Martis menyadari bahwa dia harus bertindak dengan hati-hati dan cerdas untuk membuktikan niat baiknya kepada wanita penyihir tersebut. Dia mempertimbangkan beberapa langkah yang mungkin dapat dia ambil."Bagaimana jika kita saling berbagi informasi?" tanya Martis.Martis memilih untuk berbagi informasi yang relevan dengan wanita penyihir itu. Dia bisa memberikan penjelasan tentang tujuan mereka dan mengungkapkan bahwa mereka tidak memiliki niat jahat terhadapnya. Dengan mengungkapkan kejujuran mereka, Martis berharap bisa membangun kepercayaan."Informasi? Informasi tentang apa itu? Apakah itu bisa membantu masalahku?" Wanita itu bertanya balik."Tergantung padamu. Jika kau mau berbagi tentang masalahmu, mungkin aku dapat memberikan informasi yang tepat dan berguna untukmu," jawab Martis."Aku ingin informasi tentang semua artefak kuat yang kau miliki. Apakah kau mau berbagi?" Senyum licik pun kembali muncul di bibir wanita itu."Boleh saja. Baiklah, aku akan berbagi informasi tentang
Wanita penyihir itu terdiam sejenak, merenungkan kata-kata Martis. Setelah beberapa detik, ia mengangguk dan memintanya untuk mengikuti ke mana pun dirinya pergi. Mereka berjalan di sepanjang alam semesta yang ada dalam ilusi wanita penyihir tersebut, dan Martis terus berusaha mengingatkan dirinya sendiri bahwa ia perlu berhati-hati.Setelah beberapa waktu mereka berjalan, mereka tiba di suatu tempat yang seperti istana besar. Ruangan ini dipenuhi dengan jebakan ilusi yang lebih besar dan lebih rumit daripada yang pernah dilihat oleh Martis sebelumnya. Teman-temannya ada di dalamnya, terjerat dalam ilusi yang berbeda-beda, namun Martis bisa merasakan hadirnya kehidupan dalam diri mereka, sulit untuk dicapai oleh siapa pun selain penyihir itu sendiri.'Wanita ini sungguh luar biasa. Teknik ilusi yang ia gunakan sungguh seperti nyata. Sebenarnya siapa dia? Aku harus mencari tahu tentang dia lebih detail lagi.' Martis menyadari bahwa tidak mudah untuk melepaskan teman-temannya dari jebak
Sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa keadaan ini membingungkan? Apakah Martis sebenarnya berpihak pada Claude? Atau justru kepada wanita itu?Kemudian keadaan pun menjadi hening. Mereka bertiga seling melirik satu sama lain. Mereka bertiga seakan sedang memikirkan cara bagaimana untuk bertindak selanjutnya.Dan setelah beberapa menit kemudian, barulah mulai ada pergerakan dari wanita itu. "Aku tahu apa yang kalian rencanakan!" teriaknya, kemudian justru menyerang Claude dan juga Martis."Hey, kau! Kenapa kau malah menyerangku!?" tanya Claude kesal."Tanyakan saja pada dirimu sendiri, Claude. Padahal, aku memiliki niat baik mengajak Martis bertemu denganmu. Tapi justru kalian berniat bekerja sama untuk menyerangku. Benar begitu bukan, Maris?" Kedua mata wanita itu melirik Martis dengan tatapan menyindir."Sepertinya kau memang wanita yang sangat pintar. Jujur saja, sebenarnya sejak awal aku tidak percaya denganmu. Yang aku inginkan hanya satu, bebaskanlah teman-temanku dari jeratan ilus
Martis dan Claude saling pandang, kemudian kembali menatap wanita itu dengan serius. "Kami siap untuk apa pun yang akan kau lakukan," kata Claude dengan tenang.Martis mengangguk, menunjukkan dukungannya pada Claude. "Kami berdua di sini, siap melindungi wilayah ini dan orang-orang yang kami cintai. Jadi, lakukan apa pun yang kau mau. Kami tidak akan mundur."Wanita itu tampak marah, tapi juga tampak putus asa. Dia tahu bahwa dia tidak bisa mengalahkan mereka berdua. Namun, dia juga tahu bahwa dia tidak bisa mundur. Jadi, dengan segenap keberaniannya, dia berdiri dan bersiap untuk melanjutkan pertarungan.Namun, Martis dan Claude tidak akan membiarkannya menang. Mereka berdua tahu bahwa mereka harus bertarung sampai akhir, tidak peduli apa yang terjadi. Mereka tahu bahwa mereka harus melindungi wilayah ini, dan mereka siap untuk melakukan apa pun yang diperlukan untuk melakukannya."Lihat ini...!" teriak wanita itu.Weng...!Ada tekanan di sekeliling mereka."Martis, kau harus bisa me
Martis menatap dengan kebingungan kartu As yang dipegang oleh wanita itu. Dia tidak mengerti apa yang dimaksud oleh wanita itu.Namun, ketika wanita itu menunjukkan kartu As tersebut, Martis tiba-tiba merasakan kehadiran yang kuat dan mengenalinya. Itu adalah artefak yang sangat berbahaya dan memiliki kekuatan yang luar biasa. Dan artefak itu mengeluarkan Mia dari dimensi ilusi. Namun kali ini Mia bukanlah Mia yang sebelumnya. Ia dikendalikan oleh kekuatan jahat yang dihasilkan dari artefak milik wanita itu."Mi-mia...?" Tapi Martis segera mengerti bahwa dia harus berhati-hati. Dia tidak boleh mengabaikan ancaman yang ditimbulkan oleh kartu As tersebut. Dia mempersiapkan diri untuk menghadapi kemungkinan serangan yang lebih hebat.Claude, yang juga menyaksikan pertunjukan ini, mengerti situasi yang sedang terjadi. Dia tahu bahwa mereka harus bersiap menghadapi kekuatan yang lebih besar dari wanita itu."Kita harus tetap tenang, Martis. Kita bisa menghadapinya bersama-sama," kata Claud
Martis dan Claude terkejut dengan serangan Mia yang tiba-tiba. Mereka berusaha menghindar dan mengelak dari serangan Mia yang semakin mematikan."Mia, kamu tidak harus mengikuti pengaruh artefak ini. Kami akan membantumu kembali ke keadaan semula," ucap Claude dengan suara yang lembut."Mia, tolong dengarkan aku. Kamu bisa mengendalikan kekuatanmu," kata Martis dengan penuh keyakinan.Namun, Mia terus menyerang dengan kekuatan yang semakin dahsyat. Martis dan Claude terus berusaha mengelak dan menenangkan Mia dengan kata-kata lembut. Mereka terus berusaha berbicara dengan Mia, berharap bahwa suara dan kata-kata mereka bisa menembus kabut kebingungan yang sedang dialaminya."Claude, kita harus mencoba sesuatu yang berbeda," kata Martis, matanya tetap fokus pada Mia yang tampak semakin marah. "Mungkin kita harus mencoba mengingatkan Mia tentang masa-masa bahagia yang pernah kami lewati bersama. Mungkin itu bisa membantu Mia mengendalikan kekuatannya."Claude mengangguk, memahami maksud
Namun tiba-tiba, ketika mereka bertiga sedang asik bercengkrama sejenak, terdengar gempa yang dahsyat."Apa itu?" tanya Martis."Aku tidak tahu," ujar Claude, ia juga nampak mulai gelisah.Mereka keluar, dan melihat sebuah portal raksasa terbentang di langit. Pemandangan itu sangat menakutkan, terlihat seperti sebuah lubang hitam yang menghisap sebagian atmosfer bumi.Martis berusaha melindungi Mia dan Claude, tetapi Mia terjatuh ke dalam portal besar itu."Mia....!" teriak Martis. Ia pun langsung mengambil tindakan, dan berusaha berlari ke arah portal untuk menyelamatkan Mia."Martis, jangan....! Itu berbahaya...!" Claude ingin mencoba mencegah Martis. Akan tetapi, yang terjadi sungguh di luar dugaan. Alih-alih ingin mencegah Martis agar tidak terseret ke dalam portal raksasa, justru Claude juga lah yang ikut terseret ke dalamnya."Claude, kenapa kau malah mengikuti aku...? Seharusnya kau diam saja di sana tadi." Martis masih sempet mengomeli Claude, padahal saat ini tubuh mereka ter
"Kami tidak bermaksud mengganggu, kami hanya ingin pulang," tambah Mia, mencoba untuk menenangkan situasi.Telia tampak berpikir sejenak, matanya yang misterius menatap Martis dan Mia. "Baiklah," katanya akhirnya, "Tapi sebelum itu, kalian harus membantu saya."Ternyata, Telia juga terjebak di tempat itu dan membutuhkan bantuan untuk bisa keluar. Martis dan Mia, meski awalnya ragu, akhirnya setuju untuk membantu Telia. Mereka berharap dengan bekerja sama, mereka bisa menemukan jalan keluar dari tempat misterius itu.Martis dan Mia merasa kasihan dengan Telia setelah mereka mengetahui apa yang menimpa dirinya sehingga dapat terjebak dalam ruang dimensi yang hampa ini. Dan yang membuat Martis lebih terkejut lagi adalah ketika Telia mengatakan bahwa usianya sudah lebih dari seratus tahun. Awalnya Martis dan Mia sangat waspada terhadap Telia karena mereka berdua dapat merasakan betapa besarnya kekuatan yang Telia miliki pada tubuhnya. Namun mereka merasa lega setelah Telia bercerita semu