"Saya setuju, Raja Orc," jawab Martis yang berusaha mengatur nafasnya. "Kita semua harus bekerja sama. Tidak ada cara lain. Aku yakin kita bisa melakukannya jika kita semua bersatu."Lalu, Martis menoleh ke arah kakeknya yang sedang menghalau Raja Mutan berteriak kepadanya. "Bagaimana menurutmu, Kakek? Apa kamu punya ide lain?"Martis tahu bahwa situasi ini sulit dan berbahaya, tetapi Martis yakin bahwa mereka semua bisa melalui ini bersama. Mereka hanya perlu percaya satu sama lain dan bekerja keras. Mereka semua punya kekuatan dan keahlian masing-masing, dan jika mereka menggabungkannya, Martis merasa yakin bahwa mereka pasti bisa mengalahkan Raja Mutan."Tapi semuanya, sepertinya ada beberapa hal yang perlu kita persiapkan sebelum menghadapi Raja Mutan. Pertama, kita perlu memastikan bahwa kita semua dalam kondisi terbaik kita, baik secara fisik maupun mental. Kedua, kita perlu memahami kemampuan kita masing-masing dengan baik. Ketiga, kita perlu merencanakan strategi kita dengan ha
"Ya, Dr. Aeon, penjelasanmu masuk akal. Kita memang harus memperhatikan lawan kita dengan seksama dan mencoba merasakan perubahan dalam perilaku dan juga pola mereka," jawab Martis dengan serius. Dia menatap lurus ke mata Dr. Aeon, dan itu menunjukkan keseriusannya. "Tapi kita juga harus memperhatikan kondisi kita sendiri. Kita harus menjaga stamina dan moral kita. Kita tidak boleh terlalu fokus pada lawan hingga melupakan diri kita sendiri."Sementara itu, Raja Orc tampak sedikit terkejut dengan pernyataan Martis. "Martis, kamu benar. Saya tidak pernah berpikir tentang hal itu sebelumnya," ujarnya dengan suara rendah. Dia tampak sedikit merenung, memikirkan kata-kata Martis.Dr. Aeon tersenyum, "Itulah mengapa kamu dipilih untuk menjadi pemimpin, Martis. Kamu memiliki pemikiran yang jernih dan logis. Saya yakin kita bisa menang dalam pertempuran ini."Kemudian, pertempuran dimulai dengan suara keras dari Raja Orc, "Kita akan menyerang Raja Mutan dari dua sisi. Martis, kamu berada di
Dan lagi-lagi, ketika Raja Mutan bangkit kembali, kekuatannya tampak meningkat dua kali lipat. "Kalian pikir aku bisa dikalahkan begitu saja?! Serangan kalian masih terlalu lemah bagiku!" serunya, suaranya kembali bergema di seluruh medan pertempuran."Kita harus menemukan cara untuk menghentikan regenerasinya," kata Martis, ia berdiri tegak meski terluka. Raja Orc dan Dr. Aeon pun mengangguk, mereka setuju dengan rencana Martis.Raja Orc, dengan tubuhnya yang besar dan kuat, menyerang Raja Mutan. Sementara itu, Martis dan Dr. Aeon mencoba mencari titik lemah Raja Mutan. "Perhatikan pola serangannya," kata Dr. Aeon, "Mungkin kita bisa menemukan celahnya."Raja Mutan melancarkan serangan demi serangan, namun Raja Orc bertahan. Dia tahu dia harus memberi waktu bagi Martis dan Dr. Aeon.Tiba-tiba, Martis melihat sesuatu. "Raja Orc, serang dia di bagian dada!" teriak Martis. Raja Orc mengangguk dan melancarkan serangan kuat ke arah dada Raja Mutan.Raja Mutan terkejut dan terpental ke bel
Kakek Martis berdiri, ia menatap cucunya dengan mata berbinar. "Kau telah membuatku bangga, Martis," katanya sambil tersenyum. Dia berjalan mendekati Martis dan meraih amulet itu, lalu menatapnya dengan penuh kekaguman. "Kau telah menggunakan amulet ini dengan bijaksana dan penuh keberanian."Sementara itu, Raja Orc dan Dr. Aeon berdiri di samping mereka dan tersenyum lega. Mereka menepuk bahu Martis, memberikan pujian atas keberaniannya. "Kau telah menyelamatkan kita semua, Martis," kata Dr. Aeon, "Kau adalah pahlawan sejati."Martis merasa hangat di dalam hatinya. Dia melihat ke sekeliling, melihat wajah-wajah yang tersenyum padanya, dan merasa sangat beruntung. Dia telah melakukan sesuatu yang berarti, sesuatu yang akan diingat oleh banyak orang."Sepertinya kita harus merayakan kemenangan ini," kata Raja Orc, "Yah, kita harus mengadakan pesta untuk pahlawan kita, Martis!"Dan begitulah, nampaknya malam ini akan dipenuhi dengan tawa dan kebahagiaan. Mereka merayakan kemenangan mere
Martis menatap kedua tamunya dengan ekspresi serius, merasakan beratnya suasana. "Baiklah, beritahu aku. Apa permohonan kalian?" kata Martis, menunjukkan kesiapannya untuk mendengar.Salah satu tamu yang seorang wanita berambut pirang dengan mata biru cerah, berbicara. "Martis, kami membutuhkan bantuanmu. Ada ancaman baru yang menghadang kerajaan kami. Kami telah berusaha mengatasinya, tetapi tampaknya musuh ini terlalu kuat bagi kami."Tamu yang lain, seorang pria berpakaian perang lengkap, menambahkan, "Kami percaya bahwa hanya kamu yang bisa mengalahkan mereka, Martis. Kami membutuhkan kekuatanmu."Martis merenung sejenak, memahami beratnya permintaan ini. Namun, dia tahu bahwa jika ada orang yang dalam bahaya, dia harus bertindak. "Baiklah," kata Martis, "Aku akan membantu. Ceritakan lebih lanjut tentang ancaman ini."Mereka lalu duduk bersama, mendiskusikan strategi dan rencana, siap untuk menghadapi ancaman baru yang menghadang kerajaan mereka. Martis, meski merasa berat, tetap
Amulet Cahaya pasti memberi mereka kepercayaan diri untuk menghadapi Bayangan Hitam."Kak Martis, lalu apa yang akan kita lakukan selanjutnya?" tanya Reka."Aku akan berbicara dengan raja dan penasihat kerajaan dan memberi tahu mereka tentang penemuan Amulet Cahaya dan bagaimana mereka berencana menggunakannya melawan Bayangan Hitam kelak. Dan aku akan pergi ke sana sekarang juga," jawab Martis.Lalu Martis melanjutkan, "Dan sebaiknya nanti aku juga akan berlatih dan mempersiapkan diri untuk pertempuran. Aku perlu belajar bagaimana mengendalikan kekuatan Amulet Cahaya dan memastikan bahwa nanti aku dan mereka siap secara fisik dan mental. Dan untuk kamu Reka, kau harus membantuku untuk mencari lebih banyak informasi tentang Bayangan Hitam. Cobalah untuk mencari kelemahan atau cara lain untuk mengalahkannya.""Tenang saja, Kak. Aku dan Herupa akan melakukan yang terbaik untuk membantu Kak Martis melawan para penjahat itu." Reka menjawab dengan pose gaya ala militer.Sesuai apa yang dir
Lalu keesokan harinya Martis mengatakan bahwa ia akan mencoba menemui pemimpin Bayangan Hitam. Terkadang, keberanian sejati bukanlah tentang berperang, akan tetapi tentang mencari cara untuk menyelesaikan konflik tanpa harus bertempur. Dengan kekuatan dan kebijaksanaannya, Martis akan mencoba untuk menemukan cara menghadapi Bayangan Hitam dengan tanpa harus merugikan orang lain.Namun sayangnya, saat Martis baru saja akan melangkahkan kakinya keluar dari gerbang kerajaan Rosian, ia mendengar kabar dari salah satu prajurit penjaga gerbang bahwa Bayangan Hitam sedang menyerang daerah perbatasan secara tiba-tiba tanpa adanya peringatan apapun. "Hem..., sepertinya niat baikku tertunda. Baiklah, kalau sudah begini, mau bagaimana lagi?" ucap Martis.Martis pun bergegas menuju daerah perbatasan. Saat ia tiba di sana, keadaannya sudah kacau dan sangat mencekam. Martis melihat dari kedua belah pihak yang sudah banyak mengalami jatuh korban. Martis merasa sangat miris atas keadaan ini.Dan saa
Martis harus berpikir cepat dan strategis. "Aku harus tetap tenang dan fokus. Menghadapi musuh yang lebih kuat membutuhkan ketenangan pikiran agar bisa membuat keputusan yang tepat. Yah, aku tidak boleh gegabah."Saat sedang berpikir, Martis merasa kesulitan untuk menghindari serangan cakaran dari musuhnya itu. "Gila...! Dia kuat sekali! Aku harus segera mencari cara untuk menetralkan efek serum itu. Apakah ada penawar atau metode lain yang bisa aku gunakan untuk menstabilkan pria itu? Baiklah Ririn, coba berikan aku petunjuk." Akhirnya Martis meminta bantuan sistemnya.Pertarungan pun tidak bisa dihindari, Martis harus memanfaatkan kelemahan musuhnya. Mungkin ada bagian tubuh pria itu yang masih rentan? Atau ada cara lain untuk menahan serangan yang dilancarkan? Entahlah, yang jelas dalam situasi ini Martis bertindak sangat berhati-hati dan Martis juga harus mempersiapkan diri untuk kemungkinan terburuk. Dia harus siap dengan segala risiko dan tetap berjuang.Dan saat Martis mencoba
Martis pun terkejut dengan jawaban tersebut. Bagaimana mungkin Phynoglip yang begitu kuat dan misterius, ternyata hanya sebuah ciptaan manusia biasa? Namun, sistem juga menjelaskan bahwa kekuatan dan keajaiban Phynoglip tidaklah hanya sebatas itu. Ada sesuatu yang lebih dalam dan misterius yang belum terungkap."Jadi, berita tentang Phynoglip yang tersebar selama ini adalah salah? Lalu, apa hubungannya dengan kekuatan 'D' ?"Kemudian, Martis melanjutkan membaca catatan tersebut. Di dalamnya terdapat jawaban atas pertanyaan lainnya yang selama ini menghantuinya. Mengenai kekuatan Phynoglip, asal-usulnya, tujuan sebenarnya, dan bagaimana cara untuk mengungkap misteri di balik keberadaannya. Semua jawaban itu membuat Martis semakin penasaran.Dengan semangat yang baru, Martis memutuskan untuk mencari bantuan dari Phynoglip kecil yang tadi telah menawarkan bantuannya. Dengan bantuan mereka, Martis berharap dapat menemukan cara untuk mengungkap semua misteri yang menyelimuti Phynoglip. Pa
Keesokan harinya, Martis pun siuman. Dia memegang kepalanya yang masih terasa sedikit pusing setelah semalam penuh tak sadarkan diri. Saat dia membuka mata, dia merasa terkejut melihat keadaan di sekelilingnya. "Wow, apa yang terjadi?" tanya Martis sambil mengucek matanya untuk memastikan dia tidak bermimpi. Dia melihat bahwa semua Phynoglip yang tadinya memiliki ukuran cukup besar, kini berubah hanya seukuran telapak tangan pria dewasa. Di hadapannya, ada beberapa Phynoglip kecil yang berserakan di lantai. "Hei, apa yang terjadi? Kenapa kalian semua berubah menjadi kecil seperti ini?" tanya Martis penuh penasaran. Yang tak disangka oleh Martis ternyata ada suara jawaban dari salah satu Phynoglip kecil dengan berwarna hijau menjawab. "Kami juga tidak tahu, Martis. Tiba-tiba saja pagi ini, kami semua berubah ukuran menjadi kecil seperti ini. Kelihatannya ini adalah dampak dari ulahmu kemarin."Martis melompat ke belakang karena sangat terkejut. "Hah...?! Ka-kau..., bisa bersuara...
Martis tersenyum puas, melihat usahanya berbuahkan hasil dengan cepat. Dia merasa bangga dengan apa yang dilihatnya saat ini. Namun, tiba-tiba ada suara aneh yang terdengar di kejauhan. Suara-suara itu semakin lama semakin keras, seperti suara kehancuran yang mendekat dengan cepat. Martis dan Martis Dua pun segera menyadari bahwa mereka sedang terancam oleh kekuatan gelap yang tidak mereka ketahui sebelumnya. "Martis, kita harus segera melawan kekuatan gelap ini!" kata Martis Dua dengan suara serius. Martis mengangguk, lalu ia mulai bersiap untuk melawan kekuatan gelap yang terasa mengancam itu. Dia mengumpulkan kekuatan dan bersiap untuk bertempur. Rupanya, ada beberapa sosok yang diselimuti aura hitam yang sangat pekat. Dan sosok-sosok itu memancarkan aura membunuh yang tertuju pada Martis. Dan anehnya, sosok-sosok itu ternyata dapat melihat Martis Dua dan dapat menyerangnya. Hal ini sangat tak terduga oleh mereka berdua. Mereka kira, sosok Martis Dua tidak dapat diserang
Martis menatap sosok dirinya yang lain dengan penuh kagum. Mereka berdua saling tersenyum lega karena telah berhasil mengalahkan Edmiral Kaziru dengan kekuatan ganda mereka. Martis merasa terharu karena kini memiliki Sekutu yang dapat membantunya dalam pertempuran demi melawan kejahatan. Martis Dua tersenyum pada Martis, "Kita berdua adalah satu kesatuan yang kuat. Dengan Sistem Ganda ini, aku yakin kita pasti dapat mengalahkan siapa pun." Martis Satu mengangguk setuju,"Ya, benar sekali. Kita akan menjadi tim yang tak terkalahkan. Kita akan melindungi orang-orang dari kejahatan dan kita harus bersumpah untuk membela kebenaran dengan kekuatan ganda kita ini." Mereka berdua kemudian kembali ke markas mereka, merencanakan strategi untuk pertempuran berikutnya. Setidaknya sekarang Martis merasa senang bahwa ia tidak sendirian lagi, kini ia memiliki Sekutu yang selalu setia mendampinginya. Mereka bekerja sama dengan sempurna, saling melengkapi satu sama lain dalam setiap pertempuran. Ya
'apa itu Sistem Ganda?' tanya Martis dalam hatinya. Di tengah pertempuran yang sangat sengit, Martis melawan Edmiral Kaziru. Namun ia merasakan sesuatu yang aneh. Kekuatannya berdenyut dengan intensitas yang baru, dan ia merasakan seperti sebuah kekuatan lain lagi yang bersemayam di dalam dirinya. Ia merasa bingung dan penasaran. Ia tidak tahu apa yang terjadi. Ia tidak tahu dari mana kekuatan baru ini berasal. Martis menarik napas dalam-dalam dan berusaha untuk mengendalikan emosinya. Ia tidak boleh terlena oleh kebingungan. Martis melanjutkan pertempurannya melawan Edmiral Kaziru. Ia menyerang dengan kecepatan yang menakutkan, menggerakkan pedangnya dengan kecepatan kilat, mencoba untuk menyerang Edmiral Kaziru seperti sebelumnya. Begitu pula dengan Edmiral Kaziru, ia menghindar dengan cepat dan menyerang balik. Ia menggerakkan pedangnya dengan kecepatan yang sama, mencoba untuk menyerang Martis.Namun tiba-tiba ada satu lagi pemberitahuan dari sistem Martis. Kali ini Martis
Martis dan Edmiral Kaziru, dua sosok yang dipenuhi amarah dan ambisi,saat ini mereka sedang berhadapan di garis depan pertempuran. Tatapan mereka bertemu, menghasilkan percikan api yang mengancam untuk meledak. "Akhirnya kita bertemu lagi," ucap Martis, suaranya bergetar karena amarah dan kesedihan. "Aku bersumpah akan membalaskan dendam Anak dan Istriku! Dan aku juga akan sekalian merebut Phynoglip yang ada di sini." Edmiral Kaziru menanggapi dengan seringai yang menjijikkan. "Coba saja. Cih! Apa katamu?! Merebut Phynoglip...?" Kaziru terkekeh, suaranya menggelegar. "Asal kau tahu saja, tujuanku kemari justru ingin merampas Phynoglip dan aku berniat untuk menggunakannya untuk diriku sendiri." Martis tidak heran, ia sudah menduga bahwa Kaziru akan berkhianat dari The World Goverment. "Sejak awal, aku sudah menduganya," kata Martis dengan nada yang dingin. "Kau selalu berambisi untuk menguasai dunia, Edmiral Kaziru. Kau tidak akan pernah puas dengan kekuasaan yang kau miliki sekar
"Kaziru berada di area penyimpanan Phynoglip," kata salah satu prajurit yang sengaja Martis buat tetap sadarkan diri. "Ia sedang mengumpulkan kekuatan untuk menyerang kerajaan-kerajaan." Martis terkejut mendengar informasi tersebut. Ia tahu bahwa area penyimpanan Phynoglip adalah tempat terlarang yang menyimpan rahasia tentang Kekuatan D. Ia cemas bahwa saat ini Edmiral Kaziru sedang merencanakan sesuatu yang besar secara terang-terangan. "Kita harus segera menghentikannya," kata Martis dengan wajah cemas. Kemudian Martis memerintahkan pasukannya untuk kembali bersiap menuju tempat baru. Namun, saat dalam perjalanannya, Martis mendapatkan satu kabar buruk. Kabar ini adalah kabar terburuk yang pernah ia dengar seumur hidupnya. Kabar itu adalah kabar tentang pasukan Edmiral Kaziru yang ternyata berhasil membunuh istri Martis, yaitu Mia. Tentu saja Martis terkejut dan sedih mendengar kabar tersebut. Ia merasa hancur. Ia tidak percaya bahwa Mia juga telah pergi meninggalkannya untu
Dengan tubuh yang terasa lemas, Martis berjalan mendekati tubuh Lancelot yang telah kaku. Ia merasakan kesedihan dan amarah yang membara menyerbu jiwanya. Ia tidak percaya bahwa Lancelot dan beberapa sahabatnya telah pergi untuk selamanya. Martis berlutut di samping tubuh Lancelot, menatap wajahnya yang pucat. Ia menelusuri garis-garis halus di wajah Lancelot, mengingat saat-saat indah yang mereka lalui bersama. Ia mengingat keberanian Lancelot, kebaikan hatinya, dan tekadnya untuk melindungi dunia. Air mata mengalir deras di pipi Martis. Ia memeluk tubuh Lancelot erat-erat, mencoba untuk menghilangkan rasa sakit yang menyerbu jiwanya. Ia berbisik kata-kata lembut kepada Lancelot, mencoba untuk menenangkan jiwanya yang terluka. "Anakku," bisik Martis, suaranya bergetar karena kesedihan. "Aku sangat mencintaimu. Aku sangat bangga padamu. Kau adalah pahlawan sejati. Kau telah berjuang dengan gagah berani untuk melindungi dunia ini. Kau telah mengorbankan hidupmu untuk mencapai tujuan
Lancelot, Jendral Salim, dan Kolonel Rizal, meskipun mereka bertiga terluka parah, mereka sudah memantapkan tekad mereka untuk tetap berjuang dengan gigih melawan Edmiral Kaziru. Mereka sudah bersumpah untuk tidak akan menyerah begitu saja. Lalu Lancelot, dengan sisa kekuatannya, ia berusaha melancarkan serangan terakhir kepada Edmiral Kaziru. Ia mengayunkan pedangnya dengan penuh kekuatan, mencoba untuk setidaknya mampu melukai Edmiral Kaziru walau hanya sedikit. Namun, Edmiral Kaziru dengan mudah menghindar dan melancarkan serangan balik. Serangan Edmiral Kaziru mengenai tubuh Lancelot dengan keras, membuat Lancelot kembali tersungkur ke tanah. Jendral Salim dan Kolonel Rizal yang melihat Lancelot terjatuh, berteriak sedih. Mereka tahu bahwa Lancelot telah kalah. Mereka merasa bahwa mereka akan mati hari ini. Kemudian Edmiral Kaziru dengan penuh senyum sinis, mendekati Jendral Salim dan Kolonel Rizal. Kali ini, sepertinya Jendral Salim dan Kolonel Rizal sudah pasrah atas nyawa