. Ia masih terlihat muda, bahkan seperti belum mencapai

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-25
  • Penguasa Dewa Naga    08. Keluarga

    Wilayah Kaisar Naga Sejati Lisa melayang di atas hutan yang begitu lebat nan luas, di depannya ada seorang gadis yang juga melayang. Gadis dengan rambut yang disanggul berwarna emas berkilau, menampakkan lehernya dengan rambut tipis. Kulitnya begitu putih bersih, dengan bibir tipis merah muda dan pupil mata yang sama dengan warna rambutnya. Dada dan panggulnya bulat berisi, dengan pinggul kecil dan kaki jenjang. Bisa dikatakan bahwa tubuhnya sangatlah ideal. "Mendistorsi ruang waktu yang menggagalkan teleportasiku, seharusnya ada satu orang yang bisa melakukannya di dunia fana ini," ujar Lisa sambil melepaskan topengnya perlahan-lahan, menunjukkan wajahnya yang tidak kalah cantik. "Kekuatanmu turun sejauh ini, apa masih berani mendatangi mereka?" Gadis berambut emas perlahan-lahan mendekati Lisa. "Apa ingin memberiku kekuatan, kak Viona?" Lisa tersenyum lebar sambil terus menatapnya. Gadis bernama Viona itu kemudian menjentikkan jarinya, membuat penghalang yang mengelilingi mereka

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-26
  • Penguasa Dewa Naga    9. Berlatih Keras

    Kedua bilah pedang melesat dengan cepat ke arah Alice dan mengitari tubuhnya. Walau nampak terkejut dan ketakutan, gadis itu tetap diam dan mengamati pedang yang tebang mengitarinya. Brakk! Tiba-tiba saja pedang terjatuh, jatuhnya kedua pedang kayu membuat Akara terbangun. "Ahh Alice, ada apa?" Akara bangun dan mendekati adiknya yang masih mematung. "Kok pedangku di situ?" Ia lalu mengambil pedang kayu miliknya yang berada di bawah kaki adiknya. "Maaf kak," ujar Alice yang terlihat sedikit takut. "Tidak apa-apa," jawab Akara sambil tersenyum lebar, agar adiknya tidak merasa bersalah lagi. "Itu kak, mama sudah menunggu di ruang makan," "Oh ayo!" Ia langsung meraih tangan adiknya dan bergegas menuju ruang makan. Sesampainya di sana, ia langsung melepaskan tangan adiknya dan berlari ke arah ayahnya. Dengan cepat ia ayunkan pedangnya ke arah tengkuk ayahnya yang sedang duduk. Tass!! dalam sekejap mata, mama Violet sudah ada di sampingnya dan menangkis pedangnya menggunakan jari

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-27

Bab terbaru

  • Penguasa Dewa Naga    Note Author

    Alhamdulillah selesai Season 1! Terima kasih buat yang sudah mendukung Author, semoga terhibur dengan imajinasi saya. Mohon maaf bila banyak kesalahan author, baik penulisan kata-kata yang kurang berkenan di hati para pembaca ataupun yang lainnya. Para pendukung semoga sehat selalu dan dilancarkan rezekinya, jadi dapat terus mengikuti perkembangan author dan Akara. Author akan hiatus dulu dan akan mulai kembali bulan depan, semoga diberikan kelancaran untuk semuanya. Oh iya, Author sarankan untuk membaca ulang Arc 1 (bab1-52) percayalah, ada rencana bagus yang Author siapkan untuk Akara. ******* Penguasa Dewa Naga Season 2 Takdir merenggut semua orang terkasihnya, membuat kekuatannya lepas kendali dan menciptakan lubang hitam. Dirinya terhisap ke dalam lubang hitam, lalu muncul kembali di dunia yang dipenuhi oleh api dan kekerasan. Neraka? Seperti itulah gambaran dunia ini. Dengan ingatan yang masih membekas, Akara mencari cara untuk keluar dari dunia itu. Menggunakan nama samaran

  • Penguasa Dewa Naga    338. Akhir Adalah sebuah Permulaan!

    Pemuda dengan pakaian compang camping penuh luka bakar dan menenteng sepasang pedang kayu hitam, muncul di atas sebuah sungai, di belakangnya ada gua di bawah air terjun yang sudah hancur. Ia lalu melihat ke arah hilir sungai, pemukiman di pinggir bantaran sungai sudah hancur berantakan, dengan pepohonan raksasa yang ambruk dari hutan di belakangnya. Selain tubuh manusia yang berserakan, juga banyak binatang sihir raksasa yang kondisinya tidak jauh berbeda. "Tuan Agera!" teriak seseorang yang wajah dan tubuhnya penuh bekas luka, namun kali ini banyak sekali tambahan luka di tubuhnya. Ia tertatih-tatih mendekat, lalu melesat terbang mendekati pemuda itu. "Marbun Bidara! Kekaisaran Gletser Abadi!"Akara langsung menoleh ke samping, kesadarannya langsung mendeteksi ribuan mil di depan sana. Wush!... Dalam sekejap, ia sudah berada di atas gletser kutub, meninggalkan robekan ruang yang gelap di udara, seakan menggaris langit sejauh ribuan mil. Gleng!... Ia melompat turun, membuat cekung

  • Penguasa Dewa Naga    337. Saling Membunuh!

    447Walau tubuhnya masih penuh luka bakar yang mulai mengering, ia mengangkat satu tangannya ke atas. Wush!... Ketiga Auranya menyala, membuat hembusan energi dan seketika energi meluap keluar dari tubuhnya, membentuk aliran energi yang bergerak ke atas. Enegi itu membentuk lingkaran energi besar yang memiliki pola rumit layaknya di atas altar teleportasi. "Kau ingin kabur!?" Sonic Boom terbentuk di belakang Rose, sambil mengulurkan satu tangan ke depan dan segera diselimuti oleh energi merah berbentuk cakar. Akan tetapi, lingkaran teleportasi sudah sepenuhnya menyala dan Whup!... Para master Alkemis menghilang, namun ternyata Akara masih berada di sana. Cring!... Ia menangkis cakar rubah menggunakan pedang kayunya sambil tersenyum menyeringai."Sudah aku bilang, aku akan membunuhmu!"Wush!... Rose melesat menjauh bagaikan bayangan, namun Akara langsung berada di depannya. Mereka melesat hingga luka bakar di tubuh keduanya terlepas sendiri-sendiri. Akara terus mengincar lehernya, mem

  • Penguasa Dewa Naga    336. Penculik Master Alkemis!

    Laser menembus energi pelindung dan langsung menerpa tubuhnya, cukup lama laser bersinar hingga akhirnya padam. Gelombang radiasi panas masih memenuhi angkasa lepas, lalu ada bongkahan batu yang menyala merah. Krek!... Batu itu retak dan tidak lama kemudian hancur, muncullah pemuda berjaket hitam di dalamnya. Walau tubuhnya diselimuti oleh Esensi Surgawi, namun pakaian dan tubuhnya penuh luka bakar. "Apa aku bilang!" seru Komo, namun tuannya masih terlihat santai dan meraih kedua pedangnya kembali. Akan tetapi.."Agkh!" Ia langsung memegangi dadanya dan tatapannya begitu tajam melihat ke arah gadis rubah di depannya. "Ada apa Akara!?"Ia menjawabnya sambil menahan emosi dan giginya mengatup karena sangat geram. "Kubah pelindung di kota Bhinneka telah hancur, bahkan yang menyelimuti Gua Pelindung Harapan juga hancur!"Rose lalu tertawa puas, seolah-olah dia dapat mendengar apa yang Akara katakan. "Apa kau merasakannya!? Pasukanku telah menemukan keberadaan kekasih fanamu! Para gadism

  • Penguasa Dewa Naga    335. Peniru Higanbana!

    335Di angkasa lepas yang gelap dan dihiasi cahaya bintang. Bruak!... Rose kembali tertahan oleh dinding transparan dan Akara langsung berada di depannya, memukul hidungnya dengan sekuat tenaga. Dinding transparan langsung hancur dan gadis itu terlempar ke belakang. Akara ingin membuat dinding transparan lagi, namun segera ada energi kematian yang menyelimuti tubuh Rose. Gadis itu tidak lagi menabrak dinding transparan dan menembusnya. Akan tetapi, Akara tetap muncul di depannya dengan mengayunkan pedangnya. Tring tring!... Benturan pedang dan cakar rubah menciptakan percikan api, lalu mereka saling menyerang sambil terus melesat. Bugh!... Rose menendang perut Akara hingga terlempar mundur, namun pemuda itu langsung berteleport di belakangnya. Crang!... Ia mengayunkan pedangnya, ditahan oleh selendang, namun tetap membuat meluncur jauh. Ia kembali berteleport dan menendang punggungnya, hingga melenting sebelum terlempar. Gadis itu terlempar menuju planet di dekatnya, terbakar saat mem

  • Penguasa Dewa Naga    334. Raja Kutukan!

    Kubah pelindung arena bergetar hebat, membuat semua orang menoleh, termasuk para penyandera dan yang di sandera. Pria bertopeng kucing oranye sempat melirik leher penyandera, namun getaran itu tidak berlangsung lama. ...Di dalam arena, bongkahan batu tadi sudah menyala merah layaknya bara api. Sedangkan Rose diselimuti oleh selendangnya yang perlahan-lahan membuka. Ia terkekeh saat melihat sekitarnya dipenuhi asap bekas terbakar. "Kau bodoh! Membakar seluruh tempat hanya akan membunuh dirimu sendiri! Sekarang tidak ada lagi oksigen untukmu ber..." Ia terdiam saat bongkahan batu yang melayang-layang tersibak, nampaklah pemuda berjaket hitam yang melebarkan kedua tangannya ke samping. Di ujung telapak tangannya, ada sebuah benda seperti kelereng yang bercahaya sangat terang, dengan ketiga auranya yang menyala. Aliran energi sangat lebar layaknya selendang sutra merahnya, bergerak masuk ke dalam kedua titik bercahaya. "Sudah kubilang, aku akan membunuhmu!" Akara menyeringai, namun se

  • Penguasa Dewa Naga    333. Ledakan Kilonova

    333Mengetahui kekasihnya disandera, puluhan bor spiral terbentuk dan langsung melesat, meliuk-liuk menghindari selendang merah yang hendak menangkisnya. Akan tetapi, ada energi kematian yang langsung membuat bor spiral melebur. Benar-benar lenyap di udara tanpa menyisakan sebutir debupun. Ia langsung berhenti, melihat Lina yang pergi bersama pasukan yang mengepungnya, memasuki portal dan menghilang. "Lihatlah! Apalagi yang bisa kau miliki!? Sang Peri Salju telah pergi, putri Kaisar Atla telah dikepung, tidak ada yang bisa kau lakukan lagi!?" Wush tring tring tring tring!... Akara melesat dengan tatapan tajam ke arahnya. Walau banyak selendang yang menghadang, namun ia tebas begitu mudahnya. Karena terus mendekat, energi kematian seperti asap hitam kehijauan keluar dari tubuh Rose. Persis seperti seekor gurita yang menyemprotkan tintanya. Akan tetapi, ada angin yang berputar, menembus kepulan energi kematian. Ia melesat dan sudah siap posisi Cakaran Naga Hitam, membuat gadis itu terb

  • Penguasa Dewa Naga    332. Kekacauan

    Kedua peserta sudah berada di atas arena, mereka masih terlihat begitu tenang, walau gong tanda mulainya pertandingan sudah berbunyi. "Apa yang kau lakukan? Cepat menyerah!" Komo yang tidak sabar langsung melompat dan bertengger di pundaknya."Iya iya!" Akara ingin mengangkat tangannya, namun gadis yang menjadi lawannya berbicara. "Kau mirip dengan ayahmu!"Akara langsung menarik kembali tangannya dan menatapnya sambil mengernyitkan dahi. "Kau kenal ayahku?"Rose langsung tertawa lepas, lalu berjalan mendekat sambil berkata. "Tidak hanya kenal!" Ia mengangkat satu tangannya. "Dengan tangan ini aku membunuhnya!" Akara langsung terbelalak dan mengepal erat, namun masih berusaha menahan emosinya. "Apa maksudmu!?"Gadis itu kembali tertawa puas dan terdengar menakutkan, lalu berkata dengan ritme cepat. "Kau tau bagaimana ekspresi ibumu si Rani yang marah meluap-luap? Kau tau bagaimana ekspresi Violet yang dingin dan menak

  • Penguasa Dewa Naga    331. Pertemuan 2 Gadisnya

    Akara berjalan di sebuah lorong sambil menggandeng tangan kekasihnya. Di lorong yang sepi, namun terdengar suara riuh dari penonton dari sebuah tribun di atas mereka. Saat itulah mereka berpapasan dengan seorang gadis bergaun merah dan bercadar. Langkahnya begitu tenang dan mantap saat melewati lorong, ditemani oleh seorang pemuda berpakaian rapi. Akara langsung mengenali pemuda itu, sang wakil komandan pasukan Bintang, Baester. Ia langsung mempercepat langkahnya dan mendekat, lalu melebarkan tangan kanannya ke samping, menyentuh dinding lorong dan menghalangi jalan mereka.Melihat nonanya dihadang, Baester langsung menghardiknya. "Akara, apa yang kau lakukan!?"Akara lalu menatapnya dan berkata dengan tenang. "Pergilah!" Ia langsung membuat pemuda itu tehentak, lalu gadis bercadar berkata tanpa menoleh. "Pergilah terlebih dahulu!""Baik nona!" Ia langsung melesat pergi, sedangkan Akara langsung tersenyum lebar dan berkata."Kenapa memak

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status