Bilah pedang yang tertancap di tanah menelan rantai api putih hingga membuat bunyi gemerincing. Rintik hujan yang jatuh mengenainya menciptakan uap-uap tipis. Rantai itu terhubung dengan Aaron yang memegang tangkainya di atas langit. Untung saja, dia masih sempat melindungi gadis itu di detik paling penting. Dengan sangat cepat Aaron terbawa dari atas awan ke bilah pedang yang tertancap. Dia segera melayangkan tendangan berbalut api putih ke Atlas saat sampai ke bawah. Mata Atlas dapat melihat serangan itu meski lebih sedikit cepat darinya. Aaron belum mencapai kecepatan yang sama cepatnya dengan Ares yang sebelumnya dia lawan, jadi masih bisa ditanggulangi. Atlas mundur beberapa langkah ke belakang guna mengambil jarak. Tenggorokannya tercekat, api putih itu jauh lebih panas dibanding dengan yang dimiliki Cotan. Karena hujan pijakan berlumpur pasti sedikit banyak menghambatnya dalam bergerak. Dia menatap dua bilah pedang yang dihubungkan oleh rantai api putih dengan tangkai di pe
"Aku belum kalah! Aku masih memiliki banyak bawahan di atas. Mereka ada ribuan!" Cotan tampak tidak akan menyerah sedikitpun. Ares menghela napas melihatnya, merasa kasihan dengan Cotan yang sudah dibutakan oleh keinginan menguasai dunia, "Kau tidak mengerti. Kau sudah tidak memiliki apa-apa lagi. Menurutmu kenapa mereka tidak pernah datang? Kita sudah bertarung sangat lama."Tanpa menjelaskan lebih lanjut Ares mengangkat tangannya. Dari atas bukit benda-benda kecil seukuran peluru datang berterbangan. Benda itu dilumuri oleh darah, menandakan bawa semua bawahan Cotan telah terbunuh. Sebaiknya Cotan melihatnya sendiri agar memahami akan keadaan. "Ti—tidak mungkin?!""Selama mereka bukan ahli beladiri tingkat spesial. Mereka tidak menyadari akan seranganku. Dan kau tahu sendiri tidak ada lagi bawahan yang berada di tingkat itu. Mereka mengalami kematian tanpa sempat memahami rasa sakit," jelas Ares. Saat awal-awal pertarungan Ares sudah menyebar suhu dingin ke atas bukit. Memindai j
"Kakak!" Anak perempuan itu menghambur peluk setelah berseru semangat. Mahkota kecil menghiasi kepalanya, menambahkan kesan lebih tinggi daripada anak lelaki yang dia peluk. "Kenapa lagi? Kalau kau diam menemui kakak ayah akan menghukummu lagi," jawab anak lelaki itu setengah senang dan setengahnya lagi cemas. "Lihat ini!" Anak perempuan itu mengacungkan tangannya. Api biru merembet dari sana. "Aku sudah mampu membuat elemenku sendiri!" "Lalu? Kenapa kamu berwajah murung begitu? Bukankah adik harusnya senang karena sudah mampu mengendalikan elemen seperti yang adik idam-idamkan," jawab anak lelaki merasa heran. "Tapi ...." Anak perempuan itu wajahnya semakin tidak enak dipandang. "Kenapa elemenku malah api? Tidak sama seperti kakak dan ayah. Aku ingin mempunyai elemen es juga!"Anak itu tampak cemburu. Dia sudah berlatih keras untuk naik tingkat dari ahli beladiri biasa yang hanya bisa memberdayakan energi roh ke tubuh fisik, menjadi ahli beladiri pengendali elemen."Api juga bag
Seminggu berlalu dan Tanya masih bertahan di kota Bagu untuk pemulihan. Untungnya, dia masih memiliki uang dari memburu monster sebelumnya. Dengan begitu transaksi di kota Bagu tidak akan mengungkapkan dia dimana. Setidaknya untuk sesaat dia dan Ares dapat beristirahat dengan tenang di apartemen sederhana yang mereka sewa. Ares menuangkan air ke gelas kemudian mendorongnya ke depan gadis itu. Mengamati Tanya yang wajahnya tidak sedap dipandang, mungkin kepikiran dengan keterlibatan klan Kairi dengan pembunuhan keluarganya. "Aku bisa melenyapkan klan Kairi sendirian jika Nona mau." Ares memecah keheningan dengan tawaran menarik. Tanya terpukul dengan apa yang dituturkan Ares sebelumnya, seminggu penuh dia memikirkan apakah benar Alex Kairi terlibat dengan pembunuhan keluarganya atau tidak. Dia berharap itu semua tidak benar. Bagaimanapun, dia sudah memiliki ikatan yang tidak mudah putus dengan Imelda dan ayahnya. Jika orang lain yang berbuat, dia mungkin akan lebih mudah menerimanya
Seminggu lagi telah dilalui sementara Tanya telah pulih dengan penuh. Bersama Ares dia mengambil rute tercepat pulang menuju Klan Quinn. Tanpa terduga di tengah jalan beberapa pedang cahaya menyerang. Ares menghindar bersama Tanya yang ada di punggungnya. "Klan Kairi!" geram Tanya. Suara tepuk tangan dari seorang pemuda yang keluar dari balik pohon besar membuat darah Tanya mendidih. Dia adalah tuan muda Alfred dari Klan Kairi. Dalam beberapa kali Alfred juga mengirimkan proposal lamaran kepadanya. Penampilan Alfred cukup menjanjikan. Dia juga seorang ahli beladiri tingkat spesial, senjata hidupnya berupa sabit. Namun Tanya sama sekali tidak tertarik dengan itu semua. Apalagi Imelda sendiri yang menyarankan agar Tanya tidak berhubungan dengan sepupunya. "Aku kira ayahku hanya membual. Aku sama sekali tidak percaya putri sampah sepertimu dalang dari hancurnya organisasi pembunuh ataupun pembunuhan Adira. Tapi lupakan, tidak sama sekali tidak penting." Alfred tersenyum menatap betap
Jika sarung dan pedang gadis itu menyatu maka ia dalam mode membalikkan serangan elemen. Sebaliknya, jika sedang terpisah dia akan menciptakan domain yang dapat menangani segala macam elemen dan menyimpannya, untuk dibalikkan saat pedang dan sarungnya menyatu kembali. Alfred berhasil memahami situasi hingga ke tingkat itu. Sabit Alfred berputar saat dia terbang memotong pepohonan yang masih mencoba menggapainya di langit. Serangan elemen cahaya yang dibalikkan gadis itu datang menyusul. Bunyi tajam terdengar saat sabitnya dia gunakan untuk menangkis. 'Harusnya sekarang tidak masalah aku menggunakan elemenku' pikirnya. Dia membuat pola di udara, sembilan lingkaran cahaya terlihat tercipta. Lingkaran-lingkaran itu berputar sangat cepat hingga batang pohon yang datang padanya terpotong dengan sangat mudah. Tanya menghindar kemudian berlarian ke sana kemari. Karena terus dikejar gadis itu mengaktifkan kemampuan domain ke duanya. Seketika Sembilan lingkaran kehilangan momentum dan berhe
Mau tidak mau Ares melingkar tangannya pada kedua kaki Tanya. Yang artinya, dia harus bertarung hanya dengan menggunakan kaki. Dia langsung saja memasukkan energi roh yang banyak saat sabit Alfred datang. menendang titik tumpul pada sabit besar itu hingga menjauh. Tubuh Alfred bergetar melihat betapa kuatnya tendangan Ares. Harusnya tidak ada manusia yang sekuat itu. Dengan tidak diduga aliran pertarungan mengkhianati ekspektasinya, merubah semua menjadi mimpi buruk. Kepercayaan diri yang sebelumnya berada di puncak habis tidak bersisa. Enam tetua berakhir mengenaskan, jirah mereka berlubang di bagian tubuh sana sini. Dapat dipastikan mereka sudah tidak bernyawa. Hanya ada satu penyelesaian sekarang, melarikan diri. Namun, kecepatan Ares berada jauh di atasnya. Dia kembali mendapatkan tendangan saat bergerak. Jirah tulang cahaya yang membungkus dirinya hancur berkeping-keping. Alfred memuntahkan seteguk darah. Matanya tidak mampu menangkap keberadaan Ares yang kembali menghilang. A
"Aku tidak dapat merasakan apapun di dalam sana ... pelindung ini ...." Ares menggantung kata-katanya dengan raut wajah yang serius. Matanya yang tajam semakin lekat menyoroti kediaman utama klan Kairi. Di sampingnya, Tanya juga tampak heran. "Kau tahu sesuatu tentang pelindung ini?" tanya gadis itu. "Setelah kekalahan manusia dalam perang melawan monster. Manusia yang tersisa bisa aman karena pelindung yang sama."Dalam cerita yang Tanya ceritakan saat di dalam hutan malapetaka sebelumnya. Seperdelapan sisa manusia yang masih hidup bersembunyi dari para monster. Tanya baru tahu mereka aman karena kemampuan domain yang mampu menyembunyikan keberadaan seseorang dengan sangat baik. Bahkan dia dan Ares yang mempunyai kemampuan sensor energi tidak dapat merasakan dengan jelas apa yang ada di dalam sana. Semua terkesan acak dan sulit dikenali. "Ini kemampuan domain. Harusnya dari klanku, kan? Jangan-jangan tetua yang berkhianat ada di sana!" geram Tanya.Wajah gadis itu berubah merah ka