"Mel, sepertinya mereka mau menghampiri kita." Kata Hafsa melihat manager dan pegawai itu berjalan mendekat ke arahnya.
"Mereka mau kenalan mungkin." jawab Melati asal."Ah kau ini aku tidak becanda.""Lagian kau tanya aku, ya mana ku tau.""Nona, maafkan kami, kami salah kami tidak tau kalau nona istri dari tuan Elang maaf nona." ucap manager itu sambil menunduk diikuti pegawainya.Hafsa dan Melati tentu saja bingung pasalnya orang itu berbicara bahasanya dan meminta maaf."Untuk apa meminta maaf." kata Hafsa merasa heran."Karena pegawai ku telah menuduh pencuri dan aku mewakilkan dia untuk meminta maaf padamu. Aku mohon nona maafkan kami."Hafsa merasa kasihan melihat tatapan serius dari mereka yang meminta maaf dengan tulus."Iya tidak apa-apa aku maafkan, lagi pula aku juga salah karena aku tidak mengerti bahasa kalian." jawab Hafsa tersenyum.Manager dan pegawai itu tersenyum cerah.""Kak Elang kenapa aku tidak bisa-bisa? susah sekali sih!" ucap Hafsa kesal karena bola basketnya tidak masuk-masuk padahal jaraknya dekat.Elang tersenyum menahan tawa melihat istrinya yang kesusahan."Bagaimana mau masuk cara melempar bolanya saja sudah salah." jawab Elang."Lalu bagaimana yang benar? kau diam saja ihh!". Hafsa merajuk membuat Elang gemas."Baiklah, lihat aku!" kemudian Elang menunjukkan cara bermain bola basket sampai masuk ke gawang.Baru lemparan pertama saja sudah masuk dengan sempurna."Wah... hebat sekali." Hafsa memuji Elang sambil bertepuk tangan."Ini belum seberapa." kata Elang sombong, kemudian dia menunjukkan skill melempar bola nya dengan menggunakan satu tangan, wajah menghadap ke depan dan lainnya dan semua itu bolanya masuk sehingga Hafsa mendapatkan kartu poin banyak sekali."Wahh... kak Elang lihat kita dapat banyak tapi sepertinya ini masih kurang untuk mendapatkan itu." kata
Akhirnya hari ini mereka kembali ke negara asal di Indonesia, saat turun dari bandara mereka langsung di jemput oleh para pengawal Elang mereka dijemput dua mobil untuk tuan nya dan sekretaris Rey."Mari nona, silahkan masuk!" pengawal itu meminta dengan sopan.Hafsa mengangguk merasa tersanjung diperlakukan seperti itu padahal dulunya dia adalah seorang pelayan seperti mereka.Memang takdir seseorang itu tidak ada yang tau yang hanya harus kita lakukan adalah tetap bersyukur dan berbuat baik.Hafsa pun masuk mobil diikuti Elang di sampingnya begitu juga dengan Rey dan Melati.Mobil pun melaju dengan kecepatan sedang menuju kediaman rumah besar nyonya Sinta.*****Karena hari ini kepulangan liburan anak dan menantunya Sinta sang ibu sudah mempersiapkan penyambutan untuk mereka, Sinta juga sudah mempersiapkan makan siang istimewa untuk mereka dan Sinta berharap dari liburan ini dia mendapat kabar baik dari anaknya.Pi
Sinta memasuki ruang kerja Elang, saat masuk di lihatnya anaknya sedang berkutat dengan laptop. Saking fokusnya sampai tak menyadari jika ibunya datang.Sinta berjalan perlahan mendekati Elang yang sedang menyapa layar laptop."Elang." panggil Sinta lembut."Ya Bu ada apa?" Elang langsung menyahut tanpa melihat."Kau fokus sekali nak! kenapa tidak menyapa ibu?" ucap Sinta agar perhatian anaknya teralihkan."Maaf Bu, bukannya aku tidak ingin menyapa tapi memang aku sedang sibuk." akhirnya Elang menjawab sambil melihat."Kau ini Elang memang seperti almarhum ayahmu." Sinta berucap sambil duduk di depan meja Elang.Elang tak menjawab hanya mendesah pelan."Elang, apa kau sudah siap untuk memasuki perusahaan?". tanya Sinta menatap serius anaknya.Elang menghentikan aktifitasnya lalu menatap ibunya dengan serius pula."Iya Bu, aku siap. Aku juga kasihan jika tanggung jawab ini di pikul oleh Rey send
Hafsa dan Melati menjadi gugup saat di tanya seperti itu, lalu muncullah ide di otak Hafsa."Em.. kita ke rumah sakit dulu aku ingin menengok teman yang sedang sakit di sana." kata Hafsa menyikut lengan Melati."Iya ke rumah sakit." Melati membenarkan."Baik nona."Mereka pun menuju rumah sakit terdekat, awalnya Galang menanyakan rumah sakit mana tapi karena Hafsa dan Melati tadi hanya beralasan jadi dia juga asal menyebut nama rumah sakit nya.Dan sekarang mereka sampai di rumah sakit yang disebut Hafsa."Kau tunggu di sini yah tidak perlu masuk." ucap Hafsa pada Galang."Tunggu nona." Galang menahan sebelum mereka keluar."Ada apa?" tanya Hafsa gugup."Maaf nona jika saya lancang, apa nona tidak membawa apa-apa untuk teman nona.?" pertanyaan Galang membuat Hafsa dan Melati serasa menjadi orang yang bodoh.Mereka berdua saling pandang menyadari kebodohannya."Oh iya, aku lupa tapi nanti ki
Elang cemas sambil menyentuh perutnya, "Hah, perutku buncit."Saat di pegang ternyata buncit sedikit tapi tetap saja itu membuatnya cemas."Ini gara-gara kau, aku di suruh makan sisa mu." kata Elang menuding Hafsa."Kenapa kau menyalahkanku? kau juga yang mau kan." balas Hafsa sewot."Hah.. aku harus berolahraga malam ini." kata Elang kemudian."Malam-malam olahraga, kayak tidak ada besok saja." ujar Hafsa tidak mengerti jenis olahraga yang dimaksud Elang.Elang tersenyum miring, "Aku tidak ingin besok, aku ingin malam ini dan itu juga di lakukan bersamamu.""Aku tidak mau untuk apa aku olahraga malam lebih baik tidur." Hafsa masih belum menyadari."Olahraga ini selain menyehatkan juga sangat nikmat dan membuat ketagihan apalagi dengan suaranya." Elang berbisik dengan suara paraunya.Hafsa melongo baru menyadari ternyata olahraga yang di maksud adalah olahraga intim."Eh.. Kak Elang boleh tidak
"Apa kau masih tidak mengerti? apa kau bodoh? haruskah aku mengulangi kata-kata ku lagi." kata Elang tersenyum."Tapi kau mau denganku selamanya, kenapa?" tanya Hafsa karena untuk apa bersama selamanya jika tidak ada rasa cinta sama sekali."Kenapa kau bertanya?, tentu saja aku mau.""Tapi kenapa? bukannya kau tidak men..." Hafsa tidak melanjutkan ucapannya karena Elang telah meletakkan jari telunjuknya di bibir Hafsa."Apa kau ingin aku mengatakan sesuatu untukmu tentang cinta." ucap Elang dengan wajah yang sangat dekat.Hafsa hanya mengangguk dia sangat terpesona dengan ketampanan wajah suaminya."Apa kau mencintaiku?" Elang malah bertanya pada Hafsa yang sudah pasti tau jawabannya."Iya, aku mencintaimu dan kau?""Aku juga... " Elang malah menjeda ucapannya dan membuat Hafsa penasaran."Kau tidak sabar sekali."Hafsa mendesah merasa kesal karena Elang malah mengerjainya.Elang terke
"Kamar kita, akan aku tunjukkan." ucap Elang dengan melepas jaketnya juga kaosnya.Lalu terpampang lah tubuh bagian atas yang sempurna, menampakkan otot perut yang seperti roti sobek membuat Hafsa sampai menahan air liurnya."Kenapa?, kau tergoda" tanya Elang tersenyum sambil berjalan perlahan mendekati Hafsa."Eh...!" Hafsa bingung ingin menjawab apa tapi tangannya malah bergerak menyentuh dada bidang Elang sampai ke perut sixpack Elang.Tentu saja hal itu membuat darah Elang berdesir menciptakan hasrat yang tak terbendung karena Hafsa melakukannya secara pelan dan lembut."Apa kau suka sayang?" ucap Elang dengan suara parau nya."Iya, aku suka.""Apa kau ingin menyentuh juga bagian yang lain." ucapnya sambil membuka caci dan resleting celananya."Apa?" Hafsa ikut terbawa suasana dan menurut saja apa yang di katakan Elang."Aku akan menuntun mu." lalu Elang membawa tangan Hafsa masuk kedalam celana Ela
"Ibu. Kenapa kau bisa ada di sini?" tanya Rey begitu melihat ibu nya yang bernama Mala."Ibu sudah menduga kau ada disini, tidak ada di apartemen jadi ibu langsung saja ke sini." jawab ibu santai."Tapi Bu, apa nyonya Sinta tau ibu ke sini?" tanya Rey lagi."Tentu saja dia tau, apa yang tidak dia ketahui tentang di rumah ini." ucapnya tersenyum kecil.Rey lupa bahwa ini rumah majikannya tentu saja dia tau walau dia ada di ujung dunia sekalipun."Jadi... kau telah menyembunyikan sesuatu dari ibu yah!" ucap Mala bersedekap dada sambil melihat Melati."Apa yang aku sembunyikan? tidak ada." jawab Rey tidak mengerti. Melati jadi ikut-ikutan menatap Rey penuh selidik."Kau menyembunyikan calon menantuku, dasar kaku." ucap Mala spontan menjitak kepala Rey membuat Melati menahan tawa nya."Ya ampun Bu, kenapa aku masih di jitak? aku sudah besar." kata Rey terlihat malu."Bagiku kau masih kecil." jawab ibu nya k