Selepas keberangkatan Andika, Luna duduk di meja makan sambil menyerumput segelas susu hangat yang sudah tersedia di meja makan. Dalam hati, perempuan yang tengah hamil itu tertawa senang karena sudah berhasil menjadi istri Andika seorang laki-laki muda pengusaha kaya raya. Mempunyai perusahaan yang besar dan terkenal di negaranya serta memiliki rumah mewah yang kini ia tinggali.
Cita-citanya menikahi pria kaya dan menjadi nyonya sudah tercapai, ia hanya perlu ongkang-ongkang kaki menunggu kepulangan suaminya tanpa perlu bekerja. Semua pekerjaan rumah sudah di kerjakaan oleh pembantu rumah tangga."Bi! Bibi,.." Teriak Luna memanggil pembantu rumah tangga. Terlihat Bi Imah berjalan tergopoh-gopoh menghampiri."Iya, ada yang bisa Bibi bantu?" Tanya Bi Imah yang enggan melihat Istri kedua dari majikannya itu. Pasalnya, Luna terlihat angkuh dan pongah seakaan-akan dia adalah nyonya besar."Heh, pembantu! Kamu sudah tahu siapa saya, kan?" Tanya Luna. "Saya istri kedua Pak Dika, itu berarti saya juga nyonya di rumah ini. Pokoknya saya mau, kamu harus menuruti semua kemauan saya tanpa terkecuali." Peringat Luna pada Bi Imah dengan nada sombong."Tapi, Nyonya rumah ini cuma Non Kaila.." sergah Bi Imah tak suka jika Luna ingin di akui sebagai Nyonya rumah juga."Kamu itu cuma pembantu jangan banyak omong. Kamu mau saya pecat?" Ancam Luna."Tidak, Non! Lagian yang bisa mecat saya cuma Non Kaila," Sahut Bi Imah."Kamu itu ya! dasar pembantu nggak tahu diri! Berani sekali kamu kurang ajar sama saya! Mau saya aduin ke Pak Dika?" Tantang Luna tak terima. "Apa kamu bilang tadi? Non? Panggil saya Nyonya. Saya nggak mau di samain sama Kaila si perempuan mandul itu. Nyonya! ingat panggil saya Nyonya! " Ucap Luna lagi. "Kamu itu cuma PEMBANTU! Jadi harus nurut apa kata majikan.""Tapi,..""Berani kamu membantah omongan saya?" Luna memelototi Bi Imah. "Kamu itu cuma pembantu rendahan! turuti perintah saya atau kamu akan menyesal karena sudah menbantah saya!" hardik Luna tak berperasaan."Baik, Nyonya." Jawab Bi Imah, ingin sekali rasanya dia mencakar wajah si pelakor yang sudah merusak rumah tangga majikannya itu. Namun, Bi Imah juga sadar bahwa dirinya hanya seorang pembantu seperti yang di katakan oleh Nyonya barunya itu. Jika masih ingin bekerja seorang pembantu harus mengikuti perintah dan kemauan majikannya."Bagus! Sekarang kamu siapin sarapan gih, saya mau makan Sandwich, nasi goreng, roti bakar telur dan salad. Masaknya cepat! Nggak pakek lama. Sana!" Usir Luna setelah mengutarakan kemauannya."Baik!" Jawab Bi Imah berlalu."Enak juga jadi orang kaya, tinggal suruh sat-set sat-set semuanya beres!" Gumam Luna dalam hati sambil tersenyum penuh kemenangan. Ia benar-benar menikmati perannya sebagai Nyonya kaya. Tanpa tahu siapa pemilik sah rumah dan Perusahaan tempat suaminya bekerja.Sementara Kaila tengah bersiap di dalam kamarnya, hari ini ia berniat datang ke salah satu bank untuk menyimpan surat-surat dan aset-aset berharga miliknya dan juga peninggalan mendiang orang tuanya sekaligus memblokir semua kartu Kredit dan Debit milik Andika. Kaila juga sedang mengumpulkan bukti-bukti perselingkuhan dan pernikahan siri Andika dengan Luna agar memudahkan proses percerainya nanti. Ya! Kaila sudah mantap untuk bercerai dari laki-laki yang pernah menemani hidupnya selama dua tahun terakhir tersebut. Tiada kata maaf untuk sebuah perselingkuhan, tidak ada kata khilaf, karena perbuatan itu di lakukan atas kesadaran penuh mau sama mau."Kamu harus membayar mahal atas penghianatan ini, Mas! Aku tak akan membiarkan kalian berlama-lama bahagia, jika perempuan itu menginginkan kamu terima kamu saat jadi gembel, Mas. " Gumam Kaila."Persetan dengan rasa cinta yang masih bersemayam di hati ini! Aku akan balas kamu berkali lipat." Imbuhnya lagi.Kaila menyeka pipinya yang basah sedari tadi, dia harus kuat dan menunjukkan kalau dirinya bukanlah wanita lemah. Setelah di rasa semuanya sudah siap dan lengkap, Kaila segera keluar dari kamarnya dan langsung menuju garasi mobilnya. Terlihat Luna sedang bersantai ria menikmati sarapan paginya di teras rumah. Kaila yang melihat itu cuek saja."Mau kemana kamu?" Tanya Luna.Kaila diam saja tak menyahut."Heh, kalau di tanya tu di jawab! kamu tuli?" Hardik Luna tak suka melihat Kaila yang tak menggubrisnya kemudian dia bangkit dari duduknya dan berjalan menghampiri Kaila."Mau kemana?" Tanya Luna lagi sambil menarik kasar tangan Kaila."Apa-apan sih! Nggak usah tarik-tarik, ya?" Ketus Kaila sembari menepis tangan Luna."Makanya kalau di tanya tu di jawab! punya mulut kan?""Terserah aku dong! mau ngejawab atau nggak!""Makin lama makin songong ya kamu! di tanya baik-baik malah begitu jawabnya, nggak ada sopan santunnya sama sekali jadi perempuan." Sinis Luna."Punya kaca nggak? ngaca gih? yang nggak punya sopan santun itu siapa? yang songong itu siapa? kamu atau saya, hah?" balas Kaila tak kalah sinis. ia kembali hendak berjalan namun Luna kembali mencekal tangannya."Lepas nggak?" perintah Kaila."Enggak mau! jawab dulu pertanyaanku."kaila menghentak tangan Luna agar melepaskan tangannya."Aduh,.. kasar banget sih jadi perempuan. Pantesan aja suami kamu selingkuh, wong kamu aja kasar begini.""Bodo amat! Nggak perduli!" Ketus Kaila. "Minggir!" Imbuhnya lagi."Nggak mau! Jawab dulu pertanyaanku, kamu mau kemana? Kenapa rapi begitu?" Desak Luna mencekal tangan Kaila lagi.Astaga! Ingin sekali rasanya Kaila mendorong dan mencabik-cabik perempuan tak tahu malu ini. Jika saja, Luna tidak hamil maka sudah di pastikan Kaila akan mendorongnya."Penting banget pertanyaan kamu?" Kaila bertanya balik. "Terserah akulah Dasar kepo!" Cibir Kaila."Ya jelas penting lay! Kita berdua ini sama-sama istrinya Mas Dika. Jadi sudah sewajarnya, aku tahu kamu mau kemana. Bisa aja kan, kamu keluar terus foya-foya dan menghamburkan-hamburkan uangnya Mas dika. Enak saja!" Cerocos Luna.Mendengar perkataan Adik madunya itu, Kaila hanya tersenyum sinis. Menurutnya, dapat di pastikan Andika belum menceritakan fakta yang sebenarnya siapa dirinya."Terserah aku! mau ku habiskan semua hartanya juga nggak apa-apa! Toh, uangnya Mas Dika adalah uangku. Apa hak kamu ngatur-ngatur aku? Kamu itu cuma orang asing yang menumpang di rumah ini!" Tegas Kaila. "Kamu bukan siapa-siapa! Minggir aku mau lewat!" Kaila berlalu cepat dan langsung membuka pintu mobilnya."Dasar si mandul belagu!"BRAK!Kaila membanting pintu mobil dengan kuat. Di tatapnya perempuan dengan perut sedikit membuncit itu. Sungguh! Kali ini perkataannya benar-benar membuat Kaila naik pitam."Siapa yang kamu sebut mandul?" Tanya Kaila pada istri kedua suaminya tersebut dan berjalan mendekat."Ya kamulah, masa pembantu!" Jawabnya santai.GREP!Kaila mencengram kuat-kuat rahang Luna. Perempuan itu meringis kesakitan sembari berusaha melepaskan diri dari cengkraman Kaila. Namun sayang, dirinya kalah kuat."Jaga mulut kamu ya perempuan murahan! Aku nggak mandul! Kamu mau tahu kenapa aku belum hamil sampai saat ini?" Tanya Kaila dengan sorot mata yang mengintimidasi. "Itu karena aku mengkomsumsi pil kontrasepsi, Alasannya kenapa? Karena Mas Dika belum siap punya anak. Kamu itu hamil karena kecelakaan, bukan karena memang Mas Dika menginginkan anak dari kamu. Paham kamu sekarang?" Kaila menghempas dagu Adik madunya itu hingga melangkah mundur dengan mata memerah.Tangan Luna mengepal keras, urat-uratnya menonjol keluar. Dia tak terima di perlakukan kasar begitu, namun bagaimana lagi? Melawan rasa tidak mungkin."Awas kamu, Kai! Aku bakal aduin ke Mas Dika, " Ucap Luna penuh amarah dan berjalan terburu-buru masuk kedalam."Silahkan! Aku nggak takut," tantang Kaila. Rasanya satu atap dengan dengan si pelakor membuat mentalnya tidak sehat. Kaila kembali masuk kedalam mobil dan langsung menjalankan mobil menuju Bank yang akan dia datangi.*Setelah berkendara kurang lebih 25 menit lamanya, akhirnya Kaila tiba di Bank tujuannya. Ia langsung mengambil nomor antrian dan duduk mengantri menunggu giliran. Beberapa menit kemudian tibalah nomor antriannya, dengan sigap Kaila berjalan menghampiri petugas bank lalu kemudian menyampaikan tujuannya untuk menyimpan surat-surat berharga miliknya."Begini Mbak, saya ingin menyimpan beberapa surat-surat berharga milik saya. Karena saya merasa tidak aman dari berbagai hal yang tidak terduga. Tolong di bantu prosesnya bagaimana?" Jelas Kaila.Petugas Bank menjelaskan bahwa mereka akan membantu Kaila untuk menyimpan surat berharga, barang berharga dan sertifikat yang tak ternilai harganya melalui fasilitas safe deposit box (SDB). Layanan yang mereka tawarkan merupakan jasa penyewaan kotak atau brankas penyimpanan harta dan suarat-surat berharga yang memberikan rasa aman bagi para pemiliknya. Lama penyimpanan di SDB berjangka waktu sesuai permintaan nasabah dengan keamanan dan perlindungan yang maksimal. SDB di rancang secara khusus dari bahan baja dan di letakkan di dalam ruangan yang aman serta tahan api untuk menjaga keamanan barang tersebut.Petugas Bank meminta Kaila untuk mengisi formulir dan mengisi data pribadi miliknya sesuai dengan identitas yang dia punya. Menandatangi surat penyewaan, membayar administrasi dan uang sewa serta uang jaminanan sesuai kebijakan yang berlaku. Setelah perjanjian sewa di sepakati petugas Bank kemudian menyerahkan kartu akses dan untuk memasuki ruang penyimpanan."Baik, ada lagi yang bisa saya bantu, Bu?" Tanya petugas Bank itu setelah menyerahkan kunci akses."Ada satu lagi, Mbak! Tolong bantu saya untuk memblokir semua kartu kredit dan debit milik suami saya Pak Andika Maulana, tolong blokir semua akun banknya tanpa ada yang tersisa." Pinta Kaila.Kaila kembali menjelaskan permasalahannya, dan memberitahu dari mana sumber dana yang di peroleh oleh suaminya serta memberikan mutasi rekening koran sebagai bukti aliran dana yang mengalir dan mengendap di akun Bank Andika."Baik, Bu. Ada lagi?" Tanya petugas Bank lagi."Sudah itu saja," jawab Kaila."Mohon di tunggu sebentar ya, Bu. Saya akan bantu proses.""Baik Mbak, terima kasih!" Sahut Kaila.Sambil menunggu proses permohonannya Kaila mengecek Gawainya, terdapat notifikasi pesan Watsaap dari Andika.[ Sayang, kamu baik-baik aja kan sama Luna? Tolong kamu jangan marah-marah, kasian anak yang di kandung Luna kalau dia setress. ] begitu pesan yang di kirimkan Andika pada Kaila.Kaila hanya membacanya dan tak berniat sama sekali untuk membalas. Terlihat senyum sinis terukir di bibirnya."Bahkan saat sedang bekerja kamu tetap saja menghawatirkan Gundik murahan itu. Tunggu saja, Mas! Pembalasan baru saja akan di mulai. Aku tidak akan membiarkan kamu menikmati uangku untuk menghidupi gundikmu itu lagi dan jabatan Direktur di perusahaan akan aku ambil alih." Batin Kaila sinis. "Kamu akan menjadi seorang Andika yang seperti dulu. Andika yang tak mempunyai apa-apa," Imbuhnya lagi.Bersambung!Sepulang dari Bank, Kaila memutuskan untuk langsung pulang kerumah. Namun sebelum itu ia mampir ke toko kue terlebih dahulu. Kaila membeli beberapa aneka macam kue kering dan kue manis sebagai camilannya nanti di rumah. Setelah membeli beberapa Roti dan kue kering Kaila langsung menuju rumah. Sore ini ia berencana akan pergi ketempat gym langganannya. Sudah lama sekali dia tidak pergi ketempat gym. Dulu sebelum menikah, Kaila selalu menyempatkan diri setiap minggu untuk berolahraga, namun setelah menikah ia tak pernah lagi melakukan aktivitas itu lagi. Pasalnya Andika selalu melarangnya untuk datang ketempat gym yang alasannya Kaila pun tak tahu. Kali ini dia akan melakukan apapun untuk menyenangkan dirinya. Setelah tiba di rumah, Kaila menangkap sosok Sang Mama mertua yang sedang duduk di sofa ruang tamu sedang menunggu dirinya. Mama Diana adalah Mertua Kaila ibu dari suaminya. Mukanya terlihat sangat judes menatap Kaila tak suka. Sejak awal menikah hingga sekarang Mama Diana tak pe
Sementara itu, di dalam kamar Luna tengah asyik menonton film drakor kesukaannya. Sayup-sayup berdebatan merasuki telinganya, namun perempuan hamil tersebut memilih tak menggubris dan melanjutkan tontonannya. Akan tetapi, Lama kelamaan suara gaduh Kaila dan juga Mama Diana semakin keras sehingga mengganggu konsentrasinya. Karena merasa penasaran Luna memutuskan keluar dari kamarnya untuk memeriksa apa yang sedang terjadi. "Siapa sih itu? Kenapa berisik banget! Mereka nggak tau kalau Nyonya lagi nonton drakor?" Gumam Luna sembari berjalan keluar kamar. Luna menyeringai licik saat tahu Mama mertua dan madunya itu sedang bertengkar. Melihat sang Mama tertuduk di lantai, Luna pun gegas menghampirinya. Perempuan hamil itu berpura-pura histeris melihat sang mertua yang terduduk di lantai sedangkan sang menantu satu lagi duduk di atas sofa dengan santainya."Mama!!!" Teriaknya pura-pura terkejut. Luna memegang kedua bahu sang Mama mertuanya itu untuk membantu berdiri lalu dia menduduk kan
Mama Diana membenarkan perkataan menantu barunya itu dan menambahkan cerita versinya. Wanita paruh baya tersebut memang sengaja tidak menceritakan kejadian yang sebenarnya, Mama Diana ingin memberi pelajaran pada Kaila, dan berharap Andika akan memarahi Kaila bahkan lebih. Entah kenapa hatinya bertambah kesal setelah mengetahui bahwa rumah yang selalu ia elu-elukan itu ternyata6 milik mendiang orang tua Kaila. Setelah Andika memarahi Kaila barulah nanti dia akan mengintrogasi putra keduanya itu. Andika di kuasai emosi, napasnya memburu seiring emosinya yang kian memuncak. Tanpa pikir panjang, dia bergegas menuju kamar Kaila untuk menemui dan meminta penjelasan istri pertamanya tersebut. Tok Tok Tok!!!"Kaila! Keluar kamu!" Teriaknya dengan suara yang nyaring. Kaila yang sengaja duduk di belakang pintu terkejut mendengar teriakan sang suami. Dengan perasaan bingung Kaila langsung berdiri dan lekas membuka pintu yang sengaja ia kunci dari dalam. BUGH!Baru saja pintu terbuka sebuah b
Andika sudah tidak tahu lagi harus berbuat apa, sekuat apapun dia berusaha untuk menutupi kebohongannya lambat laun pasti akan terbongkar juga. Terbukti, malam ini Kaila membongkar kebohongannya di hadapan orang tua dan istri keduanya itu tanpa perduli dengan perasaannya."Kamu apa-apaan sih, Kai! Jangan keterlaluan," geram Andika pada Kaila."Kenapa, Mas? Kamu takut kebohongan kamu terbongkar? Iya? Aku nggak perduli lagi, Mas!""Kebohongan apa, Mas?" Tanya Luna menaruh curiga pada suaminya itu. "Iya, Dik! Mama juga penasaran sebenarnya rumah ini milik siapa?" Ucap Mama Diana akhirnya. "Tadi siang istri kamu itu sudah menjelaskannya pada Mama. Tapi, tetap aja Mama masih ragu sebelum kamu sendiri yang mengatakannya." Mama Diana menatap tajam pada Putra keduanya. Andika menatap wajah Mama Diana, lalu kemudian dia menunduk mengisyaratkan bahwa apa yang Kaila katakan pada Mamanya itu adalah benar adanya. "Mas, Ma? Apa maksudnya, rumah ini milik kamu kan, Mas?" Tanya Luna pada sang mert
Selesai menunaikan solat Isya, Kaila kembali keluar dari kamarnya. Perutnya terasa lapar karena sejak tadi siang, ia belum ada makan apa-apa. Roti yang di beli tadi siang di ambil semua oleh sang Mama mertua tanpa menyisakan satu pun untuknya. Sejenak, perempuan berwajah cantik dengan rambut panjang yang sengaja ia urai itu menghela napas panjang saat melihat sang suami dan istri barunya sedang menyantap makan malam berdua. Keduanya kompak menatap ke arah Kaila. Mama Diana ternyata sudah pulang kerumahnya, ia berpesan pada Andika untuk membujuk Kaila agar tidak marah lagi dan meminta agar jabatan Direktur di perusahaan kembali di serahkan padanya. Kaila mencoba mengabaikan tatapan suami istri tersebut, ia terus melanjutkan melangkah kaki menuju meja makan, ia mengambil piring lalu menyendok nasi besertp.ka lauk pauknya setelah itu ia berlalu menuju ruang keluarga sambil membawa piring yang berisi nasi yang sudah ia ambil tadi. Kaila tak berniat makan semeja dan bergabung dengan Sang
Andika masih berusaha untuk mendapatkan simpati dan maaf dari istri pertamanya itu. Laki-laki itu tidak perduli dengan perasaan Luna yang sejak tadi menatap tajam kearahnya seolah-olah seperti ingin menerkam. Saat ini yang jadi prioritas Andika adalah membujuk Kaila agar tidak marah lagi, dan mendapat kepercayaannya lagi "Apa kamu sudah tidak mencintai Mas lagi, Kai?" Tanya Andika yang hatinya mulai cemas alias ketar ketir. "Aku mencintai kamu sampai malam itu, Mas! Sekarang cintaku sudah hilang ketika aku tahu kamu sudah menikah lagi.""Tapi Mas, sudah minta maaf untuk itu, Kai! Mas juga sudah mengaku bahwa Mas bersalah, Mas khilaf," ujar Andika dengan kepala menunduk. "Meskipun kamu meminta maaf seribu kali, aku tetap tidak bisa menerima semua perbuatan kamu itu. Aku mantap akan bercerai dengan kamu, Mas!" Seru Kaila mantap.Bagi Kaila, Perselingkuhan adalah kesalahan yang tidak bisa di maafkan. Karena perselingkuhan di lakukan dengan penuh kesadaran bukan karena ke khilafan sem
Setelah sampai di rumah, Kaila langsung menuju kamar mandi yang berada dekat dapur. dia ingin membasuh badannya yang basah oleh keringat. Tanpa Kaila duga ia harus berpapasan dengan perempuan pengahancur rumah tangganya, ia melewati Luna yang sedang menata sarapan untuk dirinya dan juga sang suami. Luna menatap tajam kearah Kaila. Jujur saja, dia merasa iri dengan Kakak madunya itu. Mendapat warisan yang banyak dari mendiang orang tuanya, tak perlu takut kehabisan uang, punya tempat tinggal yang mewah, dan punya perusahaan yang besar dan masih banyak lagi. "Kamu ini pengangguran kenapa sok sibuk sekali?" Tanya Luna setelah Kaila keluar dari kamar mandi.Kaila diam saja. Dia mengambil air putih dingin dari dalam kulkas, lalu meminumnya. "Suami nggak di siapin sarapan, malah sibuk keluyuran. Terus gunanya kamu sebagai istri, apa?" Cerocos Luna. Tadinya Kaila tidak ingin menanggapi, tetapi madunya itu mengoceh terus."Sudah ada Bi Imah yang membuatkan sarapan. Kamu nanya apa gunanya a
Siang harinya, Andika menepati janji untuk menemani Luna berbelanja keperluan bayi mereka. Sedikit berlebihan memang, usia kehamilan baru menginjak empat bulan sang istri sudah meminta membeli kebutuhan untuk bayi mereka nanti. Mau tak mau Andika harus menuruti permintaan istri keduanya itu, pamali jika tidak di turutin apalagi Luna mengaku bahwa itu adalah keinginin anaknya, bisa-bisa nanti anaknya ileran jika sang ibu mengidam namun tidak kesampaian. "Kamu mau belanja di mana, nih?" Tanya Andika kepada Luna setelah selesai bersiap. "Em,.. di Mall terdekat aja, Mas. Kalau kejauhan nanti aku kecapean, belum lagi nanti muter-muter cari kebutuhan aku dan calon anak kita." Jawab Luna sembari meraih tas mininya. "Ya udah, yuk! Keburu macet jalanan." Ajak Andika.Keduanya langsung menuju Mall tujuan mereka. Setibanya di sana Luna begitu antusias. Perempuan hamil itu berbelanja banyak sekali, mulai dari Tas Branded yang sudah lama di incar. Kemarin Andika lupa mentrasnfer uang pada Luna,
"Eh, Bu Sinta Bu Ratna! Ngapain kalian kesini, hah? kalian jangan ikut campur masalah keluarga saya!" Seru Bu Diana yang tidak terima kedua Ibu-ibu itu membantu Kaila. "Siapa yang ikut campur sih, Bu? Kami ini cuma lagi membantu tetangga kami yang di zolimi oleh mantan mertuanya! Masa iya, sebagai tetangga yang rukun, kami diam aja! Nggak bisa lah!" Balas Bu Ratna. "Terima kasih, Bu-ibu! Tapi, saya bisa kok, menyelesaikannya sendiri." Ucap Kaila tak enak jika tetangganya ikut-ikutan terserat dalam masalah pribadinya. "Tidak apa-apa, Mbak Kaila. Kita bantuin aja! Mantan mertua seperti Bu Diana ini emang pantas di serang sama warga supaya mulut nyinyirnya itu diam. Tidak ada malunya sama sekali, merasa paling benar dan paling segalanya. Rasanya pengen Ibu kasih sambal tu mulut," celetuk Bu Sinta. "Berani ya kamu sama saya, Bu Sinta!" Tantang Bu Diana."Loh, emangnya selama ini saya takut sama situ? Sama tukang nyinyir kok takut, aneh! Takut itu sama Allah, Bu!" Balas Bu Sinta. "Ibu
Pagi ini, wajah ceria Kaila kembali terlihat setelah dua bulan terakhir terlihat muram. Perempuan itu merasa lega perceraiannya dengan Andika berjalan mulus, kini saatnya dia menyambut hidup baru dan menatanya sebaik mungkin jangan sampai kesalahan yang dulu terulang kembali. Baru saja keluar pintu rumah, Andika sudah berdiri di samping mobilnya menunggu kedatangannya. Pagi-pagi sekali laki-laki itu sudah menyambangi rumah perempuan yang sudah menjadi istrinya tersebut. "Pagi, Kai!" Sapa Andika tersenyum manis."Mau ngapain kamu kesini?" "Jangan galak-galak, nanti ujung-ujungnya cinta. Kan, ribet! Kamu yang minta cerai, kamu juga yang minta balikan." Seringai Andika meledek. "Jangan halu!" "Siapa yang halu? Mas kan cuma bilang, memangnya kita tahu apa yang akan terjadi di masa depan? Enggak, kan? Bisa aja kita bersatu lagi, nggak ada yang tahu, Kai! Jika memang kita sudah di takdirkan untuk selalu bersama, sekuat apapun kita mencoba untuk berpisah pasti akan bersatu lagi.""Tidak
"Mama!" Pekik Andika dan Luna berbarengan. Keduanya tidak menyangka jika Bu Diana nekat mendorong Bu Nia sampai tersungkur ke lantai. "Kenapa?" Tantang Bu Diana. "Jangan kalian pikir, saya bakal diam aja di tuduh seperti itu! Terlebih kamu! Bu Besan! Hati-hati kalau ngomong!"Luna gegas membantu sang Ibu untuk berdiri. Dia menatap Bu Diana dengan tatapan tidak suka, begitu juga dengan Bu Nia. Terpancar kemarahan di sorot matanya, rahangnya sudah mulai mengeras. Harga dirinya jatuh seketika di perlakukan tidak hormat oleh besannya itu. Mau membalas, Bu Nia takut. "Kamu jangan keterlaluan, Bu Besan! Ini tu sudah termasuk kekerasan, saya bisa laporkan kamu kepolisi!" Bu Nia mengancam balik. "Eh, Bu Nia! Jangan kamu pikir saya tidak bisa melaporkan kamu juga. Siapa yang menuduh saya duluan tanpa bukti, hah? Siapa?" Tantang Bu Diana sambil berkacak pinggang. "Kalau situ mau lapor polisi, saya juga bisa melaporkan kalian berdua!""Dasar mertua gila!" Hardik Luna. Perempuan itu kesal sete
"Sudah seminggu Dika nggak kesini ya, Pa?" Seru Bu Diana pada suaminya. "Mungkin dia sibuk mengurusi Luna, Ma. Maklum saja, Luna kan habis keguguran pasti dia sangat membutuhkan Dika di saat-saat seperti itu.""Alah, emang anaknya aja yang manja pengennya di perhatiin terus. Seharusnya dia mikir juga dong, kalau Kakak kandungnya Dika juga di rawat di rumah sakit. Sudah sepatutnya sebagai Adik, Dika juga ikut menjaganya di sini, bukan malah mengurusi perempuan manja itu. Lagian Pa, Luna kan sudah di urus sama orang tuanya, pastinya Dika nggak ngapa-ngapain di sana. Selama Fatur di rawat Dika cuma pernah jengukin satu kali, Pa!" Omel Bu Diana. "Sudahlah, Ma. Bukannya, Sudah ada kita berdua yang menjaga Fatur di sini? Biarkan Dika dengan istrinya. Toh, kalau Dika di sini juga mau ngpain? Nggak ada, kan?" "Emang susah ngomong sama Papa!" Gerutu Bu Diana. "Benar kata Mama, Pa!" Timpal Fatur yang sudah mulai membaik. "Mama sama anak sama saja," ujar Pak Dani. Pak Dani hanya menggelen
PLAK!!!Andika mendapatkan sebuah tamparan di pipi kanannya ketika baru saja bertemu dengan Pak Jaya orang tua Kaila. Setelah Andika memberi kabar pada orang tua Luna, perempuan itu juga segera mengirim pesan pada orang tuanya. Dia menceritakan secara singkat apa yang sudah terjadi padanya, bagaimana dia bisa keguguran. Luna berharap orang tuanya dapat memberi pelajaran pada sang suami, karena biar bagaimana pun Luna saat ini membenci Andika. Manusia yang menyebabkan janinnya keguguran!"Apa yang sudah kamu perbuat pada anak saya, hah?" Bentak Pak Jaya pada menantunya itu. "Maaf, Pa! Dika nggak sengaja.""Tidak sengaja katamu? Tidak sengaja saja anak saya keguguran, itu artinya kalau kamu sengaja Luna bisa mati di tangan kamu, begitu?""B-bukan begitu, Pa! Dika benar-benar tidak sengaja. Saat itu, Dika dan Luna sedang berdebat. Entah bagaimana ceritanya Dika tidak sadar lalu mendorong Luna kesofa," jelas Andika. PLAK!"Kurang ajar! Berani sekali kamu mendorong anak saya, bahkan saya
"Mama jangan menuduh orang lain sembarangan," tegur Pak Dani pada sang istri setelah Dokter yang memeriksa Fatur pergi dari sana. "Siapa yang menuduh, Pa! Emang bener kok, Fatur sama Kaila lagi ada masalah. Fatur di pecat dari kerjaan dan mobilnya juga di sita, itu semua ulah siapa? Ulah mantan menantu kesayangan Papa itu, kan?" "Bukan berarti Kaila yang melakukan penganiayaan itu, Ma!" "Mama yakin 100 persen kalau itu ulah dia, Pa!" Ujar Bu Diana penuh keyakinan. "Jika memang benar, coba kasih tau Papa, apa alasan Kaila melakukan itu semua?" Tanya Pak Dani pada istrinya. "Ya,.... mana Mama tau alasannya apa!""Tuh, kan! Mama aja nggak bisa jawab. Itu berarti memang bukan dia pelakunya. Coba Mama fikir, buat apa Kaila membayar orang buat mukulin anak kita? Toh, kedudukannya lebih tinggi ketimbang anak kita. Dia pemilik perusahaan ternama, punya kehidupan yang berkecukupan, selama ini Papa juga mengenal dia sebagai anak yang baik budi pekertinya. Buat apa dia menganiaya Fatur? Ti
Tiba di Rumah sakit, Luna langsung di bawa keruang UGD untuk di periksa."Maaf, Pak! Yang boleh menemani hanya satu orang. Di harapkan selama dokter melakukan tindakan, pihak keluarga segera mengurus administrasi guna memperlancar semuanya." Ucap salah satu petugas rumah sakit di sana. "Baik, Sus! Tolong lakukan yang terbaik untuk istri dan anak saya." Pinta Andika."Tentu saja, Pak! Kami akan berusaha semaksimal mungkin untuk membantu istri, Bapak." Ujar petugas itu lagi, kemudia dia masuk kedalam ruangan. Andika dan Bu Diana masih tertinggal di luar. "Ma, Mama punya uang?" Tanya Dika. "Mama mana punya uang, Dika!" "Tabungan ada, Ma?" "Boro-boro punya tabungan, untuk kebutuhan sehari-hari aja kurang!" Jawab Bu Diana. "Kok nggak ada tabungan, Ma? Bukannya selama ini Dika selalu kasih uang lebih ke, Mama? Mama kemanain uangnya?" "Ya elah, Dika! Jangan sok polos begitu, uang yang selama ini kamu kasih ya buat kebutuhan Mama lah! Bayar arisan, ngumpul sama teman-teman, perawatan d
"Ibu sama Luna duduk dulu," kata Andika sambil membantu Bu Diana duduk di sofa ruang tamu. "Cepetan kasih tau Mama, apa maksud kamu ngomong begitu sama mantan istri kamu itu?" Tanya Bu Diana tak sabaran.Andika menghela napasnya. sungguh! Mamanya tidak sabaran. "Ma, Dika cuma mau mengambil hati Kaila, biar bagaimana pun Dika masih cinta sama dia. Dika butuh Kaila, Ma! Butuh sosoknya yang lemah lembut, selalu memberi suport jika Dika ada masalah, dan cuma dia perempuan yang bisa menerima keadaan keluarga kita yang sederhana ini, Ma!" Jelas Dika tanpa menoleh ke arah sang istri. "Cinta? cinta terus yang kamu omongin. Kalau kamu beneran cinta kenapa kamu selingkuh, Dika!" geram Bu Diana. "itu kan, Mama yang maksa supaya aku deketin anaknya Mama Nia." jawab Andika. "Kenapa kamu jadi nyalahin, Mama?""Loh, emang benar Mama yang salah, kan?" balas Andika tak mau kalah. "Ya sudah, kita lupain itu! sekarang coba jelasin, kenapa kamu mau mulangin Mama ke kampung? tega kamu sama orang tua
"Seperti yang Pak Wisnu dengar tadi, mantan ibu mertua saya ngotot agar anaknya mendapatkan harta gono-gini. Bagaimana menurut, Bapak?" Tanya Kaila ketika mereka sudah sampai di rumah. "Harta gono-gini wajib di bagi setelah kalian bercerai, baik yang sifatnya piutang maupun hutang. Dengan catatan, harta tersebut adalah harta bersama. Harta benda yang di kumpulkan atau di peroleh selama perkawinan," Jelas Pak Wisnu. "Nona, bisa memberitahu saya berapa jumlah atau dalam bentuk apa saja harta bersama yang kalian miliki selama dua tahun menikah. Nanti, akan saya hitung lebih dulu, kemudian baru di bagi dua." Imbuhnya lagi. Di tanya harta bersama oleh pengacaranya, Kaila malah tersenyum sungging. Apanya yang mau di bagi, sehelai baju pun Andika tak pernah membelikan apalagi yang lainnya. Meski memiliki suami, Kaila memenuhi kebutuhan pribadinya sendiri tanpa ada bantuan dari Andika. Saat itu, Kaila tidak mempermasalahkannya biar bagaimana pun Andika memiliki latar belakang keluarga biasa