Share

94. Di Mana Emily?

Penulis: Pixie
last update Terakhir Diperbarui: 2024-07-23 15:13:11

"Apa pentingnya pendapatku? Itu tidak akan membuat Cayden atau Louis menang. Omong-omong, Cayden, kudengar hari ini kau akan pindah ke kantor Savior?" Sky memaksakan senyum. Ia berharap yang lain tidak sadar bahwa ia sedang mencoba untuk mengalihkan pembicaraan.

Cayden mengangguk. "Ya, mereka tidak mau membiarkan aku berjuang seorang diri. Setelah kupertimbangkan, akhirnya aku memutuskan untuk bergabung dengan Savior."

"Selamat, Paman Cay! Kau akhirnya sekantor dengan Bibi. Kuharap kalian bisa fokus bekerja, bukan berpacaran."

Sky cepat-cepat menyikut sang putri. "Summer, ingat umurmu. Kau masih terlalu kecil untuk berkata begitu."

"Apa salahnya? Memangnya anak kecil tidak boleh menasihati orang yang lebih tua? Aku ini pintar, Mama. Aku tahu banyak hal yang belum diketahui anak-anak lain seusiaku."

Merasa gemas, Emily kembali tertawa. "Baiklah, akan kami ingat baik-baik. Kami akan fokus bekerja setiap berada di kantor."

Summer berkacak pinggang dan mengangguk. "Bagus. Sekar
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Indah Carolina
ahahaa ga apa apa lah yang penting jadiii ..
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Pengawal Misterius Nona Pewaris   95. Momen yang Sempurna

    "Apakah kau panik melihatku tidak ada di mana-mana?" bisik Emily sebelum memasang tampang memelas. "Maaf. Aku tidak bermaksud membuatmu panik. Aku hanya ingin memberimu kejutan ini." Emily merentangkan sebelah tangan. Pandangannya beredar mengelilingi tirai foto yang memenuhi rooftop barat. Saat matanya kembali ke titik semula, Cayden menggeleng samar. "Kejutan apa yang kau siapkan ini, Tuan Putri?" Emily kembali tersenyum simpul. "Kau tahu? Selama ini, kau sudah berbuat banyak untukku. Kau juga sudah memberiku banyak hal. Bunga, cokelat, perhatian, momen-momen indah. Rasanya, semua itu tidak akan habis jika kusebutkan. Padahal, aku belum pernah memberikan apa pun kepadamu. Karena itu ...." Emily tertunduk. Tangannya menggenggam kotak lebih erat. "Aku ingin berterima kasih kepadamu. Aku tidak mau hanya menerima. Aku ingin memberi juga." Cayden menarik napas berat. Ketegangannya masih meradang. Namun, ia tidak mau menunjukkannya. "Kata siapa kau tidak pernah memberiku sesuat

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-24
  • Pengawal Misterius Nona Pewaris   96. Tempat Romantis

    Begitu mobil berhenti, Emily terbelalak. Ia seolah tidak percaya dengan apa dilihatnya. "Cay, bukankah kau bilang mau mengajakku makan? Kenapa kita malah datang ke perpustakaan?" Mendapati kebingungan di wajah Emily, Cayden tersenyum simpul. "Ini bukan sekadar perpustakaan, Tuan Putri, tapi juga art gallery, museum, dan botanical garden." "Oke. Lalu?" "Kupikir terlalu sayang kalau kita hanya makan malam. Bukankah akan lebih baik kalau kita sekalian berkencan?" Kerutan di wajah Emily mulai terurai. Sambil tersenyum geli, ia memicingkan mata. "Kau mau mengajakku berkencan di mana lebih tepatnya? Tempat ini luas. Apakah di perpustakaan? Museum? Tapi mereka pasti sudah tutup." "Kau tahu kalau ada beberapa jenis kebun di tempat ini, kan?" Mata Emily membulat. "Kau mau mengajakku jalan-jalan di botanical garden? Malam-malam begini? Matahari sudah terbenam, Cay. Di sana pasti gelap. Lihatlah." Emily menunjuk ke luar jendela. "Tidak ada orang lain selain kita. Kendaraan yang terpark

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-24
  • Pengawal Misterius Nona Pewaris   97. Maukah Kau Menikah Denganku?

    "Terima kasih, My Prince." Emily memeluk Cayden lebih erat. Wajahnya semringah, tawanya hangat. Air mata nyaris jatuh dari pelupuknya. "Kau membuatku merasa sangat beruntung. Aku betul-betul bahagia memiliki kekasih seperti dirimu. Jangan pernah berubah, hmm? Teruslah menjadi Cayden yang manis dan penuh perhatian seperti ini," bisik Emily sebelum terpejam. Cayden mengusap kepalanya dengan lembut. Matanya ikut terpejam. Sesekali, ia menghirup aroma sampo dari rambut sang kekasih. "Sampai kapan pun, aku akan terus membuatmu bahagia, Tuan Putri. Aku akan memberimu banyak kejutan, perhatian, kasih sayang. Aku akan selalu memenuhi apa pun yang kau inginkan selagi aku bisa. Apa pun yang kau suka, pasti aku carikan." Emily mempertemukan pandangan. Ia selami manik cokelat sang kekasih. Berapa lama pun ia menatap, tidak ada kepalsuan yang terdeteksi. "Aku sangat mencintaimu, Cay. Sangat-sangat cinta," bisiknya tulus. "Aku pun begitu." Cayden mengelus pipi yang lembut itu. Setelah men

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-25
  • Pengawal Misterius Nona Pewaris   98. Malam Terindah

    Emily menggigit bibir dan mengangguk tipis. Setetes air matanya jatuh, tetapi cepat-cepat ia hapus. "Ya, aku mau. Aku mau terus bersamamu, Cayden Evans." Tawa lega berembus dari mulut sang pria. Ia pakaikan cincin di jari manis wanitanya. Mendapati ukurannya pas, ia langsung berdiri dan mendekap sang kekasih erat. "Terima kasih telah menerimaku, Tuan Putri," bisik Cayden sebelum membenamkan bibir di pelipis sang gadis. "Terima kasih telah melamarku, My Prince. Malam ini betul-betul malam terbaik, malam terindah sepanjang hidupku. Aku tidak pernah menduga ada kejutan semanis ini." Cayden pun menangkup pipi Emily. Ia tanamkan ekspresi gembira yang cantik itu ke dalam memori. Diam-diam, ia berjanji kepada diri sendiri untuk sesering mungkin melukisnya lagi. "Aku sangat mencintaimu, Emily. Kau layak mendapat seluruh perhatian dan hal-hal terbaik dariku." Ia mengecup kening sang gadis. Emily tertawa lirih. Kemudian, setelah bertatapan selama beberapa saat, bibir mereka kembali

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-25
  • Pengawal Misterius Nona Pewaris   99. Persiapan Menikah

    "Bibi, lihat ini! Bukankah aku sangat keren? Aku akhirnya bisa berfoto bersama cacing-cacing yang menyala dalam gua!" seru Summer sambil mendekatkan selembar kertas foto ke kamera. Melihat foto yang terlalu gelap itu, Emily tersenyum simpul. Hanya ada pendaran cahaya biru di sana. Satu-satunya bagian dari Summer yang terlihat hanyalah giginya. "Ya, kau sangat keren Summer. Sayang sekali aku dan Cayden tidak bisa ikut." "Kalau saja Bibi dan Paman ikut, kita pasti sudah berfoto bersama dengan menggunakan kamera Paman Cayden. Aku yakin hasilnya akan lebih keren dari ini. Mungkin cacingnya bisa terlihat lebih jelas. Kalau dari foto yang Mama ambil, mereka hanya tampak seperti titik-titik kecil." Sementara Summer memperhatikan potret dirinya, Emily menutupi mulut dengan kepalan tangan. Ia takut sang balita melihat senyum gelinya. Sementara itu, Sky yang sejak tadi diam hanya sanggup menggelengkan kepala. Ia merasa iba, tetapi memang itulah foto terbaik yang bisa diambilnya. "Omon

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-26
  • Pengawal Misterius Nona Pewaris   100. Target Baru

    Cayden tersenyum simpul. Ia genggam tangan Emily, menariknya sedikit lebih jauh. "Lebih tepatnya, di sini." Ia memantapkan pijakannya di atas bumi. "Di sinilah kau berdiri saat aku memotretmu. Lalu ...." Cayden menunjuk ke arah pagar. "Kira-kira, di situlah kau terjatuh. Kau mundur-mundur tanpa tahu di belakangmu ada tumpukan salju." Emily terkekeh lirih. "Ya, aku terkejut karena blitz kameramu. Aku langsung terduduk di tumpukan salju." "Lalu aku membantumu bangkit." "Dan kau membantuku membersihkan mantel. Terima kasih telah memperlakukanku dengan baik sejak dulu, Cay." Cayden mengelus kepala Emily. "Bersikap manis padamu adalah panggilan hidupku, Tuan Putri." Emily tertawa lirih. "Kalau begitu, ayo kita bersiap. Aku sudah tidak sabar ingin me-remake momen itu. Semoga saja hasil fotonya bagus." "Hasilnya pasti bagus. Kau selalu cantik dilihat dari sudut mana pun." Hari itu, pemotretan berlangsung lancar. Meski menyimpan rasa was-was, Cayden dan Emily tetap menikmati momen

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-26
  • Pengawal Misterius Nona Pewaris   101. Perangkap

    "Ada apa, Sayang? Kulitmu gatal?" Sky melirik sang putri. Summer mengangguk kecil. "Mungkin karena cuacanya mendadak panas, Mama. Aku jadi berkeringat." "Kita belum memasuki musim panas, Sayang. Udara masih sejuk." "Ya, tapi aku merasa panas." Tiba-tiba, Summer mulai terbatuk-batuk. Sky pun menyodorkan air minum. Alih-alih menyambut, Summer malah mendorong tangannya menjauh. Semakin lama, batuknya semakin kencang. Napasnya mulai tersengal. Merasa ada yang tidak beres dengan sang putri, Sky akhirnya memeriksa. Ternyata, bintik-bintik merah telah timbul di leher sang balita. Mendapati hal itu, ia terkesiap. "Astaga, Summer! Reaksi alergimu kambuh!" pekiknya tanpa sadar. Dengan sigap, Sky membuka tas. Ia hendak mengambil epipen, tetapi obat darurat itu tidak ia temukan. "Di mana epipen-mu?" ringisnya sambil mengambil tas Summer dan mencari lebih teliti. Sayangnya, obat itu tidak juga ditemukan. "Oh, tidak, tidak ...." Tangan Sky mulai gemetar. Keringat dingin melingkupi tub

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-27
  • Pengawal Misterius Nona Pewaris   102. Komplotan Penjahat

    Setibanya di hadapan Cayden, Emily langsung memegangi kedua lengan sang pria. Kepalanya tertunduk, napasnya terengah-engah. "Cay, kita harus segera pergi dari sini! Ini jebakan ...." Ia masih berusaha mengatur napas. Matanya sampai terpejam demi meredam kepanikan. "Ini jebakan!" Cayden balik menggenggam lengan Emily. Sambil mengguncangnya sedikit, ia berkata, "Tenangkan dirimu, Emily. Aku tidak mengerti kau bicara apa kalau kau panik begini. Sekarang jelaskan dengan perlahan. Jebakan apa yang kau maksud?" Emily tersentak. Suara yang baru saja didengarnya memang sangat mirip dengan Cayden. Intonasi dan penekanannya juga. Akan tetapi, ia tahu betul bahwa itu bukan Cayden. Napas Emily seketika bertambah berat. Ia buka matanya dengan perasaan was-was. Melihat tali sepatu Cayden yang dipasang asal-asalan, tenggorokannya tersekat. Tubuhnya mulai gemetar. Apalagi, bau rokok masih tercium olehnya, bau yang sama dengan apa yang ia endus di kamar sebelumnya. "Emily? Kau baik-baik saja?

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-27

Bab terbaru

  • Pengawal Misterius Nona Pewaris   Extra Chapter 3. Pengalaman Terbaik

    Setibanya di ketinggian 186 meter dari muka jalan, mata Emily langsung berbinar. Ruangan yang baru dimasukinya itu berdinding kaca. Pemandangan kota Auckland terpampang indah di baliknya. "Selamat datang di menara tertinggi di NZ, Paman dan Bibi. Menara ini adalah ikon kota Auckland, dibangun pada tahun 1994 dengan ketinggian total mencapai 328 meter. Dari lantai ini, Paman dan Bibi bisa menikmati pemandangan kota sejauh 360 derajat. Makan malam kalian pasti akan menjadi sangat romantis dan mengesankan," terang Summer dengan penuh antusiasme. Emily tersenyum manis. Sambil merangkul pinggang Cayden, ia berbisik, "Kita tidak salah memilih pemandu." Kemudian, ia kembali menatap si pemandu cilik. "Terima kasih, Nona Hills Kecil. Aku suka sekali tempat ini." Summer mengulum senyum. Rasa bangga memenuhi hatinya. Sambil berkacak pinggang, ia mengangguk mantap. "Kalau begitu, selamat menikmati makan malam, Bibi. Silakan menempati meja yang kami siapkan khusus untuk kalian. Setelah kalian

  • Pengawal Misterius Nona Pewaris   Extra Chapter 2. Bulan Madu

    "Paman Cayden! Bibi Emily!" sapa Summer begitu pengantin baru itu keluar dari gerbang kedatangan. Tangannya yang memegang selembar karton terayun-ayun. Nama Cayden dan Emily yang tertempel di situ nyaris melayang ke udara. Dari kejauhan, Emily melambai ke arahnya. Tawa sang balita pun bergema. Kakinya melompat-lompat girang. Namun, melihat bagaimana si pengantin baru berjalan, keceriaannya berganti menjadi keheranan. "Oh, Mama? Ada apa dengan kaki Bibi? Kenapa dia berjalan seperti itu?" Mendengar celetukan sang putri, Sky mematung. Lengkung bibirnya ikut membeku. "Mama rasa tidak ada yang salah dengan Emily," sangkalnya ragu. "Tidak, Mama. Biasanya Bibi tidak berjalan seperti itu. Dia jadi terlihat aneh. Apakah kakinya masih sakit karena terlalu banyak berdiri di pernikahannya minggu lalu? Atau mungkin, gaunnya terlalu berat? Kakinya jadi kelelahan?" Sky meringis. "Summer, bagaimana kalau kita berhenti membahas itu? Emily adalah seorang perfeksionis. Mood-nya bisa rusak kala

  • Pengawal Misterius Nona Pewaris   Extra Chapter 1. Malam Pertama (+18)

    "My Prince, kau yakin tidak akan menyesal pulang ke sini? Kita masih bisa menyewa hotel untuk malam pertama kita kalau kau mau," bisik Emily saat Cayden menggendongnya menuju kamar. Cayden tertawa lirih. Desah napasnya terdengar menggelitik di telinga Emily. "Bukankah ini rumah kita juga? Apa salahnya pulang kemari?" "Memang tidak ada yang salah. Hanya saja," Emily tertunduk menutupi malu, "orang tua dan saudaraku juga tinggal di sini. Apakah tidak masalah kalau kita melakukannya di dekat kamar mereka?" "Kita akan melakukannya di kamar kita sendiri, Emily. Mereka tidak mungkin mengintip. Lagi pula, kita sudah pernah membahas ini, kan? Kau tidak keberatan." Cayden diam-diam merasa gemas pada sang istri. Emily meringis kecil. "Ya, memang. Saat itu, aku tidak berpikir sejauh ini." "Sejauh apa?" Cayden menaikkan alis. Sekarang mereka sudah tiba di lantai atas. Melihat pintu kamar mereka, jantung Emily semakin berdebar. Ia tanpa sadar menelan ludah. "Aku tidak memperhit

  • Pengawal Misterius Nona Pewaris   108. Kemenangan Sejati

    "Berbahagialah dalam kehidupan barumu nanti. Jangan cengeng lagi," bisik Louis. "Aku sudah tidak cengeng, Louis," sanggah Emily. "Buktinya kau sekarang menangis." Louis memeriksa mata Emily. "Kau juga menangis." Louis menggeleng. "Aku tidak menangis. Mataku terkena hawa AC." Sementara Emily mendesahkan tawa lagi, seorang staf WO datang menghampiri. "Tuan Harper, waktunya beraksi." Emily tercengang melihat boneka lemon yang diberikan staf itu kepada Louis. "Kenapa Yemon ada di sini?" Louis tersenyum usil. "Bukankah dia boneka kesayanganmu? Dia akan sedih kalau melewatkan momen spesialmu. Jadi, dia juga harus ikut andil." "Ikut andil bagaimana?" Louis mengeluarkan kotak cincin dari sakunya. Setelah menggoyang-goyangkannya sejenak, ia masukkan kedua cincin ke dalam saku rahasia Yemon. "Kantong ajaibnya selalu berguna." Ia kedipkan sebelah mata. Emily mendesah tak percaya. Saat Louis mengenakan kacamata hitamnya dan pergi menjalankan tugas, ia hanya bisa menggeleng-geleng t

  • Pengawal Misterius Nona Pewaris   107. Pernikahan Cayden dan Emily

    "Bagaimana kalau kita menepati janji yang sempat tertunda?" bisik Emily, membuat Cayden mengangkat alis. "Maksudmu NZ?" Emily mengangguk. Cayden pun tersenyum. Ia menoleh ke arah ponsel. "Apakah kau keberatan kalau mengunjungi cacing yang menyala dalam gua lagi, Summer?" tanyanya. "Paman dan Bibi mau berbulan madu di NZ?" Suara Summer semakin ringan. Mendapat anggukan dari kedua calon pengantin, tawanya mengudara. "Aku suka pilihan itu. Paman dan Bibi bisa berfoto bersama cacing yang menyala. Lalu, aku akan mengajak kalian menjelajahi pulau utara dan selatan. Kita bisa rafting, bungee jumping, hiking. Semua hal seru bisa kita lakukan bersama. Maksudku, kalian berdua sedangkan aku dan Mama. Kita lakukan bersama-sama tapi secara terpisah!" Emily tersenyum manis membayangkan keseruan itu. "Oh, aku jadi tidak sabar ingin bulan madu." "Menikah saja dulu, baru pikirkan bulan madu," celetuk Sky geli. "Tapi, kuharap kalian tidak menyesal memilih Summer sebagai pemandu." "Kenapa haru

  • Pengawal Misterius Nona Pewaris   106. Kondisi Summer

    Begitu giliran Louis yang diinterogasi, Emily bergegas masuk ke mobil. Ia sudah tidak sabar ingin menghubungi Alice. Hatinya tidak tenang semenjak polisi mengatakan bahwa Sky dan Summer tidak jadi terbang. "Nyonya Hills?" Perasaannya semakin tidak karuan saat melihat Alice berada di rumah sakit. "Apa yang terjadi? Di mana Sky dan Summer? Mengapa mereka tidak jadi terbang ke sini?" Alice tersenyum kecil. "Maaf kalau putri dan cucuku terpaksa membatalkan janji. Sesuatu terjadi tadi, tapi kau jangan khawatir. Masa kritisnya sudah lewat." Emily terkesiap. "Siapa yang kritis?" "Summer. Seseorang memberinya susu almond di bandara. Alerginya kambuh. Epipennya mendadak hilang, tapi untunglah, Sky cepat membawanya ke ruang medis. Sekarang dia sedang dirawat di rumah sakit." Emily menutupi mulut dengan sebelah tangan. Dadanya sesak. Air matanya nyaris tumpah. Cayden yang baru saja masuk ke mobil terbelalak melihatnya. Sambil memegangi pundak Emily, ia berbisik, "Ada apa?" Emily pun men

  • Pengawal Misterius Nona Pewaris   105. Pahlawan

    "Berani-beraninya kau melukai calon istriku?" hardik Cayden dengan kebencian yang membara. Seth membalas tatapan Cayden dengan sorot mata yang lebih tajam. Rahangnya berdenyut-denyut. Ia geram rencananya tak satu pun berjalan lancar. "Mengapa nasib tidak pernah berpihak kepadaku? Mengapa?" Putus asa, Seth akhirnya mengeluarkan pistol dari saku. Melihat itu, Cayden dan Emily terkesiap. "Hei? Tolong jangan gegabah. Hukumanmu bisa bertambah berat kalau kau membunuh kami dengan senjata," tutur Cayden sembari mengangkat sebelah tangan ke depan. Tawa Seth semakin terdengar menyeramkan. "Kau pikir aku peduli? Apa bedanya membunuh kalian dengan tongkat, racun, atau peluru? Semuanya sama saja. Semuanya sama-sama bisa mengirim kalian ke neraka!" Seth mengacungkan pistol ke arah Emily. Jarinya sudah siap menekan pelatuk. Menyaksikan hal itu, Cayden menelan ludah. Jaraknya terlalu jauh untuk bisa melindungi Emily. Sekarang, ia hanya bisa berharap kalau Seth membidiknya saja. "Kau pi

  • Pengawal Misterius Nona Pewaris   104. Serangan yang Membabi-Buta

    Tiba-tiba, Cayden menyentak seluruh badan. Ia berusaha bangkit dari kursi. Sayangnya, tali yang mengikatnya terlalu kuat. "Dasar pengecut! Lawanmu adalah aku, bukan Emily. Kenapa kau terus melibatkan dia dalam urusan kita, heh? Lepaskan dia!" Emily hanya bisa menghela napas iba di tempat persembunyiannya. Sementara itu, Seth yang sempat diam kini tertawa terpingkal-pingkal. "Kau pikir ancamanku selama ini main-main? Menghancurkanmu adalah tujuan hidupku. Aku tidak akan pernah berhenti sampai kau mendapatkan apa yang seharusnya kau dapatkan. Glen ...." Seth melirik rekan kejahatannya. "Biarkan pertunjukan dimulai." "Oke, Bro." Pria berseragam layaknya petugas kebersihan itu kembali mengotak-atik laptop. Napas Cayden semakin menderu dibuatnya. Sementara itu, Seth menempati sofa bekas. Ia sudah siap menyaksikan kemarahan Cayden. Senyum jahatnya terus merekah sampai akhirnya, alis Glen berkerut dan wajah Cayden berubah bingung. "Hei! Apakah ini tayangan yang dijeda? Kenapa ka

  • Pengawal Misterius Nona Pewaris   103. Terikat di Kursi

    Begitu keluar dari lift, Emily langsung menghampiri petugas keamanan. Ia ceritakan kejadian secara singkat, lalu bertanya di mana ruang CCTV. Tim keamanan pun langsung berbagi tugas. Sebagian mengamankan pria yang menyamar sebagai Cayden. Sebagian lagi mulai menyisir area. Sisanya mengawal Emily ke ruang CCTV. "Bagaimana?" tanya Emily yang sudah tak sabar. Orang-orang di situ terlalu lambat. "Maaf, Nona. Semua CCTV di lantai 3 mati. Kami memeriksa CCTV di lantai lain, tapi tidak ada yang mencurigakan." "Bagaimana dengan tangga darurat?" "Maaf, Nona. Kami tidak memasang CCTV di area tersebut." Emily meringis. "Bagaimana dengan tempat parkir di basement? Kalian tidak mungkin membiarkan area itu tidak terpantau, kan?" Petugas itu mengotak-atik lagi. Belum sempat ia menemukan petunjuk, rekannya buka suara. "Nona, saya menemukan kejanggalan." Emily bergeser ke monitor yang ditunjuk petugas yang lebih muda. Dua orang pria sedang mendorong troli yang memuat beberapa plastik sampa

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status