Jantung Elsa sudah berdebar tidak karuan seiring Dustin mendekatinya, pikirannya kemana mana kalau pria ini akan melakukan hubungan dewasa di ruang buku. Saat tangan Dustin terangkat, spontan Elsa memejamkan matanya.
Tapi Elsa tidak merasakan apapun hingga ia melihat Dustin sudah kembali ke meja untuk melanjutkan membaca buku.
"Kembalilah ke kamarmu, jangan menggangguku." suaranya mendadak menjadi dingin.
Tanpa pikir panjang, Elsa meraih lilin yang dia bawa tadi menuju kamarnya kembali. Kali ini ia sebaiknya menurut atau besok pagi kakinya tidak akan bisa jalan karena ulah pria satu itu.
Begitu langit sudah cerah, tidur nyenyak yang tidak mendapat gangguan adalah hari yang istimewa. Elsa segera mengganti bajunya, membasuh muka kemudian turun ke bawa untuk membuat sarapan
Elsa masih penasaran dengan sosok wanita yang menemuinya waktu itu. Dia siapa dan kenapa wanita itu seolah mengetahui kehidupan Dustin akan seperti apa jika Dustin kembali ke kota membawa keturunannya."Tidak ada yang bisa menjawab pertanyaanku disini, tapi aku yakin sekali kalau Marley mengetahui sesuatu." gumam Elsa.Sayangnya satu-satunya orang yang mengetahui jawabannya tidak ingin buka suara. Elsa menghembuskan nafas dalam sambil membaringkan tubuhnya, langit sudah gelap dan seharian ini dirinya sudah terlalu banyak berpikir.Matanya terpejam, dengan mudahnya Elsa terlelap dalam mimpi. Namun baru satu jam Elsa tertidur, perempuan itu kembali terbangun karena rasa haus yang tiba-tiba. Dan sialnya, persediaan minum sudah habis.
Langit tampak cerah, terlihat beberapa jenis kupu-kupu mulai terbang di taman menyapa bunga yang baru mekar. Elsa melihat Dustin dari kejauhan, pria itu terlihat tengah olahraga.Waktu yang mereka butuhkan sampai helikopter membawa persediaan makanan tiba adalah lima hari lagi. Persiapan harus Dustin dan Elsa siapkan, mereka pasti akan menghadapi tiga bodyguard yang kemampuan bela dirinya sangat kuat.Elsa mendekati Dustin, beberapa hari terakhir hubungannya dengan pria itu mulai membaik. Tidak ada hubungan yang membuat Elsa merasa tertekan, Dustin juga tidak begitu sering menyentuhnya seperti dulu."Kau butuh minum?" Elsa menyerahkan sebotol minuman yang dia buat dari buah berry yang di haluskan.Dustin mendekat, pria itu menyeka keringat di wajah dengan baju kaosnya. T
Tidak ada ayam, daging sapi atau yang lainnya. Pasokan makanan yang berupa daging sudah habis karena pihak yang datang dari kota tidak pernah membawa banyak stok daging karena tidak akan bertahan lama di pulau.Setelah memutar otak bagaimana cara menyiasati keinginan Dustin. Jadilah Elsa memilih untuk menangkap salah satu kelinci yang ada di penangkaran, saat tinggal disana, Elsa sempat melihat kalau ada banyak kelinci mereka pelihara."Kau yakin hewan bertelinga panjang ini bisa dimakan?" tanya Dustin, tatapan pria itu menunjukkan ketidakyakinan kalau Kelinci bisa dimakan.Elsa menoleh. "Lihat dan coca saja nanti." jawabnya sambil tersenyum.Tidak ada daging ayah dan sapi, pada akhirnya Elsa memilih satu kelinci untuk dimasak. Sesekali ia melihat wajah Dustin, tampaknya pria ini belum pernah makan daging kelinci sebelumnya."Padahal kelinci di pulau ini lumayan banyak," gumam Elsa.Selesai membalurkan bumbu pada seekor kelinci yang sudah dibersihkan, Elsa membawa keluar karena mereka
"Kau pernah jatuh cinta?" tanya Dustin setelah hening beberapa saat."Tentu saja pernah," jawab Elsa.Dustin berbaring di sebelah Elsa sambil melipat tangan sebagai bantal kepala. "Dan, apa kamu pernah berkorban untuk orang yang kamu cintai? Seberapa besar cinta yang kamu berikan pada orang itu?"Elsa menghela nafas. "Entah bagaimana cara menjelaskannya, tapi dia awalnya penting untukku.""Jadi maksudmu sekarang sudah tidak penting lagi? Aku tidak paham definisi cinta yang kamu katakan." ucap Dustin.Elsa tertawa lirih. "Cinta yang ingin kamu ketahui, cinta untuk keluarga atau untuk pasangan?" tanyanya."Cinta masih ada bagian lain rupanya," kata Dustin yang tidak ta
Begitu pagi hari menyapa, Elsa bangun lebih awal. Dan untuk kali pertama dirinya melihat kamar Dustin saat cahaya masuk ke ruangan tersebut. Ternyata ruangan itu banyak sekali hiasan yang terbuat dari kerang."Kamar yang indah," gumam Elsa, dia bangun sambil menyingkirkan tangan Dustin yang memeluk pinggangnya.Sebelum beranjak pergi, Elsa menatap wajah Dustin yang masih tidur. Sekali lagi Elsa mengakui ketampanan Dustin, hanya saja Elsa tidak suka sisi mesum pria ini yang tak segan memaksa lawannya.Dengan perlahan, Elsa bangun. Ia melihat pemandangan kamar Dustin, pantas saja Dustin tidak pernah membiarkannya masuk ke kamar itu jika siang. Ternyata begitu banyak koleksi kerang yang sudah dikumpulkan untuk menjadi koleksi."Aku pikir dia memiliki hobi yang
"Kau yakin ini akan berhasil seperti bubuk sebelumnya?" tanya Marley saat Cali membuat racikan ramuan.Wanita itu menoleh. "Jangan remehkan kemampuan keluargaku dalam membuat ramuan, ini tidak akan gagal. Kita hanya perlu menghaluskannya agar bentuknya menjadi bubuk, nanti kamu tinggal taburkan saja di makanan mereka. Meskipun reaksinya lebih lama dari bubuk sebelumnya, tapi bubuk ini juga tidak akan mengecewakan." jawab Cali.Marley sepenuhnya mempercayakan hal itu. Setelah Cali selesai menjadikan dedaunan yang mereka dapatkan menjadi bubuk, Cali menyerahkan pada Marley."Kini bagianmu untuk menaburkannya." katanya, Marley mengangguk dan segera menuju ke rumah.Kebetulan saat dia pulang, Elsa sedang ada di dapur membuat makanan. Marley pura-pura mendekat untuk melakukan rencananya, saat Elsa menyajikan makanan di meja untuk memanggil Dustin. Itu kesempatan Marley menaburkan bubuk ke atas makanan lalu pergi.Ia mengamati dari kejauhan, Dustin dan Elsa menyantap makanan bersama dan mere
Setelah kejadian malam itu, Elsa jadi membenci Marley dan pelayan lainnya. Elsa tak lagi bisa mempercayai mereka, justru mereka yang membuatnya sulit untuk hidup di pulau.Setelah menunggu cukup lama, hari yang ditunggu tiba. Elsa dan Dustin sudah mempersiapkan rencana kali ini sebaik mungkin. Detak jantung Elsa berdegup kencang, hari ini adalah penentu apakah mereka akan bebas atau tidak."Kamu yakin bisa mengendarai helikopter?" tanya Elsa memastikan.Dustin membuka gorden jendela melihat ke arah helipad. "Aku ragu, tapi aku akan melakukannya sebisa mungkin." jawabnya.Tidak berselang lama, suara helikopter terdengar dari kejauhan. Dustin menutup tirai jendela kemudian berbalik menghampiri Elsa yang masih ada di kamar tersebut.
Suara ledakan terdengar setelah Dustin dan Elsa pergi jauh, mereka melihat helikopter yang mereka gunakan tadi jatuh ke pinggir pantai. Kini banyak orang yang terkejut dengan suara ledakan tersebut keluar dari rumah mereka."Ayo pergi," Dustin menarik tangan Elsa kembali agar mereka segera menjauh dari sana.Di tepi jalan, Elsa mengulurkan tangan tinggi memberhentikan sebuah mobil yang lewat. Mereka menumpang ke mobil tersebut hingga ke pinggir kota asing, Dustin tidak tau posisi mereka ada dimana sekarang."Berapa jauh tempat ini dari New York?" tanya Dustin.Elsa melihat kanan kiri, dia juga tidak tau sedang ada di mana. "Sementara kita jangan pergi ke New York, kita cari tempat persembunyian lebih dulu agar mereka tidak menemukan kita." saran Elsa.Kedua orang itu mengambil jalan yang lebih jauh, mereka tidak tau arah jalan. Tapi mereka menemukan sebuah danau di sana bernama Lake Como. Elsa pernah melihat tempat itu sebelumnya, tapi tidak pernah datang secara langsung."Kita sangat
15 tahun kemudian.Seorang remaja berlari cepat keluar dari mobil, nyaris tersandung saat memasuki rumah. Nafasnya terengah, tapi wajahnya dipenuhi kegembiraan. Dustin, yang baru saja selesai menutup laptopnya setelah bekerja seharian, langsung tersentak melihat putranya datang tergesa-gesa."Jacob, ada apa?"Dengan bangga Jacob menunjukkan sertifikat berprestasi pada Dustin, "Kakek menyuruhku untuk menyelesaikan pendidikan tepat waktu, tapi aku bisa melakukannya dengan lebih cepat."Dustin memandang putranya dengan ekspresi bingung. "Maksudmu?""Aku lulus, aku menjadi mahasiswa termuda yang akan lulus tahun ini." teriak Jacob sangat bangga, belum sempat Dustin bereaksi, Jacob sudah berlari ke halaman belakang untuk memamerkannya pada Elsa.Terlihat remaja dua puluh tahun itu sangat antusias saat pamer prestasinya di depan Elsa, senyum Dustin menghiasi wajahnya. Dulu ia sempat berprasangka buruk dengan pilihan Kellan Dawson saat pria itu meminta agar mengutamakan pendidikan Jacob.Dan
Beberapa hari berlalu, dan Dustin akhirnya memberi tahu Elsa keputusan yang sudah ia buat. Mulai hari ini, mereka akan tinggal di New York tanpa batas waktu yang pasti. Kekhawatiran Dustin soal kesehatan Elsa, terutama kandungannya yang masih rentan, membuatnya merasa pulau itu terlalu jauh dari fasilitas medis yang memadai. Ia tidak ingin mengambil risiko.Namun hari ini, ketakutan Elsa yang selama ini membayangi akhirnya tiba. Kellan Dawson, pria yang selama ini menghantui pikirannya, berdiri di depan rumah. Sementara itu Elsa hanya di rumah dengan Jacob berdua, Dustin pergi tanpa memberi tahu tujuannya.Melihat sosok Kellan dari balik jendela saja membuat seluruh tubuh Elsa gemetar. Detak jantungnya berpacu, pikiran-pikiran buruk menyerbu benaknya. Apakah dia datang untuk memisahkanku dari Dustin lagi? Refleks, Elsa memeluk perutnya, seolah melindungi bayinya dari ancaman.Pintu terbuka, dan seketika atmosfer di dalam rumah berubah. Udara terasa lebih tebal, seolah setiap molekul di
Setelah menunggu dengan cemas, Elsa akhirnya membuka matanya. Dua belas jam ia tak sadarkan diri, dan begitu ia terbangun, rasa pusing langsung menyerang kepalanya, membuat dunia di sekitarnya seakan bergelombang. Dengan gerakan lemah, tangan Elsa menyentuh kepalanya, mencoba meredakan rasa sakit yang berdenyut di dalamnya.“Dustin,” desisnya pelan, nyaris tak terdengar.Dustin yang tertidur di kursi sebelahnya langsung terbangun. Kantuk masih terlihat jelas di wajahnya, namun kekhawatiran segera menggantikan saat ia melihat Elsa mulai bergerak.“Els, kamu sudah sadar? Apa kau baik-baik saja sekarang?” tanyanya cemas, suaranya penuh harap.Elsa menggeleng lemah. “Tidak... aku tidak baik-baik saja.” Suaranya serak, dan kepalanya masih terasa berat. “Di mana Jacob?” tanyanya, pikirannya langsung melayang pada anak mereka.“Dia bersama Deon,” jawab Dustin.Elsa sontak menatap Dustin, matanya menyiratkan kebingungan. Jacob? Dengan Deon? Pikiran Elsa berkecamuk, namun sebelum ia sempat melo
Perjalanan dari pulau menuju kota setidaknya membutuhkan waktu dua jam, selama dua jam dalam perjalanan itu keringat dingin membasahi tubuh Dustin. Di belakang, Jacob menangis di sebelah Elsa yang tidak sadarkan diri.Setelah menempuh perjalanan udara, helikopter berhenti di helipad gedung rumah sakit. Saat itu juga Dustin membopong tubuh Elsa yang lemas tidak berdaya, di belakangnya Jacob berlari mengikuti sambil menangis."Dokter, cepat selamatkan istriku!" teriak Dustin, raut wajah pucatnya menunjukkan kekhawatiran yang luar biasa. Karena terlalu cemas dengan kondisi Elsa, Dustin tidak sadar kalau dia kehilangan Jacob saat keluar dari lift.Pihak medis segera membawa Elsa ke ruangan, suasana semakin menegangkan bagi Dustin. Dia hanya berjalan kesana kemari dengan khawatir menunggu hasil pemeriksaan Elsa keluar. Dustin cemas, bagaimana kalau tindakannya kemarin yang kelewatan membuat Elsa jadi seperti ini?Sambil menyugar rambutnya frustasi, Dustin tak henti-hentinya berdoa agar Els
Rencana untuk memiliki anak kedua ternyata bukan candaan, dan untuk membuat keinginan tersebut menjadi nyata tentunya Elsa dan Dustin perlu melakukan tindakan yang lebih sering lagi berbagi kehangatan bersama. Sejak beberapa malam yang lalu, Dustin dan Elsa sepakat kalau mereka akan memberikan seorang adik untuk Jacob.Hari ini Elsa sedang melihat hasil fermentasi anggur dari kebun pribadi mereka, tiba-tiba saja Dustin datang dari belakang memeluk pinggang Elsa."Coba anggur ini, sepertinya ada yang salah dengan cara pembuatannya." Elsa memberikan percobaan pertama untuk Dustin, pria itu mencobanya lalu menggeleng."Tidak, memang seperti ini rasanya. Kita tidak bisa membuka botol anggur yang difermentasi kecuali jika ingin meminumnya, karena setelah dibuka maka rasa dari minuman anggur ini akan berbeda dalam hitungan jam." jawabnya.Elsa mengangguk mengerti, dia baru tau kalau dalam fermentasi wine dengan cara seperti ini. Di dalam ruangan bawah tanah itu, ada banyak sekali tong berisi
Musim demi musim terus berganti, tak terasa kini Jacob sudah berusia lima tahun. Keseharian yang selalu dilakukan Elsa dan Dustin selama lima tahun terakhir memang tidak banyak berubah, namun tentu saja kehidupan sederhana mereka sangatlah menyenangkan.Terik matahari tidak menghalangi Elsa untuk duduk bersantai, melihat Dustin dan putranya sedang bermain papan seluncur menerjang ombak yang bergelombang cukup tinggi pagi itu. Ditemani sebuah kacamata hitam, Elsa menikmati momen yang ia rasakan."Hidup tanpa internet ternyata tak seburuk yang kuduga," gumamnya, tersenyum pada keheningan di sekelilingnya.Dari kejauhan terlihat Jacob berlari menghampiri, di belakangnya Dustin mengikuti Jacob. Kedua lelaki itu seperti duplikat versi kecil dan besar, Jacob sangat mirip dengan Dustin kecuali rambutnya sedikit pirang seperti Elsa."Ibu, aku sudah bisa berselancar sendiri!" seru Jacob dengan gembira, matanya berkilauan penuh kebanggaan.Dustin tersenyum dan mengusap kepala putranya. "Kamu he
Setahun berlalu dengan cepat, dan selama satu tahun itu Dustin hanya sekali keluar pulau untuk melihat anak-anak panti asuhan dan juga perkembangan perusahaannya. Namun di hari yang sama juga, Dustin kembali ke pulau sehingga Kellan tak bisa melacak keberadaannya.Beberapa waktu terakhir adalah pergantian musim semi, sehingga udara lebih hangat dari biasanya. Banyak kelinci berkeliaran bebas, bahkan Jacob yang kini usianya lebih dari setahun sudah lincah berlarian mengejar beberapa kelinci yang ada di belakang rumah."Dustin!" panggil Elsa sambil menuruni tangga, namun ia hanya melihat Jacob yang bermain di temani oleh seorang pengasuh di luar. "Dimana Dustin?" tanya Elsa.Pengasuh Jacob menoleh, "Tuan ke arah sana membawa jaring, Nyonya." jawabnya sambil menunjuk sebuah arah.Elsa mendengus tipis, pasti Dustin pergi untuk mencari udang. Pria itu tidak pernah berubah, setiap ada waktu pasti akan mencari udang-udang liar itu. "Kamu jaga putraku," kata Elsa.Dengan langkah cepat, Elsa m
Tidak ada masalah, tidak ada pengganggu. Suasana tenang dalam kedamaian, bahkan untuk melakukan apapun di pulau itu bebas tanpa ada yang melarang. Dustin bisa mengekspresikan dirinya seperti apa adanya, tetap menjadi Dustin yang menginginkan kebebasan.Dan ternyata, kehidupan di pulau tersebut adalah kebebasan yang sebenarnya Dustin cari. Kehidupan di kota tak begitu menyenangkan seperti yang pernah Dustin bayangkan, justru kehidupan di kota sangatlah mengerikan, karena di sana Dustin tak bisa tenang menjalani hidupnya dengan Elsa.Tapi di pulau ini, apapun yang Dustin inginkan dengan Elsa bisa mereka lakukan bersama tanpa takut ancaman dari orang lain. Tidak ada yang akan terluka, tidak ada hati yang akan merasa terkhianati. Hanya ada kedamaian, rasa tenang dan kehidupan yang benar-benar santai.Musim panas masih berlangsung, Elsa duduk di tepi pantai melihat Dustin menerjang ombang dengan papan seluncur. Terlihat sangat mahir, pria itu juga terlihat semakin tampan dan eksotis saat ku
Setelah menempuh perjalanan dua hari dua malam melalui jalur laut yang cukup berbahaya, Dustin dan Elsa akhirnya tiba di pulau tempat tinggal Dustin sebelumnya pada pukul delapan pagi. Tidak ada yang berbeda dari tempat itu, setidaknya lebih dari setahun Elsa meninggalkan pulau sebelum kembali lagi.Elsa turun dari yacht, ia baru tau ada dermaga yang di bangun khusus untuk parkir kendaraan air berukuran besar itu. Dustin mengikuti Elsa setelah mengikat tali kapan dan menurunkan jangkar."Udara yang aku rindukan," ucap Dustin sambil merentangkan tangan."Jangan lupa bawa barang milik Jacob," tegur Elsa.Dustin berdecih lirih, tapi tetap menenteng tas yang berisi barang kebutuhan putranya. Mereka menuju ke rumah satu-satunya di tempat itu, sebelum masuk ke dalam rumah, langkah Elsa berhenti."Sepertinya ada yang aneh," ucapnya.Dustin tersenyum tipis, tanpa menjawab, dia mendahului Elsa masuk ke rumah. Dan benar saja, ada yang aneh. Rumah itu terlihat lebih baru dan terawat, halaman yan