Elsa masih penasaran dengan sosok wanita yang menemuinya waktu itu. Dia siapa dan kenapa wanita itu seolah mengetahui kehidupan Dustin akan seperti apa jika Dustin kembali ke kota membawa keturunannya.
"Tidak ada yang bisa menjawab pertanyaanku disini, tapi aku yakin sekali kalau Marley mengetahui sesuatu." gumam Elsa.
Sayangnya satu-satunya orang yang mengetahui jawabannya tidak ingin buka suara. Elsa menghembuskan nafas dalam sambil membaringkan tubuhnya, langit sudah gelap dan seharian ini dirinya sudah terlalu banyak berpikir.
Matanya terpejam, dengan mudahnya Elsa terlelap dalam mimpi. Namun baru satu jam Elsa tertidur, perempuan itu kembali terbangun karena rasa haus yang tiba-tiba. Dan sialnya, persediaan minum sudah habis.
Langit tampak cerah, terlihat beberapa jenis kupu-kupu mulai terbang di taman menyapa bunga yang baru mekar. Elsa melihat Dustin dari kejauhan, pria itu terlihat tengah olahraga.Waktu yang mereka butuhkan sampai helikopter membawa persediaan makanan tiba adalah lima hari lagi. Persiapan harus Dustin dan Elsa siapkan, mereka pasti akan menghadapi tiga bodyguard yang kemampuan bela dirinya sangat kuat.Elsa mendekati Dustin, beberapa hari terakhir hubungannya dengan pria itu mulai membaik. Tidak ada hubungan yang membuat Elsa merasa tertekan, Dustin juga tidak begitu sering menyentuhnya seperti dulu."Kau butuh minum?" Elsa menyerahkan sebotol minuman yang dia buat dari buah berry yang di haluskan.Dustin mendekat, pria itu menyeka keringat di wajah dengan baju kaosnya. T
Tidak ada ayam, daging sapi atau yang lainnya. Pasokan makanan yang berupa daging sudah habis karena pihak yang datang dari kota tidak pernah membawa banyak stok daging karena tidak akan bertahan lama di pulau.Setelah memutar otak bagaimana cara menyiasati keinginan Dustin. Jadilah Elsa memilih untuk menangkap salah satu kelinci yang ada di penangkaran, saat tinggal disana, Elsa sempat melihat kalau ada banyak kelinci mereka pelihara."Kau yakin hewan bertelinga panjang ini bisa dimakan?" tanya Dustin, tatapan pria itu menunjukkan ketidakyakinan kalau Kelinci bisa dimakan.Elsa menoleh. "Lihat dan coca saja nanti." jawabnya sambil tersenyum.Tidak ada daging ayah dan sapi, pada akhirnya Elsa memilih satu kelinci untuk dimasak. Sesekali ia melihat wajah Dustin, tampaknya pria ini belum pernah makan daging kelinci sebelumnya."Padahal kelinci di pulau ini lumayan banyak," gumam Elsa.Selesai membalurkan bumbu pada seekor kelinci yang sudah dibersihkan, Elsa membawa keluar karena mereka
"Kau pernah jatuh cinta?" tanya Dustin setelah hening beberapa saat."Tentu saja pernah," jawab Elsa.Dustin berbaring di sebelah Elsa sambil melipat tangan sebagai bantal kepala. "Dan, apa kamu pernah berkorban untuk orang yang kamu cintai? Seberapa besar cinta yang kamu berikan pada orang itu?"Elsa menghela nafas. "Entah bagaimana cara menjelaskannya, tapi dia awalnya penting untukku.""Jadi maksudmu sekarang sudah tidak penting lagi? Aku tidak paham definisi cinta yang kamu katakan." ucap Dustin.Elsa tertawa lirih. "Cinta yang ingin kamu ketahui, cinta untuk keluarga atau untuk pasangan?" tanyanya."Cinta masih ada bagian lain rupanya," kata Dustin yang tidak ta
Begitu pagi hari menyapa, Elsa bangun lebih awal. Dan untuk kali pertama dirinya melihat kamar Dustin saat cahaya masuk ke ruangan tersebut. Ternyata ruangan itu banyak sekali hiasan yang terbuat dari kerang."Kamar yang indah," gumam Elsa, dia bangun sambil menyingkirkan tangan Dustin yang memeluk pinggangnya.Sebelum beranjak pergi, Elsa menatap wajah Dustin yang masih tidur. Sekali lagi Elsa mengakui ketampanan Dustin, hanya saja Elsa tidak suka sisi mesum pria ini yang tak segan memaksa lawannya.Dengan perlahan, Elsa bangun. Ia melihat pemandangan kamar Dustin, pantas saja Dustin tidak pernah membiarkannya masuk ke kamar itu jika siang. Ternyata begitu banyak koleksi kerang yang sudah dikumpulkan untuk menjadi koleksi."Aku pikir dia memiliki hobi yang
"Kau yakin ini akan berhasil seperti bubuk sebelumnya?" tanya Marley saat Cali membuat racikan ramuan.Wanita itu menoleh. "Jangan remehkan kemampuan keluargaku dalam membuat ramuan, ini tidak akan gagal. Kita hanya perlu menghaluskannya agar bentuknya menjadi bubuk, nanti kamu tinggal taburkan saja di makanan mereka. Meskipun reaksinya lebih lama dari bubuk sebelumnya, tapi bubuk ini juga tidak akan mengecewakan." jawab Cali.Marley sepenuhnya mempercayakan hal itu. Setelah Cali selesai menjadikan dedaunan yang mereka dapatkan menjadi bubuk, Cali menyerahkan pada Marley."Kini bagianmu untuk menaburkannya." katanya, Marley mengangguk dan segera menuju ke rumah.Kebetulan saat dia pulang, Elsa sedang ada di dapur membuat makanan. Marley pura-pura mendekat untuk melakukan
Setelah kejadian malam itu, Elsa jadi membenci Marley dan pelayan lainnya. Elsa tak lagi bisa mempercayai mereka, justru mereka yang membuatnya sulit untuk hidup di pulau.Setelah menunggu cukup lama, hari yang ditunggu tiba. Elsa dan Dustin sudah mempersiapkan rencana kali ini sebaik mungkin. Detak jantung Elsa berdegup kencang, hari ini adalah penentu apakah mereka akan bebas atau tidak."Kamu yakin bisa mengendarai helikopter?" tanya Elsa memastikan.Dustin membuka gorden jendela melihat ke arah helipad. "Aku ragu, tapi aku akan melakukannya sebisa mungkin." jawabnya.Tidak berselang lama, suara helikopter terdengar dari kejauhan. Dustin menutup tirai jendela kemudian berbalik menghampiri Elsa yang masih ada di kamar tersebut.
Suara ledakan terdengar setelah Dustin dan Elsa pergi jauh, mereka melihat helikopter yang mereka gunakan tadi jatuh ke pinggir pantai. Kini banyak orang yang terkejut dengan suara ledakan tersebut keluar dari rumah mereka."Ayo pergi," Dustin menarik tangan Elsa kembali agar mereka segera menjauh dari sana.Di tepi jalan, Elsa mengulurkan tangan tinggi memberhentikan sebuah mobil yang lewat. Mereka menumpang ke mobil tersebut hingga ke pinggir kota asing, Dustin tidak tau posisi mereka ada dimana sekarang."Berapa jauh tempat ini dari New York?" tanya Dustin.Elsa melihat kanan kiri, dia juga tidak tau sedang ada di mana. "Sementara kita jangan pergi ke New York, kita cari tempat persembunyian lebih dulu agar mereka tidak menemukan kita." saran Elsa.Kedua orang itu mengambil jalan yang lebih jauh, mereka tidak tau arah jalan. Tapi mereka menemukan sebuah danau di sana bernama Lake Como. Elsa pernah melihat tempat itu sebelumnya, tapi tidak pernah datang secara langsung."Kita sangat
"Kau mau kemana?" tanya Dustin melihat Elsa yang siap keluar."Aku ingin bertemu saudaraku, kita sudah tiga hari keluar dari pulau." Elsa mengenakan tas kemudian mengantongi sejumlah uang sebelum menatap Dustin. "Kita tidak bisa terus bersembunyi, harus ada keadilan untuk melawan mereka." lanjutnya.Dustin menaikkan satu alisnya. "Kalau begitu kita pergi bersama, tapi tujuan kita kemana?""New York." jawab Elsa.Mereka bergegas pergi menuju New York. Namun ketika tiba di kota, Elsa sempat berhenti untuk membeli ponsel agar memudahkannya menghubungi Katrina. Elsa juga turut membelikan ponsel untuk Dustin walaupun pria itu awalnya tidak tau cara menggunakan benda tersebut."Halo, Katrina." ucap Elsa begitu dia berhasil mengingat nomor Katrina.Namun sial, suara di seberang panggilan ada suara laki-laki yang sudah pasti itu adalah Emilio."Katrina sedang bermain dengan putrinya, kau siapa?" tanya Emilio.Tanpa menjawab, Elsa langsung mematikan panggilan dan bergegas pergi. Tapi sekali lag