"Bagaimana ini bisa terjadi?" ucap Martis dengan suara gemetar. Dia menunjuk ke layar sistem, di mana pemberitahuan dari sistemnya berkedip-kedip dengan ancaman yang tak terduga.Tiba-tiba, layar sistem berubah menjadi portal biru keabuan yang menghubungkan mereka ke dimensi lain. Suara gemuruh semakin keras, dan mereka bisa merasakan angin kencang yang bertiup dari dalam portal. Mereka semua saling pandang, ketakutan dan bingung."Kita harus melompat," kata Mia dengan suara yang penuh keberanian, berusaha untuk menyembunyikan rasa takutnya. "Itu satu-satunya cara kita bisa keluar dari sini."Mereka semua mengangguk, meski dengan ragu. Mereka saling berpegangan tangan, mempersiapkan diri untuk melompat ke dalam portal. Dengan nafas yang terengah-engah, mereka melompat bersama-sama ke dalam portal.Saat mereka mendarat, mereka berada di dunia yang sama sekali berbeda. Semua yang mereka lihat adalah kegelapan dan hening. Tiba-tiba, suara gemuruh kembali terdengar, kali ini lebih keras da
Mia, Lancelot, dan Jackson mengikuti Martis menuju arah cahaya itu. Mereka berjalan melalui jalan yang gelap dan sepi, dengan perasaan cemas yang menghantui pikiran mereka. Namun, setelah beberapa menit berjalan, mereka tiba di sebuah bangunan tua dan besar dengan banyak jendela berwarna-warni."Ini keajaiban!" seru Martis dengan gembira. "Jadi benar, itu adalah jalan keluar dari sini!"Mereka semua mengangguk, merasa lega karena akhirnya menemukan jalan keluar. Mereka berlari menuju bangunan itu, terus-menerus menatap belakang mereka, takut bahwa harus menghadapi bahaya lebih lanjut.Ketika mereka sampai di depan pintu bangunan, pintu itu terbuka dan seorang wanita tua, dengan mata yang cerah dan bersinar, menyambut mereka."Selamat datang di dunia kami," kata wanita itu dengan suara lembut. "Kalian memiliki keberanian yang besar untuk menemukan jalan keluar dari sini."Mereka saling berpandangan, bingung dengan kata-kata wanita tua itu. Namun, seiring berjalannya waktu, mereka mulai
Bangunan itu adalah rumah sakit yang terletak di tengah kota. Mereka terkejut ketika melihat Reka di jendela salah satu kamar rumah sakit yang penuh dengan peralatan medis. Reka tampak lemah dan terlihat sakit."Apa yang terjadi pada Reka?" tanya Martis mengkhawatirkan.Mereka kemudian segera memasuki gedung dan menuju ke kamar Reka. Ketika mereka mencapai kamar itu, mereka melihat Reka dalam kondisi yang sangat parah.Reka terbaring lemah dan wajahnya pucat seperti kertas. Mia dengan cepat mendekati tempat Reka bersandar dan duduk di sampingnya. Ketika Mia mengulurkan tangannya untuk memegang tangan Reka, jari-jarinya kelihatan begitu rapuh dan kering."Apa yang terjadi padamu?" tanya Mia dengan suara rendah.Reka hanya diam, matanya terkatup rapat dan tidak bisa membuka mulutnya. Tetapi, mereka tidak menyerah. Mereka berusaha mencari tahu apa yang sedang terjadi pada Reka dan apakah ada yang bisa mereka lakukan untuk membantunya.Mia mengeluarkan bola kristal kecil dari tasnya, dan
Martis segera membuka pemberitahuan tersebut dan ia terkejut melihatnya, ternyata sistem memberitahu banyak tentang penyihir jahat itu."Hati-hati dengan wanita itu, Martis. Dia dikenal sebagai penyihir ilusi yang sangat hebat dan sulit ditaklukkan. Sistem berhasil mengumpulkan sedikit informasi bahwa dia telah menipu banyak orang dengan kekuatan ilusinya. Hati-hati dan pastikan kalian semua tidak terjebak dalam ilusinya," demikian isi pemberitahuan itu.Martis lega mendapatkan informasi tersebut, namun ia merasa takut akan bahaya yang bisa datang dari wanita itu dan kekuatan ilusinya. Martis segera berkumpul dengan kelompoknya dan memberitahu mereka tentang hal itu. Mereka semua sepakat untuk tetap waspada dan berhati-hati.Beberapa hari kemudian, Martis dan kelompoknya mulai merasakan ancaman yang serius dari wanita penyihir ilusi itu. Mereka berjalan di hutan dan tiba-tiba terperangkap dalam suatu ilusi yang sangat kuat. Semua anggota kelompok berada dalam dunia ilusi yang aneh dan
Martis mengambil napas dalam-dalam, menatap wanita penyihir itu dengan tajam. "Kita perlu bicara," ucapnya dengan suara yang tenang namun penuh tekad.Wanita itu menatapnya dengan ekspresi yang sulit ditebak. Ilusinya masih mengelilingi mereka, namun Martis bisa merasakan sedikit perubahan dalam energinya. Sepertinya dia sedikit tertarik dengan usulan Martis."Bicara?" tanyanya dengan suara yang dingin dan menyeramkan. "Apa yang ingin kamu bicarakan, Martis?"Martis meneguk ludah, mencoba meredakan detak jantungnya yang berdebar kencang. "Kita berdua adalah pejuang yang kuat," ujarnya. "Kita bisa bertarung sampai salah satu dari kita jatuh, atau kita bisa mencoba mencari jalan lain. Aku ingin tahu, apa tujuanmu sebenarnya? Kenapa kamu menyerang kami?"Wanita itu terdiam sejenak, seolah-olah sedang mempertimbangkan kata-kata Martis. Martis menunggu dengan sabar, berharap bahwa dia bisa menemukan jalan keluar dari situasi ini tanpa harus melalui lebih banyak pertarungan.Martis berharap
Martis menyadari bahwa dia harus bertindak dengan hati-hati dan cerdas untuk membuktikan niat baiknya kepada wanita penyihir tersebut. Dia mempertimbangkan beberapa langkah yang mungkin dapat dia ambil."Bagaimana jika kita saling berbagi informasi?" tanya Martis.Martis memilih untuk berbagi informasi yang relevan dengan wanita penyihir itu. Dia bisa memberikan penjelasan tentang tujuan mereka dan mengungkapkan bahwa mereka tidak memiliki niat jahat terhadapnya. Dengan mengungkapkan kejujuran mereka, Martis berharap bisa membangun kepercayaan."Informasi? Informasi tentang apa itu? Apakah itu bisa membantu masalahku?" Wanita itu bertanya balik."Tergantung padamu. Jika kau mau berbagi tentang masalahmu, mungkin aku dapat memberikan informasi yang tepat dan berguna untukmu," jawab Martis."Aku ingin informasi tentang semua artefak kuat yang kau miliki. Apakah kau mau berbagi?" Senyum licik pun kembali muncul di bibir wanita itu."Boleh saja. Baiklah, aku akan berbagi informasi tentang
Wanita penyihir itu terdiam sejenak, merenungkan kata-kata Martis. Setelah beberapa detik, ia mengangguk dan memintanya untuk mengikuti ke mana pun dirinya pergi. Mereka berjalan di sepanjang alam semesta yang ada dalam ilusi wanita penyihir tersebut, dan Martis terus berusaha mengingatkan dirinya sendiri bahwa ia perlu berhati-hati.Setelah beberapa waktu mereka berjalan, mereka tiba di suatu tempat yang seperti istana besar. Ruangan ini dipenuhi dengan jebakan ilusi yang lebih besar dan lebih rumit daripada yang pernah dilihat oleh Martis sebelumnya. Teman-temannya ada di dalamnya, terjerat dalam ilusi yang berbeda-beda, namun Martis bisa merasakan hadirnya kehidupan dalam diri mereka, sulit untuk dicapai oleh siapa pun selain penyihir itu sendiri.'Wanita ini sungguh luar biasa. Teknik ilusi yang ia gunakan sungguh seperti nyata. Sebenarnya siapa dia? Aku harus mencari tahu tentang dia lebih detail lagi.' Martis menyadari bahwa tidak mudah untuk melepaskan teman-temannya dari jebak
Sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa keadaan ini membingungkan? Apakah Martis sebenarnya berpihak pada Claude? Atau justru kepada wanita itu?Kemudian keadaan pun menjadi hening. Mereka bertiga seling melirik satu sama lain. Mereka bertiga seakan sedang memikirkan cara bagaimana untuk bertindak selanjutnya.Dan setelah beberapa menit kemudian, barulah mulai ada pergerakan dari wanita itu. "Aku tahu apa yang kalian rencanakan!" teriaknya, kemudian justru menyerang Claude dan juga Martis."Hey, kau! Kenapa kau malah menyerangku!?" tanya Claude kesal."Tanyakan saja pada dirimu sendiri, Claude. Padahal, aku memiliki niat baik mengajak Martis bertemu denganmu. Tapi justru kalian berniat bekerja sama untuk menyerangku. Benar begitu bukan, Maris?" Kedua mata wanita itu melirik Martis dengan tatapan menyindir."Sepertinya kau memang wanita yang sangat pintar. Jujur saja, sebenarnya sejak awal aku tidak percaya denganmu. Yang aku inginkan hanya satu, bebaskanlah teman-temanku dari jeratan ilus
Setelah itu, Martis membereskan kekacauan yang terjadi di dalam rumahnya pagi ini. Setelah ia selesai dengan pekerjaannya, ia kembali melihat keadaan Emily dan Phynoglip yang ada di kamarnya."Apa yang terjadi pada kalian berdua?" Martis masih sangat penasaran dibuatnya.Hingga langit nampak gelap hari ini, akhirnya sekitar jam tujuh malam mereka secara serempak kembali siuman. Saat siuman, mereka berdua kaget."Kenapa kamu di sini?! Apa yang..., adu-duh, duh...!" seru Emily yang bersuara pertama kali. Namun nampaknya saat ia bergerak, sekujur badannya terasa sakit. Terutama di bagian kepala."Harusnya, aku yang bertanya padamu." Phynoglip yang menimpali ucapan Emily pun kemudian memegangi kepalanya yang masih terasa sedikit nyeri.Martis yang melihat tingkah laku keduanya memilih untuk diam sesaat. Setelah beberapa detik kemudian barulah ia membuka mulutnya."Kalian berdua...," ujar Martis, yang kemudian perhatian keduanya menoleh ke arahnya."Martis?" tanya Phynoglip. "Tuan Martis?"
Nampaknya malam ini Martis yang tidurnya akan terasa tidak nyaman. 'Ah, apakah ini efek karena sudah lama tak bertemu dengan Istriku? Rasanya aku ingin sekali meremas dua benda kenyal ini. Tapi...,' gumam Martis dalam hati. Ia jadi serba salah. Tapi akhirnya ketika waktu semakin larut, Martis bisa tidur juga. Esok paginya..., "Hoam...! Nyam, nyam, nyam, nyam..., nyam...!" Phynoglip meregangkan kedua tangannya sambil menguap saat baru saja terbangun dari tidurnya pagi ini. Sepertinya ia masih merasa kalau waktu tidurnya kurang banyak. Martis yang merasakan adanya pergerakan di tempat tidurnya, akhirnya ikut terbangun. Ketika ia terbangun, kedua matanya terasa perih. Ia merasa kalau tidurnya masih kurang. Martis yang baru bangun itu, matanya menyipit, ia mencoba memperjelas penglihatan yang ada di depannya. Dan saat Martis membuka kedua matanya dengan lebar, ia melihat ada pemandangan yang sangat indah di pagi hari ini. Yah, benar! Ternyata ketika Martis mengangkat tubuhnya sete
Setelah itu, Martis membawa Phynoglip yang tubuhnya adalah Black Rose.Setibanya di sana, Emily terkejut karena mengetahui Martis ternyata pulang malah membawa saingan baginya."Emily, tolong bantu dia membersihkan dirinya. Setelah itu, biarkan dia istirahat. Nah, jika ada yang ingin dibicarakan, besok siang saja. Aku lelah...," jelas Martis kepada Emily yang kemudian langsung masuk kamarnya.Emily tidak bnyak bicara dan melakukan apa yang Martis perintahkan.Dan esok harinya, barulah mereka bertiga berkumpul saat sarapan pagi. Nah, setelah usai sarapan, barulah Emily bertanya kepada Martis. "Oh, iya, Tuan Martis, kami belum saling kenal. Nam—" Belum sempat Emily selesai bicara, sudah dipotong duluan oleh Phynoglip."Namaku Phynoglip." Nada yang kaluar terasa dingin, dia juga memasang wajah datar.Martis sengaja tidak menegurnya. Ia membiarkan sikap Phynoglip yang baru saja dianggap tidak sopan oleh Emily."Phynoglip, dia adalah Emily," ujar Martis.Emily merasa kesal diperlakukan sep
Betapa terkejutnya Martis saat ia membaca pemberitahuan di layar utama sistem miliknya."Hah?! Apa ini?!"Sebelumnya Martis belum sadar, namun ia merasakan ada bagian tubuh Black Rose yang ia tating itu tengah bergerak.Dengan awalnya ada pergerakan di bagian tangan kanan, lalu tangan kiri. Kemudian bagian leher, kepala hingga tubuh Black Rose tadi nampak kejang-kejang.Martis yang tadi masih mentating tubuh Black Rose, ia segera menjatuhkannya."Wah...? Dia bergerak lagi?" Martis mengucek kedua matanya untuk memastikan bahwa apa yang ia lihat itu adalah kenyataan.Setelah sekian menit tubuh Black Rose itu kejang-kejang, akhirnya berhenti juga. Dan setelah berhenti, kedua matanya terbuka.Kedua mata itu berkedip-kedip beberapa kali. Lalu akhirnya tubuh Black Rose itu bangkit dan celingukan.Martis yang ada di dekatnya sengaja hanya diam saja. Ia ingin tahu, apa yang sebenarnya terjadi.Dan pada akhirnya, tubuh Black Rose tadi nampak melakukan peregangan-peregangan tubuh agar pergerak
Ternyata sepatu yang Martis lempar tadi bukan benar-benar mengarah kepada Black Rose. Akan tetapi, lemparan sepatu Martis tadi melewati Black Rose dan sampai ke barisan ribuan Hawa Vampire yang ada di belakang Black Rose. Dan ternyata, sepatu tadi itu adalah sebuah bom yang telah Martis siapkan. Bom itu bukan bom biasa. Ketika meledak, akan menciptakan satu pusaran Black Hole. Duar...! Duar...! Boom...! Suara ledakan demi ledakan akhirnya terdengar semakin keras. Hingga akhirnya terbentuklah satu Black Hole yang sangat besar. Dan Black Hole yang ukurannya sangat besar itu langsung menyedot tubuh semua Hawa Vampire yang jumlahnya entah ada berapa puluh ribu itu dengan cepat. Suasana yang tadinya hening, kini kembali menjadi bising. Dan kebisingan itu semuanya adalah suara jeritan. "Ratu..., tolong kami...!" "Ah...! Tidak...!" "Apa-apaan ini?! Ah...!" Mereka semua berteriak dan tak berdaya menghadapi kuatnya daya hisap dari Black Hole yang Martis ciptakan. Sedangkan Black Rose
Dan akhirnya, para pengejar itu berhasil Martis sikat semuanya. Ia tidak ragu sama sekali ketika membuat tubuh-tubuh seksi dan wajah cantik yang dimiliki para Hawa Vampire harus ia bakar hingga gosong menggunakan sambaran petir. Tak lama kemudian, akhirnya Martis berhenti di titik lokasi sesuai dengan apa yang ditunjukkan dari radar yang terhubung dengan sistem miliknya. "Jadi di sini? Tapi..., kenapa di sini hanya ada lahan kosong yang terhampar luas? Di mana mereka?" Martis heran, kenapa tujuan akhir yang ia tuju malah berujung di tempat seperti ini? Akan tetapi, kebingungan Martis langsung terpecahkan karena sistem memberikan satu pemberitahuan baru lagi. Tring! "Sistem mendeteksi ada aura kekuatan yang tak stabil dan tak wajar di bawah tanah!" Martis kemudian memasukkan kendaraanya kembali ke slama garasi penyimpanan sistemnya. Setelahnya, barulah ia berjongkok. Ia kemudian tiarap, guna mencoba merasakan apakah ada suara atau getaran yang aneh di bawah tanah. Dan saat Mart
Rupanya Martis mengeluarkan sebuah benda kecil. Dan benda itu adalah benda yang bisa diatur agar bentuknya menjadi tak kasat mata. Til...! Martis menyentilkan benda kecil tadi yang telah ia ubah menjadi tak kasat mata ke arah Black Rose, yang saat ini sedang melakukan aksi dengan rasa percaya diri yang sangat tinggi. Ia berdiri tegap mengambang di udara, dalam kegelapan malam ini. Akan tetapi, Benda itu melesat dengan sangat cepat. Dan Black Rose tidak menyadari bahwa saat ini tubuhnya telah ketempelan benda kecil yang Martis sentil tadi. Benda itu adalah sebuah chip yang dapat melacak keberadaan orang yang ditempelinya. 'Heh...,' gumam Martis dalam hatinya. 'Karena kekuatanku yang selama ini telah pulih, masalah seperti ini terasa mudah,' gumam Martis, yang kemudian kembali ke dalam rumahnya. Ia sengaja terlihat seperti tidak melakukan apa-apa, agar Balck Rose benar-benar tak menyadari bahwa ia telah memasang chip yang tadi di tubuhnya. Dan sesuai dengan apa yang Martis dug
Saat Emily melihat kreasi masakan yang Martis siapkan, betapa terkejutnya dia. "Hah...?! Ini semua..., Tuan Martis yang menyiapkannya?" tanyanya dengan wajah takjub. Martis menik turunkan kedua alisnya seraya tersenyum dan menjawab, "Bagaimana? Hem? Menarik, buka?" Ayo, kita nikmati." Martis dan Emily akhirnya makan malam bersama. Saat suaran sendok dan piring beradu, ada pula suara celotehan mereka yang terdengar bahagia. Alam tetapi, rada bahagia mereka itu berubah dalam sekejap saat mereka mendengar ada suara kaca jendela yang pecah di lantai bawah. Martis menatap Emily dengan wajah penuh isyarat. "Emily, jangan ke mana-mana. Aku akan memeriksa suara apa itu tadi," ujar Martis yang kemudian turun ke lantai bawah untuk memeriksa apa yang terjadi.Rupanya, Martis menemukan adanya batu yang terbalutkan kertas. Lalu Martis mengambilnya dan ia membuka kertas itu. Ternyata dalam kertas itu ada rangkaian kata yang bertuliskan kalimat pengancaman."Kalian akan mati...?" ujar Martis mem
Martis awalnya tak percaya jika apa yang dikatakan oleh Emily tentang koin emas miliknya mampu membeli sebuah rumah. Pada keesokan harinya, Martis dan Emily berjanji untuk bertemu di sebuah kedai untuk makan siang. Setelah makan siang bersama, Emily mengatakan bahwa ia telah menemukan tempat yang cocok dan harga yang pas dari koin emas yang Martis miliki. Emily yang dalam hatinya merasa sangat senang, dengan buru-buru mengajak Martis untuk melihat lokasi yang ia maksud. "Jadi, inilah lokasi rumah yang aku katakan tadi, Tuan Martis. Jadi bagaimana? Apakah Tuan Martis suka dengan rumah ini?" tanya Emily, dalam hatinya ia berharap mendapat pujian dari Martis. Martis pun menjawab seraya memperhatikan bangunan rumah yang Emily tunjukkan. "Emily, kalau soal bangunannya aku rasa sudah bagus. Di tambah lagi, ada halaman yang tersisa cukup luas. Aku mau tempat ini." Akhirnya harapan Emily terkabul juga. "Baiklah, kalau begitu aku akan menyelesaikan pembayarannya dan serah terima surat men