Pesawat internasional mendarat di bandar udara internasional Incheon-Seoul. Dengan enggan melangkahkan kakinya meninggalkan bandara, sesuatu telah menghantam dadanya. Penerbangan yang hanya memakan waktu dua jam empat puluh tiga menit, waktu yang begitu singkat. Tetapi Lee tidak ingin kakinya menginjakkan kakinya di tempat yang penuh luka."Tuan mobil yang menjemput anda sudah menunggu di depan, apakah anda ingin menuju tempat yang lain lebih dulu?""Tidak perlu, kita langsung ke mansion kakek." Dengan langkah panjang Lee masuk ke dalam mobil. Kesadarannya telah kembali kepulangannya hanya karena kakek Hyun yang tengah berbaring di rumah sakit. Tetapi setelah mendengar Lee bersedia datang untuk menemuinya tuan besar memilih menunggunya di mansion."Dimana Kakek?" Lee menoleh kearah pria yang menyambut kedatangannya. Tanpa mereka ketahui Lee telah mengirim seorang mata-mata hanya untuk melihat keadaan tuan besar, tetapi satu hal yang tidak di ketahui oleh Lee jika tuan besar melakuka
Myung membiarkan Lee menemui sang kakek tetapi kondisinya yang sudah lebih baik membuat Myung merasa khawatir. Lee bukan hanya meminta penjelasan pada sang kakek tetapi perdebatan sudah tidak akan terelakan."Lee berhenti!! Kau tidak bisa menemui kakek. Kondisi kakek baru saja lebih baik, dan sekarang kau akan bertanya padanya? Apakah begitu tidak berartinya kakek di matamu? Jangan merasa kau yang terluka di sini Lee Suho. Aku, aku jauh lebih terluka. Dia wanita yang telah memberikan aku satu anak, dia ibu dari anakku yang ternyata saudara sepupu. Bagaimana caranya aku mewujudkan impian Seung? Biarkan aku yang bicara pada kakek," Lee mengusap wajahnya dengan kasar, tidak ada yang salah dari perkataan Myung. Yang terjadi saat ini adalah kakeknya yang lagi-lagi menyembunyikan fakta sebenarnya dari mereka. "Kali ini aku akan menunggu. Pergilah, tanyakan pada kakek. Aku ingin semuanya lebih jelas,""Terima kasih Lee, aku akan menemui kakek."Myung melangkah meninggalkan kamar Lee Suho.
"Ibu!!!"Aera yang tengah sibuk dengan teh yang di petiknya sesaat terdiam mendengar suara yang begitu tidak asing, meskipun lama tidak bertemu namun Aera ingat betul siapa gerangan dari pemilik suara yang memanggilnya."Ini tidak mungkin, aku hanya merindukannya. Putraku tidak akan datang kesini, aku sudah meninggalkannya," gumam Aera getir mengingat keegoisannya yang pergi tanpa memperdulikan kondisi Seung pada saat itu. Bahkan sekedar mengingatnya saja Aera tidak, masalah yang di hadapinya membuat seorang Aera melupakan anak yang di lahirnya.Bulir bening meluncur bebas di pipinya yang putih mulus. Kerinduannya pada Seung menghadirkan bayangan putranya yang memanggil. Tidak ingin larut dengan kesedihan Aera kembali melanjutkan pekerjaannya mengangkat teh yang sudah di petiknya dan membawanya ke pinggir, hari ini Ga Eun meminta izin padanya untuk tidak masuk entah karena urusan apa yang pasti area tidak tahu.Sebagai seorang sahabat Aera enggan ikut campur dengan urusan sahabatnya.
Cukup lama Aera bungkam mengingat kejadian demi kejadian yang datang silih berganti memberikan kejutan demi kejutan yang membuatnya kembali terdampar. Impian hidup dengan orang yang mengisi hatinya kembali hilang dan hampa setelah perpisahan mereka karena keadaan. "Aera, kau bilang untuk melupakan masa lalu, jadi sekarang aku minta kepadamu untuk menjawab pertanyaanku. Aku tidak lagi memaksamu untuk menerima lamaran tetapi satu pertanyaan yang ingin aku dengar darimu. Aera tidakkah kamu ingin bersama denganku dan juga anak kita?"Aera bergeming dia hanya takut kejadian yang sudah ia lupakan akan kembali terjadi karena Aera sendiri tidak tahu bagaimana wajah ayahnya yang pergi meninggalkan mereka dan memilih keluarga barunya hanya karena kekayaan. Bahkan mengenai orang tua Lee yang ia dengar jika tewas dalam kecelakaan tapi tidak menutup kemungkinan jika semuanya akan kembali seiring kebohongan yang sudah diterima. Tetapi satu hal yang tidak bisa dilupakan dan ia ingin berjuang untuk
Myung yang telah menyiapkan sebuah pernikahan sederhana namun kemewahan dan elegan tidak hilang dari persiapan yang begitu elegan. Menggambarkan kepribadian seorang Myung dan Aera. Pernikahan yang hanya di hadiri oleh keluarga dan sahabat namun tidak menutupi kebahagiaan keduanya.Kebahagiaan terpancar dari wajah Myung dan Seung yang senantiasa berada di samping Aera. Anak yang kini genap berusia sembilan tahun selalu menjaga ibunya. Kejadian mengerikan dimana acara yang seharusnya bahagia berganti dengan air mata dan kesalahan pahaman di antara keduanya. Hal itu yang menyebabkan Seung tidak meninggalkan Aera seorang diri walau hanya sedetik."Ibu sudah waktunya, ayah menunggu ibu," Wajah putih Aera seketika merona tangan mungil putranya menggenggam tangannya mengantarkan Aera menuju Myung yang menunggunya.Tamu undangan yang hanya berapa kini memenuhi kursi yang sudah di siapkan oleh Myung. Nampak Lee dan tuan besar menatap Aera yang begitu cantik bak bidadari dengan gaun putih panj
Pagi indah dengan suasana yang penuh kebahagiaan. Untuk pertama kalinya Myung terbangun dengan sosok di sampingnya, wanita yang sejak lama ia cintai yang kini menjadi istrinya. Melalui hubungan yang penuh dengan kejutan tidak mengenakan pada akhirnya mereka mampu melewatinya. Berharap keceriaan melingkupi keluarga kecilnya.Tuhan tidak salah dengan siapa mereka akan berjodoh, menghabiskan waktu yang cukup lama. Dengan menyatukan dua insan dalam satu ikatan yang sakral, meskipun berbagai halangan datang menghampiri keduanya namun seakan mereka tidak mampu untuk di pisahkan. Mereka yang berusaha menggagalkan hubungan mereka pada akhirnya mereka mengaku kalah cinta mereka kuat sekalipun terlihat sederhana. Di balik itu semua tuhan yang telah menguatkan cinta abadi mereka tanpa mereka sadari bahwa takdir mereka adalah bersama."Selamat pagi istriku, bagaimana tidurnya? Kamu nyaman tinggal disini?" Myung tersenyum melihat keterkejutan Aera yang melihatnya tengah menyiapkan sarapan pagi ber
Kehidupan baru telah merubah sosok Aera yang terbiasa dengan pekerjaan yang tidak mengenal kata lelah. Tidak peduli jika pekerjaan yang akan ia geluti begitu kasar dan menyita waktunya. Namun kini tidak lagi bahkan sekedar membersihkan piring kotor saja Myung melarangnya, bukan karena Myung takut tangannya berubah tetapi alasan Myung yang begitu membuat hati Aera menghangat."Jangan berpikir jika aku membatasi ruangmu. Aku hanya ingin yang terbaik untukmu, dan tangan ini sudah cukup lelah di masa lalu, sekarang saatnya aku yang akan memanjakan dirimu. Aku mau kau menjaga kesehatan jangan biarkan lelah menghampirimu, jika kau ingin kesibukan. Kapan pun mau bisa datang ke kantor dan lihat aku," "T– tapi,""Tidak ada kata tapi, kamu bisa memanjakan kami dengan lezatnya masakanmu. Tapi tidak pekerjaan, kau mengerti?"Dengan terpaksa Aera mengikuti kata Myung, tidak ada yang salah semua sudah di lakukan oleh Myung dan peraturan yang di berikan olehnya tidak terbantahkan. Aera mengingat s
"Bersulang!!"A Young tersenyum penuh kemenangan, semakin yakin dengan keputusannya bahwa kesepakatan kali ini akan menghasilkan sesuatu yang besar untuknya. Tidak peduli dengan masalah yang di hadapi wanita di depannya, tujuannya hanya satu, mendapatkan apa yang ia inginkan."Nona A Young, kau harus bekerja keras untuk mengerjakan semuanya. Aku tidak peduli bagaimana caranya, yang terpenting kau berhasil membuatnya pergi. Jika perlu kau bunuh wanita itu,"Mendengar kata membunuh A Young mengingat apa yang sudah dia lakukan terhadap Aera agar tidak lagi mengganggu hubungannya dengan Myung, pria yang sejak lama ia cintai."Nyonya percayalah padaku, dengan penampilan baru ini aku yakin semuanya sesuai keinginan anda. Dan tentunya apa yang menjadi keinginanku. Nyonya, apakah sudah waktunya aku keluar? Wajahku baik-baik saja. Sejauh ini aku tidak merasakan apapun,""Hahaha!!! Nona A Young, kau terlalu bodoh. Aku sampai lupa jika kau adalah putri tunggal tuan Duck Young, aku mengeluarkan