Share

25. Dilabrak

Penulis: viviana_yukata
last update Terakhir Diperbarui: 2023-02-12 11:27:23

Sementara itu, di jalan mobil Arya tengah melaju menuju ke kediaman Susan. Jujur saja Arya merindukan wanita yang tengah mengandung benihnya itu.

Karena Hana yang setiap hari pulang ke rumah membuatnya hanya bisa menemui Susan saat seperti sekarang. Membagi waktu memang sangat sulit terlebih membagi penjelasan pada Susan. Yang emosinya sedang tidak terkontrol karena kehamilannya.

Meski begitu Arya berhasil membujuk Susan dan tetap pulang untuk mencoba mencari celah agar Hana mau menerima sarannya.

Drtttt drtttt drtttt, Arya mengalihkan pandangannya ke ponselnya yang bergetar. Diambilnya benda pipih itu dengan cekatan dan menerima panggilan dari sana.

"Hallo Susan," sapa Arya, "saya sedang ke sana tunggu sebentar lagi ya."

"Pak Arya tidak sayang dengan Susan dan bayi ini. Lebih baik Susan gugurkan saja bayi ini," ancam Susan terdengar di sana.

"Jangan macam-macam, Susan!" bentak Arya, "kamu tidak tahu seberapa ingin saya memilikinya."

"Pak Arya bohong! Kalau Pak Arya menginginkan anak
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Pengganti Yang Lebih Baik    26. Bebas

    "Mawar!" pekik Arya.Mawar dan semua orang yang berkerumun menatap pada sumber suara. Dilihatnya Arya yang berdiri tegap bak pangeran berkuda yang siap membela wanita teraniaya di hadapan mereka.Wajahnya yang tampan berbalut dengan amarah dan murka yang luar biasa. Ditambah lagi dengan urat urat kebiruan yang muncul di sana membuat aura Arya menjadi sangat gelap. Seketika membuat gunjingan gunjingan di sekitar orang yang tengah berkerumun.Menatap nyalang pada Mawar setelah dilihatnya keadaan Susan yang babak belur. Dipicingkan sepasang matanya mengintimidasi Mawar yang masih tetap di tempatnya."Pak Arya," lirih Susan."Wah ... wah ... wah. Satriya baja hitamnya muncul," sinis Mawar.Menyeringai sinis menatap Arya yang sok jadi pahlawan kesiangan. Jika di rumah sakit dia memilih mengusir mereka sepertinya tidak di sini. Ini tidak ada hubungannya sama sekali dengan bekerja.Di tempat luas ini juga disaksikan banyaknya orang yang menonton, Mawar pastikan Arya dan Susan mendapatkan gan

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-13
  • Pengganti Yang Lebih Baik    27. Pelajaran Kecil

    Kejar kejaran antara Mawar dan Arya semakin memanas. Arya sudah ketar ketir mengikuti laju mobil Mawar.Dan puncaknya adalah saat mobil Mawar melaju dengan lancar meninggalkan mobil Arya yang terjebak di perempatan dengan lampu merah. Yang memaksanya untuk berhenti dan menunggu. "Ahh! Berengsek!" Arya memukul stir mobilnya keras karena kehilangan jejak mobil Mawar di depan sana.Urat di wajahnya tercetak jelas dengan gigi yang mengerat sempurna. Arya meremat jari-jarinya hingga buku tangannya memutih. Tatapannya menjadi setajam elang dengan hati yang tidak karuan.Umpatan terus berdengung di pikirannya. Jika saja dia menyelesaikan masalah Mawar mungkin kejadiannya tidak akan seperti ini."Aku akan pastikan Hana tidak akan percaya begitu saja padanya. Aku harus mendapatkan keduanya," gumam Arya.Dilihatnya waktu yang terus berputar. Lampu lalulintas yang tidak kunjung berubah membuatnya semakin gelisah.Sementara itu, Mawar yang menyadari bahwa Arya terjebak pun merasa sedikit lega. T

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-14
  • Pengganti Yang Lebih Baik    28. Kesaksian

    "kamu tahu tentang Arya?" tanya Mawar.Sebenarnya pertanyaan yang sama ingin Hana tanyakan. Tentu saja. Siapa yang tidak akan penasaran kenapa bisa Aji mengatakan bahwa Arya mencium wanita lain.Apa sebenarnya yang sudah diketahui Aji? Sejauh mana bocah tengik itu mengetahui urusannya. Termasuk masalah yang baru diketahui Hana ini."Tentu," jawab Aji tegas."Dia!" tunjuk Aji dalam kemarahan, "mencium wanita lain tepat di hadapanku.""Di mana?" tanya Hana akhirnya."Han, aku bisa jelaskan," rayu Arya.Diambilnya telapak tangan Hana dan menggenggamnya erat. Dibawanya menyentuh dadanya agar terlihat sangat menyentuh.Hana yang diperlukan seperti itu dengan keadaan Arya yang sudah tidak manusiawi menurutnya. Luka lebam di wajah dan cairan lengket di sudut bibirnya membuatnya iba."Jelaskan? Apa yang bisa kau bela dari tindakan perselingkuhan?" Aji kembali tersulut emosi."Kau mengaku khilaf dengan perbuatanmu. Meminta maaf lalu membujuknya seolah tidak terjadi apa-apa? Atau memang tujuan

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-15
  • Pengganti Yang Lebih Baik    29. Sudut Pandang Seorang Bocah

    Hati yang hancur berpadu dengan pikiran yang kacau balau. Meski begitu Hana tetap melakukan tugasnya. Masih berurusan dengan nyawa seseorang di hadapannya.Tangannya sibuk menjahit sedikit demi sedikit luka yang dibuatnya sendiri. Matanya fokus dan jeli mengikuti gerakan tangannya sibuk mengikat benang."Terimakasih atas kerjasama dan kerja keras kalian. Operasi kali ini telah berhasil," ucap Hana pada teamnya.Setelah waktu yang melelahkan, Hana akhirnya selesai dengan operasi. Tetapi tidak dengan hati dan pikirannya. Yang masih dipengaruhi oleh perselingkuhan Arya.Matahari mulai sedikit turun hingga sinarnya tampak meredup dan menghasilkan warna baru yang cantik. Hana berdiri di atap, dengan sumilir angin yang menggoyangkan anak rambutnya.Ujung rambutnya yang terikat juga ikut melambai. Hana menutup matanya dan berpegangan pada pembatas agar tidak jatuh. Dihirupnya kuat kuat udara yang begitu sejuk. Berharap bisa membuatnya sedikit lega dan mengobati rasa hancur di hatinya."Mau s

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-16
  • Pengganti Yang Lebih Baik    30. Mengikhlaskan Sampah

    Fokus Hana masih tertuju pada aspal hitam yang semakin gelap karena pencahayaan yang minim. Tangannya sibuk memegang kemudi dan mengendalikannya agar tidak salah jalur apalagi sampai terjatuh atau menabrak.Separuh perjalanan hampir didapatnya dari rumah sakit menuju rumah. Pikirannya begitu banyak hingga tidak tahu harus bereaksi seperti apa. Lidahnya terasa sangat kelu hingga tidak bisa mengatakan apapun atas tindakan Arya yang dibongkar oleh Mawar.Tujuan yang awalnya ingin Hana cepat selesaikan. Sekarang sepertinya berubah. Karena apa, Hana menghentikan laju mobilnya. Diambilnya ponsel yang digeletakkan begitu saja di sampingnya."Hallo," sapa Hana begitu panggilan berhasil tersambung."Maaf mengganggu anda dokter. Boleh tahu di mana alamat apartemen Aji?" Hana memainkan tangannya karena takut."Tidak ada masalah serius. Ada yang perlu kubicarakan sedikit dengannya," kata Hana menyambungi."Baik, saya tunggu." Hana mematikan panggilan dan mengetuk ngetuk ponselnya menunggu.Bebera

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-17
  • Pengganti Yang Lebih Baik    31. Keputusan Hana

    Brakk, pintu terbanting keras. Hana berdiri dengan napas tersengal yang ditahannya sejak tadi.Entah kesialan seperti apa hingga dirinya kepergok oleh Aji yang berada di depan unitnya. Menurut Hana seperti itulah karena Aji tampak hendak membuka pintu di sana."Kalau mau ke sini kenapa tidak bilang," kata Aji. Melangkah menghampiri Hana dan menarik tangannya."Heh, lepaskan!" Hana meronta meminta tangannya dilepas.Namun, apa boleh dikata. Kekuatan Aji lebih besar darinya hingga dengan mudahnya ia diseret ke dalam unitnya. Kemudian di bawa ke sofa yang ada di sana dan mendudukkannya paksa."Kamu apa apaan sih!" bentak Hana."Kenapa? Aku cuma mau ngobrol saja," timpal Aji."Jangan bikin orang lain salah paham, ya. Tidak baik seorang wanita dan laki-laki yang tidak muhrim berada dalam satu ruangan tanpa pengawasan," ujar Hana."Apa ini kode kau minta kuhalalkan dokter cantik," goda Aji.Aji dengan gayanya menaik turunkan alisnya. Menggoda Hana kemudian menyeringai tipis.Plakk, satu puk

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-18
  • Pengganti Yang Lebih Baik    32. Memilih Berpisah

    "Ma, biarkan Arya selesaikan masalah Arya sendiri. Arya tidak mau kehilangan Hana, Ma. Arya masih sayang sama Hana," ucap Arya."Lebih baik kamu dengar kata Mama, Arya. Wanita seperti Hana itu hanya bisa membawa sial. Tidak bisa hamil, tidak perhatian, dan tidak pernah peduli padamu."Arya memijat pelipisnya sebab bingung. Bukan ingin membenarkan semua yang Aminah katakan. Arya hanya tidak ingin kehilangan Hana. Dia ingin mendapatkan keduanya dan hidup bahagia bersama."Mama tidak mengerti. Arya tidak membencinya, Arya hanya ingin Hana menerima Susan dan anak kami. Dan kita bisa menjaganya bersama sama.""Sudahlah Mama tidak akan mengerti," pungkas Arya.Kemudian meninggalkan ibunya sendiri di sana dan menyusul Hana ke dalam kamar. Dan begitu tiba di kamar, dilihatnya Hana yang sedang mengemasi barang-barangnya. Menyusun baju dan beberapa lainnya ke dalam koper."Han, mas mohon jangan seperti ini," pinta Arya.Arya berusaha meraih tangan Hana dan membujuknya. Tetapi Hana berkali-kali

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-19
  • Pengganti Yang Lebih Baik    33. Prinsip Kuat

    "astaghfirullah," ucap Hana dengan terkejutnya. Diusapnya lembut dadanya untuk menetralisir jantungnya yang berdebar. Kemudian membuka jendela mobilnya."Ngapain masih di sini sih, Ji?" tanya Hana."Mau ke mana?" Bukannya menjawab Aji justru bertanya balik pada Hana.Dan seketika itu Hana merasa tidak bisa menjawabnya. Salahkan dia yang pergi dari rumah begitu saja tanpa memikirkan akan pergi ke mana. Pulang? Tidak mungkin. Orang tuanya pasti akan syok jika tahu dirinya memutuskan untuk bercerai dengan Arya. Dan bisa bisa nanti dirinya akan dibujuk untuk berbaikan. Jadi, Hana tidak mungkin pulang ke rumah orang tuanya.Kalau ke rumah sakit? Ya, Dion pernah menawarkan rumah singgah untuknya di sekitar rumah sakit bersama beberapa dokter yang lain. Tetapi dia tidak ingin mengambilnya dulu. Jadi akan terasa aneh jika tiba-tiba dia memintanya lagi."Nona, jangan bilang kalau kau tidak punya tujuan?" terka Aji. "Bagaimana dengan temanmu itu?"Benar, Hana punya Mawar. Sebagai teman Mawar p

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-20

Bab terbaru

  • Pengganti Yang Lebih Baik    74. Balasan rasa sakit yang tidak seberapa

    Lagi, entah keberapa kalinya hidup Arya harus dibelenggu. Pupusnya biduk rumah tangganya dengan Hana telah menjadi satu kegagalannya. Dan sekarang masalah lain di rumah tangganya dengan Susan kembali dalam masalah.Arya tidak ingin perceraian kembali melanda rumah tangganya. Tetapi kata-kata Susan begitu keterlaluan di telinga. bagaimana bisa dirinya yang rela mengakhiri rumah tangganya sebelumnya sekarang harus menerima kenyataan sebagai alat baginya."Ayo," ajak Aminah pergi meninggalkan Susan, "biarkan wanita jalang ini di sini sendiri.""Ya, pergi sana! Aku tidak peduli!"Aminah semakin murka dan menarik tangan anaknya dengan lebih keras. Hingga Arya dengan tatapan kecewanya meninggalkan ruangan Susan. Kesadarannya sementara berada di awang-awang karena belum siap menerima kenyataan."Wanita sialan, berani sekali memperdayai putraku," gerutu Aminah sambil berjalan pergi.Arya menghentikan langkahnya yang membuat Aminah bingung dengannya. Melihat gelagat Arya, Aminah pun hendak men

  • Pengganti Yang Lebih Baik    73. Hanya alat saja

    Pertengkaran tidak terelakkan lagi. Arya bingung harus memilih siapa untuk dibelanya. Di satu sisi ia adalah seorang putra dan di sisi lain dia menjadi seorang suami."Berhenti!" bentak Arya."Kalian bisa diam tidak. Susan kamu masih dalam masa pemulihan jangan seperti ini. Dan Mama jangan seperti ini pada Susan, nanti pasti akan ada waktunya kita kembali normal lagi.""Dengan gaya hidupnya yang mewah apa yang bisa kita pertahankan, Arya?" tanya Aminah setengah menyinggung."Oh, jadi gitu?" tantang Susan, "Mama pikir aku mau menikah cuma buat hidup susah gitu?"Sebagai seorang mama mertua yang selalu memperlakukannya dengan sangat baik, harga diri Aminah sedang dipertaruhkan sekarang. Ia sadar dengan ucapan Susan yang bermaksud pada pernikahannya semata-mata karena harta.Jika Aminah memasang mode waspada, Susan justru terlihat begitu menantang. Entah apa yang diinginkannya sekarang. Mengapa dia begitu terus terang menunjukkan dirinya yang seperti itu. Bukannya itu justru akan membuat

  • Pengganti Yang Lebih Baik    72. Tidak ada salahnya membantu

    Di kantin rumah sakit, di saat jam makan siang memang selalu ramai. Tidak hanya para dokter dan staf tetapi pasien juga. Tetapi pusat perhatian kali ini adalah Hana.Dokter wanita yang tengah mengandung itu terlihat sedang asik menyantap makanannya. Tidak sendiri Hana bersama dengan dokter Mawar yang juga ikut serta. Keduanya tampak sangat asik bercerita pasal kehamilan."Han," panggil Aji yang tiba-tiba muncul entah dari mana."Heh!" bentak dokter Mawar, "kalau manggil jangan sembarangan, ya!""Ikut campur aja sih, terserahlah aku mau manggil apa," bantah Aji."Yang mesra gitu panggil istrinya. Sayang, my love, honey, sweety gitu. Ini main panggil Han Han aja," tutur dokter Mawar."Kalau itu juga tahu, dokter. Enggak usah protes melulu deh," bantah Aji lagi.Akhirnya Mawar sendiri yang menyerah. Sedangkan Aji sudah duduk lebih dulu di hadapan istrinya yang menertawakan pertengkaran suami dan sahabatnya. "Makannya belepotan banget sih." Aji mengulurkan tangannya mengusap bibir Hana d

  • Pengganti Yang Lebih Baik    71. Kenyataan Pahit

    Di rumah sakit itu siapa yang tidak mengenal Hana? Hampir semua kenal dengannya termasuk pasiennya yang selalu menjadi prioritasnya. Sebab itulah di dalam toilet sekarang ini ada yang tengah membicarakannya.Suaranya sedikit terdengar sampai Aminah yang lewat pun mendengar. Menghentikan langkahnya begitu nama Hana disebut. Memperhatikan dengan baik bagaimana seseorang membicarakan mantan menantunya itu di dalam sana."Iya, dokter Hana itu sekarang sedang hamil. Sudah dua bulan dan dia masih bekerja dengan baik.""Benar, aku jadi iri dengannya. Selain mual parfum sepertinya dokter Hana tidak terganggu dengan yang lain.""Lucu sekali kalau mengigit itu, suaminya sampai minta diganti partner karena tidak mau didekati karena bau parfum perempuan."Terdengar kekehan setelah itu. Sekaligus menjadi saat untuk Aminah pergi dari sana. Sambil berjalan menyusuri lorong, orang tua itu terus berpikir. Tentunya tentang apa yang didengarnya tadi."Bagaimana Hana bisa hamil?" tanya Aminah pada diriny

  • Pengganti Yang Lebih Baik    70. Hana Menjadi Menteri Keuangan

    Begitu notifikasi masuk ke ponsel Hana dan dia membacanya. Wanita yang baru mengandung itu sontak melebarkan kedua matanya. Melihat nominal yang dikirimkan Aji membuatnya syok."Ji, kenapa dikirim ke aku semua?" tanya Hana bingung."Kok tanyanya begitu?" Aji merengkuh tubuh istrinya dan melihat ponsel Hana yang diarahkan padanya."Ya, kamu kenapa dikirim semuanya ke aku?" ulang Hana penuh penekanan."Di sini yang jadi istri aku 'kan kamu, sayang. Kalau enggak ke kamu terus ke siapa?""Tapi, Ji ... kenapa harus semuanya? Emangnya kamu enggak pegang?" tanya Hana masih protes.Sekarang Aji yang bingung. Kenapa istrinya malah bertanya perihal nominal yang diberikan padanya. Dan masalahnya apa sampai membuatnya terus bertanya.Aji memegang kedua pundak Hana dan membuat mereka berhadapan. Dia menatap istrinya dalam dan teduh tentunya. Membuat Hana merasakan cinta yang Aji berikan seutuhnya padanya."Han, aku itu suami kamu. Jadi mulai sekarang yang akan memegang keuanganku ya kamu. Kamu eng

  • Pengganti Yang Lebih Baik    69. Perbedaan yang signifikan

    "lagi?" Arya seolah tidak percaya mendengar perkataan Aminah.Aminah sendiri sampai tidak bisa menahan keterkejutannya. Wajah Arya pun membuat Aminah seperti kebingungan."Iya, memangnya kenapa kamu sampai terkejut seperti itu?""Ma, bukannya kemarin sudah Arya berikan, ya?" tanya Arya."Yang kemarin sudah habis, Nak. Kamu tahu sendiri 'kan istrimu bahkan tidak mau makan makanan yang murah," jelas Aminah.Benar, Arya tahu satu hal itu. Dia juga tidak menyangka jika setelah menikah Susan telah banyak berubah. Gaya hidupnya yang terlihat sekarang begitu wah.Mulai dari makanan saja harus sekelas makanan di hotel. Gaya berpakaiannya juga tidak main-main, sebelum kandungannya sebesar sekarang ini dia sering menghamburkan uang untuk pergi belanja keperluan yang tidak perlu.Kalau Arya tidak melarangnya pasti Susan masih melakukannya sampai sekarang. Berhubung sekarang Arya memiliki tabungan yang sedikit menipis, ia melarang Susan untuk berfoya-foya."Kalau kamu tidak bisa mengirimkan uang,

  • Pengganti Yang Lebih Baik    68. Merasakan Perbedaannya

    Setelah mengetahui kebenaran bahwa dirinya hamil, Hana terlihat sangat berhati-hati sekali. Makanan yang dimakannya pun harus dipastikan kandungan gizi di dalamnya. Tidak seperti dulu yang asal makan penting kenyang.Sekarang Hana jadi lebih sering memasak makanannya sendiri dan hidup sehat. Dia dibantu Aji tentunya karena keduanya benar benar antusias menjaga bayi mereka yang belum lahir. Dan sejauh ini Hana tidak begitu tersiksa. Dia hanya akan merasa mual jika Aji dekat dengan Nasya dan parfumnya menempel.Selebihnya tidak begitu, Hana masih bisa mengontrol dirinya sendiri. Bahkan keadaannya tidak membuatnya kesulitan dalam menjalani pekerjaannya. Karena banyak yang perhatian padanya dan selalu mendukungnya juga.Jadwalnya pun sedikit dikurangi karena sebagai seorang yang tengah mengandung tentunya tidak boleh kelelahan. Ia bahkan hanya diperbolehkan menangani operasi kecil saja. Untuk operasi besar dilempar pada rekannya yang lain."Bosen banget rasanya," gumam Hana. Dengan helaan

  • Pengganti Yang Lebih Baik    67. Masih boleh

    "ehemm," dehem Dion yang ada di belakang.Aji dan Hana sontak melepaskan pelukan mereka. Dan keduanya baru menyadari adanya Dion di sana. Hana sedikit malu karena hal tersebut tetapi sepertinya tidak dengan Aji.Bocah, suami Hana itu mendekat dengan merentangkan kedua tangannya ke arah Dion. Memeluk kakaknya dengan perasaan yang tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata. Hanya ada haru dan bahagia yang bercampur jadi satu."Kak, aku bakal jadi ayah, Kak," ucap Aji terlewat senang."Kakak bakal jadi paman," katanya antusias."Jangan lupa, Kak. Kamu pernah janji bakal jadiin anakku anak kesayangan kamu juga," imbuhnya lagi."Selamat, Ji. Semoga aja dia enggak kayak kamu yang bandelnya minta ampun. Aku bakalan jadi Om yang sayang banget sama dia. Kamu enggak usah khawatir meskipun aku benci dengan sikap kamu tapi aku pastikan tidak dengan anakmu. Dia bakal dapet ap

  • Pengganti Yang Lebih Baik    66. Doa yang Terkabul

    Bagaimana perasaanmu jika harus menunggu? Pasti rasanya gelisah, gugup, dan penuh harap. Ya, semua itu yang sedang dokter Mawar rasakan setelah Hana masuk ke dalam kamar mandi.Di dalam ruangan yang udara dingin tersedia pun seolah tidak berguna. Semua rasa penasarannya membuat seluruh tubuhnya merespon lain."Seharusnya Hana sudah keluar 'kan?" batin dokter Mawar bertanya."Aku susul aja kali ya?" Dokter Mawar sepertinya yakin untuk keluar dan menyusul Hana ke toilet.Baru saja melangkah beberapa langkah dan pintu sudah terbuka. Hana masuk ke dalam dan tanpa aba-aba berhambur memeluknya. Menenggelamkan wajahnya di pelukan dokter Mawar kemudian menangis sejadi jadinya.Dokter Mawar yang seolah tahu bagaimana rasa sedihnya pun mengelus surai Hana dengan penuh sayang. Memberinya penguatan agar temannya tidak begitu larut dalam sedih. Sepertinya dia ikut hancur melihat Hana yang seperti ini.Menyesal, harusnya itu juga yang dokter Mawar rasakan. Dia yang melihat Hana hancur merasa iba ka

DMCA.com Protection Status