Kini, Deven hanya berbalut kemeja hitam dengan dasi longgar. Sebuah jam tangan mewah melingkari pergelangan tangannya.Lampu indah yang tergantung di atas menyinari Deven, menonjolkan sosoknya yang matang dan memesona. Dia seperti anggur, makin menarik seiring usia yang bertambah.Deven duduk menyandar di kursi sambil menjepit rokok di sela-sela jarinya. Tepat pada saat itu, Manda yang berpenampilan modis berjalan masuk dan berucap dengan centil, "Maaf, Pak Deven. Aku datang terlambat dan membuatmu menunggu."Setelah menutup pintu, Manda menuang segelas anggur merah dan memberikannya pada Deven. Deven tidak menolak. Dia menerima gelas itu dan menyesap anggurnya.Manda kegirangan, mengira Deven tertarik padanya. Menurutnya, semua pria sama saja. Lantas kenapa jika mereka sudah menikah? Mereka tetap mudah tergoda wanita cantik.Beragam hidangan mahal tersaji di atas meja. Namun, Deven tidak makan banyak dan hanya meminum anggurnya. Manda menemaninya minum.Deven menyesap anggurnya, lalu
Apakah Deven sadar bahwa dia belum bercerai? Istrinya bahkan masih duduk di sini.Kyra menggenggam ponselnya erat-erat. Hampir saja pertanyaan-pertanyaan itu terlontar dari mulutnya. Namun, apa haknya untuk mencampuri urusan ini?Meskipun mereka adalah suami istri, mereka tidak saling mencintai. Apalagi, Deven adalah orang yang membunuh ayahnya.Kyra merasa dirinya sangat bodoh. Bagaimana bisa dia begitu lemah di hadapan Deven? Seharusnya dia berharap pria itu mati saja atau dipenjara seumur hidup, bukannya malah merasa cemburu.Pikiran ini membuat Kyra segera tersadar. Dia pun mengalihkan pandangannya dari Deven. Hari ini, dia sudah sangat lelah.Kyra juga tidak ingin bertengkar dengan Deven, apalagi di depan teman sekolahnya. Tindakan seperti itu jelas tidak pantas."Kak Johan, aku pulang duluan ya," ucap Kyra sambil tersenyum pada Johan, yang duduk di depannya dengan setelan jas rapi. Setelah itu, Kyra pun berdiri.Deven kebetulan melihat senyuman Kyra. Itu bukan senyuman untuknya,
Kyra mengeluarkan ponselnya dan kembali mencari informasi tentang Johan di Google. Memang ada beberapa perusahaan yang terkait dengannya, tetapi tidak ada yang berhubungan dengan Deven. Tampaknya dia sudah berpikir terlalu banyak.Setelah meletakkan ponselnya, Kyra melirik ke arah mereka dan melihat bahwa percakapan mereka masih belum selesai.Kyra tidak punya kesabaran untuk menunggu lebih lama lagi, jadi dia menekan klakson. Suaranya keras dan tajam. Dia bahkan menekannya lebih dari sekali.Deven menatap Kyra dengan pandangan dingin, lalu turun dari tangga dan berjalan mendekatinya yang duduk di kursi pengemudi.Hari ini, kebetulan tidak turun salju. Sinar matahari yang hangat dan keemasan menyinari tubuh Deven, membuatnya terlihat sangat memikat.Kyra mengeluh dalam hatinya. Meski sudah disakiti begitu parah, dia masih saja terpesona oleh Deven. Tak lama kemudian, Kyra mengalihkan pandangannya.Deven membuka pintu kursi penumpang depan, lalu masuk ke dalam mobil dan menutup pintu. S
Tatapan Deven berubah menjadi dingin dan suram. Dia meletakkan lengannya yang terlihat seksi di jendela mobil, lalu menyentuh dagu sambil berujar dengan santai, "Kalau begitu, silakan coba."Suaranya penuh dengan peringatan dan ketidakpedulian. Kyra yang sudah merasa tertekan, makin tertekan mendengar ucapannya."Deven, jangan menyesal nanti," ucap Kyra seraya menggertakkan giginya. Matanya sudah mulai memerah. Dia menghidupkan mesin mobil dan membanting setir dengan tajam.Mobil mereka memelesat cepat di jalanan. Kyra menggenggam setir dengan erat dan terus menambah kecepatan.Angin kencang masuk lewat jendela yang terbuka. Itu membuat rambut hitam panjangnya beterbangan, seperti jaring yang menutupi wajahnya.Napas Kyra juga makin cepat. Dia makin sulit bernapas akibat angin yang menghantam wajahnya. Perasaannya makin tertekan.Dulu ketika ayahnya masih hidup, Deven menggunakan biaya pengobatan ayahnya untuk menekannya. Sekarang setelah ayahnya meninggal, dia masih saja dikendalikan
Mobil berhenti di depan vila Keluarga Scott.Kyra membuka sabuk pengamannya, lalu mencibir sebelum berujar, "Kamu mungkin bisa lolos kali ini, tapi kamu nggak akan bisa menghindar selamanya.""Deven, berhati-hatilah saat tidur malam ini. Mungkin saja arwah orang tuaku akan datang mencarimu untuk balas dendam. Ibuku adalah orang yang benci ketidakadilan. Dia pasti nggak akan melepaskanmu," lanjut Kyra.Deven melirik ke atas. Saat melihat senyum sinis Kyra, kemarahan berkobar dalam dirinya. Perkataan Kyra selalu penuh sindiran yang membuatnya kesal. Selain mengutuknya, tidak ada satu kata pun yang baik."Keluar," usir Deven. Kyra membuka pintu mobil tanpa ragu-ragu, lalu berjalan menuju vila. Deven yang melihat punggungnya, tiba-tiba merasa menyesal.Kyra baru saja kehilangan orang tuanya, tentu saja emosinya sedang tidak stabil. Seharusnya dia lebih memperhatikannya. Deven akhirnya keluar dari mobil juga.Kyra baru saja masuk ke kamar, tetapi pintu kamarnya tiba-tiba didorong oleh tanga
Kyra berusaha sekuat tenaga untuk menghindar. Ketika Deven mencoba mencium sisi kiri wajahnya, dia memalingkan wajahnya ke kanan. Saat dia mencoba mencium sisi kanan, Kyra kembali menghindar ke kiri.Sambil terus memakinya, Kyra menyebut Deven sebagai pembunuh dan mengutuknya agar mendapatkan balasan.Kyra berpikir jika dia terus melakukan ini, Deven pasti akan melepaskannya dan kehilangan minat untuk menciumnya. Namun justru sebaliknya, perilaku Kyra membuat Deven makin bergairah.Akhirnya, Deven berhasil menangkap bibir Kyra yang pucat dan tidak berdarah itu. Pikiran Kyra langsung melayang ke ingatan saat Deven pernah dicium oleh Irish. Menurutnya, bibir Deven pasti masih terasa seperti bibir Irish. Itu menjijikkan! Sangat menjijikkan!Air mata Kyra jatuh tanpa henti karena merasa dipermalukan. Dia terus melawan, tetapi tidak bisa melepaskan diri dari ciuman Deven.Kenapa Kyra harus disiksa seperti ini? Kenapa dia harus merasakan rasa jijik ini? Padahal dia sudah cukup menderita deng
Kyra kesal sehingga menyetujui ajakan pria lain yang mengejarnya. Mereka pergi menonton film di bioskop. Kyra bahkan memotret tiket mereka, minuman soda, popcorn, dan kursi pasangan. Kemudian, dia mengunggahnya di sosial media.Deven tidak menghiraukannya. Dia tetap bersikap angkuh seperti biasa. Jadi, Kyra juga mengabaikan Deven dan sengaja mengajak pria itu makan bersama di kantin ketika ada Deven. Di hadapan Deven, Kyra pun menyuapi pria itu.Meskipun demikian, Deven masih tidak bereaksi. Kyra mulai meragukan pesonanya. Dia merasa sedih karena Deven tidak peduli padanya. Setelah kembali ke asrama, Deven tiba-tiba datang dan menahan Kyra di pintu, seperti yang dilakukannya sekarang.Deven merangkul pinggang Kyra sambil menciumnya dengan panas. Kyra sampai merasa sesak dibuatnya. Deven pun mengajak Kyra melakukannya, bahkan menepuk bokongnya beberapa kali dengan nakal."Kyra, aku ada pelajaran, makanya nggak bisa menemanimu. Aku bukan sengaja. Kalau kamu berani nonton dan makan dengan
Deven memiliki kepribadian tertutup sehingga jarang mengungkapkan perasaannya. Dia merasa para pria yang pintar menggombal adalah pria berengsek. Jika mencintai seseorang, seharusnya menunjukkan dengan aksi dan bukan sekadar kata-kata.Deven merasa dirinya berbeda dengan Justin. Dia berkali-kali kehilangan harapan atas pernikahannya, tetapi Kyra yang sekarang menjadi sangat patuh, seolah-olah semuanya kembali seperti dulu.Deven menatap perut Kyra yang agak menggembung. Dia menjulurkan tangannya untuk meraba dengan pelan. Sulit dibayangkan bahwa ada sebuah nyawa kecil tumbuh di dalam perut ini. Nyawa kecil itu yang akan mempertahankan hubungannya dengan Kyra.Sesungguhnya, semua ini terkesan sangat konyol. Deven adalah seorang pria dewasa, tetapi harus menggunakan anak untuk mengikat hubungannya dengan Kyra.Kyra berbaring di seprai abu yang hangat. Dia memandang setiap gerak-gerik Deven. Dulu, Kyra sangat berharap dirinya melahirkan anak untuk Deven. Pada pertemuan pertama mereka, Kyr
"Pak, istirahat saja dulu. Kamu sudah beberapa hari nggak tidur. Kantong matamu sampai hitam sekali," nasihat Alex yang mencemaskan kesehatan Deven.Deven tidak berbicara. Dia langsung masuk ke lift. Setibanya di hotel, Deven menelepon Alvin. Dia belum menyerah.Setelah mengetahui tujuan Deven menelepon, Alvin berujar dengan nada menyesal, "Pak, bukannya aku nggak ingin membantumu. Kakekku memang keras kepala. Kami sudah membujuknya, tapi dia nggak mau dengar.""Benaran nggak ada yang bisa membujuknya lagi?" tanya Deven yang menggenggam ponsel dengan makin erat."Sebenarnya ada.""Siapa?""Justin, anak Pak Farhan. Anak ini punya hubungan dekat dengan kakek kami. Kakek kami anggap dia cucu. Dia pasti bisa membujuknya."Justin .... Deven tersenyum sinis. Dia juga tahu Justin bisa membantu. Akan tetapi, Deven tidak bisa menerima permintaan Justin yang menginginkan Kyra. Mana mungkin dia menyetujui hal seperti ini!"Pasien yang diterima Pak Chokri diperkenalkan Justin?" tanya Deven."Benar
Dulu, Kyra pasti akan menjelaskan saat Deven salah paham padanya. Deven boleh salah paham terhadap hal lain, tetapi tidak untuk perasaannya kepada Deven.Namun, sekarang tidak masalah lagi. Mereka memang tidak bisa kembali seperti dulu lagi, jadi tidak ada gunanya dijelaskan. Itu hanya buang-buang tenaga."Bagus kalau kamu tahu. Jadi, kita sudah bisa cerai belum?" tanya Kyra. Setelah makan obat pereda nyeri, tubuhnya tidak sakit lagi. Dia bahkan menyunggingkan senyuman indah.Meskipun wajahnya pucat pasi, Kyra tetap terlihat cantik dan elegan. Meskipun kehilangan banyak berat badan, itu sama sekali tidak memengaruhi kecantikan Kyra.Deven memang ingin melihat senyuman Kyra. Namun, setelah melihatnya, dia malah tidak merasa senang. Deven merasa Kyra sangat senang jika melihatnya marah. Wanita ini sampai menunjukkan senyuman yang sudah jarang terlihat.Kyra bisa melihat amarah pada tatapan Deven makin memuncak. Deven berkata, "Kamu sendiri yang keras kepala. Terserah kamu kalau ingin mat
Perkataan ini sontak memadamkan hasrat dalam hati Kyra. Benar, orang tuanya telah meninggal. Bagaimana bisa dia berpelukan dan berciuman dengan Deven di sini?'Kyra, kamu terlalu lemah. Deven cuma merendahkan harga dirinya untuk membujukmu, tapi kamu langsung terjebak? Memalukan!' batin Kyra.Sorot mata Kyra seketika menjadi dingin dan penuh ejekan. Namun, Deven masih belum menyadari apa pun. Dengan mata terpejam, dia masih ingin mencium Kyra. Ciuman tadi membuatnya sungguh tak terlupakan.Deven ingin melanjutkan, tetapi Kyra sontak mendorongnya. Sebelum Deven bereaksi, Kyra sudah melayangkan tamparan ke wajahnya. Pipinya terasa perih, membuat Deven termangu.Ketika menatap Kyra kembali, dia melihat tatapan penuh ejekan itu. Kyra mencelanya, "Deven, kalau kamu butuh wanita, cari saja Irish.""Dia bukan istriku. Ngapain aku cari dia?" balas Deven."Waktu kalian melakukan pemotretan pernikahan, kenapa kamu nggak berpikir begitu?" sindir Kyra."Waktu itu, aku ...." Deven ingin mengatakan
"Kalau kita cerai, aku langsung terima pengobatan!" pekik Kyra.Saking kesalnya, Deven sampai tertawa mendengar ucapan Kyra. Di ingatan Deven, Kyra paling takut merasa sakit.Namun, sekarang Kyra begitu tersiksa karena rasa sakitnya. Keringat bercucuran di dahi, wajahnya pucat pasi.Kyra masih terus melakukan perlawanan. Wanita yang dulunya mengatakan akan menemaninya, kini malah ingin meninggalkannya.Hati Deven diliputi kepedihan. Dia benar-benar tersiksa. Pada akhirnya, dengan ekspresi suram, dia memasukkan semua obat itu ke mulut Kyra.Saat berikutnya, Deven meraih pinggang Kyra dan merangkulnya dengan erat. Tubuh Kyra menempel dengan dada kekar Deven. Tidak ada sedikit pun celah di antara keduanya.Kyra ingin mendorong, tetapi tidak punya tenaga sebesar itu. Tenaganya sudah habis, apalagi dia mogok makan belakangan ini. Bagaimana mungkin dia sanggup mendorong Deven?Bibir Deven yang panas sontak mencium bibir Kyra yang kering dan pucat. Kyra ingin meninju Deven, tetapi Deven langs
Ini sudah pasti persekongkolan. Justin dan Kyra saling mencintai, jadi Kyra ingin bercerai. Tidak ada yang namanya kebetulan di dunia ini.Kyra tidak memahami maksud ucapan Deven. Persekongkolan apa yang dimaksudnya? Dia sampai mengira Deven ingin memfitnah Justin, tetapi ini hal yang wajar."Benar, kami memang sekongkol!" Kyra sama sekali tidak berniat untuk menjelaskan.Amarah pada tatapan Deven menjadi makin kuat. "Kamu nggak bisa hidup lama lagi. Apa perceraian begitu penting bagimu? Kamu nggak bisa berhenti berdebat dan fokus pada kesembuhanmu dulu?""Daripada berobat atau hidup, aku lebih ingin terbebas darimu. Masa aku harus mati dengan status masih menjadi istrimu? Aku nggak mungkin bisa tenang di alam sana! Sebelum mati, aku harus memastikan kita nggak punya hubungan apa-apa lagi!" pekik Kyra dengan mata berkaca-kaca sambil terisak-isak."Ternyata menjadi istriku lebih tersiksa daripada mati?""Benar! Yang kamu katakan benar!""Kyra, kamu rasa aku nggak bisa menemukan wanita l
Ucapan ini membuat Kyra termangu sesaat. Nada bicara Deven persis saat dirinya dipaksa makan obat penguat janin. Apakah ini yang dinamakan trauma?Sama seperti sebelumnya, Deven memaksanya makan obat dengan tegas. Pria ini tidak pernah menanyakan pendapatnya dan selalu memaksakan kehendaknya.Kenapa Deven selalu bersikap angkuh dan merasa diri sendiri benar? Deven memang tidak pernah berubah. Egois dan sombong.Kyra mengernyit, mencengkeram perut atasnya. Dia mulai mencium bau amis darah di mulutnya. Sementara itu, Deven menjulurkan tangannya ke hadapan Kyra. "Makan."Kyra bersikeras menelan darahnya. Dia menepis tangan Deven dengan kesal. Obat pereda nyeri pun berserakan. Ada yang jatuh ke dekat kaki Deven, ada yang masuk ke tong sampah.Kyra tidak ingin seperti ini. Bahkan ketika dirinya sudah mau mati, dia masih tidak berkesempatan untuk membuat keputusan. Bukankah hidupnya sangat menyedihkan? Kyra ingin menjadi dirinya sendiri.Pada akhirnya, Deven kehilangan kesabarannya. Dia suda
Kyra benar-benar bahagia. Tidak ada sedikit pun kesedihan dalam hatinya.Tiba-tiba, pintu bangsal terbuka. Angin dingin berembus masuk, membuat Kyra yang berbaring di lantai merasa makin dingin hingga tubuhnya gemetaran.Saat berikutnya, Kyra mendengar suara pintu ditutup dan suara langkah kaki yang terburu-buru. Dia menunduk, lalu melihat sepasang sepatu kulit yang dibelinya sebelum perang dingin dengan Deven.Dulu, Kyra sangat senang melihat Deven memakai sepatu kulit ini. Namun, sekarang dia buru-buru mengalihkan pandangan karena tidak ingin melihatnya.Organ dalamnya terasa makin sakit, seperti ada kapak yang membelah seluruh organ dalamnya. Rasa sakit ini sungguh menusuk.Kyra tidak bisa menahan kesakitan ini. Dia menggigit bibirnya sambil menangis sesenggukan. Deven awalnya marah, tetapi ketika melihat Kyra begitu kasihan, amarahnya langsung sirna dan digantikan dengan rasa iba.Deven berjongkok untuk menggendong Kyra ke ranjang. Kesehatan Kyra sangat buruk. Kyra tidak seharusnya
Sudah gila?Kyra menggigit bibirnya yang kering dan pecah-pecah hingga meneteskan darah. Setelah mengalami semua ini, apa tidak sepantasnya Kyra kehilangan kewarasannya? Dia meringkukkan tubuhnya dan memeluk kedua kakinya dengan erat. Sekujur tubuhnya gemetaran hebat.Perawat itu terkejut melihat situasi ini. Setelah menjadi perawat selama bertahun-tahun, baru kali ini dia melihat pasien yang begitu keras kepala. Karena takut akan terjadi kecelakaan medis, perawat itu buru-buru berlari ke luar ruangan untuk mencari Deven.Pada saat ini, Deven sedang bersandar di koridor. Alex sedang melaporkan sesuatu padanya, "Pak Deven, tubuh Bu Kyra sudah sangat parah sekarang. Kalau masih terus mogok makan, kondisinya akan semakin gawat."Deven mengerutkan alisnya dalam-dalam. Awalnya, dia mengira Kyra hanya bercanda karena ingin membuatnya kesal. Tak disangka, Kyra benar-benar serius. Saat Deven baru hendak mengatakan sesuatu, tiba-tiba terdengar suara perawat."Pak Deven, gawat!" teriak perawat i
Kyra mengulurkan tangannya karena kesakitan. Ternyata rasa sakit yang ditimbulkan karena penyakit kanker begitu menyiksa. Mana mungkin semudah itu tidak mau minum obat? Baru permulaan saja Kyra sudah tidak sanggup bertahan!Kyra ingin minum obat untuk meredakan rasa sakit di tubuhnya. Perawat itu menyerahkan obat pereda nyeri ke telapak tangan Kyra yang dingin. "Ayo cepat diminum."Dalam benak Kyra tiba-tiba teringat dengan ucapan Deven tadi. "Kyra, apa lagi ulahmu? Apa ini saat yang tepat untuk mengambek?""Kamu punya dua pilihan. Pertama, jalani pengobatanmu dan tetap menjadi istriku. Kedua, biarkan dirimu hancur begitu saja, mati sebagai istriku dan terpisah selamanya dari pria murahan yang ada di hatimu."Di depan mata Kyra, kembali terbayang saat Nelson terjatuh dari balkon. Dia terhempas ke tanah dan meninggal dengan mata terbuka. Dengan darah yang dimuntahkannya, Nelson menuliskan kode brankas ruang kerja di tanah. Ternyata kodenya adalah tanggal lahir Kyra.Tak lama kemudian, K