Share

Foto Wanita

Penulis: Gyuu_Rrn
last update Terakhir Diperbarui: 2021-08-24 14:17:46

Tepat saat aku akan mengirimkan foto itu pada ponselku, Mas Ardi menggeliat. Membuatku secara spontan langsung menyimpan ponsel ke samping tubuhnya.

Dengan mata yang sedikit terbuka, dia mengambil ponsel miliknya dan menyimpannya ke atas meja. Aku berharap, semoga perbuatan barusan tidak diketahui olehnya. 

Setelah memastikan dia kembali tertidur, aku beranjak dari ranjang dan segera bergegas keluar kamar. Hari ini benar-benar berat bagiku. 

Saat di sini aku merindukan dan menunggunya selama hampir dua bulan lamanya. Dia malah datang dan membalas semuanya dengan rasa sakit yang begitu menyesakan.

Mas Ardi, perlahan Tuhan mulai membuka kedokmu yang sebenarnya. Satu demi satu perbuatan busukmu mulai aku ketahui. Tunggulah Sayang, suatu saat kau akan mendapatkan balasan yang setimpal. 

Sambil menikmati kopi hitam yang ada di hadapanku saat ini, aku mulai memikirkan wanita yang ada dalam foto tersebut. Aku baru ingat, jika wanita itu memiliki tanda lahir yang cukup besar di bagian lehernya. 

Mungkinkah aku mengenal wanita itu atau mungkin tidak sama sekali. Ya, mulai sekarang aku akan lebih memperhatikan wanita yang sering berinteraksi dengan Mas Ardi, aku harap dengan begitu dapat menemukan sebuah petunjuk.

"Sayang, apa yang kau lakukan di sini?" 

Aku menoleh dan mendapati Mas Ardi tengah tersenyum. Laki-laki itu segera menghampiriku.

"Sedang meminum kopi. Lalu, apa yang kau lakukan juga di sini?"

Mas Ardi segera memeluk leher jenjangku, sambil sesekali menghembuskan napas. Aku bergidik ngeri, bayangan demi bayangan perbuatan yang telah dia lakukan dibelakangku berputar begitu saja. 

Aku yakin, dia juga pasti melakukan hal yang sama pada wanita-wanita itu. Kenapa aku memanggilnya begitu, Karana aku benar-benar tidak yakin, kalo dia hanya tidur dengan satu wanita saja.

Tentu saja, pasti banyak wanita yang akan tergoda dengannya. Siapa juga yang tidak menginginkan seorang laki-laki dewasa berparas tampan dengan tubuh yang sangat atletis. 

Pasti semuanya menginginkannya dan sepertinya dia menggunakan kelebihannya itu untuk menggaet banyak wanita. Dasar, lelaki tidak tahu diri, aku sangat muak dengannya. 

"Sayang?" panggilannya tepat di samping telingaku. Sungguh, suaranya juga menjijikan kali ini, sampai rasanya aku ingin memuntahkan seisi perut.

"Kenapa, Mas?" 

Aku sengaja menggodanya kali ini dengan cara menyentuh tangannya. Aku yakin, pasti dia akan merasa panas dingin.

Mampus kau, Mas. Kau pikir aku akan terbuai begitu saja. Tentunya, tidak! Laki-laki brengsek sepertimu memang sekali-kali harus mendapatkan sesuatu yang cukup menyenangkan. 

"Sayang."

Kali ini tangannya sudah berani. Sepertinya Mas Ardi sudah masuk dalam perangkapku. Sementara itu sisi lain diriku sedang tertawa terbahak-bahak. Jika, membayangkan kejadian yang akan menimpa selanjutnya. 

"Mas, tunggu!" 

Sontak saja Mas Ardi langsung menghentikan aktivitasnya dan menatapku dengan sejuta pertanyaan. 

Tanpa basa-basi, aku segera berlari menuju kamar mandi dan terkekeh pelan, sebelum beberapa menit kemudian keluar dengan menampilkan wajah sedih. 

"Kenapa, Sayang?"

Aku terdiam, berusaha untuk berakting sebagus mungkin. 

"Maafkan aku, Mas. Tapi, aku baru ingat kalo hari ini adalah tanggal merahku," ucapku sambil mendongak, menatap wajahnya yang terlihat kecewa sekaligus kesal. 

"Baiklah."

Sejujurnya aku memang merasa bersalah, sekaligus berdosa pada suamiku itu. Tapi, aku juga merasa sangat sakit hati dengan apa yang telah dia lakukan padaku. 

Apa Mas Ardi tidak pernah berpikir saat melakukan hal keji itu. Di luar sana dia bersenang-senang dengan banyak wanita, sementara aku di rumah dengan sabarnya menunggu kedatangannya.

Ah, tentu saja dia tidak akan berpikir seperti itu. Mana ada manusia keji yang bisa berpikir jernih. Karena, yang ada dalam isi kepalanya hanyalah bersenang-senang, tanpa memikirkan istrinya terluka atau tidak. 

***

Hampir semalaman aku tidak bisa tertidur dengan nyenyak. Tiap kali terpejam, bayangan itu kembali hadir, seakan-akan menjadi mimpi buruk yang tidak ada akhirnya.

Walaupun begitu, aku tetap terbangun pagi-pagi buta untuk menyajikan sarapan untuk Mas Ardi. Sebenarnya hatiku sudah enggan untuk melakukan itu semua. Tapi, jika hal itu sampai terjadi, mungkin dia akan curiga. 

"Pagi, Sayang," sapanya seperti biasa dan hampir saja aku menangis. Jika, membayangkan betapa indahnya pernikahan kami dulu. Ya, itu dulu tentunya bukan sekarang. 

"Pagi, Mas," jawabku dengan nada dingin. 

Aku harus tetap kuat dan bersabar terlebih dahulu. Sampai, saat semuanya sudah benar-benar terbukti aku akan pergi.

Karena bagaimanapun itu aku benci dengan yang namanya perselingkuhan. Menurutku, perselingkuhan adalah dosa yang paling besar dan tidak ada kata maaf bagi seorang peselingkuh. 

Bahkan, jika dia sampai bersujud di kakiku sekalipun, aku tetap tidak akan memaafkannya. Sungguh, aku benar-benar jijik.

"Sayang, kenapa pagi-pagi sudah melamun. Apa yang kamu pikirkan, berceritalah sayang."

Aku menggeleng pelan dan segera menyajikan sepiring nasi goreng di atas meja makan. 

"Tidak, Mas. Ayo, makan! Aku takut kamu kesiangan," ucapku sambil tersenyum lebar. Sungguh, sangat miris diriku jika harus pura-pura baik di depan laki-laki ini. 

Tanpa banyak bicara, Mas Ardi segera melahap nasi goreng buatanku dengan penuh semangat. Sampai detik ini, aku masih tidak percaya dengan apa yang telah Mas Ardi perbuat. 

Laki-laki yang sekarang ada di hadapanku berkhianat. Laki-laki yang sungguh aku sayangi setelah ayah dan adik itu ternyata membalas semuanya dengan penuh kepalsuan.

Andai aku mengetahuinya sebelum menikah, mungkin semuanya tidak akan Seperti ini. Tapi, mungkin Tuhan ingin aku tahu kebusukannya setelah kami melewati hari indah.

"Kenapa tidak makan? Mau aku suapi?"

"Tidak, aku hanya senang melihat Mas Ardi makan dengan begitu lahap."

Mas Ardi tersenyum lebar, lalu menarik pipiku dengan cukup kasar. "Benar, 'kah? Ah, tentu saja. Karena, masakan istriku begitu lezat."

Aku ikut tersenyum mendengar ucapannya. Tentu saja bukan senyum bahagia, melainkan senyum penuh dengan rasa sakit. Jika, memikirkan semua penghianatannya. 

"Sudahlah, Mas. Ayo habiskan makananmu."

Setalah makanan habis, Mas Ardi langsung mengajakku untuk segera berangkat. Seperti biasa, setiap pagi dia akan mengantarku ke perusahaan tempat bekerja. Sebelum akhirnya pergi menuju kantornya, karena kami memang bekerja di tempat yang berbeda. 

"Mas Ardi."

Terdengar sebuah teriakan dari sebarang jalan, ternyata itu Icha tetangga baru kami yang baru pindah beberapa bulan yang lalu. 

Hampir setiap hari, dia memanggil Mas Ardi untuk ikut menumpang sampai kantor. Karena memang mereka bekerja di kantor yang sama. 

Awalnya aku memang keberatan. Tapi, karena merasa kasihan juga, terpaksa aku mengijinkannya.

"Boleh aku numpang lagi?"

Mas Ardi mengangguk dan segera mempersilahkan Icha masuk. Saat aku sedang berada di samping Mas Ardi,secara tidak sengaja mataku menangkap sesuatu yang cukup mengejutkan.

"Kenapa, lipstik yang Icha pakai sama seperti dengan yang aku temukan semalam," batinku saat melihat pantulan kaca yang aku pegang, di mana Icha tengah mengoleskan lipstik merah ke bibir mungilnya. 

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Tri Wahyuni
coba kmu ikutin Ardy setelah kmu turun kmu jangan masuk dulu k kantor .kmu ikutin krmana Ardy sama icha kekantor atau pergi kemana dn jm istirahat kmu sdh ada d kantor mkn siang sama siapa dia perempuan yg mana ..
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Pengkhianatan Suamiku   Kecurigaan

    Hampir sepanjang perjalanan aku memikirkan hal tersebut, sambil sesekali melirik Icha yang sedang sibuk dengan ponselnya. Bahkan, sesekali dia bercanda gurau dengan Mas Ardi, membuatku semakin curiga saja.Apa benar, jika Icha adalah wanita selingkuhan Mas Ardi. Tapi, jika hal itu sampai terjadi, sungguh dia wanita tidak tahu diri.Selama ini, aku sudah cukup baik padanya. Bahkan, sering sekali aku menghiburnya yang sedang sedih karena harus berjauhan dengan suaminya atau membantunya yang sedang kerepotan mengurus anaknya yang masih kecil.Kupijit pelipisan yang rasanya sangat sakit, banyak sekali kemungkinan diantara mereka berdua. Sepertinya aku harus cepat-cepat membuktikan semuanya."Kenapa, Sayang?" tanya Mas Ardi dengan cepat. Tangannya sengaja menyentuh pundakku yang hanya berbalut jas berwarna hitam.Aku menggeleng pelan, kemudian tersenyum ke arah

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-24
  • Pengkhianatan Suamiku   Ceroboh

    [Mbak, barusan saya melihat mobil pak Ardi sudah keluar komplek.]Aku langsung tersenyum kecut dan kembali memasukan ponsel ke dalam tas. Mas Ardi sudah benar-benar gila sepertinya.Hatiku sangat panas, rasanya sangat sulit untuk mengendalikan emosi. Jika saja Mas Ardi dan selingkuhannya ada tepat di depan mataku kali ini, habis mereka.Bahkan, karena saking kesalnya, aku sampai tidak sadar jika roti yang ada dalam genggamanku sudah hancur bersamaan dengan bungkusnya yang sudah tidak karuan."Mbak, kenapa?" tanya Sandi tiba-tiba membuatku sedikit terlonjak.Aku yang baru sadar dengan perbuatan barusan, segera memasukan roti ke dalam kantong plastik dan menatapnya dengan sedikit ragu."Ti-tidak!""Baiklah," jawab Sandi singkat, pandangannya tetap berfokus pada jalanan.Setidaknya aku bersyukur, Sandi tidak

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-31
  • Pengkhianatan Suamiku   Pulang Malam

    Segera kurebut ponsel dari tangan Sandi dan menyimpannya ke atas meja. "Sudah, itu bukan hal penting," ucapku sebelum akhirnya berlalu dari hadapanku.Rasanya tenggorokanku sangat kering setelah melihat foto tadi. Dengan cekatan, tanganku segera menuangkan segelas air putih dan menenguknya sampai habis.Tiba-tiba aku kembali terpikir dengan ucapan satpam komplek, dugaanku Mas Ardi sering sekali pulang ke rumah. Tapi, kenapa aku baru menyadarinya sekarangSungguh, kau sangat bodoh, Rena!Dengan tergesa-gesa, aku berlari menuju kamar utama, di mana aku dan Mas Ardi tidur. Segera kuperiksa berbagai sudut, berharap dapat menemukan sesuatu. Tapi, nihil aku tidak menemukan apapun."Sandi, kapan temanmu bisa memang CCTV di rumah Mbak?" tanyaku dari tangga dengan nada dingin dan tangan terlipat di dada.Sandi tidak menjawab ucapanku, dia malah langsung me

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-31
  • Pengkhianatan Suamiku   Sebuah Duri

    "Ponsel kamu kenapa?" tanya Mas Ardi dari ujung pintu kamar mandi, saat melihat ponselku yang retak tergelak di atas meja.Kulihat Mas Ardi mendekat, dia meraih ponsel milikku dan menyalakannya. Alisnya sedikit terangkat, sebelum akhirnya menatapku lekat."Kapan kamu berganti lockscreen, Sayang?"Aku terdiam sejenak, lalu baru teringat jika aku telah menggantinya kemarin. Lagipula, untuk apa terus memasang fotonya, itu hanya akan menambah rasa sakitku saja."Kemarin, Mas. Aku salah pencet, terus malah keganti gitu."Mas Ardi tidak menjawab ucapanku, dia malah asyik mengotak-atik ponsel milikku. Aku tidak tahu apa yang dia lakukan, padahal aku juga jarang sekali membuka ponselnya yang menyimpan banyak rahasia itu.Andai saja aku bersikap seperti itu, mungkin dia akan marah dan merebut ponselnya dengan kasar. Cih! Apaan sekali, bukannya itu sangat tidak a

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-31
  • Pengkhianatan Suamiku   Pertengkaran

    Tidak ada yang lebih nikmat, selain meminum kopi di pagi hari ditemani rintik hujan yang membasahi bumi. Semesta sepertinya tahu perasaanku saat ini yang sedang dirundung rasa sakit yang tidak berujung.Semenjak kejadian semalam, aku tidak tidak ingin sekali melihat Mas Ardi dan untungnya, dia tidak kembali ke kamar sejak terakhir kali pergi. Aku tidak tahu dia pergi ke mana, entah menemui jalang tersebut atau apa, aku tidak peduli."Sayang, kenapa kamu tidak membangunkan Mas?" tanya Mas Ardi dari belakangku. Dari suaranya aku tahu, kalo dia baru bangun tidur.Kutarik napas kasar dan menghembuskannya secara perlahan saat secara tiba-tiba dia berjalan ke arahku dan duduk tepat didepanku."Mas, perlu banyak istirahat. Sepertinya kemarin malam sangat kelelahan," jawabku tanpa tarikan napas sekalipun. Sengaja aku memandang sembarang arah, cukup malas rasanya menatap mata yang suka sekali meli

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-31
  • Pengkhianatan Suamiku   Terbongkarnya Sebuah Pengkhianatan

    Sesampainya di parkiran kantor, aku langsung dikejutkan oleh ponsel yang bergetar hebat. Sesaat kemudian, satu ujung bibirku tertarik ke atas saat melihat siapa penelpon tersebut.Sambil mendengus, segera kumasukkan ponsel ke dalam tas dan kembali melangkah dengan anggun, menimbulkan suara yang cukup keras, saat sepatu heels dan lantai beton saling bertemu.Baru saja hendak memasuki lift, lagi-lagi ponselku kembali berdering. Siapa lagi kalo bukan Mas Ardi, sepertinya dia ingin menanyakan kenapa wanita sialan itu tiba-tiba dipecat dari jabatannya.Ah, bukannya itu pantas dia dapatkan. Biarkan saja wanita itu turun jabatan, kalo bisa aku pecat saja sekalian. Tapi, sepertinya aku tidak akan melakukan hal tersebut secara tiba-tiba, kecuali jika dia melakukan hal gila.Tepat saat lift terbuka, kulihat Sandi sedang berdiri sambil menatapku dengan alis terangkat sebelah, seperti bingung melihat

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-31
  • Pengkhianatan Suamiku   Terbongkarnya Sebuah Pengkhianatan (2)

    Tepat di hadapanku, dua orang tengah terduduk lesu sambil meremas jari tangan masing-masing. Aku tidak tahu apa yang mereka pikirkan. Namun, yang pasti aku tidak peduli dengan hal itu.Sudah hampir satu jam setelah kejadian memalukan itu terjadi. Tapi, aku masih saja bungkam, begitu pun dengan mereka. Segera kuhembuskan napas dengan kasar saat melihat leher Icha yang terdapat beberapa bercak merah serta tanda lahir yang selama ini aku cari.Ternyata memang benar, jika wanita j*lang yang ada dalam foto suamiku itu memanglah Icha, tetanggaku yang tidak tahu diri."Ini yang mau kalian lakukan sekarang? Membisu sepanjang hari?" tanyaku dengan nada dingin. Tetapi, kedua orang itu masih saja terdiam, membuat darahku semakin bergejolak."Jawab!" teriakku sambil menggebrak meja dengan cukup keras, membuat Mas Ardi dan Icha tersentak.Dengan dada yang masih naik turun, k

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-31
  • Pengkhianatan Suamiku   Rasa Sakit

    "Aku juga mencintai Icha, Rena."Bak disambar petir di siang bolong, ucapan Mas Ardi berhasil membuat diriku hancur hanya dalam hitungan detik. Jadi, selama ini dia tidak mencintaiku dan hanya berpura-pura saja. Sungguh, br*ngs*k sekali laki-laki itu."Tapi, aku juga mencintaimu," tambahnya yang berhasil membuat aku semakin memanas. Mas Ardi sungguh keterlaluan, dia benar-benar tidak puas hanya dengan satu wanita.Belum sempat aku membalas ucapannya, telepon kembali berdering. Sambil menahan rasa sakit, aku segera meraihnya hingga sebuah suara terdengar."Saya sudah menghubungi Rudi dan dia secepatnya akan segera pulang.""Bagus, segera hubungi saya kembali jika Rudi sudah sampai ke Indonesia."Segera kumatikan sambungan telepon dan menatap dua orang yang ada di hadapanku saat ini. Aku tidak peduli tentang kehidupan mereka selanjutnya, karena yang pasti

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-04

Bab terbaru

  • Pengkhianatan Suamiku   Pernikahan Kami (Bagian 2)

    "Sah?!""Sah ...."Suara para saksi serta orang-orang yang hadir di pernikahanku turut menggema. Bersamaan dengan itu, setetes demi tetes air mana turun membasahi pipi, tak kusangka setelah perjalanan panjang yang aku lalui, akhirnya Rehan menjadi pemberhentian terakhirku kali ini.Aku berharap, Rehan memang orang terakhir di hidupku, menjagaku sampai maut yang memisahkan. Sekali lagi aku berharap, jika apa yang terjadi terakhir kali padaku, takkan pernah terjadi lagi. Cukup kali itu saja, aku merasakan sebuah pengkhianatan yang amat sangat melukai hati, batin serta mentalku."Sayang, ada apa?"Sebuah bisikan lembut di ujung telinga, mampu menyadarkan aku dari lamunan panjang. Sontak, aku menoleh, menatap kedua sorot mata Rehan yang tampak begitu indah.Detik berikutnya kedua sudut bibirku tertarik ke atas, membuat lengkungan atas matamu ikut tertarik membentuk sebuah bulan sabit.Perlahan aku menggeleng pelan, kemudian menggenggam tangan Rehan dengan lembut."Tidak apa-apa, Sayang. A

  • Pengkhianatan Suamiku   Akhirnya Kami Bertemu

    "Hai, Mbak. Apa kabar?" Sontak, aku langsung menurunkan gelas yang sedang aku pegang, kemudian menoleh ke sumber suara.Tepat di hadapanku, seorang laki-laki tengah berdiri sambil menyunggingkan senyuman.Sejauh ini, tidak ada yang berubah darinya, hanya saja bulu-bulu halus yang biasa dia cukur rapih di area rahang, sepertinya kali ini dia biarkan tumbuh, membuatnya terlihat semakin dewasa."Baik, Rehan. Apa kabarmu? Sudah lama tidak bertemu," ucapku setelah sosok laki-laki tersebut duduk di hadapanku.Setelah memikirkan ulang perkataan Sandi, akhirnya kuputuskan untuk bertemu dengan Rehan di sebuah kafe yang jaraknya memang cukup jauh dari tempat tinggalku yang sekarang."Baik, juga."Tidak ada percakapan lain diantara kami, mungkin karena terlalu sibuk dengan pikiran masing-masing."Mbak, kenapa kamu tiba-tiba menghilang begitu s

  • Pengkhianatan Suamiku   Perkenalkan Pertama

    "Mbak, ini gadis yang mau aku perkenalkan padamu."Seketika aku langsung menoleh, tepat di hadapanku seorang gadis berbaju putih yang dipadukan dengan rok kotak-kotak berwarna hitam tengah berdiri.Kepala menunduk, tapi sekilas aku dapat melihat wajahnya begitu cantik dan imut jika dilihat secara langsung, jari tangannya saling bertautan satu sama lain.Baru saja aku akan berkata, tiba-tiba sebuah teriakan dari arah belakang mengagetkanku."Mamah ... Kak Andlew jahat." Seorang anak berusia tiga tahun setengah berlari ke pangkuanku, tangannya mengusap sudut mata yang berair."Kenapa, Sayang?" tanyaku sambil mengecup puncak kepalanya."Kak Andlew, jahat! Dia rebut boneka beluang Lea," ucapnya disela-sela isak tangis. Pengucapannya yang masih sedikit cadel, membuatku semakin gemas."Udah, jangan nangis. Malu tuh sama Tante yang ada di

  • Pengkhianatan Suamiku   Wanita Pilihan Sandi

    Entah berapa lama, aku tidak menginjakkan kaki keluar rumah, kadang rasa bosan selalu mendera. Hanya saja, aku memang tidak bisa dengan leluasa pergi ke manapun.Sampai detik ini, ayah melarangku untuk keluar jauh dari rumah. Alasannya tetap sama, dia memang kadang mengijinkanku pergi, hanya saja ketika ada keperluan mendadak saja, itupun ayah lebih sering menyuruh orang. Ayah masih saja takut terjadi hal buruk padaku.Tidak terasa, baby Andrew dan Andrea sudah bisa merangkak. Perkembangan mereka begitu cepat, rasanya baru kemarin aku mendengar suara tangisan keduanya untuk yang pertama kalinya."Wah, pinter banget anak, Ibu," ucapku kegirangan kala melihat Andrew dan Andrea merangkak, berlomba-lomba mengambil bola kecil yang sengaja aku simpan sedikit jauh di depan keduanya."Wih, om bangga sama kalian," ucap Sandi tiba-tiba. Dia langsung meraih Andrew dan membawanya keluar kamar, tentu saja itu mem

  • Pengkhianatan Suamiku   Aku Tidak Mengerti

    Kubuka resleting dompet yang sengaja aku simpan di pangkuan. Benar saja, benda persegi berwarna putih yang dari tadi aku cari ada di sana, berdampingan dengan beberapa benda lainnya.Sandi berdecak, dia menatap kesal ke arahku yang sedang tersenyum kecut."Makanya jangan panik dulu, tapi cari yang bener.""Iya, siap Pak boss," ucapku sambil memperagakan gerakan hormat.Ingin rasanya kutempeleng kepalanya, saat mendengar Sandi tertawa terbahak-bahak. Walaupun yang dia katakan memang benar juga. Tapi, aku tetap saja kesal.Kutatap Sandi sinis, tangan kanan meraih ponsel dengan cepat dan segera menghubungi nomor Bi Wati."Bi, bagaimana keadaan Andrew dan Andrea?""Baik-baik saja, Bu. Barusan habis minum susu dan sekarang sedang bermain bersama bibi."Aku mengangguk pelan ketika mendengar ucapan Bi

  • Pengkhianatan Suamiku   Penampilan yang Berbeda

    Perlahan, aku mulai melangkah, menghampiri seseorang yang masih menunduk dalam. Baju kaos berwarna putih kumal, celana panjang hitamnya pun sama, bahkan ada beberapa tambalan di sana.Aku tidak tahu karung berisi apa yang sengaja dia sembunyikan di belakang tubuh. Walaupun Sandi sudah berusaha menahan, tapi hal itu tidak mengurungkan niatku untuk mendekat ke arahnya."Apa yang kamu lakukan di sini?" Akhirnya, mulutku mampu melontarkan kalimat sesaat setelah beberapa detik membisu.Orang itu terdiam, rambutnya terlihat begitu acak-acakan, peluh mengucur membasahi kening hingga pakaian yang dia kenakan."Maaf, mungkin salah orang. Saya permisi."Mesti sudah lama tidak bertemu, tapi aku tidak akan pernah lupa dengan wajahnya dan suaranya. Walaupun, memang banyak yang sedikit berubah."Tidak!" Kucekal lengannya dengan cukup kasar. "Kutanya, apa

  • Pengkhianatan Suamiku   Pasar

    Sudah hampir seminggu aku tinggal di rumah ayah dan selama itu juga, kejadian yang sempat menimpa Bi Wati beberapa saat yang lalu tidak pernah terjadi lagi.Mungkin orang itu tahu, jika penjagaan di rumah ayah sangat ketat, karena hampir setiap penjuru rumah diisi oleh beberapa orang pria bertubuh tegap.Aku bergidik ngeri, saat membayangkan pria bertubuh tegap tersebut langsung menghajar orang yang berani macam-macam. Dapat kupastikan, orang itu langsung babak belur seketika."Sandi," teriakku saat melihat pria berkaos putih dan celana pendek melintas tepat di depanku. Sandi menoleh dan menaikan sebelah alisnya."Ada apa?"Aku beranjak dari duduk, menyambar dompet dan ponsel yang tergeletak di meja."Antar, Mbak, belanja! Mumpung si kembar lagi tidur dan stok susu juga masih ada," ucapku, setelah sebelumnya menoleh ke arah Andrew dan Andrea

  • Pengkhianatan Suamiku   Video Call Tak Terduga

    Tidak mau ambil pusing, segera kurebahkan badan di ranjang empuk, menarik selimut hingga sebatas dada.Baru saja beberapa detik terpejam, mataku kembali terbuka menatap langit-langit kamar, sebelum akhirnya mulai menelusuri seisi ruangan.Aku sedikit beringsut, menyandarkan tubuh pada punggung ranjang, jari tangan ikut menarik selimut dan meremasnya secara perlahan.Masih terlintas dalam benakku, potret Rudi sedang makan siang bersama Icha. Walaupun tidak bisa melihat tatapan keduanya secara jelas, tetapi aku yakin jika mereka tidak mungkin bertemu, tanpa alasan yang tidak pasti.Apa jangan-jangan selama ini Rudi bersikap baik hanya karena menginginkan suatu hal? Emm mungkin saja, lagipula siapa yang tahu dengan isi hati seseorang.Tanpa sadar rahangku mengeras, tangan terkepal kuat, jika itu memangnya kebenarannya.Kurang ajar!

  • Pengkhianatan Suamiku   Kenapa Mereka Terlihat Akrab

    "Tidak mungkin, Rehan melakukan hal tersebut. Lagipula, untuk apa?" tanyaku dengan raut wajah keheranan.Sandi dan ayah terdiam sesaat, hingga beberapa detik kemudian Sandi mengangguk mantap. Tubuhnya sedikit membungkuk, tangan terkepal kuat serta menatap sembarang arah."Mbak, benar. Untuk apa dia melakukan hal tersebut, sementara itu kita tidak memiliki urusan lain dengannya atau jangan--" Sandi menggantungkan ucapan, dia menengok ke arahku sambil melotot. "Dia dendam, karena, Mbak sudah menolak cintanya."Seketika aku pun ikut terbelalak saat mendengar ucapannya. Tanpa rasa kasihan, segera kutoyor kepalanya dengan cukup keras sampai dia mengaduh kesakitan."Apa maksudmu, hah? Sembarangan sekali." Aku memang cukup kesal dengan ucapannya."Sudah! Apa-apaan kalian ini, sudah besar masih saja bertengkar!" Ayah bangkir sambil berkacak pinggang. Dia mencoba melerai kami. "Sand

DMCA.com Protection Status