"Aku tidak pernah menjalin hubungan sepasang kekasih sebelumnya. Apa aku terlalu aneh untuk seseorang yang sedang jatuh cinta?" tanya Kalista penasaran. Sebelumnya dia hanya terobsesi dengan kekuatan. Tidak berencana sedikitpun untuk jatuh cinta. "Aku juga belum pernah menjalin hubungan. Tapi, memang hal yang salah jika memasukkan perkara logika pada hati yang sedang berbunga-bunga. Orang-orang menjadi bodoh saat mereka jatuh cinta.""Tapi, adik sepupu menerima aku sebagai kakak sepupumu,kan?!" Kalista memelas. "Aku setuju, tapi jangan mengatakan tentang pernikahan pada orang lain. Gilbert belum mengkonfirmasi dia mau menikah denganmu atau tidak. Kau akan dianggap wanita murahan jika mengaku-ngaku."Kalista cepat mengangguk. "Aku paham, terima kasih atas saran adik sepupu.""Bukankah Nona juga sama? Mengaku-ngaku akan menikah denganku," tuduh Ares yang baru saja datang. Tanya menoleh pada laki-laki yang membawa setandan pisang di punggungnya."Itu pengecualian. Kita memang akan men
Setiap sudut sunyi malam hanya diisi oleh bahasa serangga yang selanjutnya ditindas oleh bunyi derit di pintu kaca. Meski halangan di depannya berhasil ia geser, Imelda tidak berani beranjak dari ambang pintu. Gadis itu masih saja hati-hati memandangi siluet laki-laki di balkon kamarnya yang bermandikan cahaya bulan. Langkah yang dimulai dengan jarang menjadi pasti ketika sosok itu dapat ia kenali. Sosok yang berdiri tegap dengan sebatang rokok di tangan merupakan Alex Kairi, ayahnya. Tujuan Alex pulang murni ingin melihat Imelda. Saat ke balkon kamar untuk merokok ia sengaja membuka pelan pintu kaca agar tidak membangunkan anaknya itu. Tetapi entah karena resonansi kuat sebagai seorang ayah dan anak atau apa. Imelda masih saja bangun padahal sebelumnya tertidur pulas. "Kenapa tidak segera membangunkan aku kalau Ayah sudah pulang?" Imelda menghambur peluk. Ekspresi Alex Kairi tenggelam. Pelukan erat sang anak membuat hatinya ditelan kehangatan
Imelda tidak bisa tidak menahan napas usai menyelesaikan kata-katanya. Alex Kairi tertegun beberapa saat sebelum akhirnya memberikan jawaban. "Ayah tidak terlibat."Sekat di tenggorokan Imelda seolah dibebaskan. "Syukurlah, aku sangat takut kalau itu ayah. Soalnya kita keluarga paling terlibat dengan paman Robert.""Ayah tidak mungkin membunuh sahabat ayah sendiri. Apalagi ini bisa saja membuat kamu dalam bahaya mengingat kalau melakukannya klan Quinn-lah yang kita singgung."Imelda kembali memeluk ayahnya. Puas dengan perkataan tersebut. Dia sendiri tidak tahu, kenapa kepercayaan pada klan sendiri sempat menyusut ke titik yang rendah. Tapi mendengar jawaban Ayahnya, dia bisa menganggap ayahnya tidak terlibat dalam penyerangan tersebut. Imelda kembali ke kamar dengan perasaan yang segar. Penjagaan di kediaman utama lebih ditingkatkan. Alex Kairi tersenyum sayu berjalan menuju ruang baca. Dia bahkan tidak memiliki sedikit napas dengan pe
Dalam pemeriksaan lebih lanjutnya dan teliti. Kalista menemukan benda seukuran peluru berwarna biru terang pada tengkorak kepala salah satu monster. Selain berada pada titik vital, benda tersebut menyerap energi roh, dia tidak berani memegangnya. kalista sebatas menerbangkan benda tersebut dengan elemen angin untuk mengamatinya lebih dalam. Dalam beberapa saat dia menyadari. "Ini elemen es yang sangat padat! Selama hidup aku belum pernah melihat orang dengan elemen es sepadat ini," gumamnya. Tanya ikut serta mengamati benda kecil tersebut dari samping Kalista. Saking padatnya es itu hampir menyerupai kristal. Berikutnya Tanya berniat menggapai benda tersebut dengan tangannya demi lebih memastikan. namun Kalista menerbangkan benda itu hingga jauh dari jangkauan. Tanya menoleh pada Kalista dengan Alis berkerut, satu kata keluar dari mulutnya, "Kenapa? Aku ingin memeriksanya.""Elemen es ini memiliki kemampuan menyerap energi roh, berbahaya jika disentuh. Aku rasa, sekalipun es ini tid
"Aku pernah kehilangan kesadaran dan bertingkah aneh atau tidak? Dan kalau ternyata aku pelaku dari semua monster yang mati ini. Apa kau akan membenciku?" Tanya menelisik wajah Ares dari samping. Entah kenapa pikirannya memproses bahwa dirinyalah yang telah membunuh monster-monster itu. Alur pembicaraan berjalan terlalu cepat dan mereka saling menyembunyikan kebenaran satu sama lain. Pada satu pokok masalah mereka juga ingin saling jujur. Tumpang tindih sampai mengekang kekhawatiran untuk diri masing-masing. Seolah, kejujuran yang mereka katakan sangat dangkal serta penuh antisipasi agar kebohongan dapat dipertahankan. Meski alurnya demikian, Ares tetap akan mengatakan kejujuran karena kebenarannya sudah bergeser membelakanginya. Siapa pelaku sebenarnya Ares sudah tahu dengan pasti sejak awal. Mungkin di dunia ini dialah orang yang paling mengetahui prihal elemen es. "Nona pernah kehilangan kesadaran sebanyak dua kali. Pertama saat Nona ingin membawaku secara paksa keluar dari huta
Berita kematian Adira Finley merambat seperti rumput liar. Kematiannya mengejutkan publik walau tidak semengejutkan musnahnya keluarga cabang klan Quinn. Penyelidikan masih dalam pelaksanaan dan belum mendapatkan hasil.Dalam hal ini pemimpin klan Finley tidak bisa mempertahankan kemurkaannya. Dia meminta semua pemimpin klan untuk membantu mencari pelakunya. Bahkan, akan ada reward bagi siapa saja yang berhasil menangkap pelakunya. Berita tersebut sudah sampai ke telinga Alex yang sedang berdiri serius menghadap ke luar jendela. Mencoba memahami keadaan dunia yang menjurus pada kekacauan. "Tuan, saya minta maaf sebelumnya pernah meragukan intuisi Tuan. Setelah menganalisis kemampuan bertarung Aaron Ryan. Dia memang orang bertopeng yang menyelamatkan kelompok Alastair di villa tetua Alvin. Gaya bertarung mereka sama."Sekretaris Alex menjelaskan data yang dia peroleh. Walaupun gaya bertarung Aaron acak dan menyesuaikan keadaan yang terjadi saat pertarungan. Tidak dapat dipungkiri ciri
"Bagaimana kau akan menjelaskan apa yang terjadi?!" Alvin Kairi menggertakkan gigi menatap wajah arogan seseorang yang datang padanya. Dia sangat marah sampai-sampai ingin melahap orang itu. Dia sudah membayar dua kali namun Tanya belum juga berhasil dibunuh. "Pertarungan di dekat Villa–ku pasti berasal dari orang-orangmu yang tidak kompeten menjaga informasi hingga mengundang utusan klan Quinn ke tempatku. Bawahanmu pasti sekelompok sampah yang dipungut. Padahal hanya perlu membunuh gadis kecil. Dia hanya memiliki satu pengawal di sisinya!"Pria di hadapan Alvin bernama Ben, salah satu pentolan di organisasi penjahat. Posisinya satu tingkat di bawah pemimpin. Lelaki itu tidak memberi rasa hormat sedikitpun ketika datang. Dan sekarang melihat kemarahan Alvin Kairi dia juga sama sekali tidak terganggu. "Kami mengirim orang sesuai angka bayaran. Jika mereka gagal itu karena target pembunuhan memang tidak mudah dihadapi. Aku datang ke sini saja tidak mudah, ada banyak orang suruhan klan
Shegan lekas-lekas ke sisi Alex yang datang seorang diri dengan mengendarai mobil. Setelah sampai dia menjelaskan, "Tidak sesuai rencana, tapi mereka masih bersedia berdiskusi."Alex mengitari pemandangan sekitar terlebih dahulu. Saat remaja dia sering beristirahat di villa seusai latihan beladiri di tempat ini. Terlalu lama berkutat dengan urusan klan membuat ia tidak memiliki waktu untuk datang ke tempat setenang sekarang. "Sejak awal apa yang kita rencanakan memang terkesan konyol. Mereka bukan anak-anak TK yang bisa dibodohi," jawab Alex masih dengan aktivitasnya memandangi sekitar. "Yah benar. Rencana Tuan dibuat secara terburu-buru. Tapi tidak masalah, intinya kita tetap berhasil karena mereka setidaknya akan mendengarkan."Mata Alex akhirnya berhenti menjelajah sekitaran. Saat itu Gilbert dan Aaron menuju dirinya. "Apa yang diharapkan tuan besar Kairi pada kami hingga repot-repot memancing kami ke sini?" tanya Gilbert, dia tidak merasakan sedikitpun kewaspadaan pada pihak Al