"Tidak usah sok pamer kekuatan kau! Sudah, ayo kita selesaikan pertarungan ini dengan cepat!" Inilah ciri khas Junaidi yang selalu terlihat congkak.Mendengar ucapan dari Junaidi, amarah Roki pun akhirnya meningkat."Siapa yang bilang sok pamer kekuatan?! Tidak terbesit sama sekali dalam pikiranku bahwa ada hal semacam itu. Aku menunjukkan sesuai apa yang memang aku miliki," ujar Roki.Bam...!Bugh!Boom...!Roki dan Junaidi akhirnya langsung bertarung satu lawan satu.Ketika pakaian yang Junaidi kenakan terlepas semua dari tubuhnya, barulah terlihat dengan jelas kalau bagian kaki, lengan, dan dada milik Junaidi telah diubah menjadi besi baja. Tapi warna dari besi baja itu berbeda dengan milik Roki. Entah milik Roki yang lebih bagus, atau milik Junaidi kah yang lebih bagus? Semuanya akan terjawab setelah pertarungan mereka selesai nanti. Hanya sebatas melihat dari penampilan saja, tidak akan bisa untuk langsung menilai seberapa baik kualitas sesuatu.Sampai sepuluh menit kemudian, Jun
Sorakan gembira dari pasukan sekutu Negara Purple Gold dan Negara Pilastain akhirnya pecah. Suasana menjadi gaduh dan perasaan bahagia tengah menyelimuti mereka semua.Sedangkan sisa dari para prajurit Negara Isralial, Merkea sedang merasakan kecemasan. Mereka merasa takut jika nanti akan di bunuh oleh Martis. Sebab, mereka sadar kalau selama ini tingkah laku mereka tidak layak disebut seperti prilaku manusia. Mereka lebih pantas disebut binatang, karena suka melakukan hal-hal yang tercela.Lalu Martis kembali memberikan arahan kepada teman-temannya untuk segera mengepung pasukan musuh yang tersisa. Akibatnya, semua pasukan musuh langsung menjatuhkan senjata yang mereka miliki untuk menunjukkan tanda bahwa mereka benar-benar sudah menyerah."Aku memiliki sebuah tawaran untuk kalian. Jika kalian ingin hidup dengan baik, kalian harus melakukan sesuatu. Kalian harus mau bekerja di bawah perintah Pemerintahan Negara Pilastain. Jika kalian tidak mau, maka aku sendiri yang akan mengeksekusi
Beberapa hari ini, Martis dan Reka disibukkan dengan latihan bersama. Reka sebenarnya ingin mengajak Martis berlatih tanding. Tapi setelah dipikir-pikir ulang, Reka sadar kalau saat ini kemampuannya bertarung masih jauh berada di bawah Martis. Alhasil, Reka mengurungkannya. Reka berniat jika ia berhasil menguasai teknik beberapa teknik tingkat atas, maka ia akan menguji coba teknik itu dengan cara melawan Martis.Di tengah kesibukannya berlatih, Martis juga sambil berpikir strategi apa lagi yang harus ia persiapkan untuk langkah yang selanjutnya. Mengingat tentang lawan yang kemarin ia hadapi, ia sadar kalau masih banyak lagi orang-orang yang lebih kuat di dunia ini. "Kak Martis, apa yang sedang kau pikirkan? Sepertinya latihanmu tidak terlalu fokus hari ini. Kalau kau mau berbagi, aku siap mendengarkannya, Kok. Siapa tahu saja aku dapat membantumu. Yah..., walaupun hanya sedikit." Ternyata Reka menyadari kalau Martis sedang banyak pikiran."Eh? Benarkah? Iya Reka, aku memang sedang m
Martis membuka pesan yang dikirim oleh Mia. Pesan tersebut hanya berisikan sebuah lokasi tanpa ada tulisan apapun. Hal ini membuat Martis merasa cemas. Martis sangat khawatir jika terjadi sesuatu dengan Mia."Ada apa, Martis? Apakah terjadi sesuatu?" tanya Jendral Oregon."Jendral, aku tidak tahu pasti apa yang tengah terjadi saat ini pada Mia. Lihatlah, Mia mengirimkan sebuah lokasi. Apa maksudnya ini? Dan kalau dilihat dari caranya mengirimkan pesan, ia seperti terburu-buru." Martis sempat memperlihatkan layar ponselnya kepada Jendral Oregon."Martis, sebaiknya kau segera memastikan apa yang terjadi pada Mia. Bagaimana bila ia terluka?" Mendengar pertanyaan dari Jendral Oregon ini, justru menambah rasa cemas yang Martis rasakan."Tapi bagaimana dengan yang di sini jika aku pergi?" tanya Martis yang merasa bimbang."Tenang saja, serahkan semua yang ada di sini kepadaku. Sementara kau pergi, biar aku yang melanjutkan jalannya strategi yang telah kita atur." Jendral Oregon sangat menger
Dinding ruangan yang berada di arah barat tiba-tiba saja jebol. Nampaknya ada suatu benda berat yang menabrak dinding itu hingga jebol. Tidak, itu bukan suatu benda, melainkan kekuatan elemen batu tingkat tinggi."Lepaskan Mia sekarang juga!" Martis yang muncul dari lubang dinding terlihat berdiri tegap dan gagah berani."Ma-martis?" Mia tak menyangka kalau Martis akan datang menyelamatkannya secepat ini. Ternyata pesan yang ia kirim berhasil sampai kepada Martis."Mia? Apa kau baik-baik saja? Apa yang telah mereka lakukan terhadapmu? Jika mereka berani melecehkanmu, aku akan membunuh mereka sekarang juga!" Kali ini amarah Martis tak terbendung.Apakah bagi Martis, Mia adalah batas yang tidak boleh di sentuh? Sudah pasti, karena Mia adalah cinta pertama Martis. Martis tidak akan segan untuk membunuh orang yang berani menyakitinya."Martis, aku baik-baik saja. Mereka sedikitpun tidak menyentuhku. Martis, berhati-hatilah! Mereka itu sangat licik!" Mia sebisa mungkin memberikan informasi
Bam...!Setelah teknik booster diaktifkan, dengan cepat Martis langsung maju dan berniat untuk menghantam dada Jendral Jacob."Apa?!" Kedua mata Jendral Jacob terbelalak saat merasakan pukulan Martis.Tubuh Jendral Jacob mundur beberapa langkah saat menahan serangan dari Martis. Dan ia pun merasa tambah kesal. Pikirnya, Martis tadi sudah menggunakan kekuatan penuhnya. Namun ternyata Martis masih menyimpan kekuatannya."Jangan senang dulu! Cih!" Jendral Jacob maju dan menyerang Martis balik.Brak, brak, brak!Namun kali ini Jendral Jacob kembali dibuat terkejut.Bukan hanya kuat, namun kecepatan yang Martis miliki saat ini dapat mengimbangi kecepatan Jendral Jacob."Ada apa? Hem?" Gantian Martis yang kini menyeringai."Sial! Ternyata kau menyembunyikan kekuatanmu! Tapi lihat saja, kau pikir kau dapat mengalahkanku? Hahaha...! Jangan bercanda!" Nampaknya Jendral Jacob masih berlagak sombong di hadapan Martis.Lalu mereka berdua kembali saling mengadu kekuatan. Gedung tempat mereka berad
'Kemampuan Khusus? Kemampuan macam apalagi itu?' dalam hati, Martis masih terus menganalisa musuh yang ia hadapi.Boom..., boom..., boom...!Ledakan demi ledakan terdengar di setiap serangan mereka yang terus saling beradu."Cepat sekali! Ayah, lihatlah Kak Martis! Sepertinya aku memang belum pantas untuk mengajaknya bertarung. Level kekuatan antara kami terlihat jelas sekarang, bukan? Benarkan, Ayah?" ujar Reka."Kau benar, Reka. Sepertinya Ayah juga harus lebih giat lagi berlatih agar tidak tertinggal terlalu jauh dari Martis. Tapi Reka, Ayah yakin kau juga bisa sekuat Martis. Maka dari itu, kau harus lebih giat lagi dan tingkatkan pola latihanmu." Roki masih memperhatikan jalannya pertarungan Martis dan ia juga memberi nasihat kepada putri semata wayangnya, Vivi."Iya, Ayah. Aku berjanji pada Ayah bahwa aku akan lebih giat lagi dalam berlatih. Akan tetapi, aku memang harus mencari lawan yang bisa jadi ukuran atas kekuatanku, Ayah." Reka menerima nasihat ayahnya dengan baik."Kalau
'Hah? Apakah sistem bisa melakukan hal seperti itu? Kalau memang bisa, ya lakukan saja. Bukankah ini adalah cara yang curang?' Martis bingung harus berekspresi seperti apa. Tapi yang jelas, ia merasa senang kalau ternyata sistem memiliki sebuah kemampuan untuk menyalin teknik yang lawan miliki.Tring!"Ada beberapa syarat yang harus dilakukan untuk menyalin kemampuan lawan agar sama persis."Martis membaca beberapa penjelasan yang muncul di depan layar sistem miliknya. Ternyata syarat yang pertama Martis harus menerima semua jenis serangan dari musuhnya. Dan syarat yang kedua Martis harus mengingat setidaknya dua gerakan dari musuhnya ketika menyerang. Dan syarat yang ketiga, saldo yang dimiliki pada sistem harus mencukupi untuk membelinya. Ternyata kemampuan menyalin teknik ini harganya sangat mahal dan hanya dapat digunakan beberapa kali saja.'Untuk menerima serangan dari musuh, itu artinya aku harus kalah,' gumam Martis.Lalu tanpa ragu Martis mengikuti arahan dari sistem untuk se