Johan menceletuk, "Ternyata cuma vitamin ya, kukira kamu sakit."Bulu mata Kyra bergetar sejenak. Sebelum dia sempat mengatakan apa pun, wajah Deven telah berubah menjadi muram. Dia tidak tahan mendengar kata-kata yang menyiratkan bahwa kondisi kesehatan Kyra bermasalah. Dengan tatapan tajam, dia menegur Johan yang duduk di kursi penggugat. "Siapa pun bisa punya masalah kesehatan, kecuali dia."Dalam pandangan Deven, Kyra adalah orang yang paling memperhatikan kesehatannya. Sejak kecil, Kyra sangat dimanjakan dan selalu menjaga dirinya dengan baik. Bahkan saat sedang hamil sekarang, Kyra juga tidak pernah melewatkan satu pun pemeriksaan kehamilan.Jadi, mana mungkin tubuhnya bermasalah? Oleh karena itu, Deven merasa kesal mendengar Johan membicarakan hal itu. Johan hanya tersenyum, lalu tidak mengatakan apa pun lagi.Irish tak kuasa menimpali, "Deven, Pak Johan cuma sekadar ngomong. Cuma perumpamaan, kok. Nggak usah dianggap serius.""Perumpamaan juga nggak boleh." Deven menoleh, lalu
"Pegangan yang erat, akan kutarik kamu!"Di dalam rekaman, muncul Kyra dan ibunya. Kyra sedang memegang kue kesukaan Nelson yang masih hangat."Deven, kamu ngapain!" teriak Nelson kepada Deven di balkon. Di dalam rekaman, Deven melihat ke arah Kyra. Terlihat jelas dalam rekaman itu bahwa Nelson tiba-tiba melepaskan pergelangan Deven saat itu juga.Brak! Terdengar suara benturan yang keras.Nelson terjatuh dari balkon dan mendarat di hadapan Kyra dan ibunya. Kue di tangan Kyra juga langsung terjatuh di tanah. Darah segar memercik ke wajah Kyra dan sepatu bot putih milik Mia.Rekaman itu tiba-tiba terhenti. Suasana di pengadilan menjadi hening dan khusyuk. Deven menoleh ke arah Kyra di kursi pengugat. Kyra tampak tercengang saat ini.Deven berkata pada Kyra, "Kalau kebenarannya masih belum cukup jelas, aku bisa berikan rekaman video ini untuk membuktikan bahwa aku nggak bersalah. Kamu juga sudah tahu kejadian selanjutnya, 'kan? Seharusnya nggak butuh lagi.""Rekaman video ini memang bisa
Ancaman penjara dari tiga hingga sepuluh tahun .... Kyra bahkan mungkin tidak akan bisa hidup selama itu.Setelah persidangan ditutup, hakim dan yang lainnya sudah meninggalkan ruang sidang. Kyra memasukkan termosnya ke dalam ransel, lalu berdiri dan mengenakan ranselnya. Sejak awal hingga akhir, dia tidak pernah mendongak sama sekali untuk melihat Deven dan Irish."Deven, bisa antar aku kembali ke rumah sakit? Kata Pak Okto,dia punya beberapa alternatif untuk memulihkan wajahku dan aku ingin kamu bantu aku memilihnya," kata Irish dengan manja sambil mencoba meraih lengan Deven.Kyra yang tidak ingin mendengar kemesraan mereka, berjalan cepat untuk keluar dari ruang sidang dengan ransel di punggungnya. Perutnya terasa mual dan rasa jijik merayap ke tenggorokannya. Kyra berlari kecil menuju kamar mandi.Di ruang sidang, Deven menghindari tangan Irish dan mengerutkan keningnya. "Aku bukan dokter, mana mungkin aku mengerti soal perawatan begini? Tentukan saja yang kamu mau, uang bukan mas
Deven ingin Kyra berhenti memperdebatkan tentang kematian Nelson dan berhenti menuduh Deven sebagai pembunuh. Namun, yang Deven ucapkan seolah-olah di luar kendalinya. Kata-katanya seperti pisau yang menusuk langsung ke jantung Kyra.Deven menarik pergelangan tangan Kyra dengan tidak sabar. Lantaran tidak berdiri dengan stabil, dahi Kyra membentur dada Deven."Biar aku mengantarmu pulang!" seru Deven.Mengantarnya pulang? Ucapan ini terdengar sangat indah. Deven memiliki sifat yang dingin. Ketika mereka bertengkar di masa lalu, Deven juga terlihat sangat dingin seperti sekarang. Dia menarik pergelangan tangan Kyra dengan tidak sabar dan mau mengantarnya pulang.Kyra tertegun sejenak."Deven!" Seorang wanita memanggil dengan nyaring.Kyra mendongak. Terlihat Irish yang mengenakan baju berbulu berwarna merah muda sedang berlari mendekat.Ketika melihat Deven sedang menggandeng tangan Kyra, tatapan Irish menunjukkan kecemburuan. Kemudian, Irish menunjukkan ekspresi polos. Dia menatap Deve
Entah karena terlalu sedih atau bukan, organ hati Kyra tiba-tiba terasa sangat sakit seperti dicabik-cabik. Rasa pahit mulai muncul di mulutnya.Kyra buru-buru kembali ke toilet. Dia menunduk dengan lemas dan memuntahkan darah berbusa ke wastafel. Darah menetes dari bibirnya.Kyra membuka matanya. Tatapannya terlihat sangat menyedihkan. Mengapa dia muntah darah lagi? Bukankah dokter sudah memberi tahu bahwa kondisinya membaik dan ada keajaiban? Mungkinkah kondisinya ....Kyra tidak berani memikirkan hal ini. Darah terus keluar dari tenggorokannya. Semua organ tubuhnya sangat sakit seperti digigit ribuan semut.Wajah Kyra tampak pucat karena kesakitan. Keringat dingin bercucuran di dahinya. Bukankah dia sudah minum beberapa obat pereda nyeri sebelum persidangan? Mengapa kambuh lagi?Satu-satunya kemungkinan adalah dosisnya terlalu sedikit. Tubuhnya telah kebal terhadap obat. Setiap dosis harus lebih tinggi dari dosis sebelumnya agar obat pereda nyeri bisa efektif.Jari-jari Kyra terus b
Ketika menuruni anak tangga terakhir, entah siapa yang mendorongnya dari belakang. Kyra terjatuh ke tanah dengan menyedihkan. Pergelangan tangannya diinjak oleh banyak kaki dan sepatu hak tinggi dengan brutal.Jari-jari Kyra hampir patah. Kyra merasa kesakitan sampai meneteskan air mata. Dia mengulurkan tangan untuk menyingkirkan kaki yang menginjak punggung tangannya. Namun, dia tidak memiliki kekuatan sama sekali.Apakah media ini dipanggil oleh Deven? Hal ini bukan terjadi untuk pertama kali. Terakhir kali, ayahnya kecelakaan dan butuh biaya pengobatan. Saat itu, turun salju lebat.Demi menyiksa Kyra, Deven meminta Kyra untuk berlutut di salju. Setelah Deven menghina Kyra, segerombolan wartawan dan media pun muncul.Kejadiannya seperti sekarang. Sangat menekan dan ingin membunuh tanpa jejak. Saat itu, pergelangan tangan dan jari-jarinya juga diinjak dengan brutal. Jari-jarinya hampir patah, tangannya juga hampir cacat.Jadi, menurut Kyra konferensi pers kali ini juga diundang oleh D
Deven mengantar Irish masuk ke ruang rawat, lalu bertutur dengan ekspresi dingin, "Hubungi aku kalau butuh sesuatu. Aku pulang dulu.""Oke." Irish tersenyum dengan penuh terima kasih kepada Deven. Dia membalas, "Deven, terima kasih sudah memilihku di antara aku dan Kyra. Hal itu membuatku merasa bahwa pengorbananku padamu nggak sia-sia."Deven mengernyit sembari menjelaskan, "Kita hanya bisa berteman. Irish, aku berharap wajahmu bisa sembuh, lalu menemukan pria lain untuk menikah dan memiliki anak. Jangan habiskan waktumu untukku. Nggak ada gunanya."Senyuman di wajah Irish seketika menegang. Dia tersenyum sambil mengingatkan, "Tapi, Kyra itu putri musuhmu."Deven mendengus dingin, lalu menimpali, "Musuhku sudah mati. Sekarang kebenaran sudah terungkap. Penghalang terakhir antara aku dan Kyra sudah teratasi. Siapa pun nggak bisa menghalangi kami untuk kembali seperti dulu."Apalagi, sekarang Kyra sedang mengandung anak Deven. Nelson dan istrinya sudah mati. Kini, Deven sudah bisa melup
Irish kalah dari Kyra sekali lagi! Irish sangat marah sampai uratnya menonjol. Dia mengepalkan tangan sambil menggertakkan gigi. Air mata mengalir di wajahnya.Sekalipun Kyra sangat menyedihkan, dia memiliki Deven di sisinya, sedangkan Irish malah diperlakukan tidak senonoh oleh pria tua seperti Okto."Yang aku katakan terakhir kali masih berlaku. Apa kamu mau mempertimbangkannya?" tanya Okto seraya mengusap air mata Irish.Irish sudah lama melupakan apa yang Okto ucapkan terakhir kali."Aku sudah bilang. Kalau kamu mau menjalani kehidupan yang baik, Deven bukan satu-satunya jalan. Itu jalan buntu. Kalau ikut aku, kamu juga bisa menikmati hidup," ujar Okto."Okto, aku juga sudah bilang. Kalau mau menikahiku, kamu harus membuktikan keseriusanmu," timpal Irish."Gimana cara membuktikannya?" tanya Okto."Tampaknya kamu benar-benar nggak mengindahkan ucapanku. Aku sudah bilang kamu boleh bahas pernikahan denganku setelah memutuskan hubungan dengan istri dan putramu. Aku nggak akan mau jadi
"Pak, istirahat saja dulu. Kamu sudah beberapa hari nggak tidur. Kantong matamu sampai hitam sekali," nasihat Alex yang mencemaskan kesehatan Deven.Deven tidak berbicara. Dia langsung masuk ke lift. Setibanya di hotel, Deven menelepon Alvin. Dia belum menyerah.Setelah mengetahui tujuan Deven menelepon, Alvin berujar dengan nada menyesal, "Pak, bukannya aku nggak ingin membantumu. Kakekku memang keras kepala. Kami sudah membujuknya, tapi dia nggak mau dengar.""Benaran nggak ada yang bisa membujuknya lagi?" tanya Deven yang menggenggam ponsel dengan makin erat."Sebenarnya ada.""Siapa?""Justin, anak Pak Farhan. Anak ini punya hubungan dekat dengan kakek kami. Kakek kami anggap dia cucu. Dia pasti bisa membujuknya."Justin .... Deven tersenyum sinis. Dia juga tahu Justin bisa membantu. Akan tetapi, Deven tidak bisa menerima permintaan Justin yang menginginkan Kyra. Mana mungkin dia menyetujui hal seperti ini!"Pasien yang diterima Pak Chokri diperkenalkan Justin?" tanya Deven."Benar
Dulu, Kyra pasti akan menjelaskan saat Deven salah paham padanya. Deven boleh salah paham terhadap hal lain, tetapi tidak untuk perasaannya kepada Deven.Namun, sekarang tidak masalah lagi. Mereka memang tidak bisa kembali seperti dulu lagi, jadi tidak ada gunanya dijelaskan. Itu hanya buang-buang tenaga."Bagus kalau kamu tahu. Jadi, kita sudah bisa cerai belum?" tanya Kyra. Setelah makan obat pereda nyeri, tubuhnya tidak sakit lagi. Dia bahkan menyunggingkan senyuman indah.Meskipun wajahnya pucat pasi, Kyra tetap terlihat cantik dan elegan. Meskipun kehilangan banyak berat badan, itu sama sekali tidak memengaruhi kecantikan Kyra.Deven memang ingin melihat senyuman Kyra. Namun, setelah melihatnya, dia malah tidak merasa senang. Deven merasa Kyra sangat senang jika melihatnya marah. Wanita ini sampai menunjukkan senyuman yang sudah jarang terlihat.Kyra bisa melihat amarah pada tatapan Deven makin memuncak. Deven berkata, "Kamu sendiri yang keras kepala. Terserah kamu kalau ingin mat
Perkataan ini sontak memadamkan hasrat dalam hati Kyra. Benar, orang tuanya telah meninggal. Bagaimana bisa dia berpelukan dan berciuman dengan Deven di sini?'Kyra, kamu terlalu lemah. Deven cuma merendahkan harga dirinya untuk membujukmu, tapi kamu langsung terjebak? Memalukan!' batin Kyra.Sorot mata Kyra seketika menjadi dingin dan penuh ejekan. Namun, Deven masih belum menyadari apa pun. Dengan mata terpejam, dia masih ingin mencium Kyra. Ciuman tadi membuatnya sungguh tak terlupakan.Deven ingin melanjutkan, tetapi Kyra sontak mendorongnya. Sebelum Deven bereaksi, Kyra sudah melayangkan tamparan ke wajahnya. Pipinya terasa perih, membuat Deven termangu.Ketika menatap Kyra kembali, dia melihat tatapan penuh ejekan itu. Kyra mencelanya, "Deven, kalau kamu butuh wanita, cari saja Irish.""Dia bukan istriku. Ngapain aku cari dia?" balas Deven."Waktu kalian melakukan pemotretan pernikahan, kenapa kamu nggak berpikir begitu?" sindir Kyra."Waktu itu, aku ...." Deven ingin mengatakan
"Kalau kita cerai, aku langsung terima pengobatan!" pekik Kyra.Saking kesalnya, Deven sampai tertawa mendengar ucapan Kyra. Di ingatan Deven, Kyra paling takut merasa sakit.Namun, sekarang Kyra begitu tersiksa karena rasa sakitnya. Keringat bercucuran di dahi, wajahnya pucat pasi.Kyra masih terus melakukan perlawanan. Wanita yang dulunya mengatakan akan menemaninya, kini malah ingin meninggalkannya.Hati Deven diliputi kepedihan. Dia benar-benar tersiksa. Pada akhirnya, dengan ekspresi suram, dia memasukkan semua obat itu ke mulut Kyra.Saat berikutnya, Deven meraih pinggang Kyra dan merangkulnya dengan erat. Tubuh Kyra menempel dengan dada kekar Deven. Tidak ada sedikit pun celah di antara keduanya.Kyra ingin mendorong, tetapi tidak punya tenaga sebesar itu. Tenaganya sudah habis, apalagi dia mogok makan belakangan ini. Bagaimana mungkin dia sanggup mendorong Deven?Bibir Deven yang panas sontak mencium bibir Kyra yang kering dan pucat. Kyra ingin meninju Deven, tetapi Deven langs
Ini sudah pasti persekongkolan. Justin dan Kyra saling mencintai, jadi Kyra ingin bercerai. Tidak ada yang namanya kebetulan di dunia ini.Kyra tidak memahami maksud ucapan Deven. Persekongkolan apa yang dimaksudnya? Dia sampai mengira Deven ingin memfitnah Justin, tetapi ini hal yang wajar."Benar, kami memang sekongkol!" Kyra sama sekali tidak berniat untuk menjelaskan.Amarah pada tatapan Deven menjadi makin kuat. "Kamu nggak bisa hidup lama lagi. Apa perceraian begitu penting bagimu? Kamu nggak bisa berhenti berdebat dan fokus pada kesembuhanmu dulu?""Daripada berobat atau hidup, aku lebih ingin terbebas darimu. Masa aku harus mati dengan status masih menjadi istrimu? Aku nggak mungkin bisa tenang di alam sana! Sebelum mati, aku harus memastikan kita nggak punya hubungan apa-apa lagi!" pekik Kyra dengan mata berkaca-kaca sambil terisak-isak."Ternyata menjadi istriku lebih tersiksa daripada mati?""Benar! Yang kamu katakan benar!""Kyra, kamu rasa aku nggak bisa menemukan wanita l
Ucapan ini membuat Kyra termangu sesaat. Nada bicara Deven persis saat dirinya dipaksa makan obat penguat janin. Apakah ini yang dinamakan trauma?Sama seperti sebelumnya, Deven memaksanya makan obat dengan tegas. Pria ini tidak pernah menanyakan pendapatnya dan selalu memaksakan kehendaknya.Kenapa Deven selalu bersikap angkuh dan merasa diri sendiri benar? Deven memang tidak pernah berubah. Egois dan sombong.Kyra mengernyit, mencengkeram perut atasnya. Dia mulai mencium bau amis darah di mulutnya. Sementara itu, Deven menjulurkan tangannya ke hadapan Kyra. "Makan."Kyra bersikeras menelan darahnya. Dia menepis tangan Deven dengan kesal. Obat pereda nyeri pun berserakan. Ada yang jatuh ke dekat kaki Deven, ada yang masuk ke tong sampah.Kyra tidak ingin seperti ini. Bahkan ketika dirinya sudah mau mati, dia masih tidak berkesempatan untuk membuat keputusan. Bukankah hidupnya sangat menyedihkan? Kyra ingin menjadi dirinya sendiri.Pada akhirnya, Deven kehilangan kesabarannya. Dia suda
Kyra benar-benar bahagia. Tidak ada sedikit pun kesedihan dalam hatinya.Tiba-tiba, pintu bangsal terbuka. Angin dingin berembus masuk, membuat Kyra yang berbaring di lantai merasa makin dingin hingga tubuhnya gemetaran.Saat berikutnya, Kyra mendengar suara pintu ditutup dan suara langkah kaki yang terburu-buru. Dia menunduk, lalu melihat sepasang sepatu kulit yang dibelinya sebelum perang dingin dengan Deven.Dulu, Kyra sangat senang melihat Deven memakai sepatu kulit ini. Namun, sekarang dia buru-buru mengalihkan pandangan karena tidak ingin melihatnya.Organ dalamnya terasa makin sakit, seperti ada kapak yang membelah seluruh organ dalamnya. Rasa sakit ini sungguh menusuk.Kyra tidak bisa menahan kesakitan ini. Dia menggigit bibirnya sambil menangis sesenggukan. Deven awalnya marah, tetapi ketika melihat Kyra begitu kasihan, amarahnya langsung sirna dan digantikan dengan rasa iba.Deven berjongkok untuk menggendong Kyra ke ranjang. Kesehatan Kyra sangat buruk. Kyra tidak seharusnya
Sudah gila?Kyra menggigit bibirnya yang kering dan pecah-pecah hingga meneteskan darah. Setelah mengalami semua ini, apa tidak sepantasnya Kyra kehilangan kewarasannya? Dia meringkukkan tubuhnya dan memeluk kedua kakinya dengan erat. Sekujur tubuhnya gemetaran hebat.Perawat itu terkejut melihat situasi ini. Setelah menjadi perawat selama bertahun-tahun, baru kali ini dia melihat pasien yang begitu keras kepala. Karena takut akan terjadi kecelakaan medis, perawat itu buru-buru berlari ke luar ruangan untuk mencari Deven.Pada saat ini, Deven sedang bersandar di koridor. Alex sedang melaporkan sesuatu padanya, "Pak Deven, tubuh Bu Kyra sudah sangat parah sekarang. Kalau masih terus mogok makan, kondisinya akan semakin gawat."Deven mengerutkan alisnya dalam-dalam. Awalnya, dia mengira Kyra hanya bercanda karena ingin membuatnya kesal. Tak disangka, Kyra benar-benar serius. Saat Deven baru hendak mengatakan sesuatu, tiba-tiba terdengar suara perawat."Pak Deven, gawat!" teriak perawat i
Kyra mengulurkan tangannya karena kesakitan. Ternyata rasa sakit yang ditimbulkan karena penyakit kanker begitu menyiksa. Mana mungkin semudah itu tidak mau minum obat? Baru permulaan saja Kyra sudah tidak sanggup bertahan!Kyra ingin minum obat untuk meredakan rasa sakit di tubuhnya. Perawat itu menyerahkan obat pereda nyeri ke telapak tangan Kyra yang dingin. "Ayo cepat diminum."Dalam benak Kyra tiba-tiba teringat dengan ucapan Deven tadi. "Kyra, apa lagi ulahmu? Apa ini saat yang tepat untuk mengambek?""Kamu punya dua pilihan. Pertama, jalani pengobatanmu dan tetap menjadi istriku. Kedua, biarkan dirimu hancur begitu saja, mati sebagai istriku dan terpisah selamanya dari pria murahan yang ada di hatimu."Di depan mata Kyra, kembali terbayang saat Nelson terjatuh dari balkon. Dia terhempas ke tanah dan meninggal dengan mata terbuka. Dengan darah yang dimuntahkannya, Nelson menuliskan kode brankas ruang kerja di tanah. Ternyata kodenya adalah tanggal lahir Kyra.Tak lama kemudian, K