Martis memukuli wajah Anton sampai wajah Anton menjadi babak belur.Beberapa menit kemudian Martis berhenti untuk menarik nafas sejenak.Ternyata Anton belum juga kalah. Anton masih bisa bangkit. Namun sayangnya, Martis tidak membiarkan Anton untuk memulihkan dirinya. Martis takut kalau Anton menggunakan pil aneh atau semacamnya lagi."Ternyata kau belum menyerah juga ya. Rasakan ini!" ucap Martis.Martis kembali maju dan memukul wajah Anton bertubi-tubi.Kali ini tubuh Anton kembali mendapat luka-luka. Martis rupanya menambah lagi kekuatannya. Bugh!Bugh!Bugh!Kali ini Martis tidak akan berhenti sampai Anton benar-benar kalah.***Martis memukuli Anton selama tiga puluh menit! Wow!Tentu saja itu akan menguras stamina Martis. Ditambah lagi, Martis menggunakan boost. Belum lagi Martis yang menggunakan cara menggabungkan beberapa kekuatan elemen.Setelah terengah-engah, Martis melihat jam tangan miliknya. Martis masih lega ternyata stamina yang ia miliki masih tersisa lima puluh pers
Martis di ajukan banyak sekali pertanyaan. Dan Martis menjawab semuanya dengan hati-hati.Martis juga sempat ditanya tentang keberadaan Anton. Martis terpaksa berbohong. Martis mengatakan tadi ketika Anton sudah berhasil ia kalahkan, ada beberapa orang lagi yang datang dan membawa Anton pergi. Martis mengatakan kalau orang-orang yang datang itu juga dari anggota Kelitih.Semua anggota Kelitih itu akhirnya dibawa menggunakan mobil patroli keamanan menuju penjara untuk diproses lebih lanjut. Namun tentu saja Martis tahu apa yang mereka lakukan karena Martis sudah mendengar semuanya dari Odele tadi.***Ketika langit mulai gelap, keadaan di toko kue Marten sudah mulai kembali tenang. Karena ada beberapa bangunan yang rusak dan hancur, orang-orang di sana mulai saling membantu untuk membersihkan puing-puing bangunan yang rusak.Martis merasa sangat bersalah ketika melihat keadaan di sekitar yang terlihat kacau.Martis akhirnya telah membulatkan tekadnya. Ia berdiri di tengah jalan dan mem
Martis pergi bersama Martanto menuju rumahnya.Di sepanjang jalan, Martis terus mengingat wajah Martanto yang terasa familiar. Namun Martis tidak berhasil mengingatnya."Ada apa Martis? Kau seperti orang kebingungan," ujar Martanto."E-anu..., tidak Tuan, eh Paman," jawab Martis.***Beberapa menit kemudian Martis dan Martanto tiba di rumah Martis. Ternyata Marta sudah menunggu kedatangan Martis di depan pintu. Tentunya ditemani oleh Marten juga."Martis...!" teriak Marta. Marta berlari dan memeluk tubuh Martis."I-ibu..., aku baik-baik saja," ucap Martis. Martis membalas pelukan Marta dan mengelus punggungnya guna menenangkan Marta. Namun Marta tetap saja menangis terisak."Sudahlah Marta, lihatlah..., Martis baik-baik saja," ucap Marten.Marten baru sadar dengan sosok Martanto yang datang bersama Martis."Ibu, sebaiknya kita masuk saja dulu. Kita kedatangan tamu. Ayo Paman, kita masuk," ucap Martis. Martis melepas pelukan Marta dan menggandeng tangan Marta guna mengajaknya masuk ke
Keesokan harinya, Martis bangun pukul sepuluh pagi. Ketika bangun, Martis meraih jam tangannya dan terkejut saat melihat kalau ini sudah pukul sepuluh."Gawat! Aku kesiangan! Aku kan mau ke rumah Bibi Odel. Ini pasti gara-gara semalam aku latihan, tubuhku terasa lelah. Huft...," gumam Martis. Ia menepuk jidatnya sendiri. Kemudian Martis buru-buru pergi ke kamar mandi.Setelah selesai mandi, Martis melihat di meja makan sudah ada sarapan yang ibunya sediakan.Marta tadi pagi sengaja tidak membangunkan Martis. Marta sempat masuk ke dalam kamar Martis dan tidak tega untuk membangunkannya.Sebelum pergi, Martis sempat mengecek saldo di kartu uang miliknya. Ternyata benar saja, karena semalam Martis berhasil menyelesaikan latihannya uang itu langsung masuk ke saldo kartu uang miliknya.***Martis pergi menuju alamat yang Odele berikan kepadanya kemarin. Di sepanjang jalan, Martis juga terpikirkan sesuatu. Kebetulan saat ia berjalan menuju rumah Odele, Martis melewati toko pakaian tempat Mi
Odele memukuli wajah Anton beberapa kali. Martis awalnya ingin menghentikan Odele melakukan itu. Namun Martis tidak berani dan hanya diam menyaksikan Anton yang disiksa."Bagaimana, Martis? Apa kau juga mau membantuku memukulinya? Dia sangat keras kepala. Dia belum juga mau membuka suara. Mulutnya rapat juga ternyata," ujar Odele.Padahal wajah Odele bisa dikatakan sangat cantik. Tapi..., di balik kecantikannya itu ada sisi kejam yang sangat menyeramkan!"Entahlah Bibi. Jujur saja, aku datang kemari justru ingin meminta saran pada Bibi. Aku bingung harus berbuat apa," jawab Martis."Kalau begitu, bantu aku mengorek informasi tentang Kelitih dari pria ini," ucap Odele."Bagaimana caranya Bibi? Aku akan dengan senang hati membantu Bibi," jawab Martis."Bagus! Hal yang perlu kau lakukan adalah menyiksa pria ini sampai ia mau buka suara. Kalau tetap tidak mau juga, terpaksa kita bunuh saja dia," ucap Odele dengan entengnya."Me-membunuh? Bi-bibi..., tunggu dulu. A-aku..., aku tidak mau me
Ketika di dalam kamarnya, Martis berniat ingin melatih fisiknya kembali. Ia juga membaca tugas-tugas latihan yang ada pada sistem.Martis akhirnya memutuskan untuk latihan Squat-jump malam ini."Baiklah, squat-jam seratus kali mungkin tidak masalah untuk malam ini," gumam Martis.***Keesokan harinya, Martis mengecek lagi saldo yang ada pada kartu uang miliknya. Martis terkejut karena ada puluhan juta di dalamnya."Aku malah jadi bingung menggunakan uang ini untuk apa. Hem..., apa aku gunakan untuk membeli rumah saja ya?" gumam Martis.Hari ini Martis berniat ingin mencari udara segar. Martis berjalan mengelilingi desanya sendirian.Awalnya Martis tidak sadar kalau ada beberapa orang yang mengintainya dari kejauhan. Nampaknya para pengintai itu sangat lihai. Bahkan sistem saja tidak memberikan peringatan pada Martis.Akhirnya tidak sengaja Martis sampai di depan toko pakaian tempat Mia bekerja.Ketika Martis ingin masuk ke toko pakaian itu, Martis melihat sebuah keributan."Kau bodoh!
Martis tidak bisa menyerang balik musuhnya. Bagaimana mau menyerang? Terlihat saja tidak.Blar!Siuw,, boom!Brush...!Martis dan Mia berlindung di dalam benteng elemen tanah milik Martis."Sebenarnya siapa mereka? Kenapa menyerangku tiba-tiba begini? Argh....! Sial! Mia..., maafkan aku, aku membawamu dalam masalah ini," ujar Martis."Tidak apa Martis. Ini bukan salahmu," jawab Mia.Sebenarnya, di dalam lubuk hatinya, Mia merasa senang. Senang karena Martis berusaha melindunginya.Beberapa menit kemudian, tidak lagi terdengar ada suara serangan yang menghantam benteng elemen tanah Martis."Apa mereka sudah pergi?" gumam Martis.Tapi Martis tidak mau ambil resiko. Martis tetap berada di dalam bentengnya. Kalau saja tidak bersama Mia, mungkin Martis akan mencari musuh yang ada di kegelapan itu.Sepuluh menit kemudian barulah Martis membuka bentengnya."Ternyata sudah pergi. Sebenarnya siapa mereka? Apa yang mereka inginkan?" gumam Martis."A-anu..., Martis..., terima kasih," ucap Mia."
Satu Minggu kemudian, sepertinya suasana terasa tenang-tenang saja. Padahal Martis selalu saja waspada setiap harinya. Martis khawatir kalau akan ada yang menyerangnya lagi secara tiba-tiba seperti waktu itu. Namun nyatanya Martis tidak mengalami hal seperti itu.Kebetulan, setiap malam sebelum akan tidur Martis rajin berlatih. Dan latihan yang Martis lakukan sesuai dengan yang ada pada sistem. Martis hari ini berencana mengajak Mia berbelanja. Karena tabungan di kartu uang milik Martis isinya sangat banyak.Tapi setelah dipikir-pikir kembali, Mia baru saja tiga hari bekerja di tempat Odele. Odele mengangkat Mia menjadi asisten pribadinya. Karena Mia baru saja bekerja, Martis tidak jadi mengajaknya bersantai.Hari ini kebetulan cuacanya sangat cerah. Martis berjalan kaki tanpa tahu ke mana arah tujuannya. Yang jelas, Martis menikmati hari bersantainya ini.Tanpa disengaja, Martis berjalan kaki sampai ke daerah perbukitan. Martis melihat pemandangan yang sangat indah dari atas bukit.N
Tiba-tiba, Martis terpikirkan suatu hal di masa lalu. 'Oh, iya, Sistem, eh, tidak! Ririn..., apakah kau ingat dengan nama itu?' Tring! "Sistem tidak akan pernah lupa dengan apapun yang telah dilakukan oleh User setiap detik pun. Benar, aku adalah Ririn." Martis senang mendengar jawaban dari Ririn. "Apakah Martis masih memiliki pertanyaan dan keluh kesah lainnya? Ririn akan siap membantu mencari solusi terbaik untuk Martis. Karena itu adalah tugas dan kewajiban Ririn sebagai Sistem." Entah kenapa, Martis merasa terharu setelah membaca jawaban balasan dari Ririn. Sepertinya Martis merasa bahwa Ririn adalah sahabat terbaik yang pernah ia miliki sepanjang hidupnya. Tanpa Sistem, Martis tidak akan bisa jadi sepertinya orang yang sampai saat ini terbilang kehidupannya sangat didambakan oleh banyak orang."Em..., Ririn, bisakah kau membuat visualisasi tubuh? Aku akan merasa lebih senang jika kau dapat melakukannya."Permintaan Martis ada-ada saja, ya? Dia sudah dapat berkomunikasi
Kemudian Martis berpikir sejenak. "Aku...? Aku bisa menggunakan gelar Raja Kegelapan karena telah mengalahkan Raja Kegelapan yang sebelumnya? Jadi..., itu artinya..., em...?" Martis termenung, ia sedang berpikir apa yang akan ia lakukan dengan gelar itu. Ia pun bergumam, 'Apakah berati aku setara dengan Raja Iblis? Tapi..., bukankah Raja Kegelapan jauh lebih tinggi dibanding Raja Iblis? Benar, tidak, sih? Ah..., aku jadi penasaran. Bagaimana jika aku masuk dalam dimensi dunia kegelapan? Apakah di sana aku akan dapat pencerahan? Sebab di masa lalu, aku ingat betul, bahwa aku pernah mengalahkan Lord dan blablabla...,' ungkap Martis dalam hatinya yang saat ini sedang berkecamuk. 'Tapi..., jika dipikir lebih jeli lagi, sebenarnya gelar-gelar itu tidaklah sesuai dengan keadaannya.' Martis memuntahkan secangkir teh hangat dan lanjut bertarung dengan pikirannya. 'Kalau begitu..., inilah arti dari pribahasa tong kosong nyaring bunyinya. Kelurahan Raja Kegelapan, aku kira sangatlah kuat
Nampak ada lingkaran cahaya yang makin lama semakin membesar. Lingkaran cahaya itu sangat bulat, dan ada pancaran kehangatan bagi orang disekitar yang dapat merasakannya.'Kehangatan itu terasa sangat nyaman,'Bahkan, Martis sekalipun merasakan kenyamanan saat ia akan melakukan Teknik Legendaris ini.Kemudian, Martis yang tengah mengangkat kedua tangannya seperti menadah ke udara, ia lalu menggerakkan kedua tangannya. Lantas, lingkaran cahaya yang berbentuk bulat dan mengambang di atas kepala Martis tadi itu bergerak, dan gerakannya sesuai dengan apa yang Martis pikirkan."Hiyat...!" teriak Martis, dengan tubuhnya yang saat ini langsung dibanjiri oleh keringat."Denki Gama...!"Sekali lagi Martis berteriak dengan keras. Teriakan itu adalah kode, sebagaimana kuatnya usaha Martis dalam melakukan teknik sekuat ini.Lingkaran cahaya bulat yang berwarna kuning keputihan itu kemudian melesat ke arah Raja Kegelapan."Jurus apa ini?! Selama ratusan tahun ku hidup di dunia ini sebagai Raja Ke
Pertarungan Martis melawan Raja Kegelapan masih berlanjut. Tapi kali ini, Martis nampak biasa saja. Karena sekarang sistem miliknya sudah pulih seperti semula. Jadi, semua terasa mudah bagi Martis. "Martis...! Kenapa kekuatanmu jauh berbeda dibanding saat terakhir kali kita bertemu?!" Raja Kegelapan akhirnya sadar, ternyata Martis jauh lebih kuat darinya. "Kenapa? Apakah sekarang kau mulai merasa takut? Hem?" Martis bertingkah santai. Ia sengaja menahan semua serangan dari Raja Kegelapan. "Jangan sembarangan, kau! Aku...? Takut padamu?! Mimpi...!" Raja Kegelapan kali ini benar-benar melupakan seluruh kekuatan dan kemampuan miliknya demi menghadapi Martis. Sudah ratusan tahun Raja Kegelapan hidup, namun baru hari ini ia menghadapi seorang manusia yang seperti Martis. Namun, walaupun ia tahu Martis adalah manusia yang kuat, rasa gengsi yang sangat besar dalam dirinya tak membuatnya takut. Ia berpikir ini mempertaruhkan harga dirinya. Apa kata orang nantinya, jika tahu Raja Kegelapan
Saat Emily dan Phynoglip berbicara, mereka tidak menyadari bahwa Martis sedang melakukan sesuatu yang sangat penting. Martis berjalan ke arah sebuah ruangan yang tersembunyi di balik sebuah pintu rahasia. Di dalam ruangan tersebut, Martis menemukan sebuah perangkat yang sangat canggih. Perangkat tersebut adalah sebuah alat yang dapat mendeteksi keberadaan Raja Kegelapan. Martis telah mencari alat tersebut selama bertahun-tahun, dan akhirnya ia menemukannya. Martis mengaktifkan alat tersebut dan menunggu beberapa saat hingga alat tersebut menunjukkan hasilnya. Saat hasilnya muncul, Martis terkejut. Raja Kegelapan ternyata berada di sebuah tempat yang sangat dekat dengan mereka. Martis tidak menyangka bahwa Raja Kegelapan akan berada di tempat yang begitu dekat. Martis segera mematikan alat tersebut dan berjalan keluar dari ruangan tersebut. Ia harus segera memberitahu Emily dan Phynoglip tentang hasilnya. Saat Martis kembali ke tempat Emily dan Phynoglip, ia melihat bahwa mer
Dalam benaknya, Martis terus berpikir. Dengan konsentrasinya yang sangat baik, Martis mencoba menelaah tentang kejadian hari ini. Dan pada saat ini, Mia sedang berjalan ke arah pintu yang tersembunyi di belakang tirai, dengan Phynoglip dan Emily mengikuti di belakangnya. Martis juga mengikuti mereka, dengan rasa penasaran yang semakin besar. Saat mereka mencapai pintu tersebut, Mia berhenti dan menatap Martis dengan senyumannya yang lembut. "Aku akan menunjukkan kamu bahwa kita tidak memiliki apa-apa yang berharga," ucap Mia. Dan tiba-tiba saja, ada kejadian aneh. Mia menghilang begitu saja di hadapan mereka. Phynoglip serta Emily terkejut dan menatap bayangan tersebut dengan rasa penasaran. "Apa yang terjadi?" tanya Phynoglip heran. "Aku tidak tahu," ucap Emily yang sama herannya. "Tapi aku rasa Mia yang kita lihat sebelumnya bukanlah Mia yang sebenarnya." Dan selang beberapa menit kemudian, Mia muncul kembali. Ternyata..., sosok yang mengaku sebagai Mia ini hanyalah bayang
Mia berjalan ke arah Martis, dengan Phynoglip dan Emily mengikuti di belakangnya. Martis menatap Mia dengan rasa penasaran, kemudian berbicara dengan suara yang keras. "Apa yang kamu ingin lakukan, Mia?" tanya Martis dengan suara yang keras. Mia tetap tersenyum lembut, kemudian berbicara dengan suara yang pelan. "Aku ingin menunjukkan kamu bahwa kita tidak memiliki apa-apa yang berharga," ucap Mia. Martis menatap Mia dengan rasa penasaran, kemudian berbicara dengan suara yang keras. "Apa yang kamu maksud?!" tanya Martis dengan suara yang keras. Dengan senyum lembutnya, Mia kemudian berbicara dengan suara yang pelan. "Aku akan menunjukkan kamu bahwa kita hanya memiliki puisi yang tidak berharga," ucap Mia dengan suara yang masih sama pelannya. Mia kemudian mengambil kertas yang memiliki puisi yang tertulis di dalamnya dari Emily, kemudian memberikannya kepada Martis. Martis menatap kertas tersebut dengan rasa penasaran, kemudian berbicara dengan suara yang keras. "Apa yang
Mia memimpin mereka ke arah mesin tersebut, dengan Phynoglip dan Emily mengikuti di belakangnya. Saat mereka mendekati mesin tersebut, mereka melihat bahwa mesin tersebut memiliki sebuah layar yang besar dan beberapa tombol yang berkilauan. Mia menekan salah satu tombol tersebut, dan layar mesin tersebut langsung menyala. Phynoglip dan Emily terkejut melihat bahwa layar tersebut menampilkan sebuah gambar yang aneh, seperti sebuah peta yang kompleks. "Apa ini?" tanya Phynoglip dengan suara yang penasaran. Mia menjawab, "Ini adalah peta sistem yang kita gunakan untuk mengontrol dunia ini," ucap Mia dengan suara yang pelan. "Dengan peta ini, kita dapat melihat bagaimana sistem tersebut bekerja dan bagaimana kita dapat mengubahnya." Emily kemudian menatap peta tersebut dengan rasa penasaran. "Bagaimana kita dapat mengubahnya?" tanya Emily dengan suara yang pelan. Mia memandang Emily dengan mata yang berbinar. "Kita dapat mengubahnya dengan menggunakan kode yang tepat," ucap Mia
Phynoglip mengangguk, kemudian menatap sekeliling tempat mereka berada. "Tempat ini aneh," ucap Phynoglip dengan suara yang pelan. "Aku merasa seperti berada di dalam komputer atau sesuatu." "Aku juga merasa seperti itu. Sepertinya kita berada di dalam sistem atau dimensi lain." jawab Emily dengan nada yang sama dengan Phynoglip. Keduanya terdiam sejenak, kemudian Phynoglip bertanya lagi. "Kamu pikir apa yang disembunyikan oleh Martis?" Emily memandang Phynoglip dengan serius. "Aku pikir Tuan Martis menyembunyikan sesuatu hal yang sangat penting." Phynoglip mengangguk, kemudian keduanya terdiam lagi. Akan tetapi, kali ini tiba-tiba, Phynoglip berbicara dengan nada yang berbeda. "Emily, aku merasa ada sesuatu yang aneh di sini. Sepertinya kita tidak sendirian." Emily menatap Phynoglip dengan heran, kemudian menoleh ke sekeliling. Tiba-tiba, dia melihat bayangan yang bergerak di kejauhan. "Apa itu?" bisik Emily dengan suara yang pelan. Kemudian Phynoglip berjalan menuju bayangan te