"Kau pernah jatuh cinta?" tanya Dustin setelah hening beberapa saat.
"Tentu saja pernah," jawab Elsa.
Dustin berbaring di sebelah Elsa sambil melipat tangan sebagai bantal kepala. "Dan, apa kamu pernah berkorban untuk orang yang kamu cintai? Seberapa besar cinta yang kamu berikan pada orang itu?"
Elsa menghela nafas. "Entah bagaimana cara menjelaskannya, tapi dia awalnya penting untukku."
"Jadi maksudmu sekarang sudah tidak penting lagi? Aku tidak paham definisi cinta yang kamu katakan." ucap Dustin.
Elsa tertawa lirih. "Cinta yang ingin kamu ketahui, cinta untuk keluarga atau untuk pasangan?" tanyanya.
"Cinta masih ada bagian lain rupanya," kata Dustin yang tidak ta
Begitu pagi hari menyapa, Elsa bangun lebih awal. Dan untuk kali pertama dirinya melihat kamar Dustin saat cahaya masuk ke ruangan tersebut. Ternyata ruangan itu banyak sekali hiasan yang terbuat dari kerang."Kamar yang indah," gumam Elsa, dia bangun sambil menyingkirkan tangan Dustin yang memeluk pinggangnya.Sebelum beranjak pergi, Elsa menatap wajah Dustin yang masih tidur. Sekali lagi Elsa mengakui ketampanan Dustin, hanya saja Elsa tidak suka sisi mesum pria ini yang tak segan memaksa lawannya.Dengan perlahan, Elsa bangun. Ia melihat pemandangan kamar Dustin, pantas saja Dustin tidak pernah membiarkannya masuk ke kamar itu jika siang. Ternyata begitu banyak koleksi kerang yang sudah dikumpulkan untuk menjadi koleksi."Aku pikir dia memiliki hobi yang
"Kau yakin ini akan berhasil seperti bubuk sebelumnya?" tanya Marley saat Cali membuat racikan ramuan.Wanita itu menoleh. "Jangan remehkan kemampuan keluargaku dalam membuat ramuan, ini tidak akan gagal. Kita hanya perlu menghaluskannya agar bentuknya menjadi bubuk, nanti kamu tinggal taburkan saja di makanan mereka. Meskipun reaksinya lebih lama dari bubuk sebelumnya, tapi bubuk ini juga tidak akan mengecewakan." jawab Cali.Marley sepenuhnya mempercayakan hal itu. Setelah Cali selesai menjadikan dedaunan yang mereka dapatkan menjadi bubuk, Cali menyerahkan pada Marley."Kini bagianmu untuk menaburkannya." katanya, Marley mengangguk dan segera menuju ke rumah.Kebetulan saat dia pulang, Elsa sedang ada di dapur membuat makanan. Marley pura-pura mendekat untuk melakukan
Setelah kejadian malam itu, Elsa jadi membenci Marley dan pelayan lainnya. Elsa tak lagi bisa mempercayai mereka, justru mereka yang membuatnya sulit untuk hidup di pulau.Setelah menunggu cukup lama, hari yang ditunggu tiba. Elsa dan Dustin sudah mempersiapkan rencana kali ini sebaik mungkin. Detak jantung Elsa berdegup kencang, hari ini adalah penentu apakah mereka akan bebas atau tidak."Kamu yakin bisa mengendarai helikopter?" tanya Elsa memastikan.Dustin membuka gorden jendela melihat ke arah helipad. "Aku ragu, tapi aku akan melakukannya sebisa mungkin." jawabnya.Tidak berselang lama, suara helikopter terdengar dari kejauhan. Dustin menutup tirai jendela kemudian berbalik menghampiri Elsa yang masih ada di kamar tersebut.
Suara ledakan terdengar setelah Dustin dan Elsa pergi jauh, mereka melihat helikopter yang mereka gunakan tadi jatuh ke pinggir pantai. Kini banyak orang yang terkejut dengan suara ledakan tersebut keluar dari rumah mereka."Ayo pergi," Dustin menarik tangan Elsa kembali agar mereka segera menjauh dari sana.Di tepi jalan, Elsa mengulurkan tangan tinggi memberhentikan sebuah mobil yang lewat. Mereka menumpang ke mobil tersebut hingga ke pinggir kota asing, Dustin tidak tau posisi mereka ada dimana sekarang."Berapa jauh tempat ini dari New York?" tanya Dustin.Elsa melihat kanan kiri, dia juga tidak tau sedang ada di mana. "Sementara kita jangan pergi ke New York, kita cari tempat persembunyian lebih dulu agar mereka tidak menemukan kita." saran Elsa.Kedua orang itu mengambil jalan yang lebih jauh, mereka tidak tau arah jalan. Tapi mereka menemukan sebuah danau di sana bernama Lake Como. Elsa pernah melihat tempat itu sebelumnya, tapi tidak pernah datang secara langsung."Kita sangat
"Kau mau kemana?" tanya Dustin melihat Elsa yang siap keluar."Aku ingin bertemu saudaraku, kita sudah tiga hari keluar dari pulau." Elsa mengenakan tas kemudian mengantongi sejumlah uang sebelum menatap Dustin. "Kita tidak bisa terus bersembunyi, harus ada keadilan untuk melawan mereka." lanjutnya.Dustin menaikkan satu alisnya. "Kalau begitu kita pergi bersama, tapi tujuan kita kemana?""New York." jawab Elsa.Mereka bergegas pergi menuju New York. Namun ketika tiba di kota, Elsa sempat berhenti untuk membeli ponsel agar memudahkannya menghubungi Katrina. Elsa juga turut membelikan ponsel untuk Dustin walaupun pria itu awalnya tidak tau cara menggunakan benda tersebut."Halo, Katrina." ucap Elsa begitu dia berhasil mengingat nomor Katrina.Namun sial, suara di seberang panggilan ada suara laki-laki yang sudah pasti itu adalah Emilio."Katrina sedang bermain dengan putrinya, kau siapa?" tanya Emilio.Tanpa menjawab, Elsa langsung mematikan panggilan dan bergegas pergi. Tapi sekali lag
Perjalanan yang cukup lama akhirnya membuahkan hasil, Elsa dan Dustin tiba di New York setelah banyak yang harus mereka lewati. Salah satunya menghindari para anak buah yang keluarga Dawson turunkan.Kabar mengenai pertunangan Deon dan Clara sudah diumumkan dan itu akan dilakukan besok.Hal gila yang Dustin sarankan untuk Elsa lakukan sangat mencengangkan. Pria itu akan berpura-pura menjadi Deon dan datang ke perusahaan Dawson. Itu tindakan berbahaya, tapi ini adalah salah satu cara Dustin untuk memastikan apakah yang Elsa katakan benar atau tidak tentang saudara kembar Dustin."Kau yakin ini akan berhasil? Kalau sampai dirimu ketahuan, kita bisa dalam bahaya." ucap Elsa.Dustin menoleh sambil menunjukkan penampilan rapi mengenakan jas hitam dan sebuah dasi. "Menur
Beberapa hari sebelumnya.Elsa sedang memesan sebuah kamar hotel meninggalkan Dustin di luar, tanpa mereka sangka kalau anak buah yang Blenda sebarkan berhasil menemukan Dustin. Sempat terjadi pemberontakan hingga salah satu anak buah Blenda berkata."Kami tidak akan menyakitimu, Sir. Kami hanya diperintah untuk membawa Anda menemui Nyonya.""Siapa dia? Kalian pasti akan membawaku ke pulau itu lagi." tebak Dustin.Namun pria di depannya menggeleng. "Ada hal besar yang hanya Anda dan Nyonya perlu bicarakan, sebagai salah satu pewaris keluarga Dawson maka Anda harus kembali pada mereka.""Sebagai budak?" Dustin kembali menebak."Sebagai pengganti saudara Anda," jawab pria di depan D
"Ini aneh, kenapa tidak ada yang mencariku sampai sekarang? Apa mereka tidak sadar kalau aku yang akan bertunangan hari ini tidak datang?" gumam Deon.Elsa yang ada di ruangan sebelah menoleh, melihat wajah panik Deon yang tidak tenang sejak tadi. Tiba-tiba saja Deon berhenti, lalu menatapnya dengan sorot mata tajam hingga Elsa menjadi canggung."Sepertinya aku pernah melihatmu sebelumnya, ah, aku ingat. Kau pernah bekerja di perusahaan Dawson." ujar Deon. Elsa menghela nafas, ia semakin di buat tidak nyaman karena Deon tampak mengintimidasinya. "Aku sampai tidak tau ada orang lain di ruangan ini, tapi kenapa kau juga di sekap oleh mereka?"Elsa menoleh dengan malas. "Aku tidak tau, mereka menculikku tanpa alasan. Sepertinya diriku telah dikhianati oleh seseorang," jawab Elsa.