Share

90. Janji Cayden

Author: Pixie
last update Last Updated: 2024-07-21 14:37:48
"Jadi, kalian memang sudah tidur bersama," desah Frank dengan sorot mata penuh dendam dan kekecewaan.

"Kami memang tidur di ranjang yang sama, tapi Cayden tidak melakukan apa-apa, Pa," tutur Emily lantang. Ia mulai lelah terus dituduh berdusta.

Akan tetapi, Frank masih saja tertawa masam. "Kau masih mau membela laki-laki itu?"

"Aku bukan membela, tapi mengatakan kebenaran. Cayden hanya memelukku. Itu pun dengan penuh kehati-hatian. Hanya tubuh bagian atas kami saja yang bersentuhan. Aku tahu dia sempat kesulitan menahan diri. Tapi ternyata, dia mampu menekan ego demi menjagaku."

Tiba-tiba, Emily melangkah mundur. Ia kembali ke sisi Cayden, menyelipkan tangannya ke dalam genggaman pria itu. Semua yang menyaksikan sontak membeku. Mereka tak menduga bahwa Emily seberani itu.

"Sekarang, terserah Papa mau percaya atau tidak. Tapi itulah kenyataannya. Cayden memang sesayang itu padaku. Aku akan terus bersamanya walaupun Papa melarang."

Frank termenung meresapi kesaksian itu. M
Pixie

Disetujui gak niih?

| 1
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Indah Carolina
setujuuu dong ... biar seruuu ahahahaaa masa ga yakaaannn wwkwkk
goodnovel comment avatar
puji amriani
setuuuuujuuuuuuu
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Pengawal Misterius Nona Pewaris   91. Tempat Istimewa

    "Untuk apa membangun rumah sendiri?" tutur Frank dingin. Emily spontan menahan napas. Tangannya menggenggam Cayden lebih kencang. "Papa ... tidak setuju kalau aku bersama Cayden?" tanyanya lirih. Frank menghela napas berat. "Kalau kalian mau, tinggal saja di sini. Rumah ini cukup besar, kecuali kalau kalian sudah punya sepuluh anak nanti. Mungkin rumah ini baru akan terasa sesak." Emily sontak terbelalak. Ia menggeser pandangan berulang kali. Ke arah Cayden, Louis, Kara. Mereka semua menunjukkan respons yang sama. "Apakah itu artinya Papa merestui kami?" tanya Emily dengan nada yang lebih tinggi. Melihat binar di mata sang putri, bibir Frank melengkung tipis. Ia mengangguk sekali. Tawa Emily seketika mengudara. "Terima kasih, Papa. Terima kasih! Papa memang ayah terbaik di seluruh dunia!" Emily melompat memeluk Frank. Frank menyambutnya dengan senyum kecil dan mata terpejam. Hatinya terasa begitu hangat. "Sama-sama, Tuan Putri. Tapi ingat, kalian tetap harus tahu batas. Ja

    Last Updated : 2024-07-22
  • Pengawal Misterius Nona Pewaris   92. Kejutan

    Cayden meninggikan sudut bibir dan mengangguk. "Ya, Tuan Harper. Saya mengerti. Bagi saya, Emily juga perempuan yang sangat berharga. Saya pasti akan selalu melindungi dan membuatnya bahagia. Saya juga akan selalu ada untuknya." Frank mengangguk kaku. "Bagus. Tolong pegang omonganmu. Jangan kau lupakan satu patah kata pun." "Siap, Tuan." "Sekarang keluarkan buku catatanmu. Kau melakukan apa yang kusuruh sebelum berangkat, kan?" Cayden mengeluarkan sebuah buku kecil dan pulpen dari saku jaketnya. "Saya membawanya." "Bagus. Mulai sekarang, catatlah semua poin penting yang kukatakan." Cayden mengangguk. Ia sempat penasaran dengan apa yang ingin Frank jabarkan. Namun, begitu mendengar hal-hal yang Emily sukai, senyumnya mengembang. Tanpa diminta pun, ia sudah pasti mencatat dengan penuh semangat. *** Sekeluarnya dari ruangan Louis, Emily langsung berbelok menuju lift. Ia sudah tidak sabar ingin pulang, memeriksa apa saja yang telah dilakukan sang kekasih selama bersama Frank.

    Last Updated : 2024-07-22
  • Pengawal Misterius Nona Pewaris   93. Aku Penggemarmu

    Seminggu berlalu, baik Emily maupun Cayden, keduanya sibuk mengurus pekerjaan. Apalagi, sesi pemotretan akhirnya tiba. Hasilnya sukses mengguncang media sosial. Cayden dan Louis teramat gagah dan tampan di setiap gambar. Mereka populer bukan hanya di kalangan wanita saja, tetapi juga kalangan pria. Produk yang mereka iklankan langsung terjual habis di hari pertama. Tim produksi sampai harus meningkatkan target mereka. Dengan agenda yang begitu padat, Emily tidak sempat bersantai. Apalagi, ia bersikeras membantu Cayden untuk merintis usaha. Emily baru memiliki waktu senggang dua minggu setelahnya. Salah satu agenda yang ia lakukan untuk bersantai adalah menghubungi sahabat kecilnya. "Bibi Emily, sudah lama sekali kamu tidak menelepon. Kupikir kamu sudah lupa padaku. Bagaimana kabarmu? Kau kelihatan sedikit lebih kurus. Apakah karena pekerjaanmu terlalu banyak? Tapi sekarang kamu sudah lebih santai, kan? Buktinya kamu bisa menelepon kami. Beristirahatlah lebih banyak. Dan jangan

    Last Updated : 2024-07-23
  • Pengawal Misterius Nona Pewaris   94. Di Mana Emily?

    "Apa pentingnya pendapatku? Itu tidak akan membuat Cayden atau Louis menang. Omong-omong, Cayden, kudengar hari ini kau akan pindah ke kantor Savior?" Sky memaksakan senyum. Ia berharap yang lain tidak sadar bahwa ia sedang mencoba untuk mengalihkan pembicaraan. Cayden mengangguk. "Ya, mereka tidak mau membiarkan aku berjuang seorang diri. Setelah kupertimbangkan, akhirnya aku memutuskan untuk bergabung dengan Savior." "Selamat, Paman Cay! Kau akhirnya sekantor dengan Bibi. Kuharap kalian bisa fokus bekerja, bukan berpacaran." Sky cepat-cepat menyikut sang putri. "Summer, ingat umurmu. Kau masih terlalu kecil untuk berkata begitu." "Apa salahnya? Memangnya anak kecil tidak boleh menasihati orang yang lebih tua? Aku ini pintar, Mama. Aku tahu banyak hal yang belum diketahui anak-anak lain seusiaku." Merasa gemas, Emily kembali tertawa. "Baiklah, akan kami ingat baik-baik. Kami akan fokus bekerja setiap berada di kantor." Summer berkacak pinggang dan mengangguk. "Bagus. Sekar

    Last Updated : 2024-07-23
  • Pengawal Misterius Nona Pewaris   95. Momen yang Sempurna

    "Apakah kau panik melihatku tidak ada di mana-mana?" bisik Emily sebelum memasang tampang memelas. "Maaf. Aku tidak bermaksud membuatmu panik. Aku hanya ingin memberimu kejutan ini." Emily merentangkan sebelah tangan. Pandangannya beredar mengelilingi tirai foto yang memenuhi rooftop barat. Saat matanya kembali ke titik semula, Cayden menggeleng samar. "Kejutan apa yang kau siapkan ini, Tuan Putri?" Emily kembali tersenyum simpul. "Kau tahu? Selama ini, kau sudah berbuat banyak untukku. Kau juga sudah memberiku banyak hal. Bunga, cokelat, perhatian, momen-momen indah. Rasanya, semua itu tidak akan habis jika kusebutkan. Padahal, aku belum pernah memberikan apa pun kepadamu. Karena itu ...." Emily tertunduk. Tangannya menggenggam kotak lebih erat. "Aku ingin berterima kasih kepadamu. Aku tidak mau hanya menerima. Aku ingin memberi juga." Cayden menarik napas berat. Ketegangannya masih meradang. Namun, ia tidak mau menunjukkannya. "Kata siapa kau tidak pernah memberiku sesuat

    Last Updated : 2024-07-24
  • Pengawal Misterius Nona Pewaris   96. Tempat Romantis

    Begitu mobil berhenti, Emily terbelalak. Ia seolah tidak percaya dengan apa dilihatnya. "Cay, bukankah kau bilang mau mengajakku makan? Kenapa kita malah datang ke perpustakaan?" Mendapati kebingungan di wajah Emily, Cayden tersenyum simpul. "Ini bukan sekadar perpustakaan, Tuan Putri, tapi juga art gallery, museum, dan botanical garden." "Oke. Lalu?" "Kupikir terlalu sayang kalau kita hanya makan malam. Bukankah akan lebih baik kalau kita sekalian berkencan?" Kerutan di wajah Emily mulai terurai. Sambil tersenyum geli, ia memicingkan mata. "Kau mau mengajakku berkencan di mana lebih tepatnya? Tempat ini luas. Apakah di perpustakaan? Museum? Tapi mereka pasti sudah tutup." "Kau tahu kalau ada beberapa jenis kebun di tempat ini, kan?" Mata Emily membulat. "Kau mau mengajakku jalan-jalan di botanical garden? Malam-malam begini? Matahari sudah terbenam, Cay. Di sana pasti gelap. Lihatlah." Emily menunjuk ke luar jendela. "Tidak ada orang lain selain kita. Kendaraan yang terpark

    Last Updated : 2024-07-24
  • Pengawal Misterius Nona Pewaris   97. Maukah Kau Menikah Denganku?

    "Terima kasih, My Prince." Emily memeluk Cayden lebih erat. Wajahnya semringah, tawanya hangat. Air mata nyaris jatuh dari pelupuknya. "Kau membuatku merasa sangat beruntung. Aku betul-betul bahagia memiliki kekasih seperti dirimu. Jangan pernah berubah, hmm? Teruslah menjadi Cayden yang manis dan penuh perhatian seperti ini," bisik Emily sebelum terpejam. Cayden mengusap kepalanya dengan lembut. Matanya ikut terpejam. Sesekali, ia menghirup aroma sampo dari rambut sang kekasih. "Sampai kapan pun, aku akan terus membuatmu bahagia, Tuan Putri. Aku akan memberimu banyak kejutan, perhatian, kasih sayang. Aku akan selalu memenuhi apa pun yang kau inginkan selagi aku bisa. Apa pun yang kau suka, pasti aku carikan." Emily mempertemukan pandangan. Ia selami manik cokelat sang kekasih. Berapa lama pun ia menatap, tidak ada kepalsuan yang terdeteksi. "Aku sangat mencintaimu, Cay. Sangat-sangat cinta," bisiknya tulus. "Aku pun begitu." Cayden mengelus pipi yang lembut itu. Setelah men

    Last Updated : 2024-07-25
  • Pengawal Misterius Nona Pewaris   98. Malam Terindah

    Emily menggigit bibir dan mengangguk tipis. Setetes air matanya jatuh, tetapi cepat-cepat ia hapus. "Ya, aku mau. Aku mau terus bersamamu, Cayden Evans." Tawa lega berembus dari mulut sang pria. Ia pakaikan cincin di jari manis wanitanya. Mendapati ukurannya pas, ia langsung berdiri dan mendekap sang kekasih erat. "Terima kasih telah menerimaku, Tuan Putri," bisik Cayden sebelum membenamkan bibir di pelipis sang gadis. "Terima kasih telah melamarku, My Prince. Malam ini betul-betul malam terbaik, malam terindah sepanjang hidupku. Aku tidak pernah menduga ada kejutan semanis ini." Cayden pun menangkup pipi Emily. Ia tanamkan ekspresi gembira yang cantik itu ke dalam memori. Diam-diam, ia berjanji kepada diri sendiri untuk sesering mungkin melukisnya lagi. "Aku sangat mencintaimu, Emily. Kau layak mendapat seluruh perhatian dan hal-hal terbaik dariku." Ia mengecup kening sang gadis. Emily tertawa lirih. Kemudian, setelah bertatapan selama beberapa saat, bibir mereka kembali

    Last Updated : 2024-07-25

Latest chapter

  • Pengawal Misterius Nona Pewaris   Extra Chapter 3. Pengalaman Terbaik

    Setibanya di ketinggian 186 meter dari muka jalan, mata Emily langsung berbinar. Ruangan yang baru dimasukinya itu berdinding kaca. Pemandangan kota Auckland terpampang indah di baliknya. "Selamat datang di menara tertinggi di NZ, Paman dan Bibi. Menara ini adalah ikon kota Auckland, dibangun pada tahun 1994 dengan ketinggian total mencapai 328 meter. Dari lantai ini, Paman dan Bibi bisa menikmati pemandangan kota sejauh 360 derajat. Makan malam kalian pasti akan menjadi sangat romantis dan mengesankan," terang Summer dengan penuh antusiasme. Emily tersenyum manis. Sambil merangkul pinggang Cayden, ia berbisik, "Kita tidak salah memilih pemandu." Kemudian, ia kembali menatap si pemandu cilik. "Terima kasih, Nona Hills Kecil. Aku suka sekali tempat ini." Summer mengulum senyum. Rasa bangga memenuhi hatinya. Sambil berkacak pinggang, ia mengangguk mantap. "Kalau begitu, selamat menikmati makan malam, Bibi. Silakan menempati meja yang kami siapkan khusus untuk kalian. Setelah kalian

  • Pengawal Misterius Nona Pewaris   Extra Chapter 2. Bulan Madu

    "Paman Cayden! Bibi Emily!" sapa Summer begitu pengantin baru itu keluar dari gerbang kedatangan. Tangannya yang memegang selembar karton terayun-ayun. Nama Cayden dan Emily yang tertempel di situ nyaris melayang ke udara. Dari kejauhan, Emily melambai ke arahnya. Tawa sang balita pun bergema. Kakinya melompat-lompat girang. Namun, melihat bagaimana si pengantin baru berjalan, keceriaannya berganti menjadi keheranan. "Oh, Mama? Ada apa dengan kaki Bibi? Kenapa dia berjalan seperti itu?" Mendengar celetukan sang putri, Sky mematung. Lengkung bibirnya ikut membeku. "Mama rasa tidak ada yang salah dengan Emily," sangkalnya ragu. "Tidak, Mama. Biasanya Bibi tidak berjalan seperti itu. Dia jadi terlihat aneh. Apakah kakinya masih sakit karena terlalu banyak berdiri di pernikahannya minggu lalu? Atau mungkin, gaunnya terlalu berat? Kakinya jadi kelelahan?" Sky meringis. "Summer, bagaimana kalau kita berhenti membahas itu? Emily adalah seorang perfeksionis. Mood-nya bisa rusak kala

  • Pengawal Misterius Nona Pewaris   Extra Chapter 1. Malam Pertama (+18)

    "My Prince, kau yakin tidak akan menyesal pulang ke sini? Kita masih bisa menyewa hotel untuk malam pertama kita kalau kau mau," bisik Emily saat Cayden menggendongnya menuju kamar. Cayden tertawa lirih. Desah napasnya terdengar menggelitik di telinga Emily. "Bukankah ini rumah kita juga? Apa salahnya pulang kemari?" "Memang tidak ada yang salah. Hanya saja," Emily tertunduk menutupi malu, "orang tua dan saudaraku juga tinggal di sini. Apakah tidak masalah kalau kita melakukannya di dekat kamar mereka?" "Kita akan melakukannya di kamar kita sendiri, Emily. Mereka tidak mungkin mengintip. Lagi pula, kita sudah pernah membahas ini, kan? Kau tidak keberatan." Cayden diam-diam merasa gemas pada sang istri. Emily meringis kecil. "Ya, memang. Saat itu, aku tidak berpikir sejauh ini." "Sejauh apa?" Cayden menaikkan alis. Sekarang mereka sudah tiba di lantai atas. Melihat pintu kamar mereka, jantung Emily semakin berdebar. Ia tanpa sadar menelan ludah. "Aku tidak memperhit

  • Pengawal Misterius Nona Pewaris   108. Kemenangan Sejati

    "Berbahagialah dalam kehidupan barumu nanti. Jangan cengeng lagi," bisik Louis. "Aku sudah tidak cengeng, Louis," sanggah Emily. "Buktinya kau sekarang menangis." Louis memeriksa mata Emily. "Kau juga menangis." Louis menggeleng. "Aku tidak menangis. Mataku terkena hawa AC." Sementara Emily mendesahkan tawa lagi, seorang staf WO datang menghampiri. "Tuan Harper, waktunya beraksi." Emily tercengang melihat boneka lemon yang diberikan staf itu kepada Louis. "Kenapa Yemon ada di sini?" Louis tersenyum usil. "Bukankah dia boneka kesayanganmu? Dia akan sedih kalau melewatkan momen spesialmu. Jadi, dia juga harus ikut andil." "Ikut andil bagaimana?" Louis mengeluarkan kotak cincin dari sakunya. Setelah menggoyang-goyangkannya sejenak, ia masukkan kedua cincin ke dalam saku rahasia Yemon. "Kantong ajaibnya selalu berguna." Ia kedipkan sebelah mata. Emily mendesah tak percaya. Saat Louis mengenakan kacamata hitamnya dan pergi menjalankan tugas, ia hanya bisa menggeleng-geleng t

  • Pengawal Misterius Nona Pewaris   107. Pernikahan Cayden dan Emily

    "Bagaimana kalau kita menepati janji yang sempat tertunda?" bisik Emily, membuat Cayden mengangkat alis. "Maksudmu NZ?" Emily mengangguk. Cayden pun tersenyum. Ia menoleh ke arah ponsel. "Apakah kau keberatan kalau mengunjungi cacing yang menyala dalam gua lagi, Summer?" tanyanya. "Paman dan Bibi mau berbulan madu di NZ?" Suara Summer semakin ringan. Mendapat anggukan dari kedua calon pengantin, tawanya mengudara. "Aku suka pilihan itu. Paman dan Bibi bisa berfoto bersama cacing yang menyala. Lalu, aku akan mengajak kalian menjelajahi pulau utara dan selatan. Kita bisa rafting, bungee jumping, hiking. Semua hal seru bisa kita lakukan bersama. Maksudku, kalian berdua sedangkan aku dan Mama. Kita lakukan bersama-sama tapi secara terpisah!" Emily tersenyum manis membayangkan keseruan itu. "Oh, aku jadi tidak sabar ingin bulan madu." "Menikah saja dulu, baru pikirkan bulan madu," celetuk Sky geli. "Tapi, kuharap kalian tidak menyesal memilih Summer sebagai pemandu." "Kenapa haru

  • Pengawal Misterius Nona Pewaris   106. Kondisi Summer

    Begitu giliran Louis yang diinterogasi, Emily bergegas masuk ke mobil. Ia sudah tidak sabar ingin menghubungi Alice. Hatinya tidak tenang semenjak polisi mengatakan bahwa Sky dan Summer tidak jadi terbang. "Nyonya Hills?" Perasaannya semakin tidak karuan saat melihat Alice berada di rumah sakit. "Apa yang terjadi? Di mana Sky dan Summer? Mengapa mereka tidak jadi terbang ke sini?" Alice tersenyum kecil. "Maaf kalau putri dan cucuku terpaksa membatalkan janji. Sesuatu terjadi tadi, tapi kau jangan khawatir. Masa kritisnya sudah lewat." Emily terkesiap. "Siapa yang kritis?" "Summer. Seseorang memberinya susu almond di bandara. Alerginya kambuh. Epipennya mendadak hilang, tapi untunglah, Sky cepat membawanya ke ruang medis. Sekarang dia sedang dirawat di rumah sakit." Emily menutupi mulut dengan sebelah tangan. Dadanya sesak. Air matanya nyaris tumpah. Cayden yang baru saja masuk ke mobil terbelalak melihatnya. Sambil memegangi pundak Emily, ia berbisik, "Ada apa?" Emily pun men

  • Pengawal Misterius Nona Pewaris   105. Pahlawan

    "Berani-beraninya kau melukai calon istriku?" hardik Cayden dengan kebencian yang membara. Seth membalas tatapan Cayden dengan sorot mata yang lebih tajam. Rahangnya berdenyut-denyut. Ia geram rencananya tak satu pun berjalan lancar. "Mengapa nasib tidak pernah berpihak kepadaku? Mengapa?" Putus asa, Seth akhirnya mengeluarkan pistol dari saku. Melihat itu, Cayden dan Emily terkesiap. "Hei? Tolong jangan gegabah. Hukumanmu bisa bertambah berat kalau kau membunuh kami dengan senjata," tutur Cayden sembari mengangkat sebelah tangan ke depan. Tawa Seth semakin terdengar menyeramkan. "Kau pikir aku peduli? Apa bedanya membunuh kalian dengan tongkat, racun, atau peluru? Semuanya sama saja. Semuanya sama-sama bisa mengirim kalian ke neraka!" Seth mengacungkan pistol ke arah Emily. Jarinya sudah siap menekan pelatuk. Menyaksikan hal itu, Cayden menelan ludah. Jaraknya terlalu jauh untuk bisa melindungi Emily. Sekarang, ia hanya bisa berharap kalau Seth membidiknya saja. "Kau pi

  • Pengawal Misterius Nona Pewaris   104. Serangan yang Membabi-Buta

    Tiba-tiba, Cayden menyentak seluruh badan. Ia berusaha bangkit dari kursi. Sayangnya, tali yang mengikatnya terlalu kuat. "Dasar pengecut! Lawanmu adalah aku, bukan Emily. Kenapa kau terus melibatkan dia dalam urusan kita, heh? Lepaskan dia!" Emily hanya bisa menghela napas iba di tempat persembunyiannya. Sementara itu, Seth yang sempat diam kini tertawa terpingkal-pingkal. "Kau pikir ancamanku selama ini main-main? Menghancurkanmu adalah tujuan hidupku. Aku tidak akan pernah berhenti sampai kau mendapatkan apa yang seharusnya kau dapatkan. Glen ...." Seth melirik rekan kejahatannya. "Biarkan pertunjukan dimulai." "Oke, Bro." Pria berseragam layaknya petugas kebersihan itu kembali mengotak-atik laptop. Napas Cayden semakin menderu dibuatnya. Sementara itu, Seth menempati sofa bekas. Ia sudah siap menyaksikan kemarahan Cayden. Senyum jahatnya terus merekah sampai akhirnya, alis Glen berkerut dan wajah Cayden berubah bingung. "Hei! Apakah ini tayangan yang dijeda? Kenapa ka

  • Pengawal Misterius Nona Pewaris   103. Terikat di Kursi

    Begitu keluar dari lift, Emily langsung menghampiri petugas keamanan. Ia ceritakan kejadian secara singkat, lalu bertanya di mana ruang CCTV. Tim keamanan pun langsung berbagi tugas. Sebagian mengamankan pria yang menyamar sebagai Cayden. Sebagian lagi mulai menyisir area. Sisanya mengawal Emily ke ruang CCTV. "Bagaimana?" tanya Emily yang sudah tak sabar. Orang-orang di situ terlalu lambat. "Maaf, Nona. Semua CCTV di lantai 3 mati. Kami memeriksa CCTV di lantai lain, tapi tidak ada yang mencurigakan." "Bagaimana dengan tangga darurat?" "Maaf, Nona. Kami tidak memasang CCTV di area tersebut." Emily meringis. "Bagaimana dengan tempat parkir di basement? Kalian tidak mungkin membiarkan area itu tidak terpantau, kan?" Petugas itu mengotak-atik lagi. Belum sempat ia menemukan petunjuk, rekannya buka suara. "Nona, saya menemukan kejanggalan." Emily bergeser ke monitor yang ditunjuk petugas yang lebih muda. Dua orang pria sedang mendorong troli yang memuat beberapa plastik sampa

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status