“Evelyn Whyle, aku adalah calon istri dari Arsenio Phoneix, pria yang telah tinggal bersama dengamu. Jika boleh jujur, aku sangat kecewa ketika tahu fakta ini, aku seperti di khianati.” Ucap wanita itu membuat Eve tercengang.
“Ca-calon istri? Mengapa Arsenio tidak pernah mengatakannya kepadaku?” tanya Eve kaget.
“Dia selalu menyembunyikan kehidupan pribadinya terlebih urusan asmara. Sekarang kamu sudah tahu kebenarannya kan? Wanita yang sedang berbicara denganmu adalah calon istrinya dan dengan mudahnya kamu masuk dalam kehidupan kami apalagi sampai tinggal bersama.” Jawab Evelyn tersenyum sinis.
Eve tidak bisa lagi berkata-kata karena fakta yang mengejutkan ini, namun satu hal yang pasti. Ia akan segera pergi jika memang dia adalah calon istri Arsenio.
“Aku hanya akan percaya jika Arsenio yang mengatakannya!” protes Eve berusaha menolak fakta ini.
“Terserah, yang ada kamu semakin sakit nantinya
Melihat Arsenio kembali membawa Eve pulang membuat Evelyn sangat tidak suka, “Untuk apa kamu membawa dia kembali lagi? Sudah bagus dia pergi, dengan begitu kita bisa melanjutkan hubungan kita kembali.” Cecar Evelyn.“Hubungan kita sudah selesai dari lama, tidak ada kata balikan apalagi kesalahanmu sangatlah memalukan dan fatal. Lebih baik kamu yang pergi!” usir Arsenio.“Kamu mengusirku? Memang hubungan kalian sudah sejauh apa?” pekik Evelyn tidak terima.“Sebentar lagi kami akan menikah, jadi jangan menjadi orang ketiga dalam hubungan kami. Pergilah! Tidak ada yang memintamu untuk datang lagi! Aku sudah melupakanmu sangat lama!” ucap Arsenio sangat tegas sehingga hati Evelyn sangatlah sakit.“Me-menikah? Mudah sekali dia mengatakannya.” Batin Eve yang salah tingkah.“Cih! Jangan membohongiku supaya aku pergi dari hidupmu! Aku tidak mendapatkan informasi apapun jika kalian akan menik
Ketika tengah berjalan beberapa langkah untuk masuk rumah, ada sebuah pesan masuk dari ponselnya yang berasal dari anak buahnya. “Bos…. Segera ke markas! Situasi semakin memanas!”“Ada apalagi ini, Tuhan?” batin Arsenio hanya membaca pesan saja tanpa mau membalas, setelah itu ia bergegas menaiki mobil sport mewah limited edition untuk menuju markas barunya.Melajukan mobil dengan sangat cepat dan untungnya situasi di jalanan tengah senggang, sehingga dirinya bisa leluasa untuk menguasai jalan agar segera tiba.Brom…. Brom…. Brom…. Brom…. Suara deru mobil mewah Arsenio menandakan jika sudah tiba di markas baru.Turun dari mobil mewahnya dengan mengenakan kaca mata hitam mahal serta kaos dan celana pendek berwarna hitam, semakin menambah aura ketampanan Arsenio. Apalagi tubuhnya tinggi dan gagah belum lagi kulitnya putih bersih dengan rambut tertata rapi, hidung mancung dan bola mata b
“Selain cara itu, apalagi yang biasanya dilakukan Papahmu?” tanya Arsenio sangat menggebu.“Kenapa kamu mendadak semangat sekali?” tanya Eve curiga.“Aku akan mengikuti jejak ayahmu untuk menumbangkan musuh agar nantinya berpikir seribu kali untuk menyalahiku lagi. Papah kamu kan pebisnis hebat dan susah dikalahkan, apa salah jika aku mengikuti caranya?” tanya balik Arsenio agar Eve tidak curiga.“Benar juga sih…. Biasanya Papah akan mencari celah musuh, entah itu ada di keluarganya atau di orangnya sendiri, baru setelah itu Papah menyerangnya tanpa ampun.” Jawab Eve membuat senyuman Arsenio kini mengembang sempurna, ternyata apa yang diperintahkan pada anak buahnya sama dengan cara berpikirnya.“Baiklah nanti akan aku ikuti langkah-langkahnya, terima kasih Eve sudah memberiku secercah harapan untuk menyerang sebelum menjebloskannya dalam penjara.” Jawab Arsenio mencium kening Eve sehingga menimbulkan kesan salah tingkah.“Kamu sendiri yang memintaku untuk menghancurkan Papahmu, janga
“Menurut Papah?” jawab Arsenio ketus.“Maaf jika sakitku ini menggangu aktivitasmu dan juga menambah beban pikiran.” Ucap Abraham dengan wajah sendu.“Aku hanya kecewa karena kalian menyembunyikan ini,” jawab Arsenio mulai melunak lantaran tidak kuasa menahan jawaban Papahnya.“Maafkan Papah namun ada hal yang sangat Papah pinta dan berharap kamu mengabulkannya, karena hanya kamu yang bisa melakukannya, Arsenio.” Ucap Abaraham terdengar sangat serius.“Ap aitu Pah?” tanya Arsenio penasaran.“Kamut ahu sendiri bagaimana kondisi Papahmu ini yang dimana semakin tua semakin merasa lemah, sudah tidak sekuat dan gagah seperti dulu. Bahkan handle pekerjaan saja rasanya tidak sanggup lagi, maka dari itu Papah berharap sekali kalau kamu nantinya mau meneruskan usaha yang sudah dibangun dengan penuh jerih payah dan dari nol. Tidak akan bosan Papah meminta ini kepadamu karena hanya kamulah satu-satunya harta paling berharga yang Papah miliki, kamu anak semata wayang Papah. Sebelum nantinya Papah
Kabar hilangnya Saputra Wijaya sangat viral di berbagai media bahkan menjadi trending lantaran pihak kepolisian sangat sulit menemukan jejaknya.Saputra yang diberitahu oleh salah satu anak buah Arsenio merasa meradang bahkan ia merasa jika kalah dari bawahannya sendiri.“Singkirkan berita sampah itu! Sebentar lagi kepolisian serta anak buahku mengendus dimana keberadaanku, lihat saja!” ucap Saputra dengan angkuhnya.“Percaya diri sekali anda, jika nantinya ditemukan. Bisa saja posisinya sudah menjadi almarhum, haha…” ejek anak buahnya.“Diam!! Jika nanti aku berhasil ditemukan, orang yang akan aku hancurkan tanpa ampun tidak hanya bosmu tapi juga kamu!” ancam Saputra tidak main-main namun bukan anak buah Arsenio namanya jika merasa gentar dan takut.“Saya menantikan itu!” tantang anak buah Arsenio lalu berjalan keluar. Tak lupa pintu di kunci dari luar.Saput
“Masalah apa yang membuatmu sampai mengesampingkan aku, Arsenio?” tanya Eve dilanda penasaran yang sangat besar bahkan rasa menahan untuk tidak ingin tahu tidak bisa lagi ditahannya.“Akan aku ceritakan nanti ketika semuanya sudah selesai, aku tidak mau kamu terlibat. Cukup di rumah dengan tenang biar aku yang bekerja.” Pinta Arsenio.Masih dalam suasana yang hangat dan romantis, panggilan telepon menghancurkan suasana yang tercipta. “Bos segera ke markas, kami di serang sekelompok gangster yang jumlahnya banyak! Saya duga ini dari Saputra Wijaya!”“DAMN!!!! Apa kalian tidak bisa handle!” teriak Arsenio melalui sambungan telepon.“Kami kalah jumlah, Bos.” Jawab anak buahnya lalu sambungan telepon terputus.“Siapa yang menelpon? Kelihatannya kamu marah sekali.” Tanya Eve memastikan.“Aku akan segera kembali, jaga dirimu baik-baik.”
Eve rupanya tengah tertidur dan ponselnya di charge dengan posisi off, pantas saja ketika Arsenio memanggil dirinya tidak mengetahui. Bahkan dalam tidurnya, ia bermimpi jika Arsenio mengalami kecelakaan hebat dan menyampaikan ucapan selamat tinggal untuknya.“Good bye, Eve…. Jaga dirimu baik-baik dan jadilah wanita yang kuat dan mandiri,” pesan Arsenio dalam mimpinya dengan kondisi mantan pengawalnya sangatlah tampan berbaju putih bersih bahkan bercahaya.“Tidaaaakkkkkkk…… kamu gak boleh tinggalin aku sendirian di sini, Arsenio!!!!” teriak Eve lalu terbangun dengan nafas yang terengah-engah.Ketika terbangun dan mengaktifkan ponselnya, ia melihat begitu banyak panggilan dari mantan pengawalnya yang di rasa tidak seperti biasanya.“Please… semoga mimpiku tadi hanya bunga tidur saja.” Pinta Eve berlinang air mata karena merasa sangat ketakutan bahkan beberapa kali menghubungi nomor mantan penga
Beberapa perawat keluar masuk ruangan ICU dengan wajah yang sangat panik bahkan peralatan bantu pun sangat banyak sehingga menyebabkan Eve tak kalah paniknya, “Ada apa, Sus?” tanya Eve meminta kepastian sembari memegang lengan suster.“Kondisi pasien di nyatakan sangat kritis bahkan kemungkinan untuk sadar sangatlah minim, maka dari itu saat ini kami tengah mengusahakan yang terbaik. Kami meminta doanya,” jawab suster setelah itu kembali masuk ruangan.“Gakkk!!!! Arsenio orang yang sangat kuat! Dia gak boleh menyerah begini!!! Gak boleh!!!” teriak Eve mendobrak pintu ICU dengan sangat keras.“Tolong sabar, Nyonya. Kita perbanyak doa dan biarkan tenaga kesehatan berusaha yang terbaik.” Ucap Jack berusaha menenangkan malah justru membuat amarah Eve memuncak.Plak…. Suara tamparan sangat keras membuat Jack yang awalnya terkejut hanya bisa diam dan menerima tamparan ini, meskipun harga dirinya merasa terc