Sepulang dari Bank, Kaila memutuskan untuk langsung pulang kerumah. Namun sebelum itu ia mampir ke toko kue terlebih dahulu. Kaila membeli beberapa aneka macam kue kering dan kue manis sebagai camilannya nanti di rumah. Setelah membeli beberapa Roti dan kue kering Kaila langsung menuju rumah. Sore ini ia berencana akan pergi ketempat gym langganannya. Sudah lama sekali dia tidak pergi ketempat gym. Dulu sebelum menikah, Kaila selalu menyempatkan diri setiap minggu untuk berolahraga, namun setelah menikah ia tak pernah lagi melakukan aktivitas itu lagi. Pasalnya Andika selalu melarangnya untuk datang ketempat gym yang alasannya Kaila pun tak tahu. Kali ini dia akan melakukan apapun untuk menyenangkan dirinya.
Setelah tiba di rumah, Kaila menangkap sosok Sang Mama mertua yang sedang duduk di sofa ruang tamu sedang menunggu dirinya. Mama Diana adalah Mertua Kaila ibu dari suaminya. Mukanya terlihat sangat judes menatap Kaila tak suka. Sejak awal menikah hingga sekarang Mama Diana tak pernah menyukai Kaila sedikit pun, entah apa alasannya. Menurutnya, Kaila bukanlah menantu idaman, ia hanyalah seorang anak yatim piatu yang di tinggalkan oleh orang tuanya karena kecelakaan. Selain yatim piatu Kaila sudah pasti akan bergantung hidup pada Putranya mengingat Kaila yang tak bekerja.Kaila mendekati dan menyapa dengan sopan. Walaupun Mama Diana sering menyakiti hatinya dengan kata-katanya yang pedas, namun Kaila tetap menganggapnya sebagai orang tua yang patut di hormati."Mama," sapa Kaila. Ia mengulurkan tangan berniat untuk menyalami mertuanya."Dari mana kamu?" Tanyanya tanpa mau menyambut uluran tangan Sang menantu."Aku ada sedikit keperluan di luar, Ma!" Jawab Kaila sembari duduk di samping Mama Diana."Cih, Sok sekali kamu! Pengangguran aja banyak gaya."ketus Mama Diana sambil melirik kantong plastik yang ada di tangan Kaila. " Bawa apa kamu? Sini kasih mama," pinta Mama Diana merampas kantong plastik itu."Roti dan kue kering, Ma! Mama mau?" Tanya Kaila sopan.Mama Diana mendelik tidak suka. "Kamu ini gimana sih? Kalau memang mau ngasih langsung kasih aja, nggak usah basa-basi nawarin segala!" Ketusnya lagi.Kaila menghela napas panjang dan tersenyum. Aduh! Rasanya apa saja yang dilakukan olehnya akan selalu salah di mata sang Mama mertua. Perkara menanyai mau atau tidak saja seakan-akan Kaila sudah melakukan kesalahan besar."Iya, Ma!""Kamu itu, ya! Kenapa sih jadi menantu nggak bisa nyenangin hati mertua? Contoh tuh Lala, menantunya Bu Ratna." Ujar Mama Diana membandingkan sang menantu dengan Menantu sebelah rumahnya. " Dia selalu bisa menyenangkan hati mertua nggak kayak kamu bisanya cuma bikin kesal aja! Tiap bulan Bu Ratna di kasih hadiah sama menantunya, tas LV, perhiasan, sama di ksih duit juga. Kamu sudah pernah ngasih apa ke Mama? Nggak ada, kan? Makanya kerja biar punya uang sendiri jangan cuma ngandalin suami. Kalau kamu jadi wanita karir kan Mama nggak malu-malau banget punya menantu kayak kamu." Oceh Mama Diana."Maaf Ma! Sudah membuat Mama malu karena punya menantu aku. Maaf juga karena nggak pernah ngasih Mama hadiah seperti yang Lala kasih sama Bu Ratna. Tapi, asal Mama tahu, uang yang selama ini Mas Dika kasih sama Mama itu sebagian pakai uangku." Jawab Kaila apa adanya."Heh! Kalau ngomong suka seenaknya. Itu murni uangnya Dika nggak ada campuran uang kamu! Lagian dari mana kamu dapat uang, sok-sokan ngasih uang ke Mama pakai uang kamu. Kerja juga enggak! Palingan juga uang dari Dika, iya kan?" Mama Diana melotot ke arah Kaila.Kaila kembali menarik napasnya. Niat hati sampai dirumah ingin istrihat malah harus adu emosi dengan Sang Mertua."Maaf Ma! Aku nggak mau berdebat sama Mama." Ucap Kaila mengalah. "Mama kesini mau ngapain?""Siapa juga yang mau berdebat sama kamu! Nggak ada untungnya buat Mama, yang ada bikin sakit kepala."Mama Diana kemudian membuka tasnya, lalu dia mengeluarkan sebuah amplop besar berwarna coklat dari dalam tas."Nih, kamu baca dan tanda tangani. Mama mau kamu dan Andika bercerai. Kamu juga sudah tahu kan, kalau Andika sudah menikah lagi. Jadi, Kamu jangan egois masih mau bertahan dengan Andika, kasihan anak yang di perut Luna kalau orang tuanya hanya menikah siri." Mama diana melempar amplop coklat itu dengan kasar."Apa ini, Ma?" Tanya Kaila sambil mengambil amplop yang di lempar oleh mertuanya. Kaila membuka amplop itu dan membacanya. Selesai membaca Kaila langsung merobek amplop tersebut dan menghamburkannya ke udara.Kaila tersenyum sinis lalu merobek kertas yang ia baca karena isi suratnya tidak masuk akal menurutnya. Andika yang berselingkuh dan menikah siri secara diam-diam namun Kaila di minta untuk menyetujui penyebab Andika berselingkuh adalah karena Kaila Mandul dan tak bisa memberikan anak."Apa aku terlihat bodoh di mata Mama?" Hanya karena selama ini aku banyak mengalah dan menerima saja perbuatan Mama padaku? Itu bukan berarti aku bodoh, Ma! Aku tidak sudi menandatangi surat itu. Mama tak perlu khawatir, aku yang akan menggugat cerai Mas Dika." Tegas Kaila."Kaila!" Teriak Mama Diana. "Kenapa kamu merobek kertasnya?""Apa Mama tidak mikir dulu sebelum membuat surat itu? Apa hati Mama sebagai seorang perempuan dan sekaligus Ibu sudah membeku? Di mana hati nurani Mama? Kenapa Mama seolah-olah mendukung perbuatan Mas Dika yang berselingkuh? Bagaimana jika itu terjadi pada diri Mama sendiri?" Pekik Kaila yang merasa sangat terluka oleh sikap Mama Diana."Kurang ajar ya kamu! Kamu nyumpahin Mama di selingkuhin? Iya? Dasar menantu kurang ajar kamu! Menantu durhaka!" Balas Mama Diana tak kalah nyaring."Mama yang Mertua durhaka! Selama ini Mama selalalu ikut campur dalam urusan rumah tangga kami." Seru Kaila.PLAK!!!Kaila memegangi pipinya yang di tampar oleh mertua."kamu jangan kurang ajar ya! Mama dari dulu sudah menahan diri untuk tidak menampar kamu karena Andika selalu melarang. Tapi sekarang Mama sudah tidak perduli." Teriak Mama Diana dengan mata mendelik."Sebaiknya Mama pulang sekarang! Sebelum aku bertindak melewati batas dan membalas perbuatan Mama.." Usir Kaila dengan bibir bergetar menahan amarah. "Mama tenang saja keinginan Mama agar aku bercerai dengan Mas Dika sebentar lagi akan terwujud, aku akan segera menggugat anak Mama.""Kamu ngusir Mama?""Iya, aku mengusir Mama dari sini." Balas Kaila tak takut.Mama Diana berdiri dari duduknya dan berkacak pinggang di hadapan Kaila."Kamu ini benar-benar perempuan nggak ada akhlak! Nggak punya sopan santun sama sekali! Apa hak kamu mengusir Mama dari rumah anak Mama sendiri, hah? Asal kamu tahu, Ini rumah Dika yang di beli dari jerih payah dan hasil keringatnya. Kamu itu cuma istri yang sebentar lagi akan bercerai darinya. Jadi, kamu nggak punya hak apa-apa atas rumah ini apalagi sampai ngusir Mama." Protes Mama Diana tak terima.Kaila tersenyum miring mendengar perkataan sombong Mama Diana. Ia sudah muak dengan sifat Mama Diana yang selalu mengklaim rumah orang tuanya sebagai rumah anaknya. Setiap berdebat selalu kalimat itu yang di ulang-ulang, bangga sih bangga melihat anaknya sukses dan kaya raya tapi tidak mesti di ucapkan terus. Mama Diana belum tahu saja bahwa rumah yang selalu ia di banggakan selama ini bukan milik putranya."Mama tunggu di sini, akan aku perlihatkan dengan jelas siapa pemilik rumah ini sebenarnya.""Heh, mau kemana kamu?" Teriak Mama Diana. "Mama belum selesai bicara," imbuhnya lagi yang merasa kesal di tinggal begitu saja oleh sang menantu.Kaila bergegas menuju kamarnya dan mengambil salinan sertifikat rumah yang memang sudah ia siapkan untuk membuktikan pada orang-orang yang mengaku-ngaku seperti Mama Diana. Kurang lebih 5 menit Kaila keluar dari kamarnya dan kembali menghampiri Mama Diana yang masih setia duduk di sofa."Ini, Mama baca baik-baik. Siapa pemilik rumah ini yang selalu Mama akui sebagai milik anak Mama itu," Kaila menyodorkan salinan sertifikat rumah pada Sang Mertua. "Apa Di situ ada nama Mas Dika atau justru nama orang lain?" Ucap Kaila tersenyum sinis.Mama Diana mendengkus sebal namun tetap membaca isi sertifikat rumah tersebut."Abian Mahendra?" Ucap Mama Diana sambil mengingat-ngingat siapa pemilik nama tersebut."Ada nggak nama Mas Dika di sertifikat itu, Ma?"Mama Diana reflek menggeleng."Sekarang Mama percaya kan, bahwa rumah ini memang milikku? Bukan milik Mas Dika seperti kata Mama," Seru Kaila sambil menatap sinis pada sang mertua."Kenapa di sertifikat rumah Dika tertulis nama orang lain, hah? Siapa Abian Mahendra?" Tanya Mama Diana yang masih belum mempercayai apa yang sudah di baca."Mama lupa siapa Abian Mahendra?" Kaila balik bertanya. "Beliau adalah Papaku. Papa kandungku, Ma! Rumah ini milik Papaku, selama ini Mas Dika mengakui rumah ini sebagai rumahnya dan berbohong pada mama."Mama Diana melangkah mendekati Kaila lalu memukul lengan sang menantu dengan keras."Heh! Jangan bicara omong kosong kamu. Pasti kamu yang sudah mengganti nama dan mengubah kepemilikan rumah ini, kan? Ngaku kamu! Dasar menantu serakah! Menantu licik!""Mama bisa cek sendiri tahunnya di situ! Tanggal berapa rumah ini di beli," pinta Kaila sambil meringis kesakitan akibat pukulan dari sang mertua.Mama Diana kembali membaca sertifikat tersebut, ia mengecek tanggal dan tahun berapa rumah itu di beli. " 1 Januari 2015," gumam Mama Diana."Sekarang Mama percaya kan?" Kaila menatap Mama mertuanya dengan penuh kemenangan. "Rumah ini sudah ada sejak tahun 2017 saat aku masih SMA. Mama sendiri tahu pasti tahun berapa aku dan Mas Dika menikah, kami menikah pada tahun 2021. Jadi, bagaimana mungkin rumah ini di beli setelah kami menikah, Ma? Mama lupa apa pekerjaan Mas Dika sebelum menikah denganku, dia cuma pegawai kantor biasa. Mana mungkin dia mampu beli rumah ini. Maaf Ma, aku bukan bermaksud merendahkan anak Mama tapi aku bicara fakta."Mama Dian syok mendengar penjelasan Kaila. Semuanya masuk akal, tidak mungkin juga Kaila membohonginya."Ja-jadi rumah ini bukan punya Dika?" Ucap Mama Diana terbata-bata."Iya, ini rumah orang tuaku!"BRUG!!!Mama Diana terduduk ke lantai. Syok membuat Kakinya tidak mampu berdiri tegak menopang tubuhnya yang gempal. Wanita paruh baya itu kini benar-benar syok dengan kenyataan yang ada. Matanya menatap fokus pada lantai, tangannya masih memegang erat sertifikat. Kaila yang melihat itu hanya tersenyum ia sama sekali tak berniat untuk membantu menenangkan sang Mama mertua. Biarlah sesekali Mama Diana kena batu akibat kesombongannya.Bersambung~Sementara itu, di dalam kamar Luna tengah asyik menonton film drakor kesukaannya. Sayup-sayup berdebatan merasuki telinganya, namun perempuan hamil tersebut memilih tak menggubris dan melanjutkan tontonannya. Akan tetapi, Lama kelamaan suara gaduh Kaila dan juga Mama Diana semakin keras sehingga mengganggu konsentrasinya. Karena merasa penasaran Luna memutuskan keluar dari kamarnya untuk memeriksa apa yang sedang terjadi. "Siapa sih itu? Kenapa berisik banget! Mereka nggak tau kalau Nyonya lagi nonton drakor?" Gumam Luna sembari berjalan keluar kamar. Luna menyeringai licik saat tahu Mama mertua dan madunya itu sedang bertengkar. Melihat sang Mama tertuduk di lantai, Luna pun gegas menghampirinya. Perempuan hamil itu berpura-pura histeris melihat sang mertua yang terduduk di lantai sedangkan sang menantu satu lagi duduk di atas sofa dengan santainya."Mama!!!" Teriaknya pura-pura terkejut. Luna memegang kedua bahu sang Mama mertuanya itu untuk membantu berdiri lalu dia menduduk kan
Mama Diana membenarkan perkataan menantu barunya itu dan menambahkan cerita versinya. Wanita paruh baya tersebut memang sengaja tidak menceritakan kejadian yang sebenarnya, Mama Diana ingin memberi pelajaran pada Kaila, dan berharap Andika akan memarahi Kaila bahkan lebih. Entah kenapa hatinya bertambah kesal setelah mengetahui bahwa rumah yang selalu ia elu-elukan itu ternyata6 milik mendiang orang tua Kaila. Setelah Andika memarahi Kaila barulah nanti dia akan mengintrogasi putra keduanya itu. Andika di kuasai emosi, napasnya memburu seiring emosinya yang kian memuncak. Tanpa pikir panjang, dia bergegas menuju kamar Kaila untuk menemui dan meminta penjelasan istri pertamanya tersebut. Tok Tok Tok!!!"Kaila! Keluar kamu!" Teriaknya dengan suara yang nyaring. Kaila yang sengaja duduk di belakang pintu terkejut mendengar teriakan sang suami. Dengan perasaan bingung Kaila langsung berdiri dan lekas membuka pintu yang sengaja ia kunci dari dalam. BUGH!Baru saja pintu terbuka sebuah b
Andika sudah tidak tahu lagi harus berbuat apa, sekuat apapun dia berusaha untuk menutupi kebohongannya lambat laun pasti akan terbongkar juga. Terbukti, malam ini Kaila membongkar kebohongannya di hadapan orang tua dan istri keduanya itu tanpa perduli dengan perasaannya."Kamu apa-apaan sih, Kai! Jangan keterlaluan," geram Andika pada Kaila."Kenapa, Mas? Kamu takut kebohongan kamu terbongkar? Iya? Aku nggak perduli lagi, Mas!""Kebohongan apa, Mas?" Tanya Luna menaruh curiga pada suaminya itu. "Iya, Dik! Mama juga penasaran sebenarnya rumah ini milik siapa?" Ucap Mama Diana akhirnya. "Tadi siang istri kamu itu sudah menjelaskannya pada Mama. Tapi, tetap aja Mama masih ragu sebelum kamu sendiri yang mengatakannya." Mama Diana menatap tajam pada Putra keduanya. Andika menatap wajah Mama Diana, lalu kemudian dia menunduk mengisyaratkan bahwa apa yang Kaila katakan pada Mamanya itu adalah benar adanya. "Mas, Ma? Apa maksudnya, rumah ini milik kamu kan, Mas?" Tanya Luna pada sang mert
Selesai menunaikan solat Isya, Kaila kembali keluar dari kamarnya. Perutnya terasa lapar karena sejak tadi siang, ia belum ada makan apa-apa. Roti yang di beli tadi siang di ambil semua oleh sang Mama mertua tanpa menyisakan satu pun untuknya. Sejenak, perempuan berwajah cantik dengan rambut panjang yang sengaja ia urai itu menghela napas panjang saat melihat sang suami dan istri barunya sedang menyantap makan malam berdua. Keduanya kompak menatap ke arah Kaila. Mama Diana ternyata sudah pulang kerumahnya, ia berpesan pada Andika untuk membujuk Kaila agar tidak marah lagi dan meminta agar jabatan Direktur di perusahaan kembali di serahkan padanya. Kaila mencoba mengabaikan tatapan suami istri tersebut, ia terus melanjutkan melangkah kaki menuju meja makan, ia mengambil piring lalu menyendok nasi besertp.ka lauk pauknya setelah itu ia berlalu menuju ruang keluarga sambil membawa piring yang berisi nasi yang sudah ia ambil tadi. Kaila tak berniat makan semeja dan bergabung dengan Sang
Andika masih berusaha untuk mendapatkan simpati dan maaf dari istri pertamanya itu. Laki-laki itu tidak perduli dengan perasaan Luna yang sejak tadi menatap tajam kearahnya seolah-olah seperti ingin menerkam. Saat ini yang jadi prioritas Andika adalah membujuk Kaila agar tidak marah lagi, dan mendapat kepercayaannya lagi "Apa kamu sudah tidak mencintai Mas lagi, Kai?" Tanya Andika yang hatinya mulai cemas alias ketar ketir. "Aku mencintai kamu sampai malam itu, Mas! Sekarang cintaku sudah hilang ketika aku tahu kamu sudah menikah lagi.""Tapi Mas, sudah minta maaf untuk itu, Kai! Mas juga sudah mengaku bahwa Mas bersalah, Mas khilaf," ujar Andika dengan kepala menunduk. "Meskipun kamu meminta maaf seribu kali, aku tetap tidak bisa menerima semua perbuatan kamu itu. Aku mantap akan bercerai dengan kamu, Mas!" Seru Kaila mantap.Bagi Kaila, Perselingkuhan adalah kesalahan yang tidak bisa di maafkan. Karena perselingkuhan di lakukan dengan penuh kesadaran bukan karena ke khilafan sem
Setelah sampai di rumah, Kaila langsung menuju kamar mandi yang berada dekat dapur. dia ingin membasuh badannya yang basah oleh keringat. Tanpa Kaila duga ia harus berpapasan dengan perempuan pengahancur rumah tangganya, ia melewati Luna yang sedang menata sarapan untuk dirinya dan juga sang suami. Luna menatap tajam kearah Kaila. Jujur saja, dia merasa iri dengan Kakak madunya itu. Mendapat warisan yang banyak dari mendiang orang tuanya, tak perlu takut kehabisan uang, punya tempat tinggal yang mewah, dan punya perusahaan yang besar dan masih banyak lagi. "Kamu ini pengangguran kenapa sok sibuk sekali?" Tanya Luna setelah Kaila keluar dari kamar mandi.Kaila diam saja. Dia mengambil air putih dingin dari dalam kulkas, lalu meminumnya. "Suami nggak di siapin sarapan, malah sibuk keluyuran. Terus gunanya kamu sebagai istri, apa?" Cerocos Luna. Tadinya Kaila tidak ingin menanggapi, tetapi madunya itu mengoceh terus."Sudah ada Bi Imah yang membuatkan sarapan. Kamu nanya apa gunanya a
Siang harinya, Andika menepati janji untuk menemani Luna berbelanja keperluan bayi mereka. Sedikit berlebihan memang, usia kehamilan baru menginjak empat bulan sang istri sudah meminta membeli kebutuhan untuk bayi mereka nanti. Mau tak mau Andika harus menuruti permintaan istri keduanya itu, pamali jika tidak di turutin apalagi Luna mengaku bahwa itu adalah keinginin anaknya, bisa-bisa nanti anaknya ileran jika sang ibu mengidam namun tidak kesampaian. "Kamu mau belanja di mana, nih?" Tanya Andika kepada Luna setelah selesai bersiap. "Em,.. di Mall terdekat aja, Mas. Kalau kejauhan nanti aku kecapean, belum lagi nanti muter-muter cari kebutuhan aku dan calon anak kita." Jawab Luna sembari meraih tas mininya. "Ya udah, yuk! Keburu macet jalanan." Ajak Andika.Keduanya langsung menuju Mall tujuan mereka. Setibanya di sana Luna begitu antusias. Perempuan hamil itu berbelanja banyak sekali, mulai dari Tas Branded yang sudah lama di incar. Kemarin Andika lupa mentrasnfer uang pada Luna,
Berkendara kurang lebih 30 menit dan terjebak macet akhirnya Andika dan Luna sampai di rumah mereka. Andika langsung bergegas turun dari mobil tanpa menunggu sang istri lagi, dia masuk kedalam rumah dengan tergesa-gesa. "Kaila," panggilnya seraya memasuki rumah.Andika terus masuk kedalam dan langsung menuju kamarnya dulu, saat sebelum kehadiran Luna. Dia mencari-cari keberadaan sang istri pertamanya itu disana, namun Andika tidak menemukan siapa-siapa. Andika tidak menemukan sosok yang sedang ia cari di dalam kamar tersebut. lalu, Andika keluar lagi menuju dapur sambil terus memanggil-manggil nama Kaila. "Kaila, dimana kamu, Kai!" Teriaknya.Bi Imah yang sedari tadi mendengar nama majikannya di panggil berulang kali, berinisiatif menghampiri si pemilik suara. "Maaf, Tuan. Non Kaila tidak ada dirumah," jelas Bi Imah pada Andika. "Kemana dia, Bi?""Katanya mau belanja bulanan sama Pak Tono, Tuan!" Jawab Bi Imah jujur. Tadi, Kaila sudah berpesan pada Bi Imah jika Andika mencarinya
"Eh, Bu Sinta Bu Ratna! Ngapain kalian kesini, hah? kalian jangan ikut campur masalah keluarga saya!" Seru Bu Diana yang tidak terima kedua Ibu-ibu itu membantu Kaila. "Siapa yang ikut campur sih, Bu? Kami ini cuma lagi membantu tetangga kami yang di zolimi oleh mantan mertuanya! Masa iya, sebagai tetangga yang rukun, kami diam aja! Nggak bisa lah!" Balas Bu Ratna. "Terima kasih, Bu-ibu! Tapi, saya bisa kok, menyelesaikannya sendiri." Ucap Kaila tak enak jika tetangganya ikut-ikutan terserat dalam masalah pribadinya. "Tidak apa-apa, Mbak Kaila. Kita bantuin aja! Mantan mertua seperti Bu Diana ini emang pantas di serang sama warga supaya mulut nyinyirnya itu diam. Tidak ada malunya sama sekali, merasa paling benar dan paling segalanya. Rasanya pengen Ibu kasih sambal tu mulut," celetuk Bu Sinta. "Berani ya kamu sama saya, Bu Sinta!" Tantang Bu Diana."Loh, emangnya selama ini saya takut sama situ? Sama tukang nyinyir kok takut, aneh! Takut itu sama Allah, Bu!" Balas Bu Sinta. "Ibu
Pagi ini, wajah ceria Kaila kembali terlihat setelah dua bulan terakhir terlihat muram. Perempuan itu merasa lega perceraiannya dengan Andika berjalan mulus, kini saatnya dia menyambut hidup baru dan menatanya sebaik mungkin jangan sampai kesalahan yang dulu terulang kembali. Baru saja keluar pintu rumah, Andika sudah berdiri di samping mobilnya menunggu kedatangannya. Pagi-pagi sekali laki-laki itu sudah menyambangi rumah perempuan yang sudah menjadi istrinya tersebut. "Pagi, Kai!" Sapa Andika tersenyum manis."Mau ngapain kamu kesini?" "Jangan galak-galak, nanti ujung-ujungnya cinta. Kan, ribet! Kamu yang minta cerai, kamu juga yang minta balikan." Seringai Andika meledek. "Jangan halu!" "Siapa yang halu? Mas kan cuma bilang, memangnya kita tahu apa yang akan terjadi di masa depan? Enggak, kan? Bisa aja kita bersatu lagi, nggak ada yang tahu, Kai! Jika memang kita sudah di takdirkan untuk selalu bersama, sekuat apapun kita mencoba untuk berpisah pasti akan bersatu lagi.""Tidak
"Mama!" Pekik Andika dan Luna berbarengan. Keduanya tidak menyangka jika Bu Diana nekat mendorong Bu Nia sampai tersungkur ke lantai. "Kenapa?" Tantang Bu Diana. "Jangan kalian pikir, saya bakal diam aja di tuduh seperti itu! Terlebih kamu! Bu Besan! Hati-hati kalau ngomong!"Luna gegas membantu sang Ibu untuk berdiri. Dia menatap Bu Diana dengan tatapan tidak suka, begitu juga dengan Bu Nia. Terpancar kemarahan di sorot matanya, rahangnya sudah mulai mengeras. Harga dirinya jatuh seketika di perlakukan tidak hormat oleh besannya itu. Mau membalas, Bu Nia takut. "Kamu jangan keterlaluan, Bu Besan! Ini tu sudah termasuk kekerasan, saya bisa laporkan kamu kepolisi!" Bu Nia mengancam balik. "Eh, Bu Nia! Jangan kamu pikir saya tidak bisa melaporkan kamu juga. Siapa yang menuduh saya duluan tanpa bukti, hah? Siapa?" Tantang Bu Diana sambil berkacak pinggang. "Kalau situ mau lapor polisi, saya juga bisa melaporkan kalian berdua!""Dasar mertua gila!" Hardik Luna. Perempuan itu kesal sete
"Sudah seminggu Dika nggak kesini ya, Pa?" Seru Bu Diana pada suaminya. "Mungkin dia sibuk mengurusi Luna, Ma. Maklum saja, Luna kan habis keguguran pasti dia sangat membutuhkan Dika di saat-saat seperti itu.""Alah, emang anaknya aja yang manja pengennya di perhatiin terus. Seharusnya dia mikir juga dong, kalau Kakak kandungnya Dika juga di rawat di rumah sakit. Sudah sepatutnya sebagai Adik, Dika juga ikut menjaganya di sini, bukan malah mengurusi perempuan manja itu. Lagian Pa, Luna kan sudah di urus sama orang tuanya, pastinya Dika nggak ngapa-ngapain di sana. Selama Fatur di rawat Dika cuma pernah jengukin satu kali, Pa!" Omel Bu Diana. "Sudahlah, Ma. Bukannya, Sudah ada kita berdua yang menjaga Fatur di sini? Biarkan Dika dengan istrinya. Toh, kalau Dika di sini juga mau ngpain? Nggak ada, kan?" "Emang susah ngomong sama Papa!" Gerutu Bu Diana. "Benar kata Mama, Pa!" Timpal Fatur yang sudah mulai membaik. "Mama sama anak sama saja," ujar Pak Dani. Pak Dani hanya menggelen
PLAK!!!Andika mendapatkan sebuah tamparan di pipi kanannya ketika baru saja bertemu dengan Pak Jaya orang tua Kaila. Setelah Andika memberi kabar pada orang tua Luna, perempuan itu juga segera mengirim pesan pada orang tuanya. Dia menceritakan secara singkat apa yang sudah terjadi padanya, bagaimana dia bisa keguguran. Luna berharap orang tuanya dapat memberi pelajaran pada sang suami, karena biar bagaimana pun Luna saat ini membenci Andika. Manusia yang menyebabkan janinnya keguguran!"Apa yang sudah kamu perbuat pada anak saya, hah?" Bentak Pak Jaya pada menantunya itu. "Maaf, Pa! Dika nggak sengaja.""Tidak sengaja katamu? Tidak sengaja saja anak saya keguguran, itu artinya kalau kamu sengaja Luna bisa mati di tangan kamu, begitu?""B-bukan begitu, Pa! Dika benar-benar tidak sengaja. Saat itu, Dika dan Luna sedang berdebat. Entah bagaimana ceritanya Dika tidak sadar lalu mendorong Luna kesofa," jelas Andika. PLAK!"Kurang ajar! Berani sekali kamu mendorong anak saya, bahkan saya
"Mama jangan menuduh orang lain sembarangan," tegur Pak Dani pada sang istri setelah Dokter yang memeriksa Fatur pergi dari sana. "Siapa yang menuduh, Pa! Emang bener kok, Fatur sama Kaila lagi ada masalah. Fatur di pecat dari kerjaan dan mobilnya juga di sita, itu semua ulah siapa? Ulah mantan menantu kesayangan Papa itu, kan?" "Bukan berarti Kaila yang melakukan penganiayaan itu, Ma!" "Mama yakin 100 persen kalau itu ulah dia, Pa!" Ujar Bu Diana penuh keyakinan. "Jika memang benar, coba kasih tau Papa, apa alasan Kaila melakukan itu semua?" Tanya Pak Dani pada istrinya. "Ya,.... mana Mama tau alasannya apa!""Tuh, kan! Mama aja nggak bisa jawab. Itu berarti memang bukan dia pelakunya. Coba Mama fikir, buat apa Kaila membayar orang buat mukulin anak kita? Toh, kedudukannya lebih tinggi ketimbang anak kita. Dia pemilik perusahaan ternama, punya kehidupan yang berkecukupan, selama ini Papa juga mengenal dia sebagai anak yang baik budi pekertinya. Buat apa dia menganiaya Fatur? Ti
Tiba di Rumah sakit, Luna langsung di bawa keruang UGD untuk di periksa."Maaf, Pak! Yang boleh menemani hanya satu orang. Di harapkan selama dokter melakukan tindakan, pihak keluarga segera mengurus administrasi guna memperlancar semuanya." Ucap salah satu petugas rumah sakit di sana. "Baik, Sus! Tolong lakukan yang terbaik untuk istri dan anak saya." Pinta Andika."Tentu saja, Pak! Kami akan berusaha semaksimal mungkin untuk membantu istri, Bapak." Ujar petugas itu lagi, kemudia dia masuk kedalam ruangan. Andika dan Bu Diana masih tertinggal di luar. "Ma, Mama punya uang?" Tanya Dika. "Mama mana punya uang, Dika!" "Tabungan ada, Ma?" "Boro-boro punya tabungan, untuk kebutuhan sehari-hari aja kurang!" Jawab Bu Diana. "Kok nggak ada tabungan, Ma? Bukannya selama ini Dika selalu kasih uang lebih ke, Mama? Mama kemanain uangnya?" "Ya elah, Dika! Jangan sok polos begitu, uang yang selama ini kamu kasih ya buat kebutuhan Mama lah! Bayar arisan, ngumpul sama teman-teman, perawatan d
"Ibu sama Luna duduk dulu," kata Andika sambil membantu Bu Diana duduk di sofa ruang tamu. "Cepetan kasih tau Mama, apa maksud kamu ngomong begitu sama mantan istri kamu itu?" Tanya Bu Diana tak sabaran.Andika menghela napasnya. sungguh! Mamanya tidak sabaran. "Ma, Dika cuma mau mengambil hati Kaila, biar bagaimana pun Dika masih cinta sama dia. Dika butuh Kaila, Ma! Butuh sosoknya yang lemah lembut, selalu memberi suport jika Dika ada masalah, dan cuma dia perempuan yang bisa menerima keadaan keluarga kita yang sederhana ini, Ma!" Jelas Dika tanpa menoleh ke arah sang istri. "Cinta? cinta terus yang kamu omongin. Kalau kamu beneran cinta kenapa kamu selingkuh, Dika!" geram Bu Diana. "itu kan, Mama yang maksa supaya aku deketin anaknya Mama Nia." jawab Andika. "Kenapa kamu jadi nyalahin, Mama?""Loh, emang benar Mama yang salah, kan?" balas Andika tak mau kalah. "Ya sudah, kita lupain itu! sekarang coba jelasin, kenapa kamu mau mulangin Mama ke kampung? tega kamu sama orang tua
"Seperti yang Pak Wisnu dengar tadi, mantan ibu mertua saya ngotot agar anaknya mendapatkan harta gono-gini. Bagaimana menurut, Bapak?" Tanya Kaila ketika mereka sudah sampai di rumah. "Harta gono-gini wajib di bagi setelah kalian bercerai, baik yang sifatnya piutang maupun hutang. Dengan catatan, harta tersebut adalah harta bersama. Harta benda yang di kumpulkan atau di peroleh selama perkawinan," Jelas Pak Wisnu. "Nona, bisa memberitahu saya berapa jumlah atau dalam bentuk apa saja harta bersama yang kalian miliki selama dua tahun menikah. Nanti, akan saya hitung lebih dulu, kemudian baru di bagi dua." Imbuhnya lagi. Di tanya harta bersama oleh pengacaranya, Kaila malah tersenyum sungging. Apanya yang mau di bagi, sehelai baju pun Andika tak pernah membelikan apalagi yang lainnya. Meski memiliki suami, Kaila memenuhi kebutuhan pribadinya sendiri tanpa ada bantuan dari Andika. Saat itu, Kaila tidak mempermasalahkannya biar bagaimana pun Andika memiliki latar belakang keluarga biasa