Share

Berjuang untuk Hidup

Author: DELEPU
last update Last Updated: 2022-09-22 18:14:22

"Aku harus mengurus pemakaman. Jaga Alea dan bayiku baik-baik!"  

Alea mendengar suara langkah kaki Carlos menghilang seiring pintu ruangan yang tertutup. 

"Apa yang harus kita lakukan sekarang?"  

Alea merasakan napas seseorang menerpa wajahnya.  

"Kamu akan membiarkan anak ini tetap hidup?"  

"Tidak ada cara lain. Aku tidak mau kehilangan Carlos dan harta yang didapatnya."  

Sejenak, suasana terdengar hening.  

"Untuk berjaga-jaga, bunuh saja bayinya. Aku tidak mau bayiku mempunyai saingan dalam mendapatkan kasih sayang ayahnya. Buat itu seperti kecelakaan!"  

Alea tersentak. Dia panik.  

"Serahkan padaku! Obat ini akan membuat rahimnya berkontraksi, dan bayinya akan lahir prematur. Aku yakin, bayi itu tidak akan selamat."  

'Tidak! Jangan sakiti bayiku! Jangan sentuh dia!' jerit Alea.  

Kening Alea mengernyit saat sebuah suntikan menembus kulitnya. 'Tolong! Siapapun, tolong aku. Jangan biarkan mereka menyakiti bayiku. To-long!' Kesadaran Alea menghilang. Dia kembali pingsan.  

***

Alea tersadar saat bau disinfektan menyeruak kuat dalam Indra penciumannya. Terdengar, suara samar yang konsisten. Alea yakin, itu suara dari alat berside monitor. 

"Ingat! Prioritas utama kalian adalah istriku. Selamatkan dia! Bagaimana pun caranya!"  

Alea tersentak. Dia mengenali suara pria yang berbicara, itu adalah Carlos.  

'Apa yang terjadi? Aku kenapa?' batin Alea bertanya-tanya.  

Alea mengerang saat merasakan tubuhnya berat tidak bisa di gerakkan. Dia terkesiap begitu sadar tidak merasakan rasa sakit yang sebelumnya dialami. Bahkan, Alea tidak bisa merasakan gerakan di perutnya.  

'Bayiku, apa dia baik-baik saja?' Alea mulai panik.  

"Jadi, anda merelakan bayi anda?"  

"Ya, aku tidak peduli dengan bayi itu. Selamatkan saja istriku. Jangan membuat luka sayat berlebihan, aku tidak mau istriku mendapat bekas luka yang lebar."  

"Baik tuan! Kalau begitu, silahkan tunggu di luar. Kami akan memulai operasi!" 

Terdengar suara langkah kaki yang menjauh, disertai dengan suara deritan pintu yang tertutup.  

'Operasi? Kenapa mereka harus melakukan operasi padaku?' 

Alea mengernyit saat merasakan cairan dingin memasuki tubuhnya. 'Tidak! Jangan sentuh aku. Tolong! Jangan sakiti bayiku!'  

Alea tidak tahu pasti apa yang dilakukan orang-orang pada tubuhnya. Dia hanya merasakan beberapa sentuhan saja. Tapi, dari pembicaraan mereka, Alea yakin saat ini dirinya sedang menjalani operasi sesar untuk mengeluarkan bayinya.  

"Dok! Bayinya terlihat!"  

"Segera keluarkan! Siapkan labu darah! Tekanan darah pasien menurun."  

Alea merasakan sedikit ngilu di perutnya. Tak lama, dia mendengar suara tangis bayi.  

"Dok! Bayinya laki-laki!"  

'Bayiku ... syukurlah kamu selamat, Nak!' batin Alea tertawa. Terharu mendengar suara tangis bayinya. 'Bayiku selamat. Terima kasih Tuhan!"  

"Dokter, biar saya saja yang mengurus bayi itu. Mari, berikan kepada saya!"  

Alea tersentak mendengar Kevin meminta bayinya. Dia pun panik. 

'Tidak! Jangan biarkan orang itu mendekati bayiku. Jauhkan dia! Jangan berikan bayiku padanya. Tidak!"  

Lagi-lagi, kesadaran Alea menghilang. Kegelapan Menenggelamkan dirinya dalam ketidaksadaran. 

***

Silau. Alea membuka mata saat secercah cahaya menyilaukan penglihatannya.  

Awalnya, Alea pikir dirinya bermimpi. Namun, setelah melihat seorang perawat paruh baya sedang mengecek labu infus disampingnya, Alea yakin dirinya memang siuman.  

'Bayiku? Apa dia baik-baik saja?' 

Alea tersentak begitu teringat pada bayinya. Dia harap, Kevin tidak menyakitinya.  

"Suster, dimana bayiku?" 

Alea mengeluarkan suara. Dia lega kala mendengar suaranya sendiri. 

"Anda sudah bangun nyonya? Saya akan panggilkan dokter."  

Perawat yang Alea tanya hendak pergi, namun Alea lebih dulu mencekal tangannya.  

"Tunggu suster! Tolong jangan katakan apapun pada dokter," pinta Alea dengan wajah panik. Teringat dengan Kevin dan Fiona yang ingin menyakitinya. 

"Tapi Nyonya, dokter harus segera memeriksa keadaan Anda." Nampak, rasa heran yang kentara dalam raut wajah perawat tersebut. 

Alea menggeleng. "Suster, seseorang ingin mencelakaiku dan bayiku. Tolong percaya padaku! Aku mohon, tetaplah diam. Jangan beritahu siapapun kalau aku sudah bangun," pinta Alea memelas.  

"Nyonya, anda mungkin bermimpi. Tidak ada orang yang akan menyakiti Anda." Perawat melepaskan cekalan tangan Alea, lalu beranjak pergi. "Saya akan panggilkan dokter agar anda segera diperiksa."  

Alea panik. Tanpa memperdulikan rasa sakit di tubuhnya, dia mencabut jarum infus yang tertancap di punggung tangannya, kemudian turun dari tempat tidur.  

Argh! 

Alea meringis saat merasakan rasa sakit yang amat sangat mendera perutnya. Dia menggigit bibir seraya duduk di pinggir ranjang.  

"Ya ampun, nyonya! Kenapa turun dari ranjang?" Perawat paruh baya yang hendak keluar berbalik, lalu menghampiri Alea. "Anda baru selesai menjalani operasi dua jam lalu. Anda masih harus istirahat." 

"Dimana bayiku?" tanya Alea tanpa memperdulikan peringatan dari perawat.  

"Bayi anda aman. Dia ada di ruang NICU. Anda tidak perlu khawatir."  

"Ruang NICU?" Muncul sedikit rasa lega dalam hati Alea saat mendengar bayinya baik-baik saja. "Aku harus segera ke sana."  

"Tidak nyonya! Anda harus tetap disini. Berbaringlah! Saya akan menyuntik obat penenang untuk anda." 

Perawat memaksa Alea berbaring.  

Alea pun panik saat perawat mengambil sebuah suntikan dari baki yang terletak di atas nakas. 

"Suster, Aku mohon, jangan berikan obat apapun," pinta Alea. "Aku berjanji akan tenang."  

Perawat terlihat ragu. Namun, Alea buru-buru memasang wajah meyakinkan. Dia bahkan dengan sukarela mengatur posisi tidurnya. 

"Baiklah! Tunggu disini sebentar, saya akan panggilkan dokter." Perawat pergi, meninggalkan Alea sendirian.  

Alea menatap kepergian perawat. Begitu pintu kamar tertutup, dia kembali bangun. Tidak diperdulikannya rasa sakit yang mendera. Alea memaksakan diri turun dari tempat tidur, lalu pergi keluar kamar. 

Sekilas, Alea melirik jam di lorong depan kamar yang menunjukkan pukul 21.30. Dia yakin, para perawat di ruang NICU sudah pulang, hanya tersisa perawat jaga saja. Tanpa membuang waktu, Alea berjalan ke ruang NICU dengan tertatih-tatih. 

"Bagaimana bisa kalian kehilangan istriku?"  

Alea tersentak saat mendengar suara Carlos. Buru-buru, dia bersembunyi di balik dinding. Nampak, pria itu keluar dari ruang NICU yang berjarak beberapa meter dari tempat Alea berdiri. 

"Bodoh kalian semua! Menjaga satu wanita saja tidak becus." 

Alea mengintip ke arah lorong. Carlos berjalan melewatinya sambil marah-marah. Alea yakin, suaminya sudah mengetahui kalau dirinya kabur.  

Begitu Carlos menjauh, Alea bersiap keluar dari persembunyian. Tapi, sebuah tangan mencekal tangannya. Alea kaget melihat perawat yang tadi merawatnya tiba-tiba ada di hadapannya.  

"Suster Anda–."  

"Ssst! Jangan keluar! Tetaplah bersembunyi!" potong perawat. Wajahnya terlihat pucat. Dia nampak ketakutan. "Anggap ini sebagai permintaan maaf karena sudah tidak mempercayai anda."  

Alea bingung dengan sikap perawat paruh baya dihadapannya.  

"Anda harus segera pergi dari sini, Nyonya. Nyawa anda dan bayi anda sedang dalam bahaya," tukas perawat. Menjawab kebingungan Alea.  

"Suster, kamu mau membantuku?" tanya Alea meyakinkan.  

Perawat tersebut mengangguk. "Tunggu disini! Saya akan membawa bayi anda. Banyak pengawal di depan ruang NICU, terlalu berbahaya jika anda pergi ke sana sendirian."  

"Tapi suster–."  

Belum sempat Alea bicara, perawat itu lebih dulu pergi. Alea mengusap air matanya. Dia memperhatikan kepergian perawat paruh baya dengan harap-harap cemas. 

Nampak, penjaga berbicara serius pada perawat, lalu membiarkannya masuk ke dalam ruang NICU. 

Tak lama setelah perawat masuk ke ruang NICU, perawat itu keluar dengan membawa sebuah kotak inkubator. 

Tangis Alea pun pecah begitu melihat bayi laki-laki dalam kotak kecil yang perawat dorong.  

"Bayiku," isak Alea.

Related chapters

  • Pengkhianatan Suami & Ibu Tiri   Bertukar Nyawa

    "Sayang … ini mamah, Nak!" Alea terharu melihat bayi di hadapannya. Dia segera membuka kotak inkubator, lalu mengeluarkan bayinya. Alea menciumi bayinya dengan sayang. Mendekapnya dengan erat. Tidak mau kehilangan bayinya. "Nyonya! Hanya ini yang bisa saya lakukan. Pergilah sebelum dokter Kevin datang," tutur perawat itu. Alea terkesiap mendengar nama Kevin disebut. Dia pun yakin, perawat di hadapannya benar-benar ingin membantunya. "Dengarkan saya baik-baik, Nyonya. Bayi anda masih dalam pengaruh obat. Dia akan sadar dua jam lagi. Selama itu, anda harus tetap mendekapnya dan membuatnya tetap hangat. Bayi anda sangat lemah, jangan sampai dia kedinginan terlalu lama," tutur perawat seraya mengeluarkan selimut bayi dari dalam kotak inkubator. Alea mengangguk. Tangisnya luruh. Terharu dengan kebaikan orang yang menolongnya. Dia pun membiarkan perawat itu membungkus bayinya dengan selimut. "Saya tahu ini tidak akan bertahan lama." Perawat tersebut mengeluarkan sebuah suntikan dan bot

    Last Updated : 2022-09-22
  • Pengkhianatan Suami & Ibu Tiri   Akal Sehat yang Hilang

    Tanpa di minta dua kali, pria itu berlari. Tapi, tidak secepat saat berlari di jalanan. Batu kerikil yang menghiasi jalan kereta membuatnya kesulitan untuk melangkah. Eaaaa Eaaa! Alea semakin panik mendengar bayinya menangis. Dia menoleh ke belakang. Terlihat anak buah Carlos semakin dekat. "Turunkan aku di sini!" pinta Alea seraya terisak. "Cepat! Turunkan aku!" Pria itu menoleh sedikit. Napasnya tersengal-sengal. "Apa maksudmu?" "Kita tidak akan selamat jika kamu berlari sambil menggendongku. Turunkan aku! Cepat!" Alea meremas bahu pria yang menggendongnya seraya memberontak turun. Sontak, langkah pria yang menggendong Alea pun oleng, hingga membuatnya dan Alea jatuh. Beruntung bayi yang digendongnya selamat. "Bayiku." Alea merangkak meraih bayinya. Dia menatap bayinya lekat-lekat, lalu mengecupi wajahnya. "Ssst! Jangan menangis, Nak! Tidak perlu takut. Mamah akan melindungimu." Air mata Alea luruh tidak terbendung. Berulang kali, dia mengecupi wajah bayinya seraya men

    Last Updated : 2022-09-22
  • Pengkhianatan Suami & Ibu Tiri   Kebiadaban

    Tiga bulan berlalu, kondisi Alea semakin memburuk. Selama tiga bulan ini, Fiona meminta dokter untuk mencekoki Alea dengan obat halusinogen. Para dokter pun sudah tidak lagi peduli dengan efek samping dari obat yang mereka berikan. Mereka hanya menjalankan perintah dari Fiona yang ingin melihat Alea tersiksa dan mati secara perlahan. "Tidak! Papah … jangan tinggalkan Alea! Jangan pergi!" Alea meraung seraya menangis histeris. Dia mencakar-cakar lantai hingga membuat kuku jarinya terluka dan berdarah. Nampak, rambut Alea acak-acakan dengan luka lebam yang menghiasi wajahnya. Ada beberapa luka sayat di leher dan tangan Alea, serta terdapat kantung mata hitam disekitar matanya yang bengkak, akibat terlalu banyak menangis. Kondisi Alea benar-benar memprihatinkan. Dia sudah benar-benar kehilangan akal. Bayangan saat ayah dan bayinya yang meninggal terus menghantui Alea hingga membuatnya tidak bisa lagi mengenali Carlos sebagai suaminya. "Apa yang sebenarnya terjadi dengan istriku? Ken

    Last Updated : 2022-10-01
  • Pengkhianatan Suami & Ibu Tiri   Kelicikan dan Kepintaran

    Waktu berjalan dengan cepat. Empat bulan berlalu sejak Alea dibawa pulang dari rumah sakit jiwa. Selama itu, Alea dikurung dalam rumah. Fiona menempatkannya di ruang bawah tanah dengan pintu yang selalu terkunci rapat. Karena kesibukan di perusahaan, selama empat bulan ini Carlos mempercayakan penjagaan Alea kepada Fiona. Dia percaya istri keduanya akan menjaga Alea dengan baik. Mengingat Fiona adalah mantan ibu tiri Alea. Namun pada kenyataannya, Alea hanya mendapatkan siksaan dari ibu tirinya. Alea terus dicekoki dengan obat-obatan psikiatri hingga membuatnya ketergantungan. Bahkan, obat-obatan tersebut berpengaruh pada kesuburannya. Alea mengalami gangguan fungsi seksual hingga mengalami penurunan libido dan membuatnya kesakitan setiap kali Carlos menggaulinya. Setiap Carlos pulang ke rumah, Fiona selalu memindahkan Alea ke kamar. Dia bahkan mempersiapkan Alea untuk melayani carlos. Fiona menyadari semua kesakitan yang Alea alami, namun dia tidak peduli. Baginya, yang terpenting

    Last Updated : 2022-10-01
  • Pengkhianatan Suami & Ibu Tiri   Balasan Setimpal

    Carlos membuka pintu kamar. Nampak, Alea berdiri di depan jendela sambil bersenandung. Tatapan Carlos tertuju pada bantal yang Alea dekap. Carlos menarik napas. Dadanya sesak. Sedih melihat istrinya yang belum bisa menerima kematian bayinya. "Alea ..." Carlos mendekati Alea, lalu mengecup pipinya dengan sayang. Carlos melingkarkan tangan memeluk pinggang istrinya, namun Alea segera menjauh. 'Ssst! Bayiku sedang tidur," ucap Alea. Dia berjalan menuju tempat tidur, lalu duduk di ujung ranjang. Carlos menatap sendu istrinya. Alea sama sekali tidak menghiraukan dirinya. Carlos menghampiri Alea, lalu duduk di sampingnya. Ditatapnya wajah cantik Alea yang tersenyum sambil bersenandung. Carlos tersenyum getir. Tatapannya meredup. Sudah lama Carlos tidak melihat senyum istrinya. Namun sekarang, senyum itu hanya bisa dilihat saat istrinya sedang bermain bantal. "Sayang, apa kamu tidak merindukanku?" Carlos merapatkan diri pada Alea. Dia merangkul pinggang istrinya dengan sedikit p

    Last Updated : 2022-10-01
  • Pengkhianatan Suami & Ibu Tiri   Bayangan Menyakitkan

    Rontaan Alea terhenti. Dia merasakan cairan dingin menjalar ke seluruh tubuhnya. Membekukan jantung dan otaknya. Alea merasa tubuhnya melayang, jiwanya seolah keluar dari raga. Dia merasa terbang. Perasaan Alea terasa ringan. Namun sedetik kemudian, bayangan buruk yang selalu menghantuinya datang. Mata Alea terbeliak, menyaksikan setiap kejadian buruk yang dialami dalam hidupnya. Kejadian saat Carlos dan Fiona bercinta, ayahnya yang terbujur kaku di atas lantai dan bayinya yang pergi dalam ledakan. Alea ingin menjerit. Namun rahangnya kaku tidak bisa digerakkan. Dia pun pasrah saat Carlos membawanya ke tempat tidur. Alea memejamkan mata, berusaha menghilangkan bayangan-bayangan yang bermunculan di pelupuk matanya. Namun sia-sia. Alea hanya bisa menyaksikan setiap adegan buruk yang menyayat hati terus berulang dalam benaknya. "To-long!" Alea mengucapkan kata itu dengan sudah payah. Namun sayang, carlos tidak mendengarnya. Alea harap semua bayangan di kepalanya sirna. Tapi yang ada

    Last Updated : 2022-10-01
  • Pengkhianatan Suami & Ibu Tiri   Pelarian yang Sia-sia

    Hujan turun dengan sangat lebat. Terdengar suara gemuruh petir dan cahaya kilat menghiasai langit malam yang gelap karena hujan. Di dalam rumah keluarga Rahardja, nampak Laras yang sedang memakaikan mantel pada Alea. Setelah mendengar persetujuan Alea untuk melarikan diri, Laras segera membalut tubuh majikannya dengan mantel dan jas hujan. "Pakai ini! Di luar dingin, sarung tangan ini akan membuat tubuh Anda tetap hangat," ujar Laras. Dengan patuh, Alea mengulurkan tangan. Membiarkan Laras membalut tangannya dengan sarung tangan kulit yang kini sudah terpasang sempurna di kedua tangannya. "Anda sudah siap?" tanya Laras seraya memperhatikan tubuh Alea yang sudah terbungkus mantel dan jas hujan. Alea mengangguk. Nampak, tangan kirinya mendekap bantal dengan erat. Laras tersenyum. "Ayo pergi!" Alea mengangguk berkali-kali seolah tidak sabar ingin segera pergi dari rumahnya sendiri. Laras menggenggam telapak tangan Alea dengan tangan kanannya, sedang tangan kirinya membawa tas yan

    Last Updated : 2022-10-01
  • Pengkhianatan Suami & Ibu Tiri   Hukuman Berat

    BUG! Carlos menendang tubuh Laras tanpa belas kasihan sedikitpun. Nampak, wanita itu meringis kesakitan. Entah sudah berapa pukulan dan tendangan yang Carlos berikan, hingga Laras terlihat begitu mengenaskan dengan luka lebam yang membekas di sekujur tubuhnya. "Dasar wanita sialan! Beraninya kamu mencuri di rumahku dan membawa kabur istriku!" Carlos melayangkan kembali tendangannya hingga mengenai perut Laras. Terlihat darah merah keluar dari mulutnya, namun Carlos tidak peduli. Dia terus melampiaskan amarah dan emosinya pada wanita paruh baya yang sudah terkapar tidak berdaya. "LARAS!" Alea berlari keluar dari rumah. Menghampiri wanita yang selama ini menjaganya. Setelah mengingat kenangan bersama pria tidak dikenalnya, kesadaran Alea kembali. Alea memang sempat pingsan saat Carlos berhasil menangkapnya dan Laras. Namun ketika bangun, Alea mulai mengenali dirinya dan orang-orang di sekitarnya."Hentikan! Kenapa kamu memukuli Laras seperti ini?" Alea memeluk tubuh Laras yang te

    Last Updated : 2022-10-01

Latest chapter

  • Pengkhianatan Suami & Ibu Tiri   Saling Mengancam

    "Nyonya Alea?" Kening Alea mengernyit. Mendengar seseorang memanggil namanya. Dia perlahan membuka mata, kemudian memutar sedikit kepala untuk melihat orang yang memanggilnya. Alea terkesiap melihat sosok pria yang semalam ditemuinya. Bibir Alea seketika tersenyum, lalu mengedarkan pandangan. Mencari keberadaan anak laki-laki yang semalam sudah berhasil mencuri hatinya. 'Akhirnya, kamu datang juga,' batin Alea. Tanpa mengindahkan keberadaan Liam.Liam mengeratkan rahang begitu melihat senyum di bibir Alea. Reaksi Alea yang tiba-tiba terlihat senang memberitahu Liam tentang Alea yang ingin kembali bertemu Ansel. Liam pun mendengus. Merutuki perbuatan licik yang Alea lakukan. Liam yakin, Alea memang sudah mengambil gantungan kalung milik putranya. "Anda tidak akan mendapatkan apa yang anda inginkan dengan mudah, nyonya," tutur Liam dengan nada dingin. Senyum di wajah Alea memudar. Tatapannya tertuju pada liam yang menatap datar dirinya. Alea sadar, anak laki-laki yang dari semalam

  • Pengkhianatan Suami & Ibu Tiri   Perasaan Iri

    "Siapkan pesawat! Kita pergi menyusul mereka." "Apa?!" Darvin tercengang mendengar perintah atasannya. Tidak menyangka Liam akan repot-repot menyusul Alea dan keluarganya. Padahal, pekerjaan pria itu sangat banyak. Dan tidak biasanya Liam pergi meninggalkan pekerjaannya."Maaf tuan, apa maksud anda kita akan pergi menyusul Nyonya Alea?" tanya Darvin dengan hati-hati. Memastikan perintah yang baru saja didengarnya. Liam melayangkan tatapan dinginnya. "Apa perintahku kurang jelas? Aku tidak suka mengulang perintah." "Ma-maaf Tuan! Saya akan segera menyiapkan pesawat," sahut Darvin seraya menegakkan badan. Gugup mendapatkan tatapan dingin dari Liam. Meski atasannya tersebut tidak terlihat marah, tapi Darvin tahu Liam bukan pria yang banyak berkata. Dia tidak suka menunggu atau mengulang perintah. Pria itu lebih baik kehilangan bawahan dari pada harus mengulang perkataannya. Tidak mau kehilangan pekerjaan yang sudah lima tahun ini dijabatnya, Darvin pun segera undur diri dari hadapa

  • Pengkhianatan Suami & Ibu Tiri   Jalan untuk Bertemu

    "Tangisanmu tidak akan berpengaruh pada papah, Ansel. Jangan harap Papah akan memaafkanmu begitu saja." Liam menolak permohonan putranya dengan tegas. Ansel merapatkan bibir. Menahan isakannya agar tidak keluar. Takut Liam akan semakin marah. Aliana menatap kakak dan keponakannya bergantian. Merasa iba pada Ansel. Dia ingin membela keponakannya, namun takut Liam akan berbalik marah padanya. Aliana pun hanya diam tanpa mampu berbuat apa-apa. "Sekarang katakan! Kenapa semalam kamu membuat masalah?" Liam mempertanyakan alasan Ansel kabur dari pesta. Dengan tangan bergetar, Ansel mengambil buku tulisnya dari tangan Liam, lalu mengambil pulpen dari Aliana. Ansel menuliskan sesuatu pada kertas yang terbuka dihadapannya. 'Maaf!' Ansel menunduk seraya memperlihatkan tulisan tersebut. Liam menatap putranya dalam-dalam, jika kata maaf sudah keluar, artinya Ansel tidak akan memberikan penjelasan apapun. "Papah khawatir!" Ansel mendongak mendengar dua kata yang ayahnya ucapkan. Matanya be

  • Pengkhianatan Suami & Ibu Tiri   Bibi Berbaju Merah

    Keesokan harinya, terjadi kerusuhan di rumah keluarga Abraham. Ansel, cucu tunggal keluarga Abraham, mogok makan dan tidak mau membuka mulut sedikit pun. Aliana yang sudah Liam percaya untuk menjaga Ansel pun bingung. Dia tidak mau Liam menjauhkan Ansel darinya. "Ansel, tolong jangan membuatku susah. Ayahmu sudah marah padaku karena kejadian semalam, buka mulutmu dan makanlah!" pinta Aliana setengah memelas. Takut kondisi Ansel kembali drop hingga Liam menyalahkannya. Selama ini, Liam sangat protektif pada putranya. Dia tidak membiarkan siapapun berdekatan dengan Ansel, termasuk orangtua dan adiknya. Liam tidak mempercayakan pengawasan Ansel pada orang lain. Namun dua tahun lalu, setelah Aliana membujuk Liam dengan menjanjikan akan membuat Ansel sembuh dari speech delaynya dan tidak akan membiarkan Ansel kekurangan kasih sayang seorang ibu, Liam pun akhirnya mempercayakan pengawasan Ansel pada adiknya, mengingat dirinya yang memang tidak bisa berceloteh banyak seperti yang Aliana l

  • Pengkhianatan Suami & Ibu Tiri   Saling Menginginkan

    Beberapa jam berlalu. Begitu Calros dan Fiona pergi ke kamar mandi, Alea membuka mata. Tadi, dia hanya berpura-pura tidur untuk menghindari Carlos. Alea tidak sudi melayani suaminya. Selama empat tahun ini, Alea harus bertahan dengan Calros dan Fiona yang tidak punya malu berhubung badan dihadapannya. Alea muak. Dia ingin menghentikan mereka, namun tidak ada yang bisa Alea lakukan selain menghindar. Biasanya, Alea pura-pura tidur atau mengamuk histeris untuk menghindari sentuhan Carlos. Namun, hal itu kadang tidak berguna jika Carlos ataupun Fiona menggunakan obat perangsang untuk membuatnya terlibat dalam percintaan. Air mata Alea menetes. Menangis tanpa suara. Tidak mudah bertahan hidup dalam kebobrokan moral yang dilakukan oleh suaminya. Carlos sebagai suami tidak memikirkan perasaan Alea yang harus melihat percintaannya dengan wanita lain. Alea sadar, dirinya mulai gila. Bahkan mungkin sudah gila seperti yang sering Fiona katakan. Tapi sayang, sejak empat tahun lalu, kesadara

  • Pengkhianatan Suami & Ibu Tiri   Kegemparan Saat Pesta

    Alea berjalan menuju rumah dengan langkah anggun. Senyum manis terukir di wajahnya. Tidak dipedulikannya sepatu dan ujung gaunnya yang kotor terkena lumpur, bahkan pakaiannya pun basah karena air hujan."Alea dari mana saja kamu?"Carlos menghampiri Alea dengan wajah cemas. Dia menilik penampilan istrinya. Carlos terkesiap melihat luka di pergelangan tangan Alea."Alea kamu melukai diri sendiri lagi?" Alea menarik tangannya dari genggaman Carlos. Dia menatapnya dengan tatapan dingin. "Jangan sentuh!" Alea menyembunyikan luka di tangannya.Plak! Tiba-tiba, sebuah tamparan mendarat di wajah Alea. Nampak, Fiona berdiri dihadapannya dengan wajah geram."Dasar wanita gila! Bisa-bisanya kamu pergi di tengah pesta. Kamu hampir menghancurkan pesta ulang tahun putraku," teriak Fiona. Dia hendak melayangkan kembali pukulannya, namun Carlos lebih dulu menahan laju tangannya. "Cukup!" cegah Carlos dengan tegas. "Jangan berlebihan!" Fiona mendelik. "Berlebihan? Dia–." "Oma, aku mengangtuk."

  • Pengkhianatan Suami & Ibu Tiri   Pria Kecil Bermanik Hitam

    Alea menoleh. Nampak, seorang anak laki-laki tengah memperhatikan dirinya. Kesadaran Alea tenggelam dalam manik hitam pekat anak laki-laki tersebut. Kulit putih anak itu membuat Alea kagum. Terpesona pada wajah tampan dihadapannya. Alea sampai tidak sadar saat tangan kecil anak itu mengambil gunting yang dipegangnya. "Siapa kamu?" tanya Alea. Begitu sadar dari keterkejutannya. Anak laki-laki itu tidak menjawab. Tatapannya tertuju pada luka di pergelangan tangan kiri Alea. Kepalanya yang kecil menoleh ke kanan dan ke kiri seolah mencari sesuatu, kemudian dia menghela. Alea terperanjat saat anak kecil itu meraih ujung belakang gaun yang menjuntai ke tanah, lalu memotongnya dengan gunting yang dipegangnya. Anak itu memegang tangan kiri Alea, meniup lukanya kemudian membalutkannya dengan hati-hati. Semua pekerjaan anak itu lakukan dalam diam. Mulut kecilnya tidak mengeluarkan suara sedikitpun. Hanya kadang, bibir mungilnya terbuka saat menarik atau menghembuskan napas. Wajah tampanny

  • Pengkhianatan Suami & Ibu Tiri   Kehadiran Orang Berpengaruh

    Pesta berjalan dengan sangat meriah. Banyak anak kecil yang berkeliaran di lantai pertama rumah Alea. Mereka ada yang seumuran Barra, bahkan ada yang lebih kecil dan lebih dewasa darinya. Carlos memang mengundang semua kerabat dan rekan bisnisnya yang memiliki anak kecil. Tidak hanya itu, Carlos juga mengundang beberapa orang penting yang tidak memiliki anak. Karena sebenarnya, tujuan utama pesta itu digelar hanya untuk memamerkan Alea. Carlos tidak mau ada lagi orang yang meragukan kebersamaannya dengan Alea. Dia ingin memperlihatkan kalau Alea, dirinya dan Barra hidup bahagia dan baik-baik saja. "Sudah waktunya potong kue. Ayo semua, kita nyanyikan lagu ulang tahun untuk Barra!" himbau Fiona. Dia semangat sekali memeriahkan acara ulang tahun putranya. Berbeda dengan Alea yang hanya diam di samping Barra dan suaminya. Lagu ulang tahun menggema. Barra meniup lilin pada kue ulang tahunnya, kemudian memotong kue. Fiona berharap, potongan kue pertama Barra berikan untuknya, namun it

  • Pengkhianatan Suami & Ibu Tiri   Patung Manekin

    "Cukup! Hentikan Oma! Kita bisa terlambat. Tidak ada gunanya mengurusi wanita gila itu." Barra menarik pakaian Fiona untuk menghentikan perbuatannya memukuli Alea.Fiona melirik putranya. Wajahnya muram. Tidak suka melihat Barra membela Alea. Selama ini, Barra mengetahui kalau ibunya adalah Alea, sedang Fiona adalah neneknya. Semua karena harta warisan yang belum Fiona dan Carlos dapatkan sepenuhnya. Walau Carlos berhasil menguasai kekayaan Alea dengan surat kuasa yang diperolehnya sebagai suami. Tapi, tidak mudah mengalihkan semua harta Alea atas namanya. Apalagi, perhatian para direksi dan wartawan selalu tertuju pada Alea yang merupakan ahli waris tunggal keluarga Rahardja. Karena itu, dengan liciknya Carlos menjadikan Barra sebagian anak kandung Alea. Dia ingin anak itu menjadi ahli waris keluarga Rahardja selanjutnya. Fiona sempat menentang rencana Carlos. Tidak rela putranya diakui sebagai anak orang lain. Tapi Carlos berhasil meyakinkannya, bahkan Barra langsung di jadikan

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status