Beranda / Romansa / Pengasuh Kesayangan Tuan Duda / Omong Kosong Berbentuk Cinta

Share

Omong Kosong Berbentuk Cinta

Penulis: Agura Senja
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-26 10:48:48

Adhamar mengangguk, senyum tipis bermain di bibirnya. "Tentu saja. Kamu tahu kalau aku lebih suka melihat bagaimana seseorang bertindak tanpa informasi lengkap. Itulah cara terbaik untuk melihat karakter mereka. Aku bahkan memastikan bahwa tak ada satu pun yang menyebut namamu secara langsung di hadapan mereka, bahkan Devan. Malven hanya tahu kalau wanita yang dijodohkan dengannya adalah cucuku, tetapi dia tidak tahu siapa namanya, apalagi latar belakangmu."

Claudia mendesah berat, mengusap wajahnya dengan kedua tangan. Kalau saja ia tahu soal ini lebih awal, mungkin semuanya tidak akan serumit sekarang.

"Hal itulah yang memberiku banyak informasi menarik," ucap Adhamar santai. "Termasuk kenyataan bahwa dia lebih memilih wanita lain daripada mencoba mengenal siapa sebenarnya calon pasangannya."

"Dan sekarang Opa tahu jawabannya, alasan Malven menolak dan tidak tertarik. Dia bahkan mengatakan bahwa dia mencintai orang lain."

Adhamar mendengus pelan, ekspresinya berubah dingin. "Cinta,
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (5)
goodnovel comment avatar
Teh Nimaz
suka sma pengasuh nya tpi bawa bawa wanita..lain ke rmh nya kan tolol
goodnovel comment avatar
Sleepyhead
Gunakan Powermu opa, dimulai dari siapa Pria yang menghamili Cucu mu.. Maka Puzzle yang rumit ini akan terangkai dengan indah..
goodnovel comment avatar
Nurliana Ali
luar biasa
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Pengasuh Kesayangan Tuan Duda   Menemui Raga

    Pagi hari di kediaman Adhamar terasa sunyi, tetapi Claudia sudah siap dengan tas di tangan dan jaket di pundaknya. Ia berdiri di depan pintu utama, menunggu kakeknya yang akhirnya muncul dengan setelan sederhana tapi tetap berwibawa."Jadi kau benar-benar tidak mau tinggal lebih lama?" tanya Adhamar sambil memandangi cucunya dengan tatapan lembut yang terselip sedikit kekecewaan.Claudia tersenyum tipis. "Aku harus kembali ke rutinitasku, Opa. Masih banyak pekerjaan menunggu, dan aku tidak bisa meninggalkan yayasan terlalu lama."Adhamar mengangguk kecil, lalu mendekat dan menepuk pundak cucunya. "Baiklah, Claudia. Tapi jangan terlalu keras pada dirimu sendiri, ya? Ingat, meskipun kamu kuat dan merasa mampu, kamu tetap manusia. Kadang kamu perlu istirahat."Claudia menahan senyum getir, lalu berjinjit sedikit untuk mencium pipi kakeknya. "Terima kasih, Opa. Aku akan ingat itu."Setelah berpamitan, Claudia masuk ke mobil yang sudah menunggu di halaman. Shouki, pengawalnya, membuka pint

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-26
  • Pengasuh Kesayangan Tuan Duda   Bersama Raga

    "Kakak, kenapa Kakak pergi waktu itu?" Raga tiba-tiba bertanya tanpa menoleh. Suaranya kecil, tapi cukup jelas di telinga Claudia.Pertanyaan itu membuat Claudia terdiam sejenak. Ia menatap punggung mungil Raga, mencoba mencari jawaban yang tepat tanpa melukai hati bocah itu. "Kakak harus kembali bekerja, Raga. Tapi itu bukan berarti Kakak lupa sama kamu."Padahal mereka sudah sering membicarakan hal ini, tapi Raga terus menanyakan hal yang sama. Katanya sudah dewasa karena usianya sudah lima tahun, nyatanya Raga tetap anak-anak yang harus terus diberi pengertian."Tapi, aku sedih. Aku nggak suka kalau Kakak pergi," gumam Raga, ayunannya perlahan melambat. Claudia merasa hatinya mencelos. Ia menarik napas dalam, berusaha menahan emosinya. "Kakak juga sedih harus pergi. Tapi sekarang Kakak di sini, kan? Kakak nggak akan lupa sama kamu, Raga. Kakak janji."Raga menoleh sedikit, menatap Claudia dengan mata bulatnya yang polos. "Aku mau tinggal sama Kakak. Papa juga belakangan ini aneh b

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-26
  • Pengasuh Kesayangan Tuan Duda   Jangan Takut, Aku Di Sini

    Deon berhenti tepat di hadapan Claudia, menatapnya dengan mata yang menyala karena emosi. Tanpa memberikan kesempatan pada Claudia untuk berbicara, pria itu tiba-tiba meraih pergelangantangan Claudia dengan kasar."Dasar pelacur murahan!" bentaknya keras, membuat Claudia tersentak kaget. Claudia mencoba menarik tangannya, tapi Deon menggenggamnya terlalu kuat dan itu menyakitkan."Deon! Apa yang kamu lakukan?! Lepaskan aku!" teriak Claudia, panik sekaligus takut.Deon tidak menggubris. Amarah tampaknya sudah menguasai dirinya sepenuhnya. "Jadi, ini yang kamu sembunyikan? Kamu selingkuh dengan pria lain dan mengandung anak dari pria itu, sementara aku yang harus menanggung malu karena ditinggalkan begitu saja?!"Claudia membelalak. "Apa maksudmu selingkuh?! Aku tidak pernah mengkhianati siapa pun!"Deon menyeringai penuh amarah. "Jangan pura-pura bodoh! Aku melihatmu di rumah sakit tadi, masuk ke bagian obgyn! Jadi, siapa dia, Claudia?! Siapa pria brengsek itu?!"Claudia mencoba mero

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-26
  • Pengasuh Kesayangan Tuan Duda   Maaf Karena Terlambat

    Malven mengepalkan tangannya begitu kuat hingga terlihat bergetar. Rahangnya mengeras, dan matanya menyala penuh kemarahan. Ia langsung berlutut di hadapan Raga, memeriksa tubuh anaknya. “Mana yang sakit, Raga? Apa ada yang terluka parah?”Raga menggeleng, meski air matanya tetap mengalir. “Aku nggak apa-apa, Pa. Tapi Kak Cla ... Kakak yang paling disakitin.”Mendengar itu, Malven langsung menoleh ke arah Claudia. Matanya menatap penuh rasa bersalah bercampur amarah yang membara. “Claudi, kamu baik-baik saja? Apa yang orang itu lakukan padamu?” tanya Malven berusaha tenang, tangannya terulur untuk merapikan rambut Claudia dan menyentuh lembut luka di pipi wanita itu.Claudia mencoba tersenyum, tapi kondisinya terlalu lemah. Ia membuka mulut untuk menjawab, tapi hanya suara serak yang keluar. Rasa lega karena melihat Malven datang akhirnya menguasai Claudia, dan tubuhnya mulai kehilangan tenaga.“Malven,” gumam Claudia pelan sebelum matanya mulai t

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-27
  • Pengasuh Kesayangan Tuan Duda   Aku Akan Di Sini

    Pintu ruang tindakan akhirnya terbuka, dan seorang dokter keluar dengan langkah tegas. Malven segera berdiri, menggenggam tangan Raga yang masih menempel di sampingnya."Bagaimana kondisinya, Dok?" tanya Malven dengan suara yang bergetar.Dokter itu tersenyum kecil, berusaha menenangkan. "Syukurlah, kondisi Nyonya stabil. Ada beberapa luka ringan di tubuhnya, tapi tidak ada cedera serius. Kami juga sudah memeriksa kondisi kandungannya—bayi dalam rahimnya juga dalam keadaan baik."Kalimat terakhir itu membuat waktu terasa berhenti sejenak bagi Malven. Bayi? Kata itu berputar di kepalanya, bergema hingga sulit baginya untuk mencerna sepenuhnya."B-bayi?" Malven akhirnya berhasil membuka mulut, suaranya pelan dan hampir tidak terdengar.Dokter menatapnya dengan sedikit heran, lalu mengangguk. "Iya, usia kandungannya sudah sekitar 12 minggu. Untung saja ia cepat mendapat pertolongan, karena stres atau trauma lebih lanjut bisa berisiko bagi ja

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-27
  • Pengasuh Kesayangan Tuan Duda   Merengkuh dan Menemukan

    Malven menatap Claudia dengan ekspresi terkejut, alisnya bertaut. Ia terdiam sejenak, lalu dengan lembut mengulurkan tangan untuk menghapus air mata yang mulai mengalir di pipi wanita itu. Sentuhannya terasa hangat dan menenangkan, tetapi Claudia justru merasa dadanya semakin sesak."Apa maksudmu, Claudi?" Malven bertanya pelan, suaranya penuh dengan ketulusan. "Aku tidak pernah bermaksud membuat siapa pun salah paham. Terutama kamu."Claudia menghela napas berat, matanya menatap jauh ke arah lain, menghindari tatapan intens pria itu. Ia menggigit bibir bawahnya, berusaha menahan air mata yang semakin sulit dihentikan."Kamu bilang tidak akan membiarkan aku pergi lagi, tapi ... kamu mencintai wanita lain. Kamu menggenggam tangannya di depan semua orang, mengatakan dengan tegas bahwa dia adalah wanita yang kamu pilih." Suara Claudia bergetar, menyuarakan luka yang selama ini ia pendam. "Jadi kenapa sekarang kamu ada di sini, di sisiku, seolah aku adalah ora

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-27
  • Pengasuh Kesayangan Tuan Duda   Pagi Hari

    Claudia membuka matanya perlahan, kelopak matanya terasa berat. Ia mendapati dirinya berada di sebuah ruangan dengan pencahayaan yang lembut dan suasana yang nyaman. Sebuah selimut tebal menutupi tubuhnya, dan aroma samar khas rumah sakit masih terasa di udara. Butuh beberapa detik baginya untuk menyadari di mana ia berada.Saat ingatannya kembali ke kejadian kemarin, dada Claudia terasa sesak. Namun, sebelum ia sempat tenggelam lebih jauh dalam pikirannya, pintu kamar mandi terbuka pelan, dan Malven muncul. Rambutnya sedikit basah, dan ia mengenakan kemeja yang tidak sepenuhnya terkancing, memperlihatkan sebagian dadanya. Wangi sabun dan cologne menguar dari tubuh pria itu, mengisi ruangan dengan aroma maskulin yang menenangkan.Melihat Claudia yang sudah terjaga, senyum kecil terukir di wajah Malven. "Selamat pagi," ucapnya, berjalan mendekat ke sisi tempat tidur.Claudia terdiam, masih sedikit terkejut dengan keberadaan pria itu. Sebelum ia sempat berkata apa-apa, Malven duduk di t

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-28
  • Pengasuh Kesayangan Tuan Duda   Tidak Ingin Kehilangan

    Malven mendekat lebih jauh, jaraknya nyaris menghapus ruang di antara mereka. Tangan besarnya mengangkat dagu Claudia dengan lembut, memaksanya untuk menatap langsung ke matanya. Pria itu memang sudah merasa aneh sejak Claudia mengetahui tentangnya yang menggenggam tangan Zheva di kediaman Adhamar kemarin, tapi jika mengingat yang Claudia katakan tentangnya yang memiliki posisi sebagai sekretaris dari direktur yayasan gemilang, sekarang Malven mengerti. Pasti direktur yayasan itu ada di sana bersama Claudia dan ikut mendengarkan keputusan Malven."Claudi," panggil Malven dengan suara yang rendah namun penuh ketegasan. "Aku tidak peduli siapa kamu atau dari mana kamu berasal, dan aku tidak peduli apa yang orang lain pikirkan. Tidak lagi boleh menggunakan nama Pranaja bukan berarti aku kehilangan segalanya, tapi jika kamu tidak di sisiku, itu artinya aku benar-benar tidak memiliki apa pun. Aku hanya peduli tentang kamu, tentang kita. Jadi tolong, jangan lagi merasa bahwa kamu tidak lay

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-28

Bab terbaru

  • Pengasuh Kesayangan Tuan Duda   Empat Pria

    Claudia terkejut atas kedatangan Malven. Bukankah pria itu sudah pergi dari tadi?!Shouki segera menarik tangannya dari kepala Claudia dan bergegas berdiri, membungkuk sopan pada Malven yang tampak mematung di dekat pintu.Sepertinya Malven tidak tahu jika sedang ada Shouki di sini, melihat dari raut tegang Sean dan Vall di belakangnya."Malven? Bukankah kamu bilang ada urusan?" Claudia bertanya pelan, entah kenapa merasa gugup, padahal tidak melakukan sesuatu yang salah.Malven menghela napas setelah mencoba menjernihkan kepalanya. Melihat Claudia yang kikuk dan gugup, Malven tahu jika wanita itu tidak tahu cara menjelaskan kehadiran pria asing di kamarnya."Aku meninggalkan sesuatu," ucap Malven sembari berjalan mendekat. Matanya berubah tajam saat menatap Shouki. "Selamat siang, Tuan Malven, saya Shouki."Malven menaikkan satu alis melihat pria di hadapannya bersikap sopan dan tampak percaya diri. "Selamat siang, Tuan Shouki. Maaf mengganggu waktu Anda dan kekasih saya--Claudia. S

  • Pengasuh Kesayangan Tuan Duda   Rasa Syukur

    Claudia menutup buku cerita dengan perlahan, memastikan tidak ada suara yang mengganggu tidur Raga. Anak itu sudah tertidur pulas dengan posisi meringkuk di samping Claudia, napasnya yang tenang membuat Claudia tersenyum lembut. Wanita itu membenarkan posisi kepala Raga ke bantal dan menyelimutinya agar lebih nyaman, lalu menatap wajah polos anak itu sejenak sebelum menghela napas lega.Saat Claudia hendak meletakkan buku di meja kecil, pintu kamar rawatnya terdengar diketuk. Namun, bukannya langsung terbuka, ketukan itu disusul dengan suara pelan dari luar--sepertinya ada perdebatan kecil. Claudia mengerutkan kening, merasa bingung, hingga ia mendengar suara rendah dan penuh tekanan dari Shouki."Apa Sho sudah datang? Cepat juga, padahal belum dua puluh menit."Claudia segera mengambil ponselnya dan menghubungi Sean, lupa jika wanita itu dan Vall sedang berjaga atas titah Malven. Awalnya Claudia khawatir Sean tidak akan mengangkat telpon darinya karena wa

  • Pengasuh Kesayangan Tuan Duda   Tidak Akan Melepaskan

    Saat Claudia tengah asyik membacakan buku cerita untuk Raga, tiba-tiba pikirannya tersentak. Ia teringat sesuatu yang membuat alisnya berkerut. Claudia sama sekali belum memberi kabar pada siapa pun tentang dirinya yang dirawat di rumah sakit, apalagi soal kejadian yang membuatnya ada di sini.Claudia berhenti membaca, membuat Raga menatapnya dengan bingung. "Kak Cla, kenapa berhenti? Ceritanya lagi seru!"Claudia tersenyum kecil, mencoba menenangkan Raga. "Sebentar, Raga. Kakak baru ingat ada sesuatu yang harus dilakukan. Bisa tolong ambilkan tas Kakak? Sepertinya ada di lemari kecil di dekat ranjang."Raga mengangguk antusias, melompat turun dari tempat tidur, lalu bergegas menuju lemari kecil. Ia membuka pintu lemari dan mengambil tas tangan Claudia dengan hati-hati. "Ini, Kak." Raga menyerahkan tas tersebut dengan senyuman bangga."Terima kasih, Raga. Kamu memang hebat." Claudia mengacak rambut anak itu sebelum membuka tasnya dengan buru-buru. Ia mengeluarkan ponsel yang langsun

  • Pengasuh Kesayangan Tuan Duda   Mendengarkan Detak Jantung

    Claudia tertawa pelan mendengar komentar polos namun jenaka dari Raga. "Ssst, jangan bicara begitu. Seaneh apa pun, dia tetap Papa-mu. Dan yang paling penting, Papa terlihat bahagia, kan?" Claudia mengusap kepala Raga dengan lembut.Raga mengerucutkan bibirnya dan menatap Claudia dengan tatapan ragu. "Bahagia? Masa, sih? Masa dia bahagia banget cuma karena makanan itu," gumamnya pelan, membuat Claudia nyaris tertawa lagi.Claudia melanjutkan sarapannya dengan tenang setelah berhasil menahan tawa atas kometar Raga terhadap kelakuan Malven. Beberapa saat kemudian, setelah Claudia selesai dengan sarapannya, pintu kamar diketuk. Seorang dokter masuk bersama dua perawat, membawa beberapa peralatan untuk pemeriksaan rutin. Claudia tersenyum kecil dan mengangguk sopan."Selamat pagi, Nona Claudia. Bagaimana kondisi Anda pagi ini? Apakah ada keluhan atau rasa tidak nyaman?" tanya dokter dengan ramah sambil memeriksa catatan kesehatan Claudia."T

  • Pengasuh Kesayangan Tuan Duda   Ngidam

    Tidak lama setelah Zheva meninggalkan kamar, dua perawat mengetuk pintu dengan sopan sebelum masuk sambil membawa troli kecil. Salah satu perawat tersenyum ramah dan berkata, "Selamat pagi, Nona Claudia. Kami akan membantu Anda ke kamar mandi." Claudia mengangguk dan meminta Raga untuk menunggu di sofa yang tersedia. Dengan bantuan para perawat, Claudia bangkit perlahan dari tempat tidur dan berjalan menuju kamar mandi. Meski tubuhnya masih sedikit lemah, rasa segar setelah membasuh tubuh membuat mood Claudia membaik. Setelah selesai, Claudia kembali ke tempat tidur, menemukan sarapan sudah diletakkan di meja kecil di samping ranjangnya. "Selamat makan, Nona Claudia," ujar perawat sebelum meninggalkan kamar. "Bagaimana denganmu, Raga? Sudah sarapan belum?" Claudia bertanya pada Raga yang sedang menonton televisi. "Udah, dong! Tadi sarapan sama omelet asin buatan Tante Zheva," jawab Raga sembari memasang wajah

  • Pengasuh Kesayangan Tuan Duda   Calon Mama

    Setelah Malven keluar dari ruang rawat Claudia, wanita itu mencoba untuk tidak canggung saat Zheva duduk di tepi ranjang."Ayo ulang perkenalannya, Claudia. Namaku Zhevanka Agni Wijaya, kakak kandung Elodia, juga teman Malven sejak kecil." Zheva kembali mengulurkan tangan, kali ini dengan senyum lembut dan anggun.Claudia menerima uluran itu setelah tertegun beberapa saat. Wanita itu menelan ludah, gugup dengan alasan yang lain. "Salam kenal, Nona Zheva, nama saya Claudia." "Hmm ... apa aku tidak bisa dipanggil dengan nama saja tanpa embel-embel 'Nona'? Kamu boleh memanggilku Zheva, kalau merasa itu tidak sopan, tambahkan 'Kak' di depannya. Tapi, apa kamu lebih nyaman kalau bicara formal? Kalau begitu saya juga--""Tidak, Kak Zheva!" seru Claudia tanpa pikir panjang. Wanita itu segera menutup mulutnya dengan telapak tangan, merasa bodoh dengan tindakannya. "Itu ... maksudku tidak perlu bicara seformal itu padaku! Apa tidak masalah kalau kupanggil

  • Pengasuh Kesayangan Tuan Duda   Tatapan Sinis

    Claudia dan Malven terkejut karena tidak mendengar suara pintu kamar yang terbuka. Mereka segera menjauhkan diri dengan panik. Malven menarik tubuhnya ke belakang, sementara Claudia buru-buru menarik selimut untuk menutupi dirinya. Wajah keduanya memerah, namun tidak sempat memikirkan apa pun karena suara ceria seorang anak langsung memenuhi ruangan."Kak Claudia!" Raga berteriak dengan gembira, berlari kecil menuju tempat tidur Claudia tanpa sedikit pun menyadari ketegangan di ruangan itu. Claudia mencoba tersenyum meski masih gugup, tangannya segera terulur menyambut Raga yang langsung memeluknya erat."Raga, kenapa kamu ke sini? Harusnya istirahat saja di rumah. Bagaimana kondisimu, masih ada yang sakit?" Claudia bertanya lembut, suaranya terdengar sedikit pecah, tapi ia berusaha keras untuk terlihat tenang."Aku baik-baik aja kok dan aku kangen Kak Cla! Aku mau lihat Kak Claudia!" jawab Raga polos, matanya berbinar penuh kegembiraan. "Kakak baik, kan? Adik bayi gimana?"Belum semp

  • Pengasuh Kesayangan Tuan Duda   Tidak Ingin Kehilangan

    Malven mendekat lebih jauh, jaraknya nyaris menghapus ruang di antara mereka. Tangan besarnya mengangkat dagu Claudia dengan lembut, memaksanya untuk menatap langsung ke matanya. Pria itu memang sudah merasa aneh sejak Claudia mengetahui tentangnya yang menggenggam tangan Zheva di kediaman Adhamar kemarin, tapi jika mengingat yang Claudia katakan tentangnya yang memiliki posisi sebagai sekretaris dari direktur yayasan gemilang, sekarang Malven mengerti. Pasti direktur yayasan itu ada di sana bersama Claudia dan ikut mendengarkan keputusan Malven."Claudi," panggil Malven dengan suara yang rendah namun penuh ketegasan. "Aku tidak peduli siapa kamu atau dari mana kamu berasal, dan aku tidak peduli apa yang orang lain pikirkan. Tidak lagi boleh menggunakan nama Pranaja bukan berarti aku kehilangan segalanya, tapi jika kamu tidak di sisiku, itu artinya aku benar-benar tidak memiliki apa pun. Aku hanya peduli tentang kamu, tentang kita. Jadi tolong, jangan lagi merasa bahwa kamu tidak lay

  • Pengasuh Kesayangan Tuan Duda   Pagi Hari

    Claudia membuka matanya perlahan, kelopak matanya terasa berat. Ia mendapati dirinya berada di sebuah ruangan dengan pencahayaan yang lembut dan suasana yang nyaman. Sebuah selimut tebal menutupi tubuhnya, dan aroma samar khas rumah sakit masih terasa di udara. Butuh beberapa detik baginya untuk menyadari di mana ia berada.Saat ingatannya kembali ke kejadian kemarin, dada Claudia terasa sesak. Namun, sebelum ia sempat tenggelam lebih jauh dalam pikirannya, pintu kamar mandi terbuka pelan, dan Malven muncul. Rambutnya sedikit basah, dan ia mengenakan kemeja yang tidak sepenuhnya terkancing, memperlihatkan sebagian dadanya. Wangi sabun dan cologne menguar dari tubuh pria itu, mengisi ruangan dengan aroma maskulin yang menenangkan.Melihat Claudia yang sudah terjaga, senyum kecil terukir di wajah Malven. "Selamat pagi," ucapnya, berjalan mendekat ke sisi tempat tidur.Claudia terdiam, masih sedikit terkejut dengan keberadaan pria itu. Sebelum ia sempat berkata apa-apa, Malven duduk di t

DMCA.com Protection Status