Kali ini Martis terlihat agak kesulitan mengindari serangan dari Anton.Nampaknya kekuatan elemen api Anton berbeda dari kekuatan elemen api yang biasanya. Bagaimana tidak? Martis sudah mencoba elemen tanah dan elemen besi untuk menghalau kekuatan api Anton. Akan tetapi, hasilnya tetap sama saja. Api itu mampu membakar tameng elemen tanah dan besi milik Martis.Anton juga sebenarnya terkejut ketika mengetahui Martis dapat menggunakan beberapa kekuatan elemen.Martis masih belum mendapatkan celah untuk menyerang balik Anton."Bagaimana ini? Kenapa dia tidak kelelahan setelah melakukan serangan bertubi-tubi seperti ini? Dan lagi, elemen apinya juga sangat berbeda," gumam Martis. Martis perlu memutar otaknya agar menemukan cara untuk mengalahkan Anton."Hergh...! Rasakan ini!" teriak Anton.Siuw...!Ber...!Blam...!Anton menambah kekuatan apinya. Ada bola api berukuran besar yang keluar dari mulutnya. Kemudian Anton menembakkannya ke arah Martis."Gawat! Kalau aku menghindar, maka bangu
Martis memukuli wajah Anton sampai wajah Anton menjadi babak belur.Beberapa menit kemudian Martis berhenti untuk menarik nafas sejenak.Ternyata Anton belum juga kalah. Anton masih bisa bangkit. Namun sayangnya, Martis tidak membiarkan Anton untuk memulihkan dirinya. Martis takut kalau Anton menggunakan pil aneh atau semacamnya lagi."Ternyata kau belum menyerah juga ya. Rasakan ini!" ucap Martis.Martis kembali maju dan memukul wajah Anton bertubi-tubi.Kali ini tubuh Anton kembali mendapat luka-luka. Martis rupanya menambah lagi kekuatannya. Bugh!Bugh!Bugh!Kali ini Martis tidak akan berhenti sampai Anton benar-benar kalah.***Martis memukuli Anton selama tiga puluh menit! Wow!Tentu saja itu akan menguras stamina Martis. Ditambah lagi, Martis menggunakan boost. Belum lagi Martis yang menggunakan cara menggabungkan beberapa kekuatan elemen.Setelah terengah-engah, Martis melihat jam tangan miliknya. Martis masih lega ternyata stamina yang ia miliki masih tersisa lima puluh pers
Martis di ajukan banyak sekali pertanyaan. Dan Martis menjawab semuanya dengan hati-hati.Martis juga sempat ditanya tentang keberadaan Anton. Martis terpaksa berbohong. Martis mengatakan tadi ketika Anton sudah berhasil ia kalahkan, ada beberapa orang lagi yang datang dan membawa Anton pergi. Martis mengatakan kalau orang-orang yang datang itu juga dari anggota Kelitih.Semua anggota Kelitih itu akhirnya dibawa menggunakan mobil patroli keamanan menuju penjara untuk diproses lebih lanjut. Namun tentu saja Martis tahu apa yang mereka lakukan karena Martis sudah mendengar semuanya dari Odele tadi.***Ketika langit mulai gelap, keadaan di toko kue Marten sudah mulai kembali tenang. Karena ada beberapa bangunan yang rusak dan hancur, orang-orang di sana mulai saling membantu untuk membersihkan puing-puing bangunan yang rusak.Martis merasa sangat bersalah ketika melihat keadaan di sekitar yang terlihat kacau.Martis akhirnya telah membulatkan tekadnya. Ia berdiri di tengah jalan dan mem
Martis pergi bersama Martanto menuju rumahnya.Di sepanjang jalan, Martis terus mengingat wajah Martanto yang terasa familiar. Namun Martis tidak berhasil mengingatnya."Ada apa Martis? Kau seperti orang kebingungan," ujar Martanto."E-anu..., tidak Tuan, eh Paman," jawab Martis.***Beberapa menit kemudian Martis dan Martanto tiba di rumah Martis. Ternyata Marta sudah menunggu kedatangan Martis di depan pintu. Tentunya ditemani oleh Marten juga."Martis...!" teriak Marta. Marta berlari dan memeluk tubuh Martis."I-ibu..., aku baik-baik saja," ucap Martis. Martis membalas pelukan Marta dan mengelus punggungnya guna menenangkan Marta. Namun Marta tetap saja menangis terisak."Sudahlah Marta, lihatlah..., Martis baik-baik saja," ucap Marten.Marten baru sadar dengan sosok Martanto yang datang bersama Martis."Ibu, sebaiknya kita masuk saja dulu. Kita kedatangan tamu. Ayo Paman, kita masuk," ucap Martis. Martis melepas pelukan Marta dan menggandeng tangan Marta guna mengajaknya masuk ke
Keesokan harinya, Martis bangun pukul sepuluh pagi. Ketika bangun, Martis meraih jam tangannya dan terkejut saat melihat kalau ini sudah pukul sepuluh."Gawat! Aku kesiangan! Aku kan mau ke rumah Bibi Odel. Ini pasti gara-gara semalam aku latihan, tubuhku terasa lelah. Huft...," gumam Martis. Ia menepuk jidatnya sendiri. Kemudian Martis buru-buru pergi ke kamar mandi.Setelah selesai mandi, Martis melihat di meja makan sudah ada sarapan yang ibunya sediakan.Marta tadi pagi sengaja tidak membangunkan Martis. Marta sempat masuk ke dalam kamar Martis dan tidak tega untuk membangunkannya.Sebelum pergi, Martis sempat mengecek saldo di kartu uang miliknya. Ternyata benar saja, karena semalam Martis berhasil menyelesaikan latihannya uang itu langsung masuk ke saldo kartu uang miliknya.***Martis pergi menuju alamat yang Odele berikan kepadanya kemarin. Di sepanjang jalan, Martis juga terpikirkan sesuatu. Kebetulan saat ia berjalan menuju rumah Odele, Martis melewati toko pakaian tempat Mi
Odele memukuli wajah Anton beberapa kali. Martis awalnya ingin menghentikan Odele melakukan itu. Namun Martis tidak berani dan hanya diam menyaksikan Anton yang disiksa."Bagaimana, Martis? Apa kau juga mau membantuku memukulinya? Dia sangat keras kepala. Dia belum juga mau membuka suara. Mulutnya rapat juga ternyata," ujar Odele.Padahal wajah Odele bisa dikatakan sangat cantik. Tapi..., di balik kecantikannya itu ada sisi kejam yang sangat menyeramkan!"Entahlah Bibi. Jujur saja, aku datang kemari justru ingin meminta saran pada Bibi. Aku bingung harus berbuat apa," jawab Martis."Kalau begitu, bantu aku mengorek informasi tentang Kelitih dari pria ini," ucap Odele."Bagaimana caranya Bibi? Aku akan dengan senang hati membantu Bibi," jawab Martis."Bagus! Hal yang perlu kau lakukan adalah menyiksa pria ini sampai ia mau buka suara. Kalau tetap tidak mau juga, terpaksa kita bunuh saja dia," ucap Odele dengan entengnya."Me-membunuh? Bi-bibi..., tunggu dulu. A-aku..., aku tidak mau me
Ketika di dalam kamarnya, Martis berniat ingin melatih fisiknya kembali. Ia juga membaca tugas-tugas latihan yang ada pada sistem.Martis akhirnya memutuskan untuk latihan Squat-jump malam ini."Baiklah, squat-jam seratus kali mungkin tidak masalah untuk malam ini," gumam Martis.***Keesokan harinya, Martis mengecek lagi saldo yang ada pada kartu uang miliknya. Martis terkejut karena ada puluhan juta di dalamnya."Aku malah jadi bingung menggunakan uang ini untuk apa. Hem..., apa aku gunakan untuk membeli rumah saja ya?" gumam Martis.Hari ini Martis berniat ingin mencari udara segar. Martis berjalan mengelilingi desanya sendirian.Awalnya Martis tidak sadar kalau ada beberapa orang yang mengintainya dari kejauhan. Nampaknya para pengintai itu sangat lihai. Bahkan sistem saja tidak memberikan peringatan pada Martis.Akhirnya tidak sengaja Martis sampai di depan toko pakaian tempat Mia bekerja.Ketika Martis ingin masuk ke toko pakaian itu, Martis melihat sebuah keributan."Kau bodoh!
Martis tidak bisa menyerang balik musuhnya. Bagaimana mau menyerang? Terlihat saja tidak.Blar!Siuw,, boom!Brush...!Martis dan Mia berlindung di dalam benteng elemen tanah milik Martis."Sebenarnya siapa mereka? Kenapa menyerangku tiba-tiba begini? Argh....! Sial! Mia..., maafkan aku, aku membawamu dalam masalah ini," ujar Martis."Tidak apa Martis. Ini bukan salahmu," jawab Mia.Sebenarnya, di dalam lubuk hatinya, Mia merasa senang. Senang karena Martis berusaha melindunginya.Beberapa menit kemudian, tidak lagi terdengar ada suara serangan yang menghantam benteng elemen tanah Martis."Apa mereka sudah pergi?" gumam Martis.Tapi Martis tidak mau ambil resiko. Martis tetap berada di dalam bentengnya. Kalau saja tidak bersama Mia, mungkin Martis akan mencari musuh yang ada di kegelapan itu.Sepuluh menit kemudian barulah Martis membuka bentengnya."Ternyata sudah pergi. Sebenarnya siapa mereka? Apa yang mereka inginkan?" gumam Martis."A-anu..., Martis..., terima kasih," ucap Mia."