Sekitar pukul sembilan pagi, Dustin sudah bersiap ke kantor. Sekilas melihat Elsa duduk di sofa ruang tamu sambil membaca majalah, Dustin mendekat memperhatikan sampai Elsa mengangkat kepalanya menatap Dustin.
"Kenapa?" tanya Elsa ketus.
"Kau tidak ingin mengantarkan aku untuk berangkat ke kantor?"
"Untuk apa aku melakukannya? Kalau kamu ingin berangkat, maka pergilah." sekali lagi Elsa berkata ketus.
Dustin menghela nafas panjang, Elsa pasti masih marah karena sebelumnya Dustin sudah mengkhianati perempuan itu. Sementara Dustin tidak tahu bagaimana cara untuk menaklukkan hati wanita, mengurung Elsa untuk tinggal bersama bukanlah cara yang tepat. Dustin tahu, cepat atau lambat, Elsa pasti akan bosan.
Tanpa mengatakan apapun,
Dustin terbangun dalam keadaan terikat, rasa sakit yang menusuk di tengkuknya membuatnya mengerang. Ruangan yang dingin dan kosong mengelilinginya, dan hanya keheningan yang menjadi teman di saat ini. Hingga tiba-tiba, air dari atas mengguyur tubuhnya hingga basah.Dustin memejamkan mata, membiarkan setiap tetes air membasahi wajahnya. Suasana sangat hening, namun Dustin sangat yakin kalau seseorang sedang memantau dirinya dari sebuah arah.Saat kondisinya terikat seperti ini, Dustin tak bisa menyeka air dari wajahnya. Kepalanya mendongak melihat kamera pengawas yang terpasang mengarah padanya, ternyata dugaan Dustin benar kalau ada yang memantau dari arah lain."Manusia pengecut apa yang melakukan tindakan seperti ini? Kalau kau berani melawanku secara langsung, tunjukkan dirimu di depanku." tantang Dustin.Dari seberang sana, Deon yang terprovokasi langsung berdiri. Namun, ia ditahan oleh seseorang. "Jangan mudah terpancing dengan ucapan saudaramu, bukankah kau ingin menyingkirkan Du
Sudah lewat tengah malam, tetapi Elsa masih terjaga. Dia duduk di sofa ruang tamu dengan perasaan yang tak dapat dijelaskan, campuran cemas dan khawatir yang terus menghantuinya. Malam semakin larut, dan Elsa memutuskan untuk keluar dari apartemen memastikan penjagaan. Namun, rupanya para penjaga masih ada di depan unit apartemen."Apa mereka tidak lelah berdiri di sana?" Elsa menutup pintu menahan kesal sekaligus kasihan pada para penjaga yang terus bergantian berdiri di depan unit apartemen Dustin.Pintu kembali terbuka, kali ini Dustin yang berjalan masuk. Elsa langsung menoleh, keduanya saling bertatapan dan Elsa melihat ada memar di wajah Dustin."Kamu belum tidur?" tanya Dustin sekedar basa basi."Ada apa dengan wajahmu?" Elsa langsung menimpali, tanpa menjawab per
Saat akhir pekan, Dustin menuju ke sebuah lapangan luas bersama Blenda. Di lapangan tersebut telah tersedia helikopter beserta seorang pilot, Blenda mengenakan kacamata saat menoleh ke arah Dustin."Aku ingin kamu belajar mengendarainya dengan benar, helikopter lumayan mahal. Jadi, awas saja kalau sampai kau meledakkannya." ujar Blenda.Dustin hanya melirik, tidak mengatakan apapun saat ia berjalan menghampiri seorang pilot saat mereka akan latihan untuk menerbangkan helikopter. "Kau yang akan menjadi penerusku suatu hari nanti Dustin, jadi aku harus memantaskan dirimu." batin Blenda, kini helikopter mulai mengudara dan angin dari baling-baling mulai berhembus sangat kuat.Setelah Dustin menerbangkan helikopter tersebut, Blenda pun memilih pergi. Sudah beberapa waktu terakhir sejak pernikahan Dustin dan Clara gagal, Blenda tidak pernah bertemu dengan Kellan. Lebih tepatnya, Blenda sedang menghindari pria itu.Namun, ada satu hal yang sangat ingin Blenda pastikan. Yaitu mengenai kondi
Langit sudah hampir gelap, Dustin baru saja selesai dengan latihan mengendarai helikopter. Pria itu berjalan ke sebuah tempat dimana Blenda ada di sana, Blenda menoleh menunggu Dustin mendekat."Aku melihat kau bisa dengan cepat mengendarai helikopter dengan baik, selanjutnya kamu perlu surat izin untuk mengendarainya secara bebas." Blenda berdiri, berjalan bersama Dustin menuju ke parkiran mobil. "Tadi aku datang menemui Elsa," lanjutnya.Dustin sempat berhenti, Blenda pun juga berhenti dan menyadari kalau Dustin tengah curiga padanya. "Kau tidak perlu cemas, aku tidak melakukan apapun padanya." kemudian masuk ke dalam mobil, Dustin juga masuk ke mobil yang sama dengan Blenda."Lantas apa tujuanmu datang menemui Elsa?""Untuk memastikan kondisinya, aku rasa kamu mencintai perempuan itu, kan?" tebak Blenda.Dustin menyandarkan bahu berusaha santai setelah cukup lama latihan menerbangkan helikopter, namun ia penasaran kalau tujuan Blenda hanya untuk melihat kondisi Elsa. Pasti ada sesua
Dustin sengaja mengikuti saran dari apa yang Blenda katakan untuk mengikuti Elsa, ternyata saran tersebut berhasil menunjukkan bukti yang tidak Dustin sangka. Padahal Blenda belum memastikan kebenarannya, namun wanita paruh baya itu bisa mengetahui bahwa Elsa benar-benar hamil.Mengetahui hal ini tentu saja membuat Dustin kaget, selama Elsa tinggal dengannya ia tidak tau kalau Elsa sedang hamil. Pertanyaan yang muncul di kepala Dustin adalah, apakah anak ini adalah anaknya?Dari raut wajah Elsa yang terlihat kaget saat mengetahui kebenaran ini, Dustin bisa menyimpulkan kalau anak itu adalah anaknya. Sekeras apapun Elsa mencoba merahasiakannya, Dustin pasti akan mengetahui hal itu."Dustin, apa yang kamu lakukan disini?" wajah Elsa yang kaget tak bisa disembunyikan, pria ini tidak mendengar pembicaraann
"Kali ini kamu akan membawaku kemana lagi? Pulau tempat kau dibesarkan itu?" Elsa masih tidak terima, kenapa sulit sekali pergi dari pria satu ini.Sulit bagi Elsa untuk tenang, hatinya kerap kali terbawa emosi saat Dustin keras kepala melawan kinginannya. Pria ini tidak akan mengerti tentang cinta, dari kecil hingga dewasa, kehidupan Dustin jauh dari kata cinta dan kasih sayang dari orang di sekitarnya.Setiap hari, Dustin hanya menerima layanan terbaik dari para pelayan. Dustin tidak tau seperti apa kerasnya memulai pekerjaan tanpa dukungan, Dustin tidak akan mengerti seperti apa indahnya cinta yang penuh kasih sayang.Pria ini, dia tidak akan tau seperti apa rasanya mendapatkan kasih sayang dengan tulus dari orang lain kalau sikap egoisnya separah ini. Elsa menarik nafas dalam-dalam, ia lelah berdebat dengan Dust
Setelah diam cukup lama, tentunya Elsa tidak mungkin menggugurkan bayi itu. Kelahirannya bukanlah sebuah dosa, bayi yang ada di perut Elsa sekarang adalah anugrah yang harus Elsa rawat dengan sepenuh hati. Tapi, mengapa syarat untuk menjaganya adalah dengan menikahi Dustin?Ini pilihan yang rumit bagi Elsa, ia merasa terpojok dan tak tau harus melangkah melewati jalur yang sama. Semuanya seperti jebakan, menikah dengan Dustin kemungkinan besar akan membuatnya terjebak dalam lingkaran keluarga Dawson yang mengerikan, tapi jika tidak menikah dengan Dustin maka bayinya akan diambil secara paksa.Elsa menghembuskan nafas berat, dadanya terasa sesak. Hanya memikirkan hal ini saja kepalanya terasa berdenyut, Elsa pun menghubungi Katrina dan ia baru sadar ponselnya kehabisan daya."Pantas saja aku tidak mende
Elsa duduk menatap Dustin tanpa merasa bersalah, saat ini Dustin tengah mengobati tangannya sendiri dari bekas gigitan Elsa. Sesekali pria itu melirik Elsa, bekas giginya membekas di lengan Dustin. Sangking kuatnya Elsa menggigit, bekas gigitannya sampai hampir mengeluarkan darah."Apa kau ingin berubah menjadi vampir?" cibir Dustin."Vampir akan menggigit di bagian leher," Elsa memalingkan wajah sambil melipat tangan di depan perut.Dustin menghembuskan nafas kasar, lalu mengobati lengannya lagi. Dalam waktu yang berdekatan, ia dijambak dan digigit seperti ini. Saat Dustin menatap Elsa, perempuan itu masih memalingkan wajah."Kau sengaja melakukan ini karena membenciku?" tanya Dustin.Kepala Elsa menoleh, ia melihat bekas gi
15 tahun kemudian.Seorang remaja berlari cepat keluar dari mobil, nyaris tersandung saat memasuki rumah. Nafasnya terengah, tapi wajahnya dipenuhi kegembiraan. Dustin, yang baru saja selesai menutup laptopnya setelah bekerja seharian, langsung tersentak melihat putranya datang tergesa-gesa."Jacob, ada apa?"Dengan bangga Jacob menunjukkan sertifikat berprestasi pada Dustin, "Kakek menyuruhku untuk menyelesaikan pendidikan tepat waktu, tapi aku bisa melakukannya dengan lebih cepat."Dustin memandang putranya dengan ekspresi bingung. "Maksudmu?""Aku lulus, aku menjadi mahasiswa termuda yang akan lulus tahun ini." teriak Jacob sangat bangga, belum sempat Dustin bereaksi, Jacob sudah berlari ke halaman belakang untuk memamerkannya pada Elsa.Terlihat remaja dua puluh tahun itu sangat antusias saat pamer prestasinya di depan Elsa, senyum Dustin menghiasi wajahnya. Dulu ia sempat berprasangka buruk dengan pilihan Kellan Dawson saat pria itu meminta agar mengutamakan pendidikan Jacob.Dan
Beberapa hari berlalu, dan Dustin akhirnya memberi tahu Elsa keputusan yang sudah ia buat. Mulai hari ini, mereka akan tinggal di New York tanpa batas waktu yang pasti. Kekhawatiran Dustin soal kesehatan Elsa, terutama kandungannya yang masih rentan, membuatnya merasa pulau itu terlalu jauh dari fasilitas medis yang memadai. Ia tidak ingin mengambil risiko.Namun hari ini, ketakutan Elsa yang selama ini membayangi akhirnya tiba. Kellan Dawson, pria yang selama ini menghantui pikirannya, berdiri di depan rumah. Sementara itu Elsa hanya di rumah dengan Jacob berdua, Dustin pergi tanpa memberi tahu tujuannya.Melihat sosok Kellan dari balik jendela saja membuat seluruh tubuh Elsa gemetar. Detak jantungnya berpacu, pikiran-pikiran buruk menyerbu benaknya. Apakah dia datang untuk memisahkanku dari Dustin lagi? Refleks, Elsa memeluk perutnya, seolah melindungi bayinya dari ancaman.Pintu terbuka, dan seketika atmosfer di dalam rumah berubah. Udara terasa lebih tebal, seolah setiap molekul di
Setelah menunggu dengan cemas, Elsa akhirnya membuka matanya. Dua belas jam ia tak sadarkan diri, dan begitu ia terbangun, rasa pusing langsung menyerang kepalanya, membuat dunia di sekitarnya seakan bergelombang. Dengan gerakan lemah, tangan Elsa menyentuh kepalanya, mencoba meredakan rasa sakit yang berdenyut di dalamnya.“Dustin,” desisnya pelan, nyaris tak terdengar.Dustin yang tertidur di kursi sebelahnya langsung terbangun. Kantuk masih terlihat jelas di wajahnya, namun kekhawatiran segera menggantikan saat ia melihat Elsa mulai bergerak.“Els, kamu sudah sadar? Apa kau baik-baik saja sekarang?” tanyanya cemas, suaranya penuh harap.Elsa menggeleng lemah. “Tidak... aku tidak baik-baik saja.” Suaranya serak, dan kepalanya masih terasa berat. “Di mana Jacob?” tanyanya, pikirannya langsung melayang pada anak mereka.“Dia bersama Deon,” jawab Dustin.Elsa sontak menatap Dustin, matanya menyiratkan kebingungan. Jacob? Dengan Deon? Pikiran Elsa berkecamuk, namun sebelum ia sempat melo
Perjalanan dari pulau menuju kota setidaknya membutuhkan waktu dua jam, selama dua jam dalam perjalanan itu keringat dingin membasahi tubuh Dustin. Di belakang, Jacob menangis di sebelah Elsa yang tidak sadarkan diri.Setelah menempuh perjalanan udara, helikopter berhenti di helipad gedung rumah sakit. Saat itu juga Dustin membopong tubuh Elsa yang lemas tidak berdaya, di belakangnya Jacob berlari mengikuti sambil menangis."Dokter, cepat selamatkan istriku!" teriak Dustin, raut wajah pucatnya menunjukkan kekhawatiran yang luar biasa. Karena terlalu cemas dengan kondisi Elsa, Dustin tidak sadar kalau dia kehilangan Jacob saat keluar dari lift.Pihak medis segera membawa Elsa ke ruangan, suasana semakin menegangkan bagi Dustin. Dia hanya berjalan kesana kemari dengan khawatir menunggu hasil pemeriksaan Elsa keluar. Dustin cemas, bagaimana kalau tindakannya kemarin yang kelewatan membuat Elsa jadi seperti ini?Sambil menyugar rambutnya frustasi, Dustin tak henti-hentinya berdoa agar Els
Rencana untuk memiliki anak kedua ternyata bukan candaan, dan untuk membuat keinginan tersebut menjadi nyata tentunya Elsa dan Dustin perlu melakukan tindakan yang lebih sering lagi berbagi kehangatan bersama. Sejak beberapa malam yang lalu, Dustin dan Elsa sepakat kalau mereka akan memberikan seorang adik untuk Jacob.Hari ini Elsa sedang melihat hasil fermentasi anggur dari kebun pribadi mereka, tiba-tiba saja Dustin datang dari belakang memeluk pinggang Elsa."Coba anggur ini, sepertinya ada yang salah dengan cara pembuatannya." Elsa memberikan percobaan pertama untuk Dustin, pria itu mencobanya lalu menggeleng."Tidak, memang seperti ini rasanya. Kita tidak bisa membuka botol anggur yang difermentasi kecuali jika ingin meminumnya, karena setelah dibuka maka rasa dari minuman anggur ini akan berbeda dalam hitungan jam." jawabnya.Elsa mengangguk mengerti, dia baru tau kalau dalam fermentasi wine dengan cara seperti ini. Di dalam ruangan bawah tanah itu, ada banyak sekali tong berisi
Musim demi musim terus berganti, tak terasa kini Jacob sudah berusia lima tahun. Keseharian yang selalu dilakukan Elsa dan Dustin selama lima tahun terakhir memang tidak banyak berubah, namun tentu saja kehidupan sederhana mereka sangatlah menyenangkan.Terik matahari tidak menghalangi Elsa untuk duduk bersantai, melihat Dustin dan putranya sedang bermain papan seluncur menerjang ombak yang bergelombang cukup tinggi pagi itu. Ditemani sebuah kacamata hitam, Elsa menikmati momen yang ia rasakan."Hidup tanpa internet ternyata tak seburuk yang kuduga," gumamnya, tersenyum pada keheningan di sekelilingnya.Dari kejauhan terlihat Jacob berlari menghampiri, di belakangnya Dustin mengikuti Jacob. Kedua lelaki itu seperti duplikat versi kecil dan besar, Jacob sangat mirip dengan Dustin kecuali rambutnya sedikit pirang seperti Elsa."Ibu, aku sudah bisa berselancar sendiri!" seru Jacob dengan gembira, matanya berkilauan penuh kebanggaan.Dustin tersenyum dan mengusap kepala putranya. "Kamu he
Setahun berlalu dengan cepat, dan selama satu tahun itu Dustin hanya sekali keluar pulau untuk melihat anak-anak panti asuhan dan juga perkembangan perusahaannya. Namun di hari yang sama juga, Dustin kembali ke pulau sehingga Kellan tak bisa melacak keberadaannya.Beberapa waktu terakhir adalah pergantian musim semi, sehingga udara lebih hangat dari biasanya. Banyak kelinci berkeliaran bebas, bahkan Jacob yang kini usianya lebih dari setahun sudah lincah berlarian mengejar beberapa kelinci yang ada di belakang rumah."Dustin!" panggil Elsa sambil menuruni tangga, namun ia hanya melihat Jacob yang bermain di temani oleh seorang pengasuh di luar. "Dimana Dustin?" tanya Elsa.Pengasuh Jacob menoleh, "Tuan ke arah sana membawa jaring, Nyonya." jawabnya sambil menunjuk sebuah arah.Elsa mendengus tipis, pasti Dustin pergi untuk mencari udang. Pria itu tidak pernah berubah, setiap ada waktu pasti akan mencari udang-udang liar itu. "Kamu jaga putraku," kata Elsa.Dengan langkah cepat, Elsa m
Tidak ada masalah, tidak ada pengganggu. Suasana tenang dalam kedamaian, bahkan untuk melakukan apapun di pulau itu bebas tanpa ada yang melarang. Dustin bisa mengekspresikan dirinya seperti apa adanya, tetap menjadi Dustin yang menginginkan kebebasan.Dan ternyata, kehidupan di pulau tersebut adalah kebebasan yang sebenarnya Dustin cari. Kehidupan di kota tak begitu menyenangkan seperti yang pernah Dustin bayangkan, justru kehidupan di kota sangatlah mengerikan, karena di sana Dustin tak bisa tenang menjalani hidupnya dengan Elsa.Tapi di pulau ini, apapun yang Dustin inginkan dengan Elsa bisa mereka lakukan bersama tanpa takut ancaman dari orang lain. Tidak ada yang akan terluka, tidak ada hati yang akan merasa terkhianati. Hanya ada kedamaian, rasa tenang dan kehidupan yang benar-benar santai.Musim panas masih berlangsung, Elsa duduk di tepi pantai melihat Dustin menerjang ombang dengan papan seluncur. Terlihat sangat mahir, pria itu juga terlihat semakin tampan dan eksotis saat ku
Setelah menempuh perjalanan dua hari dua malam melalui jalur laut yang cukup berbahaya, Dustin dan Elsa akhirnya tiba di pulau tempat tinggal Dustin sebelumnya pada pukul delapan pagi. Tidak ada yang berbeda dari tempat itu, setidaknya lebih dari setahun Elsa meninggalkan pulau sebelum kembali lagi.Elsa turun dari yacht, ia baru tau ada dermaga yang di bangun khusus untuk parkir kendaraan air berukuran besar itu. Dustin mengikuti Elsa setelah mengikat tali kapan dan menurunkan jangkar."Udara yang aku rindukan," ucap Dustin sambil merentangkan tangan."Jangan lupa bawa barang milik Jacob," tegur Elsa.Dustin berdecih lirih, tapi tetap menenteng tas yang berisi barang kebutuhan putranya. Mereka menuju ke rumah satu-satunya di tempat itu, sebelum masuk ke dalam rumah, langkah Elsa berhenti."Sepertinya ada yang aneh," ucapnya.Dustin tersenyum tipis, tanpa menjawab, dia mendahului Elsa masuk ke rumah. Dan benar saja, ada yang aneh. Rumah itu terlihat lebih baru dan terawat, halaman yan