Telinga Kyra terasa berdengung, pandangannya juga menjadi kabur untuk sesaat. Sebelum dia sempat bereaksi, Mia kembali menamparnya lagi. Kyra hampir saja terjatuh, tetapi berhasil ditahan oleh seorang perawat yang baik hati.Saat pandangan Kyra mulai perlahan-lahan menjadi jelas kembali, dia melihat Mia yang sedang memelototinya dan membentak, "Dasar putri durhaka! Sudah jelas-jelas kularang, tapi kamu malah bersikeras mau melakukannya! Apa yang kubilang padamu waktu itu? Deven nggak cocok denganmu, dia mendekatimu karena ada maksud tersembunyi! Padahal sudah kupilihkan pria yang cocok untukmu, tapi kamu malah nggak mau! Kamu malah lebih memilih seorang pengawal yang yatim piatu!""Sekarang kamu sudah tahu akibatnya, 'kan? Gimana dia memperlakukanmu dan kami? Bisnis Keluarga Scott hancur semuanya di tanganmu!"Kekesalan Mia masih belum mereda. Wajahnya memerah karena kesal dan masih ingin menampar Kyra. Namun, Mia telah dihalangi oleh petugas medis lainnya.Kyra menutupi wajahnya yang
Setiap perkataan perawat itu menyiratkan sindiran kepada Kyra. "Kalau kamu nggak berencana mau operasi, bawa pulang saja dia. Untuk apa dibiarkan di rumah sakit kami? Ini namanya sedang menyalahgunakan sumber daya umum."Padahal perawat ini baru saja menerima sogokan darinya dengan tersenyum semringah, tapi sekarang malah bersikap seketus ini pada Kyra. Namun saat ini Kyra tidak ada waktu untuk menyalahkan orang lain. Dia juga mengerti bahwa tidak ada orang di dunia ini yang akan membantu orang asing tanpa imbalan apa pun.Karena takut ibunya akan dipersulit, Kyra terpaksa berbohong, "Uangnya sudah bisa ditransfer sebelum malam ini.""Oh ya?" Nada bicara perawat itu terdengar agak kaget."Tunggu saja uangnya." Setelah berkata demikian, Kyra menutup panggilan itu dan menelepon Deven. Dia ingin menyuruh Deven pulang untuk membahas masalah perceraian. Satu-satunya pegangan Kyra saat ini adalah perceraiannya dengan Deven.Ironisnya, hal terakhir yang menghancurkan pernikahannya ternyata ad
"Bu Kyra, begini caramu memohon pada seseorang?" Deven menutup laptopnya dengan dingin, lalu beranjak dari tempat duduknya dan hendak pergi. "Sekarang aku nggak ingin bercerai lagi, kamu pulang saja."Kyra langsung meraih pergelangan tangan Deven dan berkata dengan lembut, "Deven, aku benar-benar nggak punya cara lain lagi." Dia tidak menangis, hanya menggigit bibirnya dan memohon, "Aku rela bercerai dan meninggalkanmu. Kumohon ...."Ini adalah pertama kalinya Kyra bersikap selunak ini di hadapan Deven. Namun, pria itu tetap menepis tangannya dan berkata, "Tapi, aku yang paling menginginkan kematiannya lebih dari siapa pun.""Deven, kamu salah paham padanya. Dia itu mertuamu. Atau mungkin kamu sendiri yang bilang saja, apa syaratmu supaya kamu mau membantuku?" Suara Kyra yang tanpa emosi itu menjadi gemetaran saat ini.Deven tidak menoleh sama sekali, dia hanya meletakkan sebuah mantel ke lengannya.Bruk!Saat mendengar suara benturan, Deven langsung menoleh. Kyra sang putri dari kelua
Saat Kyra melihat jelas siapa orang itu, dia langsung mengepalkan tangan dengan erat dan tebersit tatapan sinis di matanya. Ternyata dia yang terlalu berharap, mana mungkin Deven akan datang?Jika Deven memang tidak ingin melihatnya menderita, Keluarga Scott tidak akan berakhir seperti ini hari ini. Kyra merasa sangat frustrasi menatap Irish yang berdiri di hadapannya ini. Dulunya Irish adalah sahabat terbaiknya, tapi kelakuannya ternyata begitu menjijikkan.Riasan Irish sangat menor. Dia mengenakan busana bermerek dan sepatu hak tinggi yang elegan, tersenyum tipis sambil berkata, "Wah, bukannya ini putri kesayangan dan kebanggaan Keluarga Scott? Ternyata ada juga saatnya kamu berlutut dan memohon sama orang? Seingatku, kamu bahkan nggak pernah sehina ini saat suamimu mengabaikanmu dan memaksamu untuk bercerai?""Minggir sana!" Kyra hanya melontarkan sepatah kata dengan ketus tanpa meliriknya sama sekali."Wah, sudah mau jadi dicampakkan saja masih sesombong itu? Kyra, aku paling benci
Tangannya yang putih mulus terinjak-injak oleh sepatu para wartawan tersebut. Kyra kesakitan hingga air mata dan keringat dinginnya mengalir deras. Namun, Deven dan Irish malah pergi begitu saja dari pintu belakang gedung Grup Scott, meninggalkannya seorang diri di sana.Sungguh menggelikan! Bisa-bisanya Kyra beranggapan Deven akan menolongnya. Ternyata Deven hanya teringat dengan Irish dan melupakan istrinya yang dikerumuni wartawan. Banyak sekali kamera yang terus memotret wajahnya. Kyra baru saja ingin berdiri, tetapi dia malah didorong hingga terjatuh lagi oleh para wartawan itu.Pertanyaan yang mereka ajukan juga sangat menyudutkan Kyra. Mereka menyodorkan mikrofon itu ke hadapan Kyra dan mengajukan pertanyaan bertubi-tubi. Isinya seputar situasi pernikahannya saat ini dan apakah ayahnya sudah tidak bisa diselamatkan lagi?Kyra merasa sangat sakit hati mendengar semua pertanyaan itu. Dalam hatinya terus mengutuk Deven yang membuat harga dirinya terinjak-injak seperti sekarang ini.
Kyra menggenggam erat ponselnya dan duduk di atas tiang jembatan. Tiang jembatan itu terasa sangat dingin hingga menusuk ke tulang."Memangnya kenapa kalau iya? Kalau nggak juga, apa urusannya denganmu?" balas Deven sambil tertawa santai. Melihat Deven yang masih bisa tertawa di kondisi seperti ini, Kyra benar-benar merasa pria ini adalah seorang bajingan. Akan tetapi, semua itu tidak penting lagi sekarang."Deven, aku sudah mengikuti perintahmu untuk berlutut selama 2 jam di bawah gedung Grup Scott.""Lalu, aku harus beri penghargaan padamu?" sindir Deven."Saatnya kamu menepati janjimu, berikan aku 10 miliar," ujar Kyra dengan bersusah payah. Selama Deven terus berpura-pura bodoh, Kyra terpaksa harus menanggung malu untuk terus-menerus mengingatkannya."Bu Kyra, memangnya sejak kapan aku berjanji mau menolong ayahmu?""Deven!" teriak Kyra sambil menggenggam erat ponselnya."Sepertinya aku bilang, justru orang yang paling menginginkan kematiannya itu adalah aku, 'kan? Kamu sendiri yan
Lengannya perlahan-lahan menjadi lemas. Namun, Kyra benar-benar penasaran apakah itu adalah telepon dari Deven atau bukan. Jawaban ini sangat penting baginya. Kyra berusaha mengambil ponselnya dan melihat layar itu. Dia hanya mentertawakan dirinya yang konyol, lalu menyalakan pengeras suara saat menjawab panggilan tersebut."Kyra, uangnya sudah ada? Rumah sakit sudah keluarkan pemberitahuan kritis yang kedua! Mereka menyuruh kita untuk pindah ke rumah sakit lain karena mereka nggak mau menunggunya lagi .... Kyra, Ibu benar-benar nggak tahu harus bagaimana lagi. Kalau kamu kesulitan, tolong beri tahu Ibu. Kumohon, Ibu nggak bisa hidup tanpa ayahmu. Ibu sangat mencintainya. Tanpa dia, Ibu juga nggak bisa bertahan hidup lagi."Mia yang berada di ujung telepon terdengar sangat putus asa dan menangis tersedu-sedu. Ibunya benar-benar sedang memohon padanya sekarang. Tubuh Kyra terasa membengkak karena berendam air hangat. Air itu memasuki pembuluh darahnya dan menggerogotinya dengan cepat."
Deven mengeluarkannya dari bak mandi dengan wajah muram dan menggendongnya keluar. Anehnya, Kyra malah melihat kepanikan dan ketakutan dalam tatapan Deven. Kyra berpikir, 'Ternyata orang yang sudah mau meninggal memang bisa melihat halusinasi yang nggak realistis.'Setelah itu, Kyra kehilangan kesadaran sepenuhnya.Deven yang mengenakan setelan jas berwarna hitam, langsung menggendongnya hingga ke parkiran basemen. Saat menyadari bahwa ada yang aneh dengan tubuh Kyra, dia langsung mengulurkan jarinya untuk mengecek napas Kyra.Deven mengerutkan alisnya sekilas, lalu meletakkan Kyra ke kursi penumpang depan. Setelah itu, dia mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi ke rumah sakit. Setiap kali bertemu dengan lampu merah, Deven memukul setirnya dengan kuat.Selanjutnya, Deven mencari rute yang lebih sedikit lampu lalu lintasnya dan menginjak pedal gas sekuat tenaga. Tangan Deven menggenggam setir dengan erat hingga urat-uratnya terlihat jelas. Wajahnya yang tampan kini terlihat sanga
"Pak, istirahat saja dulu. Kamu sudah beberapa hari nggak tidur. Kantong matamu sampai hitam sekali," nasihat Alex yang mencemaskan kesehatan Deven.Deven tidak berbicara. Dia langsung masuk ke lift. Setibanya di hotel, Deven menelepon Alvin. Dia belum menyerah.Setelah mengetahui tujuan Deven menelepon, Alvin berujar dengan nada menyesal, "Pak, bukannya aku nggak ingin membantumu. Kakekku memang keras kepala. Kami sudah membujuknya, tapi dia nggak mau dengar.""Benaran nggak ada yang bisa membujuknya lagi?" tanya Deven yang menggenggam ponsel dengan makin erat."Sebenarnya ada.""Siapa?""Justin, anak Pak Farhan. Anak ini punya hubungan dekat dengan kakek kami. Kakek kami anggap dia cucu. Dia pasti bisa membujuknya."Justin .... Deven tersenyum sinis. Dia juga tahu Justin bisa membantu. Akan tetapi, Deven tidak bisa menerima permintaan Justin yang menginginkan Kyra. Mana mungkin dia menyetujui hal seperti ini!"Pasien yang diterima Pak Chokri diperkenalkan Justin?" tanya Deven."Benar
Dulu, Kyra pasti akan menjelaskan saat Deven salah paham padanya. Deven boleh salah paham terhadap hal lain, tetapi tidak untuk perasaannya kepada Deven.Namun, sekarang tidak masalah lagi. Mereka memang tidak bisa kembali seperti dulu lagi, jadi tidak ada gunanya dijelaskan. Itu hanya buang-buang tenaga."Bagus kalau kamu tahu. Jadi, kita sudah bisa cerai belum?" tanya Kyra. Setelah makan obat pereda nyeri, tubuhnya tidak sakit lagi. Dia bahkan menyunggingkan senyuman indah.Meskipun wajahnya pucat pasi, Kyra tetap terlihat cantik dan elegan. Meskipun kehilangan banyak berat badan, itu sama sekali tidak memengaruhi kecantikan Kyra.Deven memang ingin melihat senyuman Kyra. Namun, setelah melihatnya, dia malah tidak merasa senang. Deven merasa Kyra sangat senang jika melihatnya marah. Wanita ini sampai menunjukkan senyuman yang sudah jarang terlihat.Kyra bisa melihat amarah pada tatapan Deven makin memuncak. Deven berkata, "Kamu sendiri yang keras kepala. Terserah kamu kalau ingin mat
Perkataan ini sontak memadamkan hasrat dalam hati Kyra. Benar, orang tuanya telah meninggal. Bagaimana bisa dia berpelukan dan berciuman dengan Deven di sini?'Kyra, kamu terlalu lemah. Deven cuma merendahkan harga dirinya untuk membujukmu, tapi kamu langsung terjebak? Memalukan!' batin Kyra.Sorot mata Kyra seketika menjadi dingin dan penuh ejekan. Namun, Deven masih belum menyadari apa pun. Dengan mata terpejam, dia masih ingin mencium Kyra. Ciuman tadi membuatnya sungguh tak terlupakan.Deven ingin melanjutkan, tetapi Kyra sontak mendorongnya. Sebelum Deven bereaksi, Kyra sudah melayangkan tamparan ke wajahnya. Pipinya terasa perih, membuat Deven termangu.Ketika menatap Kyra kembali, dia melihat tatapan penuh ejekan itu. Kyra mencelanya, "Deven, kalau kamu butuh wanita, cari saja Irish.""Dia bukan istriku. Ngapain aku cari dia?" balas Deven."Waktu kalian melakukan pemotretan pernikahan, kenapa kamu nggak berpikir begitu?" sindir Kyra."Waktu itu, aku ...." Deven ingin mengatakan
"Kalau kita cerai, aku langsung terima pengobatan!" pekik Kyra.Saking kesalnya, Deven sampai tertawa mendengar ucapan Kyra. Di ingatan Deven, Kyra paling takut merasa sakit.Namun, sekarang Kyra begitu tersiksa karena rasa sakitnya. Keringat bercucuran di dahi, wajahnya pucat pasi.Kyra masih terus melakukan perlawanan. Wanita yang dulunya mengatakan akan menemaninya, kini malah ingin meninggalkannya.Hati Deven diliputi kepedihan. Dia benar-benar tersiksa. Pada akhirnya, dengan ekspresi suram, dia memasukkan semua obat itu ke mulut Kyra.Saat berikutnya, Deven meraih pinggang Kyra dan merangkulnya dengan erat. Tubuh Kyra menempel dengan dada kekar Deven. Tidak ada sedikit pun celah di antara keduanya.Kyra ingin mendorong, tetapi tidak punya tenaga sebesar itu. Tenaganya sudah habis, apalagi dia mogok makan belakangan ini. Bagaimana mungkin dia sanggup mendorong Deven?Bibir Deven yang panas sontak mencium bibir Kyra yang kering dan pucat. Kyra ingin meninju Deven, tetapi Deven langs
Ini sudah pasti persekongkolan. Justin dan Kyra saling mencintai, jadi Kyra ingin bercerai. Tidak ada yang namanya kebetulan di dunia ini.Kyra tidak memahami maksud ucapan Deven. Persekongkolan apa yang dimaksudnya? Dia sampai mengira Deven ingin memfitnah Justin, tetapi ini hal yang wajar."Benar, kami memang sekongkol!" Kyra sama sekali tidak berniat untuk menjelaskan.Amarah pada tatapan Deven menjadi makin kuat. "Kamu nggak bisa hidup lama lagi. Apa perceraian begitu penting bagimu? Kamu nggak bisa berhenti berdebat dan fokus pada kesembuhanmu dulu?""Daripada berobat atau hidup, aku lebih ingin terbebas darimu. Masa aku harus mati dengan status masih menjadi istrimu? Aku nggak mungkin bisa tenang di alam sana! Sebelum mati, aku harus memastikan kita nggak punya hubungan apa-apa lagi!" pekik Kyra dengan mata berkaca-kaca sambil terisak-isak."Ternyata menjadi istriku lebih tersiksa daripada mati?""Benar! Yang kamu katakan benar!""Kyra, kamu rasa aku nggak bisa menemukan wanita l
Ucapan ini membuat Kyra termangu sesaat. Nada bicara Deven persis saat dirinya dipaksa makan obat penguat janin. Apakah ini yang dinamakan trauma?Sama seperti sebelumnya, Deven memaksanya makan obat dengan tegas. Pria ini tidak pernah menanyakan pendapatnya dan selalu memaksakan kehendaknya.Kenapa Deven selalu bersikap angkuh dan merasa diri sendiri benar? Deven memang tidak pernah berubah. Egois dan sombong.Kyra mengernyit, mencengkeram perut atasnya. Dia mulai mencium bau amis darah di mulutnya. Sementara itu, Deven menjulurkan tangannya ke hadapan Kyra. "Makan."Kyra bersikeras menelan darahnya. Dia menepis tangan Deven dengan kesal. Obat pereda nyeri pun berserakan. Ada yang jatuh ke dekat kaki Deven, ada yang masuk ke tong sampah.Kyra tidak ingin seperti ini. Bahkan ketika dirinya sudah mau mati, dia masih tidak berkesempatan untuk membuat keputusan. Bukankah hidupnya sangat menyedihkan? Kyra ingin menjadi dirinya sendiri.Pada akhirnya, Deven kehilangan kesabarannya. Dia suda
Kyra benar-benar bahagia. Tidak ada sedikit pun kesedihan dalam hatinya.Tiba-tiba, pintu bangsal terbuka. Angin dingin berembus masuk, membuat Kyra yang berbaring di lantai merasa makin dingin hingga tubuhnya gemetaran.Saat berikutnya, Kyra mendengar suara pintu ditutup dan suara langkah kaki yang terburu-buru. Dia menunduk, lalu melihat sepasang sepatu kulit yang dibelinya sebelum perang dingin dengan Deven.Dulu, Kyra sangat senang melihat Deven memakai sepatu kulit ini. Namun, sekarang dia buru-buru mengalihkan pandangan karena tidak ingin melihatnya.Organ dalamnya terasa makin sakit, seperti ada kapak yang membelah seluruh organ dalamnya. Rasa sakit ini sungguh menusuk.Kyra tidak bisa menahan kesakitan ini. Dia menggigit bibirnya sambil menangis sesenggukan. Deven awalnya marah, tetapi ketika melihat Kyra begitu kasihan, amarahnya langsung sirna dan digantikan dengan rasa iba.Deven berjongkok untuk menggendong Kyra ke ranjang. Kesehatan Kyra sangat buruk. Kyra tidak seharusnya
Sudah gila?Kyra menggigit bibirnya yang kering dan pecah-pecah hingga meneteskan darah. Setelah mengalami semua ini, apa tidak sepantasnya Kyra kehilangan kewarasannya? Dia meringkukkan tubuhnya dan memeluk kedua kakinya dengan erat. Sekujur tubuhnya gemetaran hebat.Perawat itu terkejut melihat situasi ini. Setelah menjadi perawat selama bertahun-tahun, baru kali ini dia melihat pasien yang begitu keras kepala. Karena takut akan terjadi kecelakaan medis, perawat itu buru-buru berlari ke luar ruangan untuk mencari Deven.Pada saat ini, Deven sedang bersandar di koridor. Alex sedang melaporkan sesuatu padanya, "Pak Deven, tubuh Bu Kyra sudah sangat parah sekarang. Kalau masih terus mogok makan, kondisinya akan semakin gawat."Deven mengerutkan alisnya dalam-dalam. Awalnya, dia mengira Kyra hanya bercanda karena ingin membuatnya kesal. Tak disangka, Kyra benar-benar serius. Saat Deven baru hendak mengatakan sesuatu, tiba-tiba terdengar suara perawat."Pak Deven, gawat!" teriak perawat i
Kyra mengulurkan tangannya karena kesakitan. Ternyata rasa sakit yang ditimbulkan karena penyakit kanker begitu menyiksa. Mana mungkin semudah itu tidak mau minum obat? Baru permulaan saja Kyra sudah tidak sanggup bertahan!Kyra ingin minum obat untuk meredakan rasa sakit di tubuhnya. Perawat itu menyerahkan obat pereda nyeri ke telapak tangan Kyra yang dingin. "Ayo cepat diminum."Dalam benak Kyra tiba-tiba teringat dengan ucapan Deven tadi. "Kyra, apa lagi ulahmu? Apa ini saat yang tepat untuk mengambek?""Kamu punya dua pilihan. Pertama, jalani pengobatanmu dan tetap menjadi istriku. Kedua, biarkan dirimu hancur begitu saja, mati sebagai istriku dan terpisah selamanya dari pria murahan yang ada di hatimu."Di depan mata Kyra, kembali terbayang saat Nelson terjatuh dari balkon. Dia terhempas ke tanah dan meninggal dengan mata terbuka. Dengan darah yang dimuntahkannya, Nelson menuliskan kode brankas ruang kerja di tanah. Ternyata kodenya adalah tanggal lahir Kyra.Tak lama kemudian, K