Share

Part. 22. Sebuah Surat

"Iya, Pak, makasih yah." aku berlalu meninggalkan Pak Anton dan tanpa melihat amplop tersebut.

Ketika sampai di lantai 12 ku toleh ruangan gundik suamiku itu, ternyata benar dia tidak masuk. Kan apa aku bilang itu hanya akal-akalannya saja supaya tidak masuk kerja. Sedangkan kemarin wanita tak berperikemanusiaan itu sedang bercumbu dengan mantan suamiku yang masih sah secara negara.

Ku lihat surat yang sedang dalam pegangan. Ku baca kop nya, ternyata dari Pengadilan Agama tak membuka surat pun aku sudah tahu apa isinya.

Menghela nafas berat, tetap ku buka amplop tersebut untuk melihat tanggal persidangan. Ya Rabb empat hari lagi?

Telepon voip ku berbunyi ...

Kriiing

"Hallo"

"Rin, udah siap? Kita berangkat sekarang!" ucap Pak Harjoko.

"Iya Pak" sahutku dengan nada melemas.

Kami di antar oleh supir pribadi Pak Bos, hanya bertiga saja. Dalam perjalanan terlintas di benakku untuk bertemu dengan Reisya, karena dia menetapnya di Bandung. Semoga nanti ada waktu untuk berbincang dengannya.

Re
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status