Jadi, setelah melakukan beberapa penyelidikan, Martis menemukan bahwa Dr. Aeon ternyata pergi ke bagian kota yang sedang diserang oleh sekelompok mutan. Berita ini membuat Martis dan Reka khawatir, tetapi juga membuat mereka bertanya-tanya apa yang mungkin sedang dilakukan Dr. Aeon di sana.Martis memutuskan untuk pergi ke kota tersebut untuk mencari Dr. Aeon. Dia tahu ini berisiko, tetapi dia juga tahu bahwa jika Dr. Aeon berada di sana, dia mungkin membutuhkan bantuan. Reka, meskipun awalnya ragu, setuju bahwa ini adalah hal yang harus dilakukan.Sebelum berangkat, Martis berjanji pada Reka bahwa dia akan berhati-hati dan segera kembali. Reka, sementara itu, berjanji bahwa dia akan terus bekerja pada serum dan menjaga laboratorium tetap aman dan terkendali di bawah pengawasannya.Dengan hati penuh keberanian dan tekad, Martis berangkat ke kota tersebut, berharap dapat menemukan Dr. Aeon dan membantunya. Dia tidak tahu apa yang akan dia temui di sana, tetapi dia telah bersiap untuk s
Hasil dari uji coba serum yang dilakukan Dr. Aeon ternyata cukup mengejutkan. Ketika serum diinjeksikan ke dalam mutan, terjadi perubahan yang signifikan. Mutan tersebut tampaknya menjadi lebih lemah dan kehilangan sebagian dari kekuatannya.Dr. Aeon, meski awalnya terkejut, merasa lega dan puas dengan hasil ini. Ini berarti bahwa serum yang dia kembangkan bisa menjadi senjata yang sangat efektif melawan mutan.Namun, Dr. Aeon juga menyadari bahwa masih ada banyak pekerjaan yang harus dilakukan. Dia perlu memastikan bahwa serum ini aman untuk digunakan pada manusia, dan dia juga perlu mengetahui seberapa efektif serum ini dalam jangka panjang.Meski begitu, hasil uji coba ini memberikan harapan baru bagi Martis, Reka, dan semua orang yang berjuang melawan mutan. Mereka tahu bahwa mereka mungkin telah menemukan cara baru untuk melindungi diri dari serangan mutan.Dr. Aeon adalah seorang ilmuwan yang bertanggung jawab dan berhati-hati, jadi dia memutuskan untuk tidak langsung menguji se
Martis berbalik dan melihat Reka berdiri di belakangnya, memegang tabung serum dengan ekspresi penuh harapan di wajahnya. "Reka," kata Martis, terkejut tapi juga merasa lega melihatnya. "Kamu tahu bahwa serum ini masih dalam tahap pengujian, kan?"Reka mengangguk, tampaknya memahami risikonya. "Aku tahu, Kak. Tapi aku juga tahu betapa pentingnya serum ini. Aku ingin membantu. Aku ingin berbuat sesuatu untuk melawan mutan itu."Martis menatap Reka, merasa bangga dan sedih sekaligus. Dia tahu betapa beraninya Reka, dan dia tahu betapa kuatnya keinginannya untuk melindungi orang-orang yang dia cintai. "Baiklah, Reka," kata Martis akhirnya, memberikan senyum kecil. "Tapi kamu harus berjanji padaku bahwa kamu akan berhati-hati, oke?"Reka mengangguk, tampaknya lega. "Aku berjanji, Kak Martis. Aku akan berhati-hati."Dengan itu, mereka berdua kembali ke Dr. Aeon dan mengatakan perihal Reka yang ingin mencoba serum itu secara langsung."Reka, apakah kau yakin?" tanya Dr. Aeon sekali lagi."D
Dan akhirnya, Martis memutuskan untuk melatih pasukannya karena mendengar kabar dari Letnan Odele bahwa para mutan akan menyerang manusia dengan jumlah besar-besaran.Mendengar kabar tentang serangan besar-besaran yang akan dilakukan oleh mutan, Martis tahu bahwa mereka harus segera bersiap. Dia memanggil pasukannya dan mulai merencanakan sesi latihan intensif."Kita harus siap," kata Martis kepada pasukannya, menatap mereka dengan tatapan tegas. "Mutan-mutan itu akan menyerang, dan kita harus siap melawan mereka. Kita harus lebih kuat, lebih cepat, dan lebih pintar dari mereka."Martis merencanakan berbagai latihan, mulai dari latihan fisik seperti push-up dan lari, hingga latihan bertarung dan strategi. Dia tahu bahwa mereka tidak hanya perlu kuat secara fisik, tetapi juga harus tahu bagaimana cara bertarung dan berpikir secara strategis di medan pertempuran.Selama latihan, Martis juga memastikan bahwa semua anggota pasukannya tahu bagaimana cara menggunakan serum yang dikembangkan
Setelah melakukan persiapan yang matang, pasukan Martis akhirnya berangkat menuju medan tempur untuk melawan mutan. Mereka bergerak dengan hati-hati dan berusaha untuk tetap tenang dan fokus pada tujuan mereka.Saat mereka tiba di medan tempur, mereka segera disambut oleh serangan mutan yang ganas. Mutan-mutan itu menyerang dengan kejam, mencoba untuk mengalahkan pasukan Martis dengan kekuatan dan kebrutalan mereka.Namun, pasukan Martis tidak gentar. Mereka bertarung dengan gigih dan menggunakan semua keterampilan dan sumber daya yang mereka miliki untuk melawan mutan. Mereka menggunakan senjata dan peralatan yang tepat, serta memanfaatkan serum yang dikembangkan oleh Dr. Aeon untuk meningkatkan kekuatan dan stamina mereka.Pertempuran berlangsung sengit dan berkepanjangan. Pasukan Martis terus bertarung dengan gigih dan tidak menyerah, bahkan ketika situasinya terlihat sangat suram. Mereka saling membantu satu sama lain dan bekerja sama untuk mengalahkan musuh mereka."Semuanya, jan
Setelah melihat pertempuran pasukan Martis melawan para mutan, Dr. X merasa terkesan dengan kekuatan dan kemampuan pasukan tersebut. Dia menyadari bahwa mereka adalah lawan yang tangguh dan berbahaya, dan memutuskan untuk mengambil tindakan yang lebih hati-hati dalam rencananya untuk menguasai dunia.Dr. X mengamati pasukan Martis dari kejauhan selama beberapa waktu, mencatat kekuatan dan kelemahan mereka. Dia juga mempelajari serum yang dikembangkan oleh Dr. Aeon dan mencoba mengembangkan serum yang lebih kuat dan lebih mematikan.Namun, setelah melihat betapa tangguhnya pasukan Martis dalam pertempuran tersebut, Dr. X menyadari bahwa dia harus berhati-hati dan melakukan persiapan yang lebih matang sebelum melancarkan serangan terhadap mereka. Dia memutuskan untuk menunggu dan mengamati situasi lebih lanjut sebelum mengambil tindakan.Setelah menyadari kekuatan pasukan Martis, Dr. X memutuskan untuk melakukan persiapan yang lebih matang sebelum melancarkan serangan terhadap mereka. D
Mendengar tentang penyerangan para mutan dan jumlah korban yang terus bertambah, Martis merasa marah dan semakin bertekad untuk menghentikan kekacauan ini. Dia memanggil Reka dan seluruh pasukannya, bersiap untuk bergerak dan menghadapi mutan."Reka, kita harus segera bergerak," kata Martis dengan nada tegas. "Kita tidak bisa membiarkan lebih banyak orang yang tak bersalah menjadi korban para mutan. Kita harus melindungi mereka."Reka mengangguk, tampaknya setuju dengan Martis. "Aku siap, Kak Martis," jawabnya dengan wajah tegas pula.Sementara itu, pasukan Martis juga merespon dengan semangat tinggi. Mereka memiliki tugas yang penting dan mereka siap untuk melakukannya.Dengan cepat, mereka bergerak menuju lokasi serangan mutan, siap untuk berjuang dan melindungi orang-orang yang tak bersalah. Mereka kali ini akan menghadapi musuh yang kuat dan berbahaya, namun mereka tetap berani dan bertekad untuk melawan sampai titik darah penghabisan."Kita harus berjuang dengan segala kemampuan
Pertarungan antara Martis dan mutan kelas atas itu berlangsung sengit. Martis menyerang mutan itu dengan segala kemampuannya. Dia bergerak dengan lincah, menghindari serangan-serangan mutan sambil melancarkan serangan balik yang kuat.Mutan kelas atas tersebut, meski kuat dan ganas, tampaknya kewalahan dengan kecepatan dan kekuatan Martis. Martis terus menyerang tanpa henti, mendorong mutan tersebut mundur.Namun, mutan itu tidak menyerah begitu saja. Dia melancarkan serangan balik yang ganas pula, ia mencoba untuk melumpuhkan Martis. Tetapi Martis berhasil menghindari serangan-serangan itu dan melanjutkan serangannya. "Aku tidak akan menyerah!" teriak Martis seraya melancarkan serangannya.Dengan serangan itu, Martis berhasil melumpuhkan satu mutan kelas atas. Mutan itu terkapar dan jatuh ke tanah, lalu Martis berdiri di atasnya, menatapnya dengan tatapan tajam. "Kalian tidak akan bisa menghancurkan dunia kami selagi aku masih bernafas," kata Martis lagi, kali ini dengan suara yang l
Dalam benaknya, Martis terus berpikir. Dengan konsentrasinya yang sangat baik, Martis mencoba menelaah tentang kejadian hari ini. Dan pada saat ini, Mia sedang berjalan ke arah pintu yang tersembunyi di belakang tirai, dengan Phynoglip dan Emily mengikuti di belakangnya. Martis juga mengikuti mereka, dengan rasa penasaran yang semakin besar. Saat mereka mencapai pintu tersebut, Mia berhenti dan menatap Martis dengan senyumannya yang lembut. "Aku akan menunjukkan kamu bahwa kita tidak memiliki apa-apa yang berharga," ucap Mia. Dan tiba-tiba saja, ada kejadian aneh. Mia menghilang begitu saja di hadapan mereka. Phynoglip serta Emily terkejut dan menatap bayangan tersebut dengan rasa penasaran. "Apa yang terjadi?" tanya Phynoglip heran. "Aku tidak tahu," ucap Emily yang sama herannya. "Tapi aku rasa Mia yang kita lihat sebelumnya bukanlah Mia yang sebenarnya." Dan selang beberapa menit kemudian, Mia muncul kembali. Ternyata..., sosok yang mengaku sebagai Mia ini hanyalah bayang
Mia berjalan ke arah Martis, dengan Phynoglip dan Emily mengikuti di belakangnya. Martis menatap Mia dengan rasa penasaran, kemudian berbicara dengan suara yang keras. "Apa yang kamu ingin lakukan, Mia?" tanya Martis dengan suara yang keras. Mia tetap tersenyum lembut, kemudian berbicara dengan suara yang pelan. "Aku ingin menunjukkan kamu bahwa kita tidak memiliki apa-apa yang berharga," ucap Mia. Martis menatap Mia dengan rasa penasaran, kemudian berbicara dengan suara yang keras. "Apa yang kamu maksud?!" tanya Martis dengan suara yang keras. Dengan senyum lembutnya, Mia kemudian berbicara dengan suara yang pelan. "Aku akan menunjukkan kamu bahwa kita hanya memiliki puisi yang tidak berharga," ucap Mia dengan suara yang masih sama pelannya. Mia kemudian mengambil kertas yang memiliki puisi yang tertulis di dalamnya dari Emily, kemudian memberikannya kepada Martis. Martis menatap kertas tersebut dengan rasa penasaran, kemudian berbicara dengan suara yang keras. "Apa yang
Mia memimpin mereka ke arah mesin tersebut, dengan Phynoglip dan Emily mengikuti di belakangnya. Saat mereka mendekati mesin tersebut, mereka melihat bahwa mesin tersebut memiliki sebuah layar yang besar dan beberapa tombol yang berkilauan. Mia menekan salah satu tombol tersebut, dan layar mesin tersebut langsung menyala. Phynoglip dan Emily terkejut melihat bahwa layar tersebut menampilkan sebuah gambar yang aneh, seperti sebuah peta yang kompleks. "Apa ini?" tanya Phynoglip dengan suara yang penasaran. Mia menjawab, "Ini adalah peta sistem yang kita gunakan untuk mengontrol dunia ini," ucap Mia dengan suara yang pelan. "Dengan peta ini, kita dapat melihat bagaimana sistem tersebut bekerja dan bagaimana kita dapat mengubahnya." Emily kemudian menatap peta tersebut dengan rasa penasaran. "Bagaimana kita dapat mengubahnya?" tanya Emily dengan suara yang pelan. Mia memandang Emily dengan mata yang berbinar. "Kita dapat mengubahnya dengan menggunakan kode yang tepat," ucap Mia
Phynoglip mengangguk, kemudian menatap sekeliling tempat mereka berada. "Tempat ini aneh," ucap Phynoglip dengan suara yang pelan. "Aku merasa seperti berada di dalam komputer atau sesuatu." "Aku juga merasa seperti itu. Sepertinya kita berada di dalam sistem atau dimensi lain." jawab Emily dengan nada yang sama dengan Phynoglip. Keduanya terdiam sejenak, kemudian Phynoglip bertanya lagi. "Kamu pikir apa yang disembunyikan oleh Martis?" Emily memandang Phynoglip dengan serius. "Aku pikir Tuan Martis menyembunyikan sesuatu hal yang sangat penting." Phynoglip mengangguk, kemudian keduanya terdiam lagi. Akan tetapi, kali ini tiba-tiba, Phynoglip berbicara dengan nada yang berbeda. "Emily, aku merasa ada sesuatu yang aneh di sini. Sepertinya kita tidak sendirian." Emily menatap Phynoglip dengan heran, kemudian menoleh ke sekeliling. Tiba-tiba, dia melihat bayangan yang bergerak di kejauhan. "Apa itu?" bisik Emily dengan suara yang pelan. Kemudian Phynoglip berjalan menuju bayangan te
Martis hari ini dipusingkan dengan tingkah laku kedua bayi besarnya, yaitu Emily dan Phyno. Dan tanpa diduga, saat Martis menatap wajah Emily, lagi-lagi ia teringat akan raut wajah istrinya. Sampai tanpa sadar dia berucap, "Mia...?" Martis kemudian tiba-tiba memeluk tubuh Emily. "Maafkan aku, Mia..., aku pasti akan kembali," ucap Martis yang mempererat pelukannya pada Emily. "Aku bersumpah! Akan menemukan cara untuk kembali pada mereka. Tapi kira-kira, apakah mereka masih mengingatku?" Emily yang tidak mengerti apa yang terjadi, menatap wajah Martis dengan heran. la merasa tidak nyaman dengan pelukan Martis yang terlalu erat. Sementara itu, Phyno yang ada di sebelahnya, menatap Martis dengan rasa penasaran. "Martis, apa yang terjadi?" tanya Phyno dengan suara yang pelan. Martis tersadar dari lamunannya dan melepaskan pelukannya pada Emily. la memandang wajah Emily dan tersenyum. "Maaf, Emily," ucap Martis dengan suara yang lembut. "Aku hanya..., teringat pada seseorang yang
Rupanya, Raja Kegelapan telah mempersiapkan strategi untuk menghadapi Martis. Saat ini ia memutuskan bahwa dia dan anaknya masih harus berada di dalam gunung berapi tempat mereka berada saat ini untuk sementara waktu. Nampaknya Raja Kegelapan kali ini lebih waspada dalam menghadapi Martis. Dia telah kehilangan Black Rose karena kala itu telah meremehkan Martis. Padahal ia berpikir bahwa Black Rose akan dapat mengalahkan Martis dengan mudah. Namun kenyataannya, justru sebaliknya. Kekalahan Black Rose sangat membuatnya rugi besar. Sebab, Black Rose beserta semua pengikutnya telah diberantas habis oleh Martis sampai tak tersisa satupun. Sementara Raja Kegelapan masih bersembunyi di dalam gunung berapi, beberapa Minggu kemudian Martis dan yang lainnya kini telah kembali pulih. Dan ternyata, Martis tengah berusaha memisahkan aura kegelapan yang tersisa dalam tubuh Phynoglip. Namun usahanya belum membuahkan hasil. Memang benar, dalam beberapa hari ini ia telah berhasil membuang sebagian
Raja Kegelapan sangat marah karena merasakan hawa keberadaan Black Rose yang terhubung dengan jiwanya kini telah menghilang."Black Rose...? Ti-tidak...!" Raja Kegelapan berteriak histeris di dalam ruangan persembunyiannya."Tidak akan aku maafkan! Black Rose mati dikalahkan oleh manusia bernama Martis itu! Aku tidak boleh bersantai-santai. Yah..., aku akan membalaskan semua yang telah dilakukan oleh Martis! Terutama atas kematian Black Rose!" Raja Kegelapan kemudian bangkit dari tempatnya. Kali ini amarahnya benar-benar berada di puncaknya. Hal yang membuat ia sangat marah tentu saja atas kematian Black Rose, wanita yang sangat dicintainya.Kemudian Raja Kegelapan pergi ke suatu tempat. Tempat itu adalah gunung berapi yang ada di ujung wilayah barat. Gunung berapi ini adalah tempat di mana Raja Kegelapan pernah berlatih bersama Black Rose.Dan rupanya, di gunung berapi ini juga Black Rose pernah menyimpan benih. Benih itu adalah hasil dari perkawinan mereka berdua. Dan selama ini, be
Dan akhirnya, Martis tumbang juga. Setelah energi dan stamina terkuras habis, waktu kembali normal. Dan mereka tetap berada di tempat terakhir kalinya. Gedebugh...! Tubuh Martis yang terkulai lemas akhirnya terkapar di lantai. Karena mendengar ada suara aneh, Emily yang ada di atas ranjang menoleh ke arah sumber suara. Dan ia melihat di sana ada tubuh Martis yang tergeletak di lantai tak sadarkan diri. "Tu-tuan Martis...?" ucap Emily yang kemudian ia turun dari ranjang dan segera memeriksa keadaan Martis. Ia sudah ingat dengan apa yang terjadi. "Martis...? Wah, iya, aku harus membantunya." Begitu pula dengan Phynoglip yang baru sadar dan ingat semaunya. Ia bergegas membantu Emily untuk mengangkat tubuh Martis ke atas ranjang. "Hey, tubuhku masih terluka, tapi aku bisa kok, menjaga Martis agar tetap stabil. Aku akan berbaring di sampingnya sampai ia kembali pulih. Aku tidak keberatan berbagi energi dengan dirinya. Aku bisa melakukan teknik Transfer Energi melalui genggaman
Akhirnya Martis menunda untuk menyelidiki apa yang terjadi sebenarnya.Dan pada esok paginya, barulah Martis kembali menemui mereka berdua di kamar yang sama."Kalian sudah membaik?" sapa Martis seraya mengambil kursi untuk duduk di dekat ranjang yang mereka berdua gunakan untuk tidur."Menurutmu?" Phynoglip menjawab, namun malah balik bertanya."Kalau aku, sudah merasa lebih baik dari kemarin. Rasa pusing di kepala sudah hilang. Kalau kemarin, saat melirik saja kepala langsung terasa pusing." Namun tidak dengan Emily, ia menjawab dan menjalankan keadaannya dengan apa yang ia rasakan saat ini."Baiklah, syukur kalau memang kau merasa lebih baik. Nah sekarang, aku ingin mengatakan sesuatu pada kalian berdua," ungkap Martis menjelaskan maksud dan tujuannya hari ini datang pada mereka berdua.Martis mengatakan bahwa dia telah memiliki sebuah teknik yang dapat memutar waktu. Namun ada resiko yang sangat besar, yaitu kehabisan stamina dan energi setelah berhasil menggunakan teknik itu. Kon