Dan ternyata, setelah adanya kontak fisik, beberapa puluh menit kemudian ada getaran pada tubuh mereka berdua. Di mana setelah tubuh mereka berhenti bergetar, mereka berdua kembali tersadar. Saat tersadar, simbol yang tadi ada pada pergelangan tangan Vivi kini menghilang. Tidak, bukan menghilang. Tapi justru pindah ke pergelangan tangan Martis."Eh? Bukankah simbol ini tadi ada di tanganmu, Vivi?" tanya Martis heran setelah menyadari ada simbol batu di pergelangan tangannya.Vivi yang tiba-tiba terdaftar pun mengerutkan alisnya. "Martis, dari mana kau tau aku memiliki simbol di pergelangan tanganku? Dan aku..., apakah aku tadi pingsan?"Martis kemudian menjelaskan apa yang terjadi. Tapi Martis merasa bahwa tadi ketika mereka berciuman, Vivi masih dalam kondisi tak sadarkan diri. Martis bersyukur akan hal itu, dia pun merahasiakan kejadian yang itu.Dan tak lama kemudian, guru Vivi kembali ke tepat persembunyian mereka. Dan saat melihat muridnya sudah baikan, ia sempat penasaran. "Loh,
Vivi terkejut mendengar penjelasan Martis. Ia tidak menyadari bahwa saat mereka berdua saling menyentuh, energi atau kekuatan dari dirinya telah dipindahkan ke Martis. Vivi merasa campur aduk antara kebingungan dan kekhawatiran."Tapi, Martis, aku tidak bermaksud untuk menyentuhmu dengan sengaja. Aku tidak tahu bahwa kontak fisik kita bisa memindahkan energi atau kekuatan," ujar Vivi dengan nada penyesalan.Martis menatap Vivi dengan penuh pengertian. "Vivi, aku tahu kamu tidak bermaksud seperti itu. Ini adalah kejadian yang tak terduga dan kita harus mencari cara untuk memahaminya. Yang terpenting sekarang adalah kita harus bersama-sama menjalani perubahan ini dan menemukan cara untuk mengoptimalkan kekuatan yang ada pada kita."Vivi mengangguk, merasa lega bahwa Martis memahaminya. "Benar, kita harus mencari tahu lebih lanjut tentang perpindahan ini dan bagaimana kita dapat menggunakannya dengan bijak."Mereka berdua kemudian melanjutkan membaca kitab yang diberikan oleh guru Vivi.
"Baik, Guru," jawab Martis dengan penuh semangat. "Kami akan berangkat sekarang dan melakukan yang terbaik untuk menghadapi 'The Silent Hand'."Vivi menambahkan, "Terima kasih atas dukungan dan bimbinganmu, Guru. Kami akan berusaha keras dan berhati-hati dalam melawan organisasi jahat ini."Guru Vivi memberikan mereka senyuman hangat dan mengangguk. "Aku yakin, kalian berdua bisa melakukannya. Ingatlah selalu untuk saling mendukung dan bekerja sama. Jaga diri kalian dan jangan lupa untuk meminta bantuan jika diperlukan, camkan itu."Dengan itu, Martis dan Vivi berangkat dalam misi mereka untuk melawan 'The Silent Hand'. Mereka berdua merasa penuh semangat dan siap untuk menghadapi tantangan yang ada di depan.Di tengah perjalanan mereka, Martis dan Vivi saling berbagi cerita tentang masalah yang mereka alami akibat ulah 'The Silent Hand'. Mereka berdua duduk di bawah pohon yang rindang, saling mendengarkan dan memberikan dukungan satu sama lain.Vivi memulai, "Martis, aku ingin berbag
Pertanyaan Vivi membuat Martis tersenyum kecut. "Kenapa kau mempertanyakan hal itu? Sebaiknya, jadikan ini sebagai rahasia antara kita berdua, ok? Dan sekarang ini, kita harus fokus pada kerjaan yang akan kita lakukan.""Em..., I-iya, maafkan aku karena telah memikirkan hal yang tak begitu penting. Kalau begitu, katakanlah kerjaan apa yang pertama akan kita lakukan?" tanya Vivi."Aku dengar, di kota ini terdapat sebuah penjara. Dan isi tahanannya adalah para keluarga warga kota yang di mana ia dipaksa untuk menjalankan tugas dari 'The Silent Hand'." Martis lalu membuka sebuah kertas yang berisikan coretan sebagai peta mini."Itu benar sekali. Sebenarnya aku sudah lama ingin menyelamatkan para tahanan. Dan lagi, ada salah satu sahabat dan beberapa kerabatku juga yang masih menjadi tahanan di sana." Vivi mendekat untuk melihat kertas coretan yang dijadikan sebagai peta mini oleh Martis."Ini, di titik inilah keberadaan penjara itu. Jadi Vivi, apakah sekarang kau siap untuk menyelinap ke
Dengan semangat, Vivi berlari ke sana kemari untuk membuka ruang tahanan satu persatu. Akibatnya, suasana di sana menjadi sedikit gaduh.Karena takut ketahuan, Martis mencoba memberi tahu mereka agar tidak terlalu bising. "Semuanya, aku mohon jangan berbicara terlalu berisik. Aku berjanji akan benar-benar membebaskan kalian dari sini. Dengan syarat, ikuti arahan dariku."Perhatian semua tahanan langsung tertuju pada Martis. Dan saat itulah ada Vivi yang membantu Martis, dia mengatakan bahwa mereka akan keluar di pimpin oleh sahabatnya, Vina. "Nah, kalian dengarkan aku. Aku telah memberikan sebuah peta mini pada Vina. Bagi siapa yang ingin keluar dengan selamat, maka ikutilah Vina sampai akhir, dan juga turuti perintahnya."Keadaan menjadi hening sejenak, yang kemudian menjadi benar-benar hening setelah semua dari para tahanan itu pergi meninggalkan Martis dan Vivi di sana. Akan tetapi, Martis dan Vivi yang berada di sana merasakan bahwa ada hawa kehadiran dua orang kuat yang mendekat.
Pertarungan antara Vivi dan Jinih sangat sengit dan menarik. Keduanya adalah ahli pedang yang tangguh dan memiliki kekuatan yang luar biasa. Jinih, dengan kekuatan biji setan api, mampu mengendalikan dan memanipulasi elemen api dengan keahliannya yang mematikan. Sementara itu, Vivi juga memiliki keterampilan pedang yang hebat dan kekuatan yang kuat.Pertarungan kembali dimulai dengan serangan cepat dari Jinih. Dia melepaskan serangan dengan pedangnya yang terbakar oleh api, menciptakan serangkaian serangan api yang berbahaya. Namun, Vivi dengan refleks yang cepat, berhasil menghindari serangan-serangan tersebut dengan gerakan yang lincah dan gesit.Vivi kemudian melancarkan serangan balasan dengan kecepatan dan keahliannya dalam menggunakan pedang. Dia mampu mengimbangi serangan-serangan Jinih dengan gerakan yang presisi dan memukau. Pedang mereka saling bertabrakan, menghasilkan percikan api yang memenuhi ruangan.Keduanya saling beradu kekuatan dan keterampilan. Vivi dengan keahliann
Pertarungan antara Martis dan Jonoh, serta Vivi dan Jinih, berlangsung dengan sangat sengit.Vivi terus berjuang melawan Jinih meski terluka. Vivi tidak takut menghadapi Jinih yang pengguna biji setan api. Vivi berusaha dengan maksimal dan menggunakan semua kekuatan serta keahlian pedangnya. Meskipun luka yang dideritanya cukup serius, keberaniannya dan semangat juangnya memungkinkannya untuk bertahan.Jinih yang berhasil melukai Vivi akhirnya berlagak semakin sombong dan semakin menganggap remeh seorang Vivi. "Hahaha..., lihatlah. Hanya mengandalkan teknik berpedang, kau pikir akan dapat mengalahkanku? Jangan bermimpi!"Jinih kembali maju dan menyerang Vivi. Kali ini Jinih nampak sangat santai. Ia tidak menganggap pertarungannya melawan Vivi dengan serius. "Apakah kau masih kurang dengan luka yang kau dapatkan? Baiklah, aku akan menambahkannya."Slash...!Boom!Satu tebasan pedang dari Jinih mampu menghasilkan ledakan karena tebasan itu mengandung kekuatan elemen api miliknya.Dengan
Melihat Vivi yang tergeletak tak berdaya, Martis merasakan kemarahan memuncak di dalam dirinya. Meskipun Jonoh berusaha untuk menggoyahkan konsentrasi Martis dengan provokasinya, hal itu justru membuat Martis semakin kuat dan bersemangat.Dengan api kemarahan yang menyala di matanya, Martis memusatkan perhatiannya kembali pada pertarungan. Dia menemukan kekuatan baru dalam dirinya, didorong oleh keinginan untuk melindungi Vivi dan mengalahkan Jonoh."Kalian akan membayarnya! Rasakan ini...! Pukulan Bazoka...!" teriak Martis kemudian."Apa lagi ini? Argh...!" teriak Jonoh setelah terkena pukulan Martis.Martis akhirnya menggunakan kekuatan biji setannya yang lainnya. Walupun belum sepenuhnya berhasil mengalahkan Jonoh, tapi serangnya berhasil melukai Jonoh cukup parah. Dada Jonoh yang terkena langsung dampak dari kuatnya pukulan Martis tadi terasa sangat sesak. Ia bahkan sempat tak mampu bangkit. Untungnya ada Jinih yang langsung mendekatinya dan membantunya kembali bangkit."Jonoh, ad