Beranda / Pernikahan / Pengkhianatan Suamiku / Pernikahan Kami (Bagian 2)

Share

Pernikahan Kami (Bagian 2)

Penulis: Gyuu_Rrn
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Sah?!"

"Sah ...."

Suara para saksi serta orang-orang yang hadir di pernikahanku turut menggema. Bersamaan dengan itu, setetes demi tetes air mana turun membasahi pipi, tak kusangka setelah perjalanan panjang yang aku lalui, akhirnya Rehan menjadi pemberhentian terakhirku kali ini.

Aku berharap, Rehan memang orang terakhir di hidupku, menjagaku sampai maut yang memisahkan. Sekali lagi aku berharap, jika apa yang terjadi terakhir kali padaku, takkan pernah terjadi lagi. Cukup kali itu saja, aku merasakan sebuah pengkhianatan yang amat sangat melukai hati, batin serta mentalku.

"Sayang, ada apa?"

Sebuah bisikan lembut di ujung telinga, mampu menyadarkan aku dari lamunan panjang. Sontak, aku menoleh, menatap kedua sorot mata Rehan yang tampak begitu indah.

Detik berikutnya kedua sudut bibirku tertarik ke atas, membuat lengkungan atas matamu ikut tertarik membentuk sebuah bulan sabit.

Perlahan aku menggeleng pelan, kemudian menggenggam tangan Rehan dengan lembut.

"Tidak apa-apa, Sayang. A
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Pengkhianatan Suamiku   Mas Ardi?

    Selama membaca:) *** Dengan malas, kutarik selimut yang membungkus tubuhku dan Mas Ardi, laki-laki yang telah menikahiku selama hampir 2 tahun ini. Setelah pergulatan semalam, aku merasakan pegal-pegal disekujur tubuh. Sejujurnya tidak ikhlas bila harus melepaskan tangan kekar yang melingkar di pinggangku saat ini. Selain udara pagi ini cukup dingin, aku juga merindukan sosok suamiku yang sudah hampir 2 bulan ini tidak pulang. Dia terpaksa harus pergi keluar kota untuk urusan pekerjaan dan meninggalkanku seorang diri di rumah. Awalnya dia memang mengajakku untuk pergi, hanya saja aku langsung menolak, karena tidak bisa meninggalkan pekerjaan. "Sayang, mau ke mana?" tanya Mas Ardi dengan suara serak khas bangun tidur. Aku menoleh dan membelai wajahnya yang terlihat begitu tampan. "Aku harus bersih-b

  • Pengkhianatan Suamiku   Wangi Parfum

    Sudah hampir sore. Tapi, belum ada tanda-tanda kalo Mas Ardi akan segera pulang ke rumah. Sebisa mungkin aku berusaha mengalihkan perhatian dengan cara menonton televisi atau bahkan membaca buku. Namun, itu sama sekali tidak membantu.Sebenarnya ke mana Mas Ardi pergi. Apa aku terlalu memikirkannya sampai merasa takut seperti ini. Sambil sesekali menarik napas berat, aku terus mondar-mandir di ruang makan. Hingga, tatapanku jatuh pada piring bekas makan Mas Ardi yang belum sempat aku bereskan."Mbak!" panggilnya dengan suara nyaring."Ada apa, Sandi dan kapan kamu datang?" jawabku dari arah dapur.Perlahan, suara langkah terdengar semakin mendekat. Sandi menghampiriku dengan membawa sebuah plastik berwarna hitam."Ini ada bakso, buat Mbak Rena. Barusan, apa Mbak tidak mendengarnya?" Sandi segera menyimpan plastik tersebut di atas meja. Seketika aroma bakso langs

  • Pengkhianatan Suamiku   Isi Mobil Suamiku

    Tanpa menoleh sedikitpun, aku langsung bergegas masuk ke mobil dan melajukannya dengan kecepatan tinggi. Rasanya hatiku benar-benar hancur jika membayangkan kejadian beberapa menit yang lalu.Aku bahkan seakan-akan tidak mengenal dirinya. Walaupun perselingkuhannya belum terbukti dengan pasti. Tapi, aku yakin, kalo dia benar-benar bermain di belakangku, karena firasat seorang istri tidak pernah salah. Sebisa mungkin, aku harus membuktikan semuanya. Aku tidak ingin, jika harus hidup dalam sebuah kebohongan.Sontak, aku segera menghentikan laju kendaraan saat secara tidak sengaja menyenggol ponsel hingga terjatuh. Dalam keadaan sedikit gelap, kuambil ponsel yang berada tidak jauh dari kakiku berpijak.Namun, tiba-tiba pandanganku tertuju pada sebuah benda yang tergeletak dekat kursi penumpang. Segera kuambil benda tersebut dan menatapnya dengan lekat.Seketika hatiku kembali memanas, bagaimana bi

  • Pengkhianatan Suamiku   Foto Wanita

    Tepat saat aku akan mengirimkan foto itu pada ponselku, Mas Ardi menggeliat. Membuatku secara spontan langsung menyimpan ponsel ke samping tubuhnya.Dengan mata yang sedikit terbuka, dia mengambil ponsel miliknya dan menyimpannya ke atas meja. Aku berharap, semoga perbuatan barusan tidak diketahui olehnya.Setelah memastikan dia kembali tertidur, aku beranjak dari ranjang dan segera bergegas keluar kamar. Hari ini benar-benar berat bagiku.Saat di sini aku merindukan dan menunggunya selama hampir dua bulan lamanya. Dia malah datang dan membalas semuanya dengan rasa sakit yang begitu menyesakan.Mas Ardi, perlahan Tuhan mulai membuka kedokmu yang sebenarnya. Satu demi satu perbuatan busukmu mulai aku ketahui. Tunggulah Sayang, suatu saat kau akan mendapatkan balasan yang setimpal.Sambil menikmati kopi hitam yang ada di hadapanku saat ini, aku mulai memikirkan wa

  • Pengkhianatan Suamiku   Kecurigaan

    Hampir sepanjang perjalanan aku memikirkan hal tersebut, sambil sesekali melirik Icha yang sedang sibuk dengan ponselnya. Bahkan, sesekali dia bercanda gurau dengan Mas Ardi, membuatku semakin curiga saja.Apa benar, jika Icha adalah wanita selingkuhan Mas Ardi. Tapi, jika hal itu sampai terjadi, sungguh dia wanita tidak tahu diri.Selama ini, aku sudah cukup baik padanya. Bahkan, sering sekali aku menghiburnya yang sedang sedih karena harus berjauhan dengan suaminya atau membantunya yang sedang kerepotan mengurus anaknya yang masih kecil.Kupijit pelipisan yang rasanya sangat sakit, banyak sekali kemungkinan diantara mereka berdua. Sepertinya aku harus cepat-cepat membuktikan semuanya."Kenapa, Sayang?" tanya Mas Ardi dengan cepat. Tangannya sengaja menyentuh pundakku yang hanya berbalut jas berwarna hitam.Aku menggeleng pelan, kemudian tersenyum ke arah

  • Pengkhianatan Suamiku   Ceroboh

    [Mbak, barusan saya melihat mobil pak Ardi sudah keluar komplek.]Aku langsung tersenyum kecut dan kembali memasukan ponsel ke dalam tas. Mas Ardi sudah benar-benar gila sepertinya.Hatiku sangat panas, rasanya sangat sulit untuk mengendalikan emosi. Jika saja Mas Ardi dan selingkuhannya ada tepat di depan mataku kali ini, habis mereka.Bahkan, karena saking kesalnya, aku sampai tidak sadar jika roti yang ada dalam genggamanku sudah hancur bersamaan dengan bungkusnya yang sudah tidak karuan."Mbak, kenapa?" tanya Sandi tiba-tiba membuatku sedikit terlonjak.Aku yang baru sadar dengan perbuatan barusan, segera memasukan roti ke dalam kantong plastik dan menatapnya dengan sedikit ragu."Ti-tidak!""Baiklah," jawab Sandi singkat, pandangannya tetap berfokus pada jalanan.Setidaknya aku bersyukur, Sandi tidak

  • Pengkhianatan Suamiku   Pulang Malam

    Segera kurebut ponsel dari tangan Sandi dan menyimpannya ke atas meja. "Sudah, itu bukan hal penting," ucapku sebelum akhirnya berlalu dari hadapanku.Rasanya tenggorokanku sangat kering setelah melihat foto tadi. Dengan cekatan, tanganku segera menuangkan segelas air putih dan menenguknya sampai habis.Tiba-tiba aku kembali terpikir dengan ucapan satpam komplek, dugaanku Mas Ardi sering sekali pulang ke rumah. Tapi, kenapa aku baru menyadarinya sekarangSungguh, kau sangat bodoh, Rena!Dengan tergesa-gesa, aku berlari menuju kamar utama, di mana aku dan Mas Ardi tidur. Segera kuperiksa berbagai sudut, berharap dapat menemukan sesuatu. Tapi, nihil aku tidak menemukan apapun."Sandi, kapan temanmu bisa memang CCTV di rumah Mbak?" tanyaku dari tangga dengan nada dingin dan tangan terlipat di dada.Sandi tidak menjawab ucapanku, dia malah langsung me

  • Pengkhianatan Suamiku   Sebuah Duri

    "Ponsel kamu kenapa?" tanya Mas Ardi dari ujung pintu kamar mandi, saat melihat ponselku yang retak tergelak di atas meja.Kulihat Mas Ardi mendekat, dia meraih ponsel milikku dan menyalakannya. Alisnya sedikit terangkat, sebelum akhirnya menatapku lekat."Kapan kamu berganti lockscreen, Sayang?"Aku terdiam sejenak, lalu baru teringat jika aku telah menggantinya kemarin. Lagipula, untuk apa terus memasang fotonya, itu hanya akan menambah rasa sakitku saja."Kemarin, Mas. Aku salah pencet, terus malah keganti gitu."Mas Ardi tidak menjawab ucapanku, dia malah asyik mengotak-atik ponsel milikku. Aku tidak tahu apa yang dia lakukan, padahal aku juga jarang sekali membuka ponselnya yang menyimpan banyak rahasia itu.Andai saja aku bersikap seperti itu, mungkin dia akan marah dan merebut ponselnya dengan kasar. Cih! Apaan sekali, bukannya itu sangat tidak a

Bab terbaru

  • Pengkhianatan Suamiku   Pernikahan Kami (Bagian 2)

    "Sah?!""Sah ...."Suara para saksi serta orang-orang yang hadir di pernikahanku turut menggema. Bersamaan dengan itu, setetes demi tetes air mana turun membasahi pipi, tak kusangka setelah perjalanan panjang yang aku lalui, akhirnya Rehan menjadi pemberhentian terakhirku kali ini.Aku berharap, Rehan memang orang terakhir di hidupku, menjagaku sampai maut yang memisahkan. Sekali lagi aku berharap, jika apa yang terjadi terakhir kali padaku, takkan pernah terjadi lagi. Cukup kali itu saja, aku merasakan sebuah pengkhianatan yang amat sangat melukai hati, batin serta mentalku."Sayang, ada apa?"Sebuah bisikan lembut di ujung telinga, mampu menyadarkan aku dari lamunan panjang. Sontak, aku menoleh, menatap kedua sorot mata Rehan yang tampak begitu indah.Detik berikutnya kedua sudut bibirku tertarik ke atas, membuat lengkungan atas matamu ikut tertarik membentuk sebuah bulan sabit.Perlahan aku menggeleng pelan, kemudian menggenggam tangan Rehan dengan lembut."Tidak apa-apa, Sayang. A

  • Pengkhianatan Suamiku   Akhirnya Kami Bertemu

    "Hai, Mbak. Apa kabar?" Sontak, aku langsung menurunkan gelas yang sedang aku pegang, kemudian menoleh ke sumber suara.Tepat di hadapanku, seorang laki-laki tengah berdiri sambil menyunggingkan senyuman.Sejauh ini, tidak ada yang berubah darinya, hanya saja bulu-bulu halus yang biasa dia cukur rapih di area rahang, sepertinya kali ini dia biarkan tumbuh, membuatnya terlihat semakin dewasa."Baik, Rehan. Apa kabarmu? Sudah lama tidak bertemu," ucapku setelah sosok laki-laki tersebut duduk di hadapanku.Setelah memikirkan ulang perkataan Sandi, akhirnya kuputuskan untuk bertemu dengan Rehan di sebuah kafe yang jaraknya memang cukup jauh dari tempat tinggalku yang sekarang."Baik, juga."Tidak ada percakapan lain diantara kami, mungkin karena terlalu sibuk dengan pikiran masing-masing."Mbak, kenapa kamu tiba-tiba menghilang begitu s

  • Pengkhianatan Suamiku   Perkenalkan Pertama

    "Mbak, ini gadis yang mau aku perkenalkan padamu."Seketika aku langsung menoleh, tepat di hadapanku seorang gadis berbaju putih yang dipadukan dengan rok kotak-kotak berwarna hitam tengah berdiri.Kepala menunduk, tapi sekilas aku dapat melihat wajahnya begitu cantik dan imut jika dilihat secara langsung, jari tangannya saling bertautan satu sama lain.Baru saja aku akan berkata, tiba-tiba sebuah teriakan dari arah belakang mengagetkanku."Mamah ... Kak Andlew jahat." Seorang anak berusia tiga tahun setengah berlari ke pangkuanku, tangannya mengusap sudut mata yang berair."Kenapa, Sayang?" tanyaku sambil mengecup puncak kepalanya."Kak Andlew, jahat! Dia rebut boneka beluang Lea," ucapnya disela-sela isak tangis. Pengucapannya yang masih sedikit cadel, membuatku semakin gemas."Udah, jangan nangis. Malu tuh sama Tante yang ada di

  • Pengkhianatan Suamiku   Wanita Pilihan Sandi

    Entah berapa lama, aku tidak menginjakkan kaki keluar rumah, kadang rasa bosan selalu mendera. Hanya saja, aku memang tidak bisa dengan leluasa pergi ke manapun.Sampai detik ini, ayah melarangku untuk keluar jauh dari rumah. Alasannya tetap sama, dia memang kadang mengijinkanku pergi, hanya saja ketika ada keperluan mendadak saja, itupun ayah lebih sering menyuruh orang. Ayah masih saja takut terjadi hal buruk padaku.Tidak terasa, baby Andrew dan Andrea sudah bisa merangkak. Perkembangan mereka begitu cepat, rasanya baru kemarin aku mendengar suara tangisan keduanya untuk yang pertama kalinya."Wah, pinter banget anak, Ibu," ucapku kegirangan kala melihat Andrew dan Andrea merangkak, berlomba-lomba mengambil bola kecil yang sengaja aku simpan sedikit jauh di depan keduanya."Wih, om bangga sama kalian," ucap Sandi tiba-tiba. Dia langsung meraih Andrew dan membawanya keluar kamar, tentu saja itu mem

  • Pengkhianatan Suamiku   Aku Tidak Mengerti

    Kubuka resleting dompet yang sengaja aku simpan di pangkuan. Benar saja, benda persegi berwarna putih yang dari tadi aku cari ada di sana, berdampingan dengan beberapa benda lainnya.Sandi berdecak, dia menatap kesal ke arahku yang sedang tersenyum kecut."Makanya jangan panik dulu, tapi cari yang bener.""Iya, siap Pak boss," ucapku sambil memperagakan gerakan hormat.Ingin rasanya kutempeleng kepalanya, saat mendengar Sandi tertawa terbahak-bahak. Walaupun yang dia katakan memang benar juga. Tapi, aku tetap saja kesal.Kutatap Sandi sinis, tangan kanan meraih ponsel dengan cepat dan segera menghubungi nomor Bi Wati."Bi, bagaimana keadaan Andrew dan Andrea?""Baik-baik saja, Bu. Barusan habis minum susu dan sekarang sedang bermain bersama bibi."Aku mengangguk pelan ketika mendengar ucapan Bi

  • Pengkhianatan Suamiku   Penampilan yang Berbeda

    Perlahan, aku mulai melangkah, menghampiri seseorang yang masih menunduk dalam. Baju kaos berwarna putih kumal, celana panjang hitamnya pun sama, bahkan ada beberapa tambalan di sana.Aku tidak tahu karung berisi apa yang sengaja dia sembunyikan di belakang tubuh. Walaupun Sandi sudah berusaha menahan, tapi hal itu tidak mengurungkan niatku untuk mendekat ke arahnya."Apa yang kamu lakukan di sini?" Akhirnya, mulutku mampu melontarkan kalimat sesaat setelah beberapa detik membisu.Orang itu terdiam, rambutnya terlihat begitu acak-acakan, peluh mengucur membasahi kening hingga pakaian yang dia kenakan."Maaf, mungkin salah orang. Saya permisi."Mesti sudah lama tidak bertemu, tapi aku tidak akan pernah lupa dengan wajahnya dan suaranya. Walaupun, memang banyak yang sedikit berubah."Tidak!" Kucekal lengannya dengan cukup kasar. "Kutanya, apa

  • Pengkhianatan Suamiku   Pasar

    Sudah hampir seminggu aku tinggal di rumah ayah dan selama itu juga, kejadian yang sempat menimpa Bi Wati beberapa saat yang lalu tidak pernah terjadi lagi.Mungkin orang itu tahu, jika penjagaan di rumah ayah sangat ketat, karena hampir setiap penjuru rumah diisi oleh beberapa orang pria bertubuh tegap.Aku bergidik ngeri, saat membayangkan pria bertubuh tegap tersebut langsung menghajar orang yang berani macam-macam. Dapat kupastikan, orang itu langsung babak belur seketika."Sandi," teriakku saat melihat pria berkaos putih dan celana pendek melintas tepat di depanku. Sandi menoleh dan menaikan sebelah alisnya."Ada apa?"Aku beranjak dari duduk, menyambar dompet dan ponsel yang tergeletak di meja."Antar, Mbak, belanja! Mumpung si kembar lagi tidur dan stok susu juga masih ada," ucapku, setelah sebelumnya menoleh ke arah Andrew dan Andrea

  • Pengkhianatan Suamiku   Video Call Tak Terduga

    Tidak mau ambil pusing, segera kurebahkan badan di ranjang empuk, menarik selimut hingga sebatas dada.Baru saja beberapa detik terpejam, mataku kembali terbuka menatap langit-langit kamar, sebelum akhirnya mulai menelusuri seisi ruangan.Aku sedikit beringsut, menyandarkan tubuh pada punggung ranjang, jari tangan ikut menarik selimut dan meremasnya secara perlahan.Masih terlintas dalam benakku, potret Rudi sedang makan siang bersama Icha. Walaupun tidak bisa melihat tatapan keduanya secara jelas, tetapi aku yakin jika mereka tidak mungkin bertemu, tanpa alasan yang tidak pasti.Apa jangan-jangan selama ini Rudi bersikap baik hanya karena menginginkan suatu hal? Emm mungkin saja, lagipula siapa yang tahu dengan isi hati seseorang.Tanpa sadar rahangku mengeras, tangan terkepal kuat, jika itu memangnya kebenarannya.Kurang ajar!

  • Pengkhianatan Suamiku   Kenapa Mereka Terlihat Akrab

    "Tidak mungkin, Rehan melakukan hal tersebut. Lagipula, untuk apa?" tanyaku dengan raut wajah keheranan.Sandi dan ayah terdiam sesaat, hingga beberapa detik kemudian Sandi mengangguk mantap. Tubuhnya sedikit membungkuk, tangan terkepal kuat serta menatap sembarang arah."Mbak, benar. Untuk apa dia melakukan hal tersebut, sementara itu kita tidak memiliki urusan lain dengannya atau jangan--" Sandi menggantungkan ucapan, dia menengok ke arahku sambil melotot. "Dia dendam, karena, Mbak sudah menolak cintanya."Seketika aku pun ikut terbelalak saat mendengar ucapannya. Tanpa rasa kasihan, segera kutoyor kepalanya dengan cukup keras sampai dia mengaduh kesakitan."Apa maksudmu, hah? Sembarangan sekali." Aku memang cukup kesal dengan ucapannya."Sudah! Apa-apaan kalian ini, sudah besar masih saja bertengkar!" Ayah bangkir sambil berkacak pinggang. Dia mencoba melerai kami. "Sand

DMCA.com Protection Status