Ketika melihat masa lalunya, Kyra yang tadinya menangis seketika tersenyum, dia mengejapkan matanya, lalu adegan di depannya sirna begitu saja. Tidak ada lagi Kyra yang masih kecil, Nelson, ataupun Mia.Hati Kyra terasa getir dan hampa. Dia merasa tertekan hingga sesak napas. Tiba-tiba, tubuhnya terasa sakit. Kyra perlahan-lahan berjongkok di lantai. Keringat dingin terus bercucuran di dahinya.Kyra berbaring di atas karpet dengan wajah memberengut. Dia tidak ingin makan obat pereda nyeri lagi. Dia ingin mati kesakitan supaya bisa berkumpul dengan keluarganya.Kini, Kyra sudah menerima takdirnya. Sebelumnya dia masih makan obat dengan harapan dirinya bisa bertahan beberapa hari lagi. Namun, sekarang dia telah kehilangan segalanya."Ayah, Ibu, tolong bawa aku pergi. Aku nggak ingin hidup lagi. Kalian belum tahu kalau aku mengidap kanker. Penyakitku sudah sangat parah," gumam Kyra sambil menggigit bibirnya dan meneteskan air mata.Meskipun demikian, Kyra tetap tersenyum. Dia yakin jiwa o
Kyra menatap Deven lekat-lekat. Deven terlihat peduli padanya, tetapi Kyra tahu semua ini hanya ilusi. Bagaimanapun, Kyra menjadi seperti ini gara-gara Deven.Ketika Deven hendak menyentuhnya, Kyra langsung menghindar dan menepis tangannya. Dia berkata, "Singkirkan tangan kotormu itu."Kotor? Tangan Deven mengenai sudut meja, membuatnya merasa sangat sakit. Dia menunduk menatap tangannya yang tergores dan memerah."Sakit ya?" tanya Kyra dengan nada menyindir sambil melirik tangan Deven.Deven mendongak dan melihat senyuman dingin Kyra. Wanita ini malah tersenyum di saat dirinya terluka? Bahkan, tatapannya itu terlihat sangat sinis.Jika itu dulu, Kyra pasti akan langsung memberi Deven perhatian ketika melihatnya terluka. Wanita ini akan mengambil kotak P3K, lalu membantunya membalut luka dan meminta maaf. Namun, kini Kyra malah bersikap begitu dingin. Deven menahan amarahnya sambil memicingkan mata dan bertanya balik, "Menurutmu?" Kyra dan Mia telah memfitnahnya sebagai pembunuh Nelso
"Itu hari yang membahagiakan! Apa kamu nggak bisa lepaskan dia demi aku? Aku sudah pernah bilang kamu lampiaskan saja kebencian dan amarahmu padaku! Aku nggak akan menyalahkanmu!" lanjut Kyra.Kyra meneruskan, "Aku bilang lepaskan ayahku dan ibuku, lepaskan Keluarga Scott! Deven, kamu itu pria munafik! Kamu itu binatang! Nggak, binatang saja nggak akan menyakiti orang tuanya!"Kyra menambahkan, "Apa kamu lupa dengan janjimu dulu? Kamu bilang kamu nggak akan membuat perhitungan dengan mereka kalau aku mau melahirkan anak. Kamu mau merawat mereka dan membantu Keluarga Scott!""Kamu juga pernah bersumpah kalau kamu mengingkari janji, kamu nggak akan berumur panjang! Deven, apa kamu pikir kamu nggak bisa kena karma? Kamu mempermainkanku seperti orang bodoh! Apa kamu mau menghabisi semua anggota Keluarga Scott?" teriak Kyra.Kyra sangat marah dan putus asa. Tubuhnya gemetaran dan suaranya menjadi serak. Air matanya juga tidak berhenti mengalir.Kyra merasa dirinya benar-benar tidak berguna.
Kyra tidak berhenti memberontak. Akan tetapi, kedua tangannya ditahan Deven sehingga dia tidak bisa bergerak.Kyra merasa jijik dicium Deven. Dia memalingkan wajahnya. Bibir Deven yang dingin dan bercampur dengan aroma nikotin mendarat di pipi kiri Kyra.Deven masih tidak menyerah. Dia mencium Kyra dengan lembut. Namun, Kyra menghindari Deven lagi.Deven yang gagal mencium Kyra sudah kehilangan kesabaran. Amarah dan kecemburuan berkecamuk di hati Deven. Kyra menghindari Deven, tetapi dia sama sekali tidak menolak Justin.Apa Deven tidak bisa dibandingkan dengan anak haram itu? Apa pengorbanan Deven untuk Kyra dan Keluarga Scott belum cukup banyak?"Kenapa kamu menghindar?" tanya Deven dengan mata memerah. Dia mencekam leher Kyra, lalu memaksa Kyra untuk mendekatinya.Kyra bisa melihat Deven sangat murka. Bisa-bisanya Deven berpura-pura bodoh dengan melontarkan pertanyaan seperti itu!Kyra menatap Deven sembari berkata dengan geram, "Singkirkan tangan kotormu!""Kotor? Apa aku sekotor k
Kyra mengerjap. Dia teringat saat dirinya membawa sup ke rumah sakit untuk menjenguk Deven. Kala itu, Deven sedang menjaga Irish.Irish memandang Deven dengan penuh cinta sembari bertanya, "Deven, bagaimana kalau aku mau kamu penuhi janjimu untuk menikahiku? Apa kamu akan menyetujuinya?"Irish merangkul leher Deven dan mencium bibirnya. Kyra melihat Deven tidak mendorong Irish. Kyra juga teringat kejadian sebelum tahun baru.Kyra dan Mia baru pulang membawa kue untuk Nelson. Mereka melihat Nelson dan Deven yang tarik-menarik di balkon. Kyra memanggil Deven, lalu Nelson langsung terjatuh saat Deven melihat Kyra pulang.Deven yang melepaskan tangan Nelson. Seharusnya Nelson belum mati. Dia masih bisa menikmati hari tuanya. Deven adalah pembunuh berdarah dingin!Kyra teringat Mia pingsan ketika pulang dari acara pemakaman. Setelah itu, Mia tidak pernah bangkit lagi. Semua ini karena Deven.Kyra merasa marah, benci, dan putus asa. Matanya memerah. Air mata Kyra juga mengalir.Tubuh Kyra ge
Selama ini, tubuh Deven sangat sehat. Seharusnya kesehatannya tidak bermasalah. Mungkin karena belakangan ini tekanan kerjanya terlalu tinggi dan banyak masalah yang terjadi.Deven juga sering telat makan dan saat ini musim dingin. Itulah sebabnya Deven mimisan. Deven mengambil tisu, lalu menyeka darah di telapak tangannya.Melihat darah yang menodai telapak tangannya, Deven merasa gusar. Dia membeli sushi dan berniat makan bersama Kyra. Alhasil, dia melihat Kyra berbaring di karpet dengan ekspresi putus asa.Deven sangat kesal sehingga lupa dengan tujuan kedatangannya. Dia ingin melihat Kyra dan membawa makanan untuknya.Deven membuka jendela mobil. Angin dingin bertiup di wajah Deven. Dia pun perlahan menjadi tenang.Deven mengambil rokok dan menyalakannya. Asap rokok yang mengepul tertiup angin dingin. Setelah menenangkan dirinya, Deven mengeluarkan ponsel dan mencari nomor telepon Kyra. Dia mengirim pesan kepada Kyra.[ Di atas meja ada sushi kesukaanmu. Cepat makan. ]Sesudah meng
Jika Maya mencari alasan lain, Kyra baru bisa terima. Kyra melihat buah dan sayur di keranjang yang dibawa Maya. Ada mentimun, tomat, dan brokoli yang segar. Bahkan, Maya membawa seekor ayam yang terus berkokok.Maya menjelaskan seraya tersenyum, "Ini ayam yang dipelihara keluarga kami. Nanti aku akan memasaknya untuk Bu Kyra. Ayam itu nutrisi yang bagus untuk ibu hamil."Kyra mengernyit setelah mendengar ucapan Maya. Dia hampir lupa dirinya mengandung anak yang mengancam nyawanya.Kyra tidak ingin menjaga kehamilannya, tetapi dia tidak ingin melampiaskan emosinya pada orang yang tidak bersalah. Maya memperlakukan Kyra dengan baik.Setelah berpikir sejenak, Kyra hanya berucap, "Terima kasih."Maya menimpali, "Bu Kyra, bagaimana kalau aku tinggal bersamamu? Jadi, aku bisa menemanimu.""Aku ingin menenangkan diri," balas Kyra. Dia mengalihkan pandangan dan menggigit bibirnya.Maya terpaksa mencari alasan karena Kyra menolak untuk ditemaninya. Dia berkata, "Bu Kyra, sejujurnya aku ada mas
Maya melihat pintu ruang kerja tertutup. Dia khawatir Kyra tidak makan. Kyra sedang hamil. Jika kelaparan, Kyra akan membahayakan diri sendiri dan anak dalam kandungannya.Ketika Maya sedang kebingungan, ponsel berdering. Begitu melihat itu adalah panggilan dari Alex, ekspresi Maya menjadi muram. Dia buru-buru membawa ponsel ke kamarnya di lantai bawah. Setelah menutup pintu, dia segera menjawab panggilan.Alex bukan orang yang suka berbasa-basi. Dia langsung bertanya, "Gimana keadaan Bu Kyra sekarang?"Maya ragu apakah dirinya harus memberi tahu kondisi Kyra saat ini atau tidak. Jika mengatakannya, dia akan benar-benar menjadi mata-mata yang sedang mengawasi Kyra. Dia tidak ingin mengkhianati Kyra.Alex berujar, "Bibi Maya, Pak Deven memintamu ke sana untuk mengurus kebutuhan sehari-hari Bu Kyra. Saat ini, Bu Kyra mengandung anak Pak Deven. Kalau ada masalah dengan kesehatan Bu Kyra dan menyakiti anak dalam kandungannya, kamu bisa menanggung akibatnya?"Lantaran tidak mendapatkan resp
"Pak, istirahat saja dulu. Kamu sudah beberapa hari nggak tidur. Kantong matamu sampai hitam sekali," nasihat Alex yang mencemaskan kesehatan Deven.Deven tidak berbicara. Dia langsung masuk ke lift. Setibanya di hotel, Deven menelepon Alvin. Dia belum menyerah.Setelah mengetahui tujuan Deven menelepon, Alvin berujar dengan nada menyesal, "Pak, bukannya aku nggak ingin membantumu. Kakekku memang keras kepala. Kami sudah membujuknya, tapi dia nggak mau dengar.""Benaran nggak ada yang bisa membujuknya lagi?" tanya Deven yang menggenggam ponsel dengan makin erat."Sebenarnya ada.""Siapa?""Justin, anak Pak Farhan. Anak ini punya hubungan dekat dengan kakek kami. Kakek kami anggap dia cucu. Dia pasti bisa membujuknya."Justin .... Deven tersenyum sinis. Dia juga tahu Justin bisa membantu. Akan tetapi, Deven tidak bisa menerima permintaan Justin yang menginginkan Kyra. Mana mungkin dia menyetujui hal seperti ini!"Pasien yang diterima Pak Chokri diperkenalkan Justin?" tanya Deven."Benar
Dulu, Kyra pasti akan menjelaskan saat Deven salah paham padanya. Deven boleh salah paham terhadap hal lain, tetapi tidak untuk perasaannya kepada Deven.Namun, sekarang tidak masalah lagi. Mereka memang tidak bisa kembali seperti dulu lagi, jadi tidak ada gunanya dijelaskan. Itu hanya buang-buang tenaga."Bagus kalau kamu tahu. Jadi, kita sudah bisa cerai belum?" tanya Kyra. Setelah makan obat pereda nyeri, tubuhnya tidak sakit lagi. Dia bahkan menyunggingkan senyuman indah.Meskipun wajahnya pucat pasi, Kyra tetap terlihat cantik dan elegan. Meskipun kehilangan banyak berat badan, itu sama sekali tidak memengaruhi kecantikan Kyra.Deven memang ingin melihat senyuman Kyra. Namun, setelah melihatnya, dia malah tidak merasa senang. Deven merasa Kyra sangat senang jika melihatnya marah. Wanita ini sampai menunjukkan senyuman yang sudah jarang terlihat.Kyra bisa melihat amarah pada tatapan Deven makin memuncak. Deven berkata, "Kamu sendiri yang keras kepala. Terserah kamu kalau ingin mat
Perkataan ini sontak memadamkan hasrat dalam hati Kyra. Benar, orang tuanya telah meninggal. Bagaimana bisa dia berpelukan dan berciuman dengan Deven di sini?'Kyra, kamu terlalu lemah. Deven cuma merendahkan harga dirinya untuk membujukmu, tapi kamu langsung terjebak? Memalukan!' batin Kyra.Sorot mata Kyra seketika menjadi dingin dan penuh ejekan. Namun, Deven masih belum menyadari apa pun. Dengan mata terpejam, dia masih ingin mencium Kyra. Ciuman tadi membuatnya sungguh tak terlupakan.Deven ingin melanjutkan, tetapi Kyra sontak mendorongnya. Sebelum Deven bereaksi, Kyra sudah melayangkan tamparan ke wajahnya. Pipinya terasa perih, membuat Deven termangu.Ketika menatap Kyra kembali, dia melihat tatapan penuh ejekan itu. Kyra mencelanya, "Deven, kalau kamu butuh wanita, cari saja Irish.""Dia bukan istriku. Ngapain aku cari dia?" balas Deven."Waktu kalian melakukan pemotretan pernikahan, kenapa kamu nggak berpikir begitu?" sindir Kyra."Waktu itu, aku ...." Deven ingin mengatakan
"Kalau kita cerai, aku langsung terima pengobatan!" pekik Kyra.Saking kesalnya, Deven sampai tertawa mendengar ucapan Kyra. Di ingatan Deven, Kyra paling takut merasa sakit.Namun, sekarang Kyra begitu tersiksa karena rasa sakitnya. Keringat bercucuran di dahi, wajahnya pucat pasi.Kyra masih terus melakukan perlawanan. Wanita yang dulunya mengatakan akan menemaninya, kini malah ingin meninggalkannya.Hati Deven diliputi kepedihan. Dia benar-benar tersiksa. Pada akhirnya, dengan ekspresi suram, dia memasukkan semua obat itu ke mulut Kyra.Saat berikutnya, Deven meraih pinggang Kyra dan merangkulnya dengan erat. Tubuh Kyra menempel dengan dada kekar Deven. Tidak ada sedikit pun celah di antara keduanya.Kyra ingin mendorong, tetapi tidak punya tenaga sebesar itu. Tenaganya sudah habis, apalagi dia mogok makan belakangan ini. Bagaimana mungkin dia sanggup mendorong Deven?Bibir Deven yang panas sontak mencium bibir Kyra yang kering dan pucat. Kyra ingin meninju Deven, tetapi Deven langs
Ini sudah pasti persekongkolan. Justin dan Kyra saling mencintai, jadi Kyra ingin bercerai. Tidak ada yang namanya kebetulan di dunia ini.Kyra tidak memahami maksud ucapan Deven. Persekongkolan apa yang dimaksudnya? Dia sampai mengira Deven ingin memfitnah Justin, tetapi ini hal yang wajar."Benar, kami memang sekongkol!" Kyra sama sekali tidak berniat untuk menjelaskan.Amarah pada tatapan Deven menjadi makin kuat. "Kamu nggak bisa hidup lama lagi. Apa perceraian begitu penting bagimu? Kamu nggak bisa berhenti berdebat dan fokus pada kesembuhanmu dulu?""Daripada berobat atau hidup, aku lebih ingin terbebas darimu. Masa aku harus mati dengan status masih menjadi istrimu? Aku nggak mungkin bisa tenang di alam sana! Sebelum mati, aku harus memastikan kita nggak punya hubungan apa-apa lagi!" pekik Kyra dengan mata berkaca-kaca sambil terisak-isak."Ternyata menjadi istriku lebih tersiksa daripada mati?""Benar! Yang kamu katakan benar!""Kyra, kamu rasa aku nggak bisa menemukan wanita l
Ucapan ini membuat Kyra termangu sesaat. Nada bicara Deven persis saat dirinya dipaksa makan obat penguat janin. Apakah ini yang dinamakan trauma?Sama seperti sebelumnya, Deven memaksanya makan obat dengan tegas. Pria ini tidak pernah menanyakan pendapatnya dan selalu memaksakan kehendaknya.Kenapa Deven selalu bersikap angkuh dan merasa diri sendiri benar? Deven memang tidak pernah berubah. Egois dan sombong.Kyra mengernyit, mencengkeram perut atasnya. Dia mulai mencium bau amis darah di mulutnya. Sementara itu, Deven menjulurkan tangannya ke hadapan Kyra. "Makan."Kyra bersikeras menelan darahnya. Dia menepis tangan Deven dengan kesal. Obat pereda nyeri pun berserakan. Ada yang jatuh ke dekat kaki Deven, ada yang masuk ke tong sampah.Kyra tidak ingin seperti ini. Bahkan ketika dirinya sudah mau mati, dia masih tidak berkesempatan untuk membuat keputusan. Bukankah hidupnya sangat menyedihkan? Kyra ingin menjadi dirinya sendiri.Pada akhirnya, Deven kehilangan kesabarannya. Dia suda
Kyra benar-benar bahagia. Tidak ada sedikit pun kesedihan dalam hatinya.Tiba-tiba, pintu bangsal terbuka. Angin dingin berembus masuk, membuat Kyra yang berbaring di lantai merasa makin dingin hingga tubuhnya gemetaran.Saat berikutnya, Kyra mendengar suara pintu ditutup dan suara langkah kaki yang terburu-buru. Dia menunduk, lalu melihat sepasang sepatu kulit yang dibelinya sebelum perang dingin dengan Deven.Dulu, Kyra sangat senang melihat Deven memakai sepatu kulit ini. Namun, sekarang dia buru-buru mengalihkan pandangan karena tidak ingin melihatnya.Organ dalamnya terasa makin sakit, seperti ada kapak yang membelah seluruh organ dalamnya. Rasa sakit ini sungguh menusuk.Kyra tidak bisa menahan kesakitan ini. Dia menggigit bibirnya sambil menangis sesenggukan. Deven awalnya marah, tetapi ketika melihat Kyra begitu kasihan, amarahnya langsung sirna dan digantikan dengan rasa iba.Deven berjongkok untuk menggendong Kyra ke ranjang. Kesehatan Kyra sangat buruk. Kyra tidak seharusnya
Sudah gila?Kyra menggigit bibirnya yang kering dan pecah-pecah hingga meneteskan darah. Setelah mengalami semua ini, apa tidak sepantasnya Kyra kehilangan kewarasannya? Dia meringkukkan tubuhnya dan memeluk kedua kakinya dengan erat. Sekujur tubuhnya gemetaran hebat.Perawat itu terkejut melihat situasi ini. Setelah menjadi perawat selama bertahun-tahun, baru kali ini dia melihat pasien yang begitu keras kepala. Karena takut akan terjadi kecelakaan medis, perawat itu buru-buru berlari ke luar ruangan untuk mencari Deven.Pada saat ini, Deven sedang bersandar di koridor. Alex sedang melaporkan sesuatu padanya, "Pak Deven, tubuh Bu Kyra sudah sangat parah sekarang. Kalau masih terus mogok makan, kondisinya akan semakin gawat."Deven mengerutkan alisnya dalam-dalam. Awalnya, dia mengira Kyra hanya bercanda karena ingin membuatnya kesal. Tak disangka, Kyra benar-benar serius. Saat Deven baru hendak mengatakan sesuatu, tiba-tiba terdengar suara perawat."Pak Deven, gawat!" teriak perawat i
Kyra mengulurkan tangannya karena kesakitan. Ternyata rasa sakit yang ditimbulkan karena penyakit kanker begitu menyiksa. Mana mungkin semudah itu tidak mau minum obat? Baru permulaan saja Kyra sudah tidak sanggup bertahan!Kyra ingin minum obat untuk meredakan rasa sakit di tubuhnya. Perawat itu menyerahkan obat pereda nyeri ke telapak tangan Kyra yang dingin. "Ayo cepat diminum."Dalam benak Kyra tiba-tiba teringat dengan ucapan Deven tadi. "Kyra, apa lagi ulahmu? Apa ini saat yang tepat untuk mengambek?""Kamu punya dua pilihan. Pertama, jalani pengobatanmu dan tetap menjadi istriku. Kedua, biarkan dirimu hancur begitu saja, mati sebagai istriku dan terpisah selamanya dari pria murahan yang ada di hatimu."Di depan mata Kyra, kembali terbayang saat Nelson terjatuh dari balkon. Dia terhempas ke tanah dan meninggal dengan mata terbuka. Dengan darah yang dimuntahkannya, Nelson menuliskan kode brankas ruang kerja di tanah. Ternyata kodenya adalah tanggal lahir Kyra.Tak lama kemudian, K