Tetua perempuan melukis pola di udara menggunakan kipas di kedua tangannya. Ayunan kipas tersebut menciptakan bilah cahaya tipis yang terbang dengan pola serangan acak. Gilbert tersenyum menanggapi itu semua dan menangkis serangan tersebut dengan paus cahaya. "Unik skill. Akumulasi!" seru Gilbert. Para tetua menggertak giginya saat paus itu membesar. "Apa yang terjadi? Aku sama sekali tidak paham. Kenapa dia bisa menggunakan kemampuan klan kita?" tanya salah dari mereka. Bukan sebatas pedang di tangan Gilbert saja yang menyerupai milik Alex. Namun unik skillnya bahkan sama persis. Akumulasi merupakan unik skill di mana ukuran penciptaan cahaya dapat diakumulasi 10 kali dengan bantuan sinar matahari. Dengan demikian, penggunaan dapat menghemat energi 10 kali lebih sedikit daripada energi yang seharusnya di keluarkan. Namun, kekuatan ini menjadi kelemahan saat malam tiba. Para tetua klan Kairi di fraksi Alvin Kairi semuanya pada tingkat spesial. Meskipun begitu tidak ada di antara
Dua hari penuh Tanya mengumpulkan energi kehidupan dari penduduk hutan. Dan dia menerima banyak suntikan energi kehidupan dari Ares. Bisa dibilang sekarang dia berada di titik puncak kekuatan dibanding sebelum-sebelumnya. Tanya sudah siap dan percaya diri dapat mengalahkan organisasi pembunuh untuk membalas dendam. "Energi ini?" Tanya tersentak merasakan ada energi hangat yang bergerak sangat cepat. Dia menatap Ares mengkonfirmasi kebenaran perasaannya tersebut."Sudah dua hari dia bergerak. Karena sudah cukup dekat sepertinya Nona sudah dapat merasakannya. Tidak salah lagi tujuannya adalah markas organisasi pembunuh sama seperti kita sekarang," jawab Ares. "Kenapa dia memiliki tujuan yang sama?" Alis Tanya berkerut heran. "Bukankah sudah jelas? Dia ingin membantu Nona."Tanya cepat menepis perkataan itu, "Tidak mungkin. Dari mana dia mengetahui menuju ke sana? Kau jangan coba-coba menjodohkan aku dengan Aaron. Aku tidak akan terganggu olehnya!""Padahal aku mengakui bahwa Aaron ora
Sebelum lebih jauh menelisik ke dalam hutan, Tanya sepintas menatap Ares. Bukan tanpa alasan dia meminta pendapat lelaki itu dengan bahasa isyarat. Jumlah anggota organisasi pembunuh yang dapat dia rasakan di atas bukit tidaklah sedikit. Apalagi ketika sudah mendapati pintu masuk ke lereng bukit, itu semakin kuat terasa.Dari sebagian eksistensi energi yang dapat dia rasakan. Ada yang menurutnya memiliki energi yang tidak biasa. Terutama mereka yang bergerak dengan cepat menuruni bukit. Di dahan pepohonan, di semak belukar, Hinggan di belakang batu. Tanya mengetahui ada ahli beladiri yang sedang mengintainya di tempat-tempat tersebut. Dia melangkahkan kaki dengan waspada serta masih sesekali melirik lelaki di sampingnya dengan ujung mata. "Serang!" Aba-aba berkumandang dari mereka yang bersembunyi. Beberapa langsung menerjang Tanya, beberapa lagi menyerang Ares. Mereka semua dapat dikalahkan dengan mudah karena memang hanya sekumpulan ahli beladiri biasa yang kebetulan berjaga. Pri
Kalista ingin sekali membantu Tanya yang dikepung asap merah muda namun dia juga memiliki pertarungan yang sulit. Ares hanya melirik ke arah kepungan asap dengan ujung matanya dan kembali fokus bertarung. Dia tidak sedikitpun tampak khawatir. sebab dapat dengan jelas merasakan gadis itu baik-baik saja di dalam sana."Aku belum mati!" teriak Tanya.Pengguna elemen asap tersentak dan menarik dirinya ke belakang mendengar gadis itu berteriak tepat pada gumpalan asap di depannya. Tidak lama kemudian Tanya keluar dengan ayunan bilah pedang yang pasti. "tidak ada hari esok untukmu!" seru Tanya. Meski tebasan gadis itu tidak mengenai target. Tapi domain pembunuh waktu telah dia persiapkan sejak awal. Kini domain itu tepat berada di atas pria itu. Kemudian, petir dahsyat menyambar dari sana.Pengguna elemen asap yang berada di udara tanpa bisa menghindar menerima serangan itu secara penuh. Petir yang menyambar membuatnya jatuh dan kehilangan gerak serta waktu berada di dunia."Anak ini jeniu
Pembagian lawan yang telah direncanakan pemimpin pembunuh sejak awal menjadi alasan mengapa Tanya mendapatkan musuh yang terlemah. Itu karena dia diremehkan, bagaimanapun pemimpin pembunuh tidak dapat melihat sampah di klan Quinn ditangani oleh anak buahnya yang kuat. Tanya jauh dari kata lemah seperti yang di rumorkan orang-orang. Sampai-sampai gadis itu dapat mengalahkan tiga dari ahli beladiri tingkat spesial yang dia lawan. Pimpinan pembunuh menilai ulang kemampuan gadis itu. Tidak ada gunanya menyesali apa yang telah diputuskan di awal. Cotan akan mengurus nyawa Tanya sendiri. Sebab jika dibiarkan beberapa tahun saja, Tanya pasti akan menjadi ahli beladiri yang kekuatan sangat kuat. Gadis itu mewarisi kemampuan sang putri yang telah menyelamatkan dunia. Saat Tanya bangkit, lagi dan lagi Cotan menyerangnya dengan tendangan dan pukulan yang dibalut api biru. Tidak peduli apakan itu perempuan atau laki-laki. Dia tidak sedikitpun ingin menurunkan kekuatan serangannya. "Ares ...."
Ares menghilang dan mendaratkan pukulan kuat di dagu bawah Cotan. Cotan dikirim ke ketinggian langit. Kemudian Ares melambaikan tangannya pada yang lain, memberi isyarat untuk mereka semua juga maju. Empat bawahan Cotan tanpa ragu langsung ikut andil menyerang. Ares menghindari pukulan yang dapat ia dihindari. Menangkis pukulan yang dapat ditangkis. Serta membalas serangan ketika menemukan celah saat bertahan. Dari mereka semua, Atlas yang paling menghambatnya. Berbagai serangan yang Atlas layangkan menargetkan titik vital tubuh. Bahkan dengan kemampuan mata yang dimilik Atlas, lelaki itu mampu melihat gerakan Ares jauh lebih baik dari siapapun di dunia ini. Ares menyadari bahwa, sekalipun dia memakai seluruh energi roh dan mendapatkan kecepatan yang tidak terbayangkan. Atlas akan tetap mampu melihatnya.Itu dikarenakan Atlas merupakan ahli beladiri tipe sensor. Artinya, keberadaan siapapun dapat dia rasakan termasuk dan tidak terbatas pada orang yang bergerak sangat cepat. Dengan
"Hujan?" Alis Atlas mengerut ketika rintik air jatuh ke permukaan wajahnya yang cukup memprihatinkan. Tidak terasa hari sudah hampir menelan siang. Jika saja tidak tertutup awan kelabu, dia mungkin dapat melihat senja datang di atas bukit seperti biasanya. Ah, mungkin saja itu tetap tidak akan terjadi. Atlas ingat sebelumnya ia sedang berada dalam pertarungan dan terpental karena sebuah tendangan. Tendangan menakutkan dari lelaki itulah yang membuatnya berakhir terbaring di sini. Entah berapa lama dia pingsan. Dari kejauhan terdengar suara pukulan berat saling beradu. Atlas meyakini pertarungan masih belum berakhir. Sebelum dia pingsan, Cotan belum menggunakan unik skillnya, jadi dia tentu belum kalah. Lagipula kemampuan tipe sensornya dapat memastikan yang sedang bertarung adalah Cotan."Ada yang bergerak ke sini?" Dahi Atlas kembali berkerut saat duduk.Dia merasa seseorang membawa kekuatan yang besar sedang bergerak sangat cepat. Biasanya dengan jarak sejauh itu ia tidak dapat m
Bilah pedang yang tertancap di tanah menelan rantai api putih hingga membuat bunyi gemerincing. Rintik hujan yang jatuh mengenainya menciptakan uap-uap tipis. Rantai itu terhubung dengan Aaron yang memegang tangkainya di atas langit. Untung saja, dia masih sempat melindungi gadis itu di detik paling penting. Dengan sangat cepat Aaron terbawa dari atas awan ke bilah pedang yang tertancap. Dia segera melayangkan tendangan berbalut api putih ke Atlas saat sampai ke bawah. Mata Atlas dapat melihat serangan itu meski lebih sedikit cepat darinya. Aaron belum mencapai kecepatan yang sama cepatnya dengan Ares yang sebelumnya dia lawan, jadi masih bisa ditanggulangi. Atlas mundur beberapa langkah ke belakang guna mengambil jarak. Tenggorokannya tercekat, api putih itu jauh lebih panas dibanding dengan yang dimiliki Cotan. Karena hujan pijakan berlumpur pasti sedikit banyak menghambatnya dalam bergerak. Dia menatap dua bilah pedang yang dihubungkan oleh rantai api putih dengan tangkai di pe