Irish kalah dari Kyra sekali lagi! Irish sangat marah sampai uratnya menonjol. Dia mengepalkan tangan sambil menggertakkan gigi. Air mata mengalir di wajahnya.Sekalipun Kyra sangat menyedihkan, dia memiliki Deven di sisinya, sedangkan Irish malah diperlakukan tidak senonoh oleh pria tua seperti Okto."Yang aku katakan terakhir kali masih berlaku. Apa kamu mau mempertimbangkannya?" tanya Okto seraya mengusap air mata Irish.Irish sudah lama melupakan apa yang Okto ucapkan terakhir kali."Aku sudah bilang. Kalau kamu mau menjalani kehidupan yang baik, Deven bukan satu-satunya jalan. Itu jalan buntu. Kalau ikut aku, kamu juga bisa menikmati hidup," ujar Okto."Okto, aku juga sudah bilang. Kalau mau menikahiku, kamu harus membuktikan keseriusanmu," timpal Irish."Gimana cara membuktikannya?" tanya Okto."Tampaknya kamu benar-benar nggak mengindahkan ucapanku. Aku sudah bilang kamu boleh bahas pernikahan denganku setelah memutuskan hubungan dengan istri dan putramu. Aku nggak akan mau jadi
Kyra bertanya dengan bingung, "Kabar baik apa?" Dia merasa dalam situasi seperti ini, sudah tidak mungkin ada kabar baik untuknya."Setelah kamu selesai dibalut, aku akan memberitahumu," jawab Justin sambil tersenyum misterius.Di koridor rumah sakit, suster sedang menghentikan pendarahan di lengan Kyra dengan kapas. Ada beberapa luka lecet di lengan dan dahinya. Kyra menahan rasa sakitnya dengan menarik napas panjang.Tiba-tiba, seseorang memanggil suster yang sedang merawat Kyra. Suster itu pun menoleh ke arah Justin yang berdiri di samping, lalu berucap, "Aku harus pergi bentar.""Kamu bisa bantu pacarmu menahan kapas ini untuk menghentikan pendarahannya. Nanti, aku akan kembali untuk memberikan obat," lanjut suster itu.Mendengar kata "pacar", baik Justin maupun Kyra sama-sama terkejut. Kyra buru-buru ingin menjelaskan, "Bukan, dia ...."Sebelum Kyra sempat menyelesaikan kalimatnya, suster itu menyela, "Aku tahu kalian berdua adalah pasangan, kelihatan cocok sekali."Wajah Justin a
Kematian ayah Kyra masih menyisakan banyak pertanyaan. Jika bukan Deven yang melakukannya, lalu bagaimana ayahnya bisa meninggal?Nelson sangat mencintai dirinya dan juga ibunya. Setelah berjuang untuk bangun dari koma, mana mungkin dia rela meninggal di malam tahun baru?Ini berarti, Nelson pasti menyadari sesuatu yang mengerikan sehingga memilih untuk mengorbankan dirinya dan melimpahkan kesalahan kepada Deven.Kyra menghela napas panjang karena merasa sangat lelah. Meskipun suhu di dalam mobil cukup nyaman, dia tetap merasa seperti berada di tengah salju yang membuat tubuhnya mati rasa."Pak Justin, kabar baik apa yang mau kamu sampaikan?" tanya Kyra. Dia tidak ingin membahas soal kekalahan di pengadilan atau Deven lagi. Topik-topik ini terlalu berat dan membuatnya merasa sesak.Justin melihat jalan di depannya dengan serius, lalu menjawab, "Aku pernah memberitahumu bahwa aku membentuk tim riset untuk mengembangkan obat kanker, 'kan? Kami berhasil mengembangkan obat baru. Selama mas
Justin membalas, "Bukan. Aku cuma sedang berpikir, waktu berlalu begitu cepat. Kita sudah saling kenal selama lebih dari 20 hari.""Kyra, tolong pertimbangkan baik-baik saranku. Hidup hanya sekali. Begitu mendapatkan konfirmasi dari Pak Chokri, aku akan segera menghubungimu. Aku yakin, kedua orang tuamu pasti ingin anak mereka tetap hidup dengan aman dan sehat," tambah Justin."Oke, aku akan mempertimbangkannya," jawab Kyra sebelum membuka pintu mobil dan turun.Justin melihat punggung Kyra yang menjauh dan melewati gerbang besi yang terukir indah. Senyumannya memudar, seperti bintang yang hancur berkeping-keping. Dia tertawa getir sejenak.Sebenarnya pertemuan pertama mereka bukanlah 20 hari yang lalu. Hanya saja, Kyra tidak pernah menyadari keberadaannya karena dia adalah anak haram yang selalu dipandang rendah.Status Justin sudah berbeda sekarang, tetapi Kyra malah sudah menjadi istri orang lain. Jadi, dia hanya bisa melihat Kyra dari kejauhan dan menyimpan rahasia ini selamanya di
Sekarang setiap kali Kyra melihat Justin, wajahnya selalu memerah. Namun ketika melihat suaminya, hanya matanya yang memerah.Deven merasa seolah-olah ada pisau tumpul yang mengiris hatinya berulang lagi. Diiris dengan pisau tumpul adalah yang paling menyiksa.Deven mematikan ponselnya, lalu mengeluarkan sebungkus rokok, menyalakannya dengan pemantik, dan mulai merokok dengan ekspresi datar.Kyra sedang mengandung anaknya, tetapi tetap saja tidak bisa menjaga sikap. Sepertinya Kyra tidak tahu apa artinya menjadi seorang istri. Deven tertawa sinis saking emosinya.Telepon dari Alex datang di saat yang sangat tidak tepat. Dia bertanya, "Pak Deven, aku sudah sampai di depan vila Keluarga Scott. Apa brankasnya mau dibawa ke atas?"Cepat sekali brankasnya sudah sampai. Deven merasa dirinya seperti orang bodoh yang dipermainkan oleh Kyra. Wanita itu berselingkuh di luar, tetapi dia masih ingin berdamai dengannya. Dia bahkan ingin menunjukkan surat yang ditinggalkan Nelson untuknya."Bawa kem
Deven tertawa sinis saking emosinya, tetapi tatapannya sangat dingin. Apakah dia datang untuk membicarakan soal tuntutan? Bukan, dia sebenarnya datang untuk berdamai dengan Kyra.Deven ingin mengembalikan brankas yang diambil dari ruang kerja Nelson kepada Kyra. Dia berharap istrinya akan menuruti keinginannya untuk melahirkan anak mereka, lalu pindah ke luar negeri.Di sana, mereka bisa memulai hidup baru di tempat yang penuh dengan kehangatan dan kebahagiaan. Mereka juga bisa melupakan dendam dan semua hal menyakitkan yang pernah terjadi.Pandangan Deven jatuh pada wajah Kyra yang pucat. Dahinya bahkan masih dibalut perban dengan noda darah yang terpampang jelas.Seketika hati Deven melunak. Kenapa Kyra bisa seceroboh ini? Seingatnya saat di ruang sidang, dahinya masih baik-baik saja.Tanpa sadar, jari panjang Deven bergerak mendekati dahi Kyra. Hanya saja, wanita itu segera mundur seolah sedang menghindari ular berbisa. Jari Deven pun melayang di udara dan berhenti sejenak."Kalau k
Deven tidak hanya satu kali mencelakai Kyra. Waktu itu, dia sengaja melaporkan Alba yang menerima amplop merah dari Kyra hingga wanita itu dipecat dari rumah sakit.Kemudian, Deven juga memaksa Alba menabraknya dengan mobil usang. Jika Alba tidak tiba-tiba berubah pikiran, Kyra mungkin sudah lama mati.Kejadian kedua terjadi di Kota Nanrio. Benar kata orang, sesuatu yang tidak biasa adalah pertanda buruk.Saat itu, Deven tiba-tiba mengajak Kyra berwisata ke Kota Nanrio. Dia beralasan bahwa jalan-jalan bisa membuat suasana hati lebih rileks dan tidur lebih baik. Alhasil, ternyata dia diam-diam menyuruh Irish membunuhnya.Hari ini adalah ketiga kalinya Deven mencelakainya. Hanya saja, Kyra selalu beruntung dan berhasil selamat. Menurutnya, Deven pasti akan kembali menyerangnya di lain kesempatan.Kyra menangis sedih sambil menutupi bibirnya. Dering ponsel tiba-tiba memecah kesunyian. Kyra menghapus air matanya dan berjalan ke ruang tamu untuk mengambil ponsel.Ada panggilan dari nomor ti
Mendengar itu, Manda buru-buru menyanjung, "Irish, siapa yang nggak tahu posisimu di hati Pak Deven? Bu Kyra juga bilang sendiri kalau Pak Deven hanya patuh padamu. Dilihat dari sudut mana pun, kamu sangat serasi dengan Pak Deven. Kelak kamu pasti akan menjadi istri sahnya.""Kamu juga mencari Kyra?" tanya Irish dengan tenang.Manda terkekeh dan menjawab, "Ya. Awalnya Pak Deven menyuruhku minta maaf pada Kyra. Tapi, Kyra bilang nggak bisa membantuku karena hubungannya dengan Pak Deven nggak baik. Dia menyuruhku meminta bantuanmu.""Oke, aku tanya Deven dulu. Aku akan kasih tahu kamu kalau ada perkembangan. Pergilah," ucap Irish dengan angkuh.Malam itu, Deven berdiri di depan jendela vila, memandang pemandangan malam sambil bicara dengan Alex di telepon.Alex berucap, "Pak Deven, aku baru mendapat informasi detailnya sekarang. Ternyata keributan di pintu pengadilan hari ini membuat Bu Kyra terluka. Pak Justin-lah yang memanggil polisi untuk membubarkan massa."Mata Deven berkilat dingi
"Pak, istirahat saja dulu. Kamu sudah beberapa hari nggak tidur. Kantong matamu sampai hitam sekali," nasihat Alex yang mencemaskan kesehatan Deven.Deven tidak berbicara. Dia langsung masuk ke lift. Setibanya di hotel, Deven menelepon Alvin. Dia belum menyerah.Setelah mengetahui tujuan Deven menelepon, Alvin berujar dengan nada menyesal, "Pak, bukannya aku nggak ingin membantumu. Kakekku memang keras kepala. Kami sudah membujuknya, tapi dia nggak mau dengar.""Benaran nggak ada yang bisa membujuknya lagi?" tanya Deven yang menggenggam ponsel dengan makin erat."Sebenarnya ada.""Siapa?""Justin, anak Pak Farhan. Anak ini punya hubungan dekat dengan kakek kami. Kakek kami anggap dia cucu. Dia pasti bisa membujuknya."Justin .... Deven tersenyum sinis. Dia juga tahu Justin bisa membantu. Akan tetapi, Deven tidak bisa menerima permintaan Justin yang menginginkan Kyra. Mana mungkin dia menyetujui hal seperti ini!"Pasien yang diterima Pak Chokri diperkenalkan Justin?" tanya Deven."Benar
Dulu, Kyra pasti akan menjelaskan saat Deven salah paham padanya. Deven boleh salah paham terhadap hal lain, tetapi tidak untuk perasaannya kepada Deven.Namun, sekarang tidak masalah lagi. Mereka memang tidak bisa kembali seperti dulu lagi, jadi tidak ada gunanya dijelaskan. Itu hanya buang-buang tenaga."Bagus kalau kamu tahu. Jadi, kita sudah bisa cerai belum?" tanya Kyra. Setelah makan obat pereda nyeri, tubuhnya tidak sakit lagi. Dia bahkan menyunggingkan senyuman indah.Meskipun wajahnya pucat pasi, Kyra tetap terlihat cantik dan elegan. Meskipun kehilangan banyak berat badan, itu sama sekali tidak memengaruhi kecantikan Kyra.Deven memang ingin melihat senyuman Kyra. Namun, setelah melihatnya, dia malah tidak merasa senang. Deven merasa Kyra sangat senang jika melihatnya marah. Wanita ini sampai menunjukkan senyuman yang sudah jarang terlihat.Kyra bisa melihat amarah pada tatapan Deven makin memuncak. Deven berkata, "Kamu sendiri yang keras kepala. Terserah kamu kalau ingin mat
Perkataan ini sontak memadamkan hasrat dalam hati Kyra. Benar, orang tuanya telah meninggal. Bagaimana bisa dia berpelukan dan berciuman dengan Deven di sini?'Kyra, kamu terlalu lemah. Deven cuma merendahkan harga dirinya untuk membujukmu, tapi kamu langsung terjebak? Memalukan!' batin Kyra.Sorot mata Kyra seketika menjadi dingin dan penuh ejekan. Namun, Deven masih belum menyadari apa pun. Dengan mata terpejam, dia masih ingin mencium Kyra. Ciuman tadi membuatnya sungguh tak terlupakan.Deven ingin melanjutkan, tetapi Kyra sontak mendorongnya. Sebelum Deven bereaksi, Kyra sudah melayangkan tamparan ke wajahnya. Pipinya terasa perih, membuat Deven termangu.Ketika menatap Kyra kembali, dia melihat tatapan penuh ejekan itu. Kyra mencelanya, "Deven, kalau kamu butuh wanita, cari saja Irish.""Dia bukan istriku. Ngapain aku cari dia?" balas Deven."Waktu kalian melakukan pemotretan pernikahan, kenapa kamu nggak berpikir begitu?" sindir Kyra."Waktu itu, aku ...." Deven ingin mengatakan
"Kalau kita cerai, aku langsung terima pengobatan!" pekik Kyra.Saking kesalnya, Deven sampai tertawa mendengar ucapan Kyra. Di ingatan Deven, Kyra paling takut merasa sakit.Namun, sekarang Kyra begitu tersiksa karena rasa sakitnya. Keringat bercucuran di dahi, wajahnya pucat pasi.Kyra masih terus melakukan perlawanan. Wanita yang dulunya mengatakan akan menemaninya, kini malah ingin meninggalkannya.Hati Deven diliputi kepedihan. Dia benar-benar tersiksa. Pada akhirnya, dengan ekspresi suram, dia memasukkan semua obat itu ke mulut Kyra.Saat berikutnya, Deven meraih pinggang Kyra dan merangkulnya dengan erat. Tubuh Kyra menempel dengan dada kekar Deven. Tidak ada sedikit pun celah di antara keduanya.Kyra ingin mendorong, tetapi tidak punya tenaga sebesar itu. Tenaganya sudah habis, apalagi dia mogok makan belakangan ini. Bagaimana mungkin dia sanggup mendorong Deven?Bibir Deven yang panas sontak mencium bibir Kyra yang kering dan pucat. Kyra ingin meninju Deven, tetapi Deven langs
Ini sudah pasti persekongkolan. Justin dan Kyra saling mencintai, jadi Kyra ingin bercerai. Tidak ada yang namanya kebetulan di dunia ini.Kyra tidak memahami maksud ucapan Deven. Persekongkolan apa yang dimaksudnya? Dia sampai mengira Deven ingin memfitnah Justin, tetapi ini hal yang wajar."Benar, kami memang sekongkol!" Kyra sama sekali tidak berniat untuk menjelaskan.Amarah pada tatapan Deven menjadi makin kuat. "Kamu nggak bisa hidup lama lagi. Apa perceraian begitu penting bagimu? Kamu nggak bisa berhenti berdebat dan fokus pada kesembuhanmu dulu?""Daripada berobat atau hidup, aku lebih ingin terbebas darimu. Masa aku harus mati dengan status masih menjadi istrimu? Aku nggak mungkin bisa tenang di alam sana! Sebelum mati, aku harus memastikan kita nggak punya hubungan apa-apa lagi!" pekik Kyra dengan mata berkaca-kaca sambil terisak-isak."Ternyata menjadi istriku lebih tersiksa daripada mati?""Benar! Yang kamu katakan benar!""Kyra, kamu rasa aku nggak bisa menemukan wanita l
Ucapan ini membuat Kyra termangu sesaat. Nada bicara Deven persis saat dirinya dipaksa makan obat penguat janin. Apakah ini yang dinamakan trauma?Sama seperti sebelumnya, Deven memaksanya makan obat dengan tegas. Pria ini tidak pernah menanyakan pendapatnya dan selalu memaksakan kehendaknya.Kenapa Deven selalu bersikap angkuh dan merasa diri sendiri benar? Deven memang tidak pernah berubah. Egois dan sombong.Kyra mengernyit, mencengkeram perut atasnya. Dia mulai mencium bau amis darah di mulutnya. Sementara itu, Deven menjulurkan tangannya ke hadapan Kyra. "Makan."Kyra bersikeras menelan darahnya. Dia menepis tangan Deven dengan kesal. Obat pereda nyeri pun berserakan. Ada yang jatuh ke dekat kaki Deven, ada yang masuk ke tong sampah.Kyra tidak ingin seperti ini. Bahkan ketika dirinya sudah mau mati, dia masih tidak berkesempatan untuk membuat keputusan. Bukankah hidupnya sangat menyedihkan? Kyra ingin menjadi dirinya sendiri.Pada akhirnya, Deven kehilangan kesabarannya. Dia suda
Kyra benar-benar bahagia. Tidak ada sedikit pun kesedihan dalam hatinya.Tiba-tiba, pintu bangsal terbuka. Angin dingin berembus masuk, membuat Kyra yang berbaring di lantai merasa makin dingin hingga tubuhnya gemetaran.Saat berikutnya, Kyra mendengar suara pintu ditutup dan suara langkah kaki yang terburu-buru. Dia menunduk, lalu melihat sepasang sepatu kulit yang dibelinya sebelum perang dingin dengan Deven.Dulu, Kyra sangat senang melihat Deven memakai sepatu kulit ini. Namun, sekarang dia buru-buru mengalihkan pandangan karena tidak ingin melihatnya.Organ dalamnya terasa makin sakit, seperti ada kapak yang membelah seluruh organ dalamnya. Rasa sakit ini sungguh menusuk.Kyra tidak bisa menahan kesakitan ini. Dia menggigit bibirnya sambil menangis sesenggukan. Deven awalnya marah, tetapi ketika melihat Kyra begitu kasihan, amarahnya langsung sirna dan digantikan dengan rasa iba.Deven berjongkok untuk menggendong Kyra ke ranjang. Kesehatan Kyra sangat buruk. Kyra tidak seharusnya
Sudah gila?Kyra menggigit bibirnya yang kering dan pecah-pecah hingga meneteskan darah. Setelah mengalami semua ini, apa tidak sepantasnya Kyra kehilangan kewarasannya? Dia meringkukkan tubuhnya dan memeluk kedua kakinya dengan erat. Sekujur tubuhnya gemetaran hebat.Perawat itu terkejut melihat situasi ini. Setelah menjadi perawat selama bertahun-tahun, baru kali ini dia melihat pasien yang begitu keras kepala. Karena takut akan terjadi kecelakaan medis, perawat itu buru-buru berlari ke luar ruangan untuk mencari Deven.Pada saat ini, Deven sedang bersandar di koridor. Alex sedang melaporkan sesuatu padanya, "Pak Deven, tubuh Bu Kyra sudah sangat parah sekarang. Kalau masih terus mogok makan, kondisinya akan semakin gawat."Deven mengerutkan alisnya dalam-dalam. Awalnya, dia mengira Kyra hanya bercanda karena ingin membuatnya kesal. Tak disangka, Kyra benar-benar serius. Saat Deven baru hendak mengatakan sesuatu, tiba-tiba terdengar suara perawat."Pak Deven, gawat!" teriak perawat i
Kyra mengulurkan tangannya karena kesakitan. Ternyata rasa sakit yang ditimbulkan karena penyakit kanker begitu menyiksa. Mana mungkin semudah itu tidak mau minum obat? Baru permulaan saja Kyra sudah tidak sanggup bertahan!Kyra ingin minum obat untuk meredakan rasa sakit di tubuhnya. Perawat itu menyerahkan obat pereda nyeri ke telapak tangan Kyra yang dingin. "Ayo cepat diminum."Dalam benak Kyra tiba-tiba teringat dengan ucapan Deven tadi. "Kyra, apa lagi ulahmu? Apa ini saat yang tepat untuk mengambek?""Kamu punya dua pilihan. Pertama, jalani pengobatanmu dan tetap menjadi istriku. Kedua, biarkan dirimu hancur begitu saja, mati sebagai istriku dan terpisah selamanya dari pria murahan yang ada di hatimu."Di depan mata Kyra, kembali terbayang saat Nelson terjatuh dari balkon. Dia terhempas ke tanah dan meninggal dengan mata terbuka. Dengan darah yang dimuntahkannya, Nelson menuliskan kode brankas ruang kerja di tanah. Ternyata kodenya adalah tanggal lahir Kyra.Tak lama kemudian, K