Hari yang tidak Dustin dan Elsa inginkan tiba hari ini, keduanya berat jika harus berpisah karena paksaan dari orang lain. Namun, keduanya sepakat karena baik itu Elsa dan Dustin tidak ingin membuat putra mereka, Jacob, mendapat ancaman terus menerus dari Kellan Dawson.Perjalanan menuju tempat sidang perceraian berlangsung dengan hening, Dustin menggenggam tangan Elsa yang dingin. Wajahnya menunjukkan kalau semua ini akan baik-baik saja, tapi tetap saja berat bagi Elsa bercerai dengan Dustin setelah ia benar-benar bisa menerima sosok Dustin dengan versi terbaiknya.Mobil berhenti, Dustin dan Elsa turun. Gedung di depan mereka terlihat menakutkan, karena di tempat itulah keduanya akan mengakhiri status pernikahan."Kita benar-benar akan melakukannya?" Elsa berbisik, ragu, seakan masih berharap ada jalan lain.Tapi sebelum Dustin menjawab, sosok Kellan Dawson muncul dari sebuah mobil hitam yang di kendarai oleh Deon. Wajah dingin Kellan adalah jawaban dari pertanyaan Elsa, bahwa apapun
Persiapan pernikahan, sesuatu yang seharusnya menjadi kenangan yang menyenangkan justru malah sebaliknya. Tidak ada kebahagiaan yang Dustin rasakan, karena kebahagiaannya hanya ada pada satu wanita, Elsa Lenora.Hari demi hari berlalu bagaikan siksaan batin, namun hanya untuk sebentar, Dustin perlu bersabar sampai ia bisa melewati semua ini."Mawar merah muda terlihat cantik, bagaimana kalau menjadi salah satu bunga yang ada di pesta pernikahan kita nanti?" tanya Cassie, namun dibalas sikap dingin Dustin.Cassie semangat melakukannya sendiri, toh perempuan itu juga sadar bahwa pernikahannya dengan Dustin hanyalah pernikahan bisnis tanpa didasari oleh perasaan. "Gaun pernikahan kita sudah selesai, begitu juga tuksedo mu. Hari ini kita bisa mengambilnya," ucap Cassie sambil merangkul lengan Dustin. Namun Dustin dengan kasar menyingkirkan tangan itu, membuat Cassie melangkah lebih dulu ke dalam butik memasuki butik untuk melihat gaun pernikahannya. Gaun cantik itu tampak berkilau saat t
Tempat persiapan acara pernikahan sudah disiapkan dengan sangat sempurna, hari dimana Dustin dan Cassie akan menjalin hubungan yang baru. Beberapa tamu sudah berdatangan, nuansa pesta yang elegan didominasi oleh warna merah muda dan putih.Karpet merah dibentangkan dari pintu masuk menuju altar, sementara para tamu mulai mengisi kursi, Dustin masih berada di apartemennya. Para penjaga yang diperintahkan oleh Kellan berdiri tegak, memastikan dia tidak akan melarikan diri."Ini adalah hari yang penting, jangan rusak momen bahagia yang sudah aku siapkan dengan susah payah," perintah Kellan dengan nada tegas.Dustin membalas tatapan Kellan, wajahnya penuh kebencian. "Bahagia untuk siapa? Anda yang akan menikmatinya, bukan aku. Kau yang memaksaku melakukan ini semua," ujarnya dengan sinis, suaranya penuh perlawanan.Tapi Kellan hanya mengangkat bahu, tak peduli. Baginya, ini hanya soal waktu sebelum semuanya berjalan sesuai rencana. Dalam beberapa jam lagi, Dustin akan menikahi Cassie, dan
"Lepaskan aku!" teriak seorang wanita yang terus memberontak di tangan dua pria berbadan kekar, tubuhnya dipaksa masuk ke dalam mobil.Mobil hitam itu melaju membelah jalanan kota New York, berhenti di depan sebuah rumah yang tampak suram berada jauh dari pusat kota. Wanita tadi dipaksa turun dari kendaraan, langkahnya terhenti sejenak, tapi dua orang kembali menariknya paksa untuk memasuki rumah."Lepas!" bentak Elsa, dua orang melepaskannya dan Elsa mendapati seorang pria yang dengan kasar meletakkan dokumen di atas meja."Tempat ini sudah dijual." kata pria itu dengan nada dingin.Elsa terpaku, meraih berkas yang baru saja dilemparkan di depannya. Saat matanya menyusuri angka-angka di atas kertas, bibirnya bergetar, tenggorokannya tercekat dan tatapan matanya kaget.“Apa-apaan ini?!” serunya."Tanda tangani surat itu, dan kami akan mengantarkanmu ke tempat tinggal barumu." perintah pria tersebut dengan nada tak sabar.Elsa tidak bisa menahan keterkejutannya, beberapa saat lalu ia d
Berada di tempat baru membuat Elsa tidak bisa tidur. Ketika matahari mulai terbit, Elsa terkejut melihat pemandangan dari jendela. Kegelapan yang ia lihat semalam ternyata menyembunyikan keindahan yang luar biasa."Elsa, ikut denganku sebentar," ucap wanita paruh baya yang semalam mengantarkan Elsa ke kamar itu. Dengan patuh, ia mengikuti wanita tersebut.Rumah itu ternyata sangat besar dan luas, saat langit terang maka pemandangan furnitur di rumah tersebut terlihat lebih jelas dan mewah. Tidak bisa dipungkiri kalau Elsa pun pada akhirnya terpesona oleh rumah itu."Mulai sekarang kamu akan bertugas untuk membersihkan rumah di bagian sisi kanan. Di rumah ini tidak memiliki banyak pelayan, dan apapun yang kamu lihat secara tidak sengaja, berpura-puralah tidak tau."Elsa mengedarkan pandangan, rumah sisi kanan yang dimaksud termasuk kamar dari pemilik rumah. Elsa melihat denah rumah tersebut yang ditunjukkan oleh wanita bernama Marley, bagaimana bisa rumah sebesar ini hanya ditinggali o
Hari pertama Elsa bekerja di kediaman Dustin, ia baru menyadari kalau tempat tersebut ada di tengah-tengah sebuah pulau, dimana bahan makanan yang didapat dari hasil para pelayan menanam dan juga sebagian dikirim langsung melalui helikopter.Tidak ada kendaraan laut atau darat, tempat tersebut sangat sulit diakses dan mungkin juga tersembunyi dari peta dunia. Elsa tidak pernah melihat kalau ada pulau seperti ini ketika menjelajah peta melalui ponselnya.Pantas saja Marley sempat berkata kalau Elsa akan sulit keluar dari sana. Rupanya memang benar, satu-satunya akses untuk keluar masuk pulau adalah menggunakan kendaraan udara."Jadi selama ini Dustin tinggal begitu jauh dari peradaban manusia pada umumnya? Dia tidak tau internet, dia tidak tau mall atau sesuatu yang ada di kota besar. Dia bahkan tidak pernah melihat gedung pencakar langit." batin Elsa turut merasa kasihan.Tapi ketika ia bekerja di balkon untuk membersihkan lantai, Elsa melihat Dustin sedang olahraga di luar ruangan. J
Hari demi hari berlalu, Elsa mulai memahami aktivitas apa yang sering kali Dustin lakukan setiap hari. Walaupun tidak ada internet atau akses untuk menggunakan media elektronik, tapi Dustin sangat rajin sekali membaca buku.Ada sebuah ruangan yang Elsa masuki, semua yang ada di ruangan itu adalah buku yang membahas tentang bisnis. Namun untuk apa Dustin belajar tentang bisnis kalau pria itu terkekang di dalam penjara yang ada di tengah pulau seperti ini?"Apa yang kamu lakukan di sini?" Elsa berjingkrak kaget, ia sampai tidak sengaja menjatuhkan buku yang sedang ia pegang. "Tidak ada, saya hanya tertarik dengan buku yang ada disini. Kalau begitu saya akan melanjutkan pekerjaan, permisi." buku tadi segera Elsa ambil dan simpan ke tempatnya semula lalu bergegas pergi.Dustin sempat memperhatikan, tapi pria itu mengabaikannya selama Elsa tidak merusak benda apapun yang ada di rumah itu."Elsa, bisa kamu bantu aku membawa beberapa sayur yang baru dipetik?" seru pelayan Marley."Baik." jaw
Pagi itu Elsa bertugas merawat tanaman bunga, memastikan bunga yang sudah mati untuk diganti yang baru. Berhubung taman yang Elsa rawat menghadap laut, saat ini ia melihat kalau Dustin tengah lari pagi di pinggir pantai.Tanpa sadar Elsa diam memperhatikan. Ia penasaran, apa Dustin tidak bosan menghabiskan waktu di pulau seperti ini sendirian, tanpa akses untuk ke dunia modern di luar sana."Aku baru tiga minggu di tempat ini, dan aku sudah sangat bosan. Rasanya ingin kembali ke kota, tapi aku tidak tau bagaimana caranya untuk pulang." Elsa hanya pasrah, ia pun menyelesaikan pekerjaan dengan baik sebelum masuk ke rumah.Saat itu Marley terlihat baru saja keluar dari kamar Dustin membawa pakaian kotor, wanita paruh baya itu hanya tersenyum simpul dan melewati Elsa tanpa mengatakan apapun."Semua penghuni di rumah ini sedikit aneh, Nyonya Marley kadang baik padaku, tapi di waktu yang berbeda dia seperti orang asing yang tidak aku kenal." Elsa menggelengkan kepala, ia masih harus members