Share

Menemui Raga

Author: Agura Senja
last update Last Updated: 2024-11-26 12:16:21

Pagi hari di kediaman Adhamar terasa sunyi, tetapi Claudia sudah siap dengan tas di tangan dan jaket di pundaknya. Ia berdiri di depan pintu utama, menunggu kakeknya yang akhirnya muncul dengan setelan sederhana tapi tetap berwibawa.

"Jadi kau benar-benar tidak mau tinggal lebih lama?" tanya Adhamar sambil memandangi cucunya dengan tatapan lembut yang terselip sedikit kekecewaan.

Claudia tersenyum tipis. "Aku harus kembali ke rutinitasku, Opa. Masih banyak pekerjaan menunggu, dan aku tidak bisa meninggalkan yayasan terlalu lama."

Adhamar mengangguk kecil, lalu mendekat dan menepuk pundak cucunya. "Baiklah, Claudia. Tapi jangan terlalu keras pada dirimu sendiri, ya? Ingat, meskipun kamu kuat dan merasa mampu, kamu tetap manusia. Kadang kamu perlu istirahat."

Claudia menahan senyum getir, lalu berjinjit sedikit untuk mencium pipi kakeknya. "Terima kasih, Opa. Aku akan ingat itu."

Setelah berpamitan, Claudia masuk ke mobil yang sudah menunggu di halaman. Shouki, pengawalnya, membuka pint
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Sleepyhead
Meskipun Raga lahir tanpa sentuhan dan perhatian dari seorang Ibu, Claudia memberikan perhatian, pujian, pelukan, sikap sabar, bermain bersama, menjaga komunikasi yang baik, dan mendengarkan serta memahami Raga, Kedekatan itu menunjukan mereka saling mencintai dan saling mengobati.
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Pengasuh Kesayangan Tuan Duda   Bersama Raga

    "Kakak, kenapa Kakak pergi waktu itu?" Raga tiba-tiba bertanya tanpa menoleh. Suaranya kecil, tapi cukup jelas di telinga Claudia.Pertanyaan itu membuat Claudia terdiam sejenak. Ia menatap punggung mungil Raga, mencoba mencari jawaban yang tepat tanpa melukai hati bocah itu. "Kakak harus kembali bekerja, Raga. Tapi itu bukan berarti Kakak lupa sama kamu."Padahal mereka sudah sering membicarakan hal ini, tapi Raga terus menanyakan hal yang sama. Katanya sudah dewasa karena usianya sudah lima tahun, nyatanya Raga tetap anak-anak yang harus terus diberi pengertian."Tapi, aku sedih. Aku nggak suka kalau Kakak pergi," gumam Raga, ayunannya perlahan melambat. Claudia merasa hatinya mencelos. Ia menarik napas dalam, berusaha menahan emosinya. "Kakak juga sedih harus pergi. Tapi sekarang Kakak di sini, kan? Kakak nggak akan lupa sama kamu, Raga. Kakak janji."Raga menoleh sedikit, menatap Claudia dengan mata bulatnya yang polos. "Aku mau tinggal sama Kakak. Papa juga belakangan ini aneh b

    Last Updated : 2024-11-26
  • Pengasuh Kesayangan Tuan Duda   Jangan Takut, Aku Di Sini

    Deon berhenti tepat di hadapan Claudia, menatapnya dengan mata yang menyala karena emosi. Tanpa memberikan kesempatan pada Claudia untuk berbicara, pria itu tiba-tiba meraih pergelangantangan Claudia dengan kasar."Dasar pelacur murahan!" bentaknya keras, membuat Claudia tersentak kaget. Claudia mencoba menarik tangannya, tapi Deon menggenggamnya terlalu kuat dan itu menyakitkan."Deon! Apa yang kamu lakukan?! Lepaskan aku!" teriak Claudia, panik sekaligus takut.Deon tidak menggubris. Amarah tampaknya sudah menguasai dirinya sepenuhnya. "Jadi, ini yang kamu sembunyikan? Kamu selingkuh dengan pria lain dan mengandung anak dari pria itu, sementara aku yang harus menanggung malu karena ditinggalkan begitu saja?!"Claudia membelalak. "Apa maksudmu selingkuh?! Aku tidak pernah mengkhianati siapa pun!"Deon menyeringai penuh amarah. "Jangan pura-pura bodoh! Aku melihatmu di rumah sakit tadi, masuk ke bagian obgyn! Jadi, siapa dia, Claudia?! Siapa pria brengsek itu?!"Claudia mencoba mero

    Last Updated : 2024-11-26
  • Pengasuh Kesayangan Tuan Duda   Maaf Karena Terlambat

    Malven mengepalkan tangannya begitu kuat hingga terlihat bergetar. Rahangnya mengeras, dan matanya menyala penuh kemarahan. Ia langsung berlutut di hadapan Raga, memeriksa tubuh anaknya. “Mana yang sakit, Raga? Apa ada yang terluka parah?”Raga menggeleng, meski air matanya tetap mengalir. “Aku nggak apa-apa, Pa. Tapi Kak Cla ... Kakak yang paling disakitin.”Mendengar itu, Malven langsung menoleh ke arah Claudia. Matanya menatap penuh rasa bersalah bercampur amarah yang membara. “Claudi, kamu baik-baik saja? Apa yang orang itu lakukan padamu?” tanya Malven berusaha tenang, tangannya terulur untuk merapikan rambut Claudia dan menyentuh lembut luka di pipi wanita itu.Claudia mencoba tersenyum, tapi kondisinya terlalu lemah. Ia membuka mulut untuk menjawab, tapi hanya suara serak yang keluar. Rasa lega karena melihat Malven datang akhirnya menguasai Claudia, dan tubuhnya mulai kehilangan tenaga.“Malven,” gumam Claudia pelan sebelum matanya mulai t

    Last Updated : 2024-11-27
  • Pengasuh Kesayangan Tuan Duda   Aku Akan Di Sini

    Pintu ruang tindakan akhirnya terbuka, dan seorang dokter keluar dengan langkah tegas. Malven segera berdiri, menggenggam tangan Raga yang masih menempel di sampingnya."Bagaimana kondisinya, Dok?" tanya Malven dengan suara yang bergetar.Dokter itu tersenyum kecil, berusaha menenangkan. "Syukurlah, kondisi Nyonya stabil. Ada beberapa luka ringan di tubuhnya, tapi tidak ada cedera serius. Kami juga sudah memeriksa kondisi kandungannya—bayi dalam rahimnya juga dalam keadaan baik."Kalimat terakhir itu membuat waktu terasa berhenti sejenak bagi Malven. Bayi? Kata itu berputar di kepalanya, bergema hingga sulit baginya untuk mencerna sepenuhnya."B-bayi?" Malven akhirnya berhasil membuka mulut, suaranya pelan dan hampir tidak terdengar.Dokter menatapnya dengan sedikit heran, lalu mengangguk. "Iya, usia kandungannya sudah sekitar 12 minggu. Untung saja ia cepat mendapat pertolongan, karena stres atau trauma lebih lanjut bisa berisiko bagi ja

    Last Updated : 2024-11-27
  • Pengasuh Kesayangan Tuan Duda   Merengkuh dan Menemukan

    Malven menatap Claudia dengan ekspresi terkejut, alisnya bertaut. Ia terdiam sejenak, lalu dengan lembut mengulurkan tangan untuk menghapus air mata yang mulai mengalir di pipi wanita itu. Sentuhannya terasa hangat dan menenangkan, tetapi Claudia justru merasa dadanya semakin sesak."Apa maksudmu, Claudi?" Malven bertanya pelan, suaranya penuh dengan ketulusan. "Aku tidak pernah bermaksud membuat siapa pun salah paham. Terutama kamu."Claudia menghela napas berat, matanya menatap jauh ke arah lain, menghindari tatapan intens pria itu. Ia menggigit bibir bawahnya, berusaha menahan air mata yang semakin sulit dihentikan."Kamu bilang tidak akan membiarkan aku pergi lagi, tapi ... kamu mencintai wanita lain. Kamu menggenggam tangannya di depan semua orang, mengatakan dengan tegas bahwa dia adalah wanita yang kamu pilih." Suara Claudia bergetar, menyuarakan luka yang selama ini ia pendam. "Jadi kenapa sekarang kamu ada di sini, di sisiku, seolah aku adalah ora

    Last Updated : 2024-11-27
  • Pengasuh Kesayangan Tuan Duda   Pagi Hari

    Claudia membuka matanya perlahan, kelopak matanya terasa berat. Ia mendapati dirinya berada di sebuah ruangan dengan pencahayaan yang lembut dan suasana yang nyaman. Sebuah selimut tebal menutupi tubuhnya, dan aroma samar khas rumah sakit masih terasa di udara. Butuh beberapa detik baginya untuk menyadari di mana ia berada.Saat ingatannya kembali ke kejadian kemarin, dada Claudia terasa sesak. Namun, sebelum ia sempat tenggelam lebih jauh dalam pikirannya, pintu kamar mandi terbuka pelan, dan Malven muncul. Rambutnya sedikit basah, dan ia mengenakan kemeja yang tidak sepenuhnya terkancing, memperlihatkan sebagian dadanya. Wangi sabun dan cologne menguar dari tubuh pria itu, mengisi ruangan dengan aroma maskulin yang menenangkan.Melihat Claudia yang sudah terjaga, senyum kecil terukir di wajah Malven. "Selamat pagi," ucapnya, berjalan mendekat ke sisi tempat tidur.Claudia terdiam, masih sedikit terkejut dengan keberadaan pria itu. Sebelum ia sempat berkata apa-apa, Malven duduk di t

    Last Updated : 2024-11-28
  • Pengasuh Kesayangan Tuan Duda   Tidak Ingin Kehilangan

    Malven mendekat lebih jauh, jaraknya nyaris menghapus ruang di antara mereka. Tangan besarnya mengangkat dagu Claudia dengan lembut, memaksanya untuk menatap langsung ke matanya. Pria itu memang sudah merasa aneh sejak Claudia mengetahui tentangnya yang menggenggam tangan Zheva di kediaman Adhamar kemarin, tapi jika mengingat yang Claudia katakan tentangnya yang memiliki posisi sebagai sekretaris dari direktur yayasan gemilang, sekarang Malven mengerti. Pasti direktur yayasan itu ada di sana bersama Claudia dan ikut mendengarkan keputusan Malven."Claudi," panggil Malven dengan suara yang rendah namun penuh ketegasan. "Aku tidak peduli siapa kamu atau dari mana kamu berasal, dan aku tidak peduli apa yang orang lain pikirkan. Tidak lagi boleh menggunakan nama Pranaja bukan berarti aku kehilangan segalanya, tapi jika kamu tidak di sisiku, itu artinya aku benar-benar tidak memiliki apa pun. Aku hanya peduli tentang kamu, tentang kita. Jadi tolong, jangan lagi merasa bahwa kamu tidak lay

    Last Updated : 2024-11-28
  • Pengasuh Kesayangan Tuan Duda   Tatapan Sinis

    Claudia dan Malven terkejut karena tidak mendengar suara pintu kamar yang terbuka. Mereka segera menjauhkan diri dengan panik. Malven menarik tubuhnya ke belakang, sementara Claudia buru-buru menarik selimut untuk menutupi dirinya. Wajah keduanya memerah, namun tidak sempat memikirkan apa pun karena suara ceria seorang anak langsung memenuhi ruangan."Kak Claudia!" Raga berteriak dengan gembira, berlari kecil menuju tempat tidur Claudia tanpa sedikit pun menyadari ketegangan di ruangan itu. Claudia mencoba tersenyum meski masih gugup, tangannya segera terulur menyambut Raga yang langsung memeluknya erat."Raga, kenapa kamu ke sini? Harusnya istirahat saja di rumah. Bagaimana kondisimu, masih ada yang sakit?" Claudia bertanya lembut, suaranya terdengar sedikit pecah, tapi ia berusaha keras untuk terlihat tenang."Aku baik-baik aja kok dan aku kangen Kak Cla! Aku mau lihat Kak Claudia!" jawab Raga polos, matanya berbinar penuh kegembiraan. "Kakak baik, kan? Adik bayi gimana?"Belum semp

    Last Updated : 2024-11-28

Latest chapter

  • Pengasuh Kesayangan Tuan Duda   Calon Suami

    Selama menunggu Malven dan Regan bicara, Claudia menunggu di ruang keluarga. Sudah dua jam sejak Malven memasuki ruang kerja Regan, tapi hingga kini belum ada tanda-tanda akan keluar. Claudia menghela napas panjang, sedikit khawatir.Kalau saja ayahnya tidak melarang, Claudia pasti sudah menemani Malven saat ini. Tapi, Regan mengatakan jika itu adalah pembicaraan antar laki-laki, jadi Claudia dilarang ikut campur.“Berapa lama lagi ayah akan mengintrogasinya?” Claudia menarik napas pelan, matanya melirik pada jam yang tertera di ponsel. Awalnya Claudia tidak sendirian karena Raga menemaninya bermain, tapi anak itu akhirnya tertidur setelah hampir satu jam, jadi Claudia memindahkannya ke kamar dan kembali ke ruang keluarga untuk menunggu Malven.“Tapi, kenapa lama sekali?” Claudia kembali mengeluh sembari menyandarkan tubuhnya di sofa, menatap lampu gantung yang malam ini terlihat lebih jauh.Claudia sebenarnya merasa lelah dan perutnya sedikit kram. Mengingat perjalanan panjang yang

  • Pengasuh Kesayangan Tuan Duda   Permintaan Raga

    “Raga, Kakak pulang!” Claudia berseru setelah memasuki ruang keluarga, membuat Raga dan Regan yang sedang menyusun puzzle besar, langsung menoleh bersamaan. “Iya, selama datang kembali, Kak.” Raga membalas sapaan Claudia sebelum kembali fokus pada mainannya.Claudia cemberut pada rendahnya antusias Raga. Apa anak itu tidak merindukannya?“Raga … Kakak bawa sesuatu lho,” ucap Claudia sembari mendekat dan menggoyangkan kresek putih di tangannya. Claudia sempat mampir ke mini market untuk membeli beberapa es krim dan camilan kesukaan Raga. Biasanya Raga akan sangat senang karena ia jarang diizinkan makan makanan instan seperti itu. Tapi … kenapa tidak ada reaksi berarti?Raga hanya menoleh sebentar dan mengatakan ‘oh ya’ sebelum kembali berusaha menyusun puzzle, sama sekali tidak menyadari wajah keruh Claudia. Wanita itu meletakkan barang bawaannya sebelum mendekati Raga dan langsung menusuk pipi anak itu menggunakan jari telunjuknya.“Apa ini … Raga mengabaikan Kakak?” Claudia mengelua

  • Pengasuh Kesayangan Tuan Duda   Mendapatkan Restu Ayah

    “Biar aku yang menghubungi Devan, kalian tinggal yakinkan anak nakal itu saja.” Adhamar berkata saat mengantarkan Claudia dan Malven ke halaman, keduanya akan meninggalkan kediaman Adhamar hari ini.“Tapi, kalau ayah masih tidak mau memberi restu bagaimana?” Claudia bertanya pelan, agak cemas.“Kenapa menanyakan hal yang sudah jelas? Tentu saja kalian tidak akan bisa menikah. Meski aku masih tidak menyukai anak nakal itu, bukan berarti aku tidak mendengarkan pendapatnya. Berusahalah lebih giat, tapi aku yakin dia akan segera merestui. Dia bukan orang yang keras kepala.”Claudia menghela napas panjang. Anak nakal yang disebut kakeknya adalah Regan, meski Claudia tidak mengerti kenapa Adhamar selalu menyebut menantunya seperti itu.“Kalau begitu kami permisi dulu, Tuan Adhamar.” Malven mengangguk hormat, membukakan pintu mobil dan membiarkan Claudia masuk lebih dulu.Setelah memeluk kakeknya, Claudia langsung memasuki mobil dan segera disusul oleh Malven. Hari ini mereka akan kembali ha

  • Pengasuh Kesayangan Tuan Duda   Membuat Kenangan Baru

    Setelah memberitahu pelayan tentang tujuan mereka, Claudia dan Malven menelusuri jalan setapak dengan pohon-pohon besar di sepanjang jalan. Seperti yang Claudia katakan, hutan ini sangat rimbun dan terlihat seperti hutan sungguhan yang tidak terbatas luasnya.Meski begitu, Malven bisa melihat beberapa ranting dan daun bergoyang secara tidak wajar. “Apa di hutan ini ada ‘penunggu’ juga?” tanyanya sembari menatap lembut Claudia.Claudia yang tidak pernah melepas genggamannya dari Malven, mendongak dan tersenyum lebar. Sekarang ia mengerti apa maksud dari kata ‘penunggu hutan’ yang pernah Malven dan Arfa bicarakan. Orang-orang yang dilatih dan bekerja di bawah Adhamar, bertugas untuk menjaga keamanan tempat ini dengan memperhatikan siapa pun tamu yang datang.Tapi, meski Claudia bukan tamu asing, sejak kecil ia memang sudah dijaga diam-diam. Ada kalanya Claudia tersesat saat mengeksplor hutan dan salah satu penjaganya akan berpura-pura tidak sengaja lewat lalu membawa Claudia kembali ke

  • Pengasuh Kesayangan Tuan Duda   Bagian Dari Claudia

    Claudia memilih menunggu di ruang keluarga yang tidak jauh dari ruang kerja kakeknya, sedikit gugup dengan pembicaraan yang akan dilakukan Adhamar dan Malven. Bagaimana kalau kakeknya bersikeras tidak akan merestui seperti saat bersama Deon dulu?“Ah, harusnya aku tidak menurut begitu saja dan meninggalkan mereka.” Claudia bergumam sembari menggoyangkan kaki, tidak bisa menyembunyikan rasa cemasnya.“Minum tehnya dulu, Nona. Apa perlu saya bawakan camilan lain? Atau Nona ingin makan?”Pertanyaan pelayan yang menghampiri sambil membawa nampan berisi secangkir teh dan sepiring kukis, membuat Claudia menghela napas pendek. Benar, tidak ada yang akan berubah hanya karena ia bergumam sendirian di sini, jadi lebih baik mengisi perutnya dengan sesuatu yang hangat.“Terima kasih, tapi bisakah ganti tehnya dengan kopi? Aku ingin kopi hitam tanpa gula,” ucap Claudia saat menyadari bahwa perutnya mual mencium harum yang menguar dari teh. “Lalu, aku sedang tidak ingin kukis. Bawakan saja sesuatu

  • Pengasuh Kesayangan Tuan Duda   Meminta Restu

    Sindiran tajam dan dengusan Adhamar membuat suasana ruangan itu hening. Tidak ada yang bisa membantah, baik Claudia maupun Malven tahu pasti apa yang Adhamar maksud.“Memang benar kalau saya jatuh cinta padanya, tapi saya tidak pernah mengatakan itu, dan dia pun sama. Kami saling mencintai, tapi tidak sempat menyatakan perasaan masing-masing. Saya sibuk dengan beberapa urusan, lalu Zheva yang kebetulan punya pekerjaan di sini dan mengkhawatirkan kondisi saya, datang dan membuat hubungan kami berakhir dengan kesalahpahaman.”Malven menghela napas pelan. “Dia pergi meninggalkan saya tanpa sepatah kata. Saya membuatnya menangis patah hati, karena kekurangan saya dalam berkomunikasi membuatnya berpikir jika Zheva adalah wanita yang akan dijodohkan dengan saya. Satu bulan lalu, saya kehilangan arah karena wanita itu menghilang tiba-tiba.”Claudia menatap penuh perhatian pada Malven, berharap waktu yang akan mereka habiskan ke depannya akan menghapus sedikit demi sedikit rasa sakit karena k

  • Pengasuh Kesayangan Tuan Duda   Cerita Picisan

    Claudia menarik napas panjang saat pria berusia tujuh puluhan itu mengangkat pandangan dari buku di tangan. Adhamar tentu saja mengernyit melihat kedatangan cucunya yang tiba-tiba, apalagi setelah melihat tangan Claudia yang melingkari lengan Malven.Adhamar meletakkan bukunya di meja dan berdiri, menghampiri dua orang yang masih mematung tanpa mengatakan apa-apa.“Ayo bicara di dalam.” Claudia dan Malven segera menunduk sopan saat Adhamar berjalan lebih dulu sebelum mengekor di belakang. Tidak ada yang bicara selama perjalanan melewati beberapa koridor, ruang keluarga dan anak tangga menuju ruang kerja Adhamar. Sudah menjadi aturan tak tertulis untuk membicarakan hal penting hanya di ruang kerja Adhamar, tempat di mana tidak ada seorang pun yang akan menguping. Setelah memasuki ruang kerja dan pintu tertutup, Claudia segera melepas lengan Malven dan berjalan menuju sofa yang telah diduduki kakeknya. Ini adalah hal yang harus Claudia lakukan sekarang, duduk di sisi kakeknya dan mem

  • Pengasuh Kesayangan Tuan Duda   Mengunjungi Kakek

    Setelah perjalanan panjang yang cukup melelahkan, akhirnya Claudia dan Malven tiba di kediaman Adhamar. Gerbang besar terbuka perlahan, menampakkan halaman luas dengan arsitektur klasik yang mencerminkan wibawa pemiliknya.Bangunan besar dengan arsitektur klasik itu selalu berdiri anggun, dikelilingi tamanluas yang tertata rapi. Meski Claudia tidak asing dengan tempat ini, tapi perasaanya saat ini lebih tegang dan mendebarkan.Claudia melirik ke samping dan tersenyum melihat Malven yang duduk diam dengan wajah sedikit kaku, tentu saja pria itu juga sedang sangat tegang sekarang. Claudia bisa melihat jari-jari Malven saling tertaut erat di pangkuan, napasnya pun terdengar lebih berat dari biasanya. Claudia masihtersenyum saat meraih tangan Malven dan menggenggamnya erat.“Jangan terlalu tegang, Malven,” bisik Claudia lembut, mencoba menenangkan. “Kakekku tidak akan menelanmu, kok.”Malven menoleh ke arah Claudia dan mengernyit mellihat senyum jahil wanita itu. Tentu saja Adhamar tidak

  • Pengasuh Kesayangan Tuan Duda   Orang Baik

    Pria yang wajahnya nyaris tidak lagi bisa dikenali itu, Deon, semakin gemetar saat Malven berjalan mendekat. Malven memang menangkap dan menyerahkan Deon pada pihak berwajib, tapi tidak ada yang tahu jika yang akan ‘mengadili’ Deon adalah Malven sendiri. “Ugh! Ggh!”“Hm? Kau bilang apa? Coba katakana dengan jelas agar aku mengerti keinginanmu,” ucap Malven sembari berjalan menuju sebuah meja panjang, di atasnya terdapat banyak alat yang biasa Malven gunakan untuk bermain.Pria itu memilih sebuah belati kecil hari ini. Kemarin ia bermain menggunakan besi panjang yang dipanaskan, berpikir jika itu menyenangkan, tapi nyatanya tidak. Malven lebih suka jika ada warna merah yang menghiasi mainannya, itulah kenapa ia hanya sempat menggunakan besi panas itu satu kali. Alat itu membosankan.Malven melepas jas hitamnya, menukarnya dengan sebuah padding hitam panjang yang tersedia di gantungan. Pria itu tidak lupa menggulung lengan kemejanya, khawatir akan ada noda yang menempel seperti kemari

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status