Beranda / Romansa / Pengasuh Kesayangan Tuan Duda / Jangan Takut, Aku Di Sini

Share

Jangan Takut, Aku Di Sini

Penulis: Agura Senja
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-26 16:34:44

Deon berhenti tepat di hadapan Claudia, menatapnya dengan mata yang menyala karena emosi. Tanpa memberikan kesempatan pada Claudia untuk berbicara, pria itu tiba-tiba meraih pergelangan

tangan Claudia dengan kasar.

"Dasar pelacur murahan!" bentaknya keras, membuat Claudia tersentak kaget.

Claudia mencoba menarik tangannya, tapi Deon menggenggamnya terlalu kuat dan itu menyakitkan.

"Deon! Apa yang kamu lakukan?! Lepaskan aku!" teriak Claudia, panik sekaligus takut.

Deon tidak menggubris. Amarah tampaknya sudah menguasai dirinya sepenuhnya. "Jadi, ini yang kamu sembunyikan? Kamu selingkuh dengan pria lain dan mengandung anak dari pria itu, sementara aku yang harus menanggung malu karena ditinggalkan begitu saja?!"

Claudia membelalak. "Apa maksudmu selingkuh?! Aku tidak pernah mengkhianati siapa pun!"

Deon menyeringai penuh amarah. "Jangan pura-pura bodoh! Aku melihatmu di rumah sakit tadi, masuk ke bagian obgyn! Jadi, siapa dia, Claudia?! Siapa pria brengsek itu?!"

Claudia mencoba mero
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (10)
goodnovel comment avatar
Wasilah Muhammad
semngat thor terima kasih udah up bbrepa bab
goodnovel comment avatar
Intan Khoirun Nisa
shauki dmna???? semoga kandungan claudia baik2 saja
goodnovel comment avatar
Teh Nimaz
dih duh duh makinn seru sih ini ......... mksh thor di tunggu lanjutn nya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Pengasuh Kesayangan Tuan Duda   Maaf Karena Terlambat

    Malven mengepalkan tangannya begitu kuat hingga terlihat bergetar. Rahangnya mengeras, dan matanya menyala penuh kemarahan. Ia langsung berlutut di hadapan Raga, memeriksa tubuh anaknya. “Mana yang sakit, Raga? Apa ada yang terluka parah?”Raga menggeleng, meski air matanya tetap mengalir. “Aku nggak apa-apa, Pa. Tapi Kak Cla ... Kakak yang paling disakitin.”Mendengar itu, Malven langsung menoleh ke arah Claudia. Matanya menatap penuh rasa bersalah bercampur amarah yang membara. “Claudi, kamu baik-baik saja? Apa yang orang itu lakukan padamu?” tanya Malven berusaha tenang, tangannya terulur untuk merapikan rambut Claudia dan menyentuh lembut luka di pipi wanita itu.Claudia mencoba tersenyum, tapi kondisinya terlalu lemah. Ia membuka mulut untuk menjawab, tapi hanya suara serak yang keluar. Rasa lega karena melihat Malven datang akhirnya menguasai Claudia, dan tubuhnya mulai kehilangan tenaga.“Malven,” gumam Claudia pelan sebelum matanya mulai t

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-27
  • Pengasuh Kesayangan Tuan Duda   Aku Akan Di Sini

    Pintu ruang tindakan akhirnya terbuka, dan seorang dokter keluar dengan langkah tegas. Malven segera berdiri, menggenggam tangan Raga yang masih menempel di sampingnya."Bagaimana kondisinya, Dok?" tanya Malven dengan suara yang bergetar.Dokter itu tersenyum kecil, berusaha menenangkan. "Syukurlah, kondisi Nyonya stabil. Ada beberapa luka ringan di tubuhnya, tapi tidak ada cedera serius. Kami juga sudah memeriksa kondisi kandungannya—bayi dalam rahimnya juga dalam keadaan baik."Kalimat terakhir itu membuat waktu terasa berhenti sejenak bagi Malven. Bayi? Kata itu berputar di kepalanya, bergema hingga sulit baginya untuk mencerna sepenuhnya."B-bayi?" Malven akhirnya berhasil membuka mulut, suaranya pelan dan hampir tidak terdengar.Dokter menatapnya dengan sedikit heran, lalu mengangguk. "Iya, usia kandungannya sudah sekitar 12 minggu. Untung saja ia cepat mendapat pertolongan, karena stres atau trauma lebih lanjut bisa berisiko bagi ja

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-27
  • Pengasuh Kesayangan Tuan Duda   Merengkuh dan Menemukan

    Malven menatap Claudia dengan ekspresi terkejut, alisnya bertaut. Ia terdiam sejenak, lalu dengan lembut mengulurkan tangan untuk menghapus air mata yang mulai mengalir di pipi wanita itu. Sentuhannya terasa hangat dan menenangkan, tetapi Claudia justru merasa dadanya semakin sesak."Apa maksudmu, Claudi?" Malven bertanya pelan, suaranya penuh dengan ketulusan. "Aku tidak pernah bermaksud membuat siapa pun salah paham. Terutama kamu."Claudia menghela napas berat, matanya menatap jauh ke arah lain, menghindari tatapan intens pria itu. Ia menggigit bibir bawahnya, berusaha menahan air mata yang semakin sulit dihentikan."Kamu bilang tidak akan membiarkan aku pergi lagi, tapi ... kamu mencintai wanita lain. Kamu menggenggam tangannya di depan semua orang, mengatakan dengan tegas bahwa dia adalah wanita yang kamu pilih." Suara Claudia bergetar, menyuarakan luka yang selama ini ia pendam. "Jadi kenapa sekarang kamu ada di sini, di sisiku, seolah aku adalah ora

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-27
  • Pengasuh Kesayangan Tuan Duda   Pagi Hari

    Claudia membuka matanya perlahan, kelopak matanya terasa berat. Ia mendapati dirinya berada di sebuah ruangan dengan pencahayaan yang lembut dan suasana yang nyaman. Sebuah selimut tebal menutupi tubuhnya, dan aroma samar khas rumah sakit masih terasa di udara. Butuh beberapa detik baginya untuk menyadari di mana ia berada.Saat ingatannya kembali ke kejadian kemarin, dada Claudia terasa sesak. Namun, sebelum ia sempat tenggelam lebih jauh dalam pikirannya, pintu kamar mandi terbuka pelan, dan Malven muncul. Rambutnya sedikit basah, dan ia mengenakan kemeja yang tidak sepenuhnya terkancing, memperlihatkan sebagian dadanya. Wangi sabun dan cologne menguar dari tubuh pria itu, mengisi ruangan dengan aroma maskulin yang menenangkan.Melihat Claudia yang sudah terjaga, senyum kecil terukir di wajah Malven. "Selamat pagi," ucapnya, berjalan mendekat ke sisi tempat tidur.Claudia terdiam, masih sedikit terkejut dengan keberadaan pria itu. Sebelum ia sempat berkata apa-apa, Malven duduk di t

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-28
  • Pengasuh Kesayangan Tuan Duda   Tidak Ingin Kehilangan

    Malven mendekat lebih jauh, jaraknya nyaris menghapus ruang di antara mereka. Tangan besarnya mengangkat dagu Claudia dengan lembut, memaksanya untuk menatap langsung ke matanya. Pria itu memang sudah merasa aneh sejak Claudia mengetahui tentangnya yang menggenggam tangan Zheva di kediaman Adhamar kemarin, tapi jika mengingat yang Claudia katakan tentangnya yang memiliki posisi sebagai sekretaris dari direktur yayasan gemilang, sekarang Malven mengerti. Pasti direktur yayasan itu ada di sana bersama Claudia dan ikut mendengarkan keputusan Malven."Claudi," panggil Malven dengan suara yang rendah namun penuh ketegasan. "Aku tidak peduli siapa kamu atau dari mana kamu berasal, dan aku tidak peduli apa yang orang lain pikirkan. Tidak lagi boleh menggunakan nama Pranaja bukan berarti aku kehilangan segalanya, tapi jika kamu tidak di sisiku, itu artinya aku benar-benar tidak memiliki apa pun. Aku hanya peduli tentang kamu, tentang kita. Jadi tolong, jangan lagi merasa bahwa kamu tidak lay

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-28
  • Pengasuh Kesayangan Tuan Duda   Tatapan Sinis

    Claudia dan Malven terkejut karena tidak mendengar suara pintu kamar yang terbuka. Mereka segera menjauhkan diri dengan panik. Malven menarik tubuhnya ke belakang, sementara Claudia buru-buru menarik selimut untuk menutupi dirinya. Wajah keduanya memerah, namun tidak sempat memikirkan apa pun karena suara ceria seorang anak langsung memenuhi ruangan."Kak Claudia!" Raga berteriak dengan gembira, berlari kecil menuju tempat tidur Claudia tanpa sedikit pun menyadari ketegangan di ruangan itu. Claudia mencoba tersenyum meski masih gugup, tangannya segera terulur menyambut Raga yang langsung memeluknya erat."Raga, kenapa kamu ke sini? Harusnya istirahat saja di rumah. Bagaimana kondisimu, masih ada yang sakit?" Claudia bertanya lembut, suaranya terdengar sedikit pecah, tapi ia berusaha keras untuk terlihat tenang."Aku baik-baik aja kok dan aku kangen Kak Cla! Aku mau lihat Kak Claudia!" jawab Raga polos, matanya berbinar penuh kegembiraan. "Kakak baik, kan? Adik bayi gimana?"Belum semp

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-28
  • Pengasuh Kesayangan Tuan Duda   Calon Mama

    Setelah Malven keluar dari ruang rawat Claudia, wanita itu mencoba untuk tidak canggung saat Zheva duduk di tepi ranjang."Ayo ulang perkenalannya, Claudia. Namaku Zhevanka Agni Wijaya, kakak kandung Elodia, juga teman Malven sejak kecil." Zheva kembali mengulurkan tangan, kali ini dengan senyum lembut dan anggun.Claudia menerima uluran itu setelah tertegun beberapa saat. Wanita itu menelan ludah, gugup dengan alasan yang lain. "Salam kenal, Nona Zheva, nama saya Claudia." "Hmm ... apa aku tidak bisa dipanggil dengan nama saja tanpa embel-embel 'Nona'? Kamu boleh memanggilku Zheva, kalau merasa itu tidak sopan, tambahkan 'Kak' di depannya. Tapi, apa kamu lebih nyaman kalau bicara formal? Kalau begitu saya juga--""Tidak, Kak Zheva!" seru Claudia tanpa pikir panjang. Wanita itu segera menutup mulutnya dengan telapak tangan, merasa bodoh dengan tindakannya. "Itu ... maksudku tidak perlu bicara seformal itu padaku! Apa tidak masalah kalau kupanggil

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-01
  • Pengasuh Kesayangan Tuan Duda   Ngidam

    Tidak lama setelah Zheva meninggalkan kamar, dua perawat mengetuk pintu dengan sopan sebelum masuk sambil membawa troli kecil. Salah satu perawat tersenyum ramah dan berkata, "Selamat pagi, Nona Claudia. Kami akan membantu Anda ke kamar mandi." Claudia mengangguk dan meminta Raga untuk menunggu di sofa yang tersedia. Dengan bantuan para perawat, Claudia bangkit perlahan dari tempat tidur dan berjalan menuju kamar mandi. Meski tubuhnya masih sedikit lemah, rasa segar setelah membasuh tubuh membuat mood Claudia membaik. Setelah selesai, Claudia kembali ke tempat tidur, menemukan sarapan sudah diletakkan di meja kecil di samping ranjangnya. "Selamat makan, Nona Claudia," ujar perawat sebelum meninggalkan kamar. "Bagaimana denganmu, Raga? Sudah sarapan belum?" Claudia bertanya pada Raga yang sedang menonton televisi. "Udah, dong! Tadi sarapan sama omelet asin buatan Tante Zheva," jawab Raga sembari memasang wajah

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-01

Bab terbaru

  • Pengasuh Kesayangan Tuan Duda   Peran Baru

    "MOMMA!" Claudia yang mendengar teriakan itu langsung berlari, menghampiri Raga yang melambai sambil melompat di dekat gerbang arrival hall, bersama Sean dan Vall di sisinya. "Sayangnya Momma!" Raga langsung melompat ke pelukan Claudia saat wanita itu akhirnya tiba di depannya. "Aku kangen Momma! Kenapa lama banget perginya?" "Momma juga kangen Raga, kangeen banget! Maaf ya sudah meninggalkan kamu sendirian, nanti kita main ke banyak tempat berdua sebagai gantinya." "Digandeng saja," Malven segera menyela saat melihat Claudia hampir menggendong Raga. Pria yang ditinggalkan sejak Raga berteriak itu, ikut berjongkok di samping Claudia. "Momma sedang tidak bisa mengangkat sesuatu yang berat, jadi kalau kamu mau digendong, dengan Papa saja."Raga mengerjap, baru ingat jika saat ini ada bayi yang harus dijaga dalam perut Claudia. "Mau dituntun Momma aja, nggak mau sama Papa."Mendengar jawaban putranya, Malven tanpa sadar mengernyit. Sejak kehadiran Claudia, rasanya ia tidak lagi menj

  • Pengasuh Kesayangan Tuan Duda   À Jamais Ensemble

    Malven tidak langsung menjawab. Ia berjalan ke minibar, menuang segelas kecil anggur putih dan menyeduh teh mawar lalu menyerahkannya pada Claudia. Claudia menerima tehnya, lalu mereka duduk berdampingan di sofa. Tangan besar Malven melingkar di bahu Claudia. Ia sepenuhnya mengerti karena salah satu orang yang membuat ketakutan itu tercipta adalah dirinya sendiri. Malven meninggalkan Claudia tanpa kabar setelah mereka kembali dari Vietnam. “Sepertinya aku juga takut,” katanya pelan. “Tapi, bukan karena hal-hal indah akan pergi. Aku takut kalau aku tidak cukup untuk membuat kamu yang bersamaku merasa bahagia.” Claudia menoleh, menatap dalam pada Malven. Wajah Malven tampak jujur, terbuka, dan untuk sesaat, Claudia bisa melihat dirinya sendiri dalam keraguan laki-laki itu. Bukan sebagai dua orang yang sedang jatuh cinta di Paris, tapi sebagai dua manusia yang sama-sama sedang mencoba. “Aku tidak tahu masa depan akan jadi seperti apa,” Claudia berbisik, “Tapi hari ini ... kamu cukup.

  • Pengasuh Kesayangan Tuan Duda   Kencan

    Setelah sarapan yang perlahan berubah menjadi percakapan panjang di bawah matahari pagi, Claudia dan Malven akhirnya masuk kembali ke dalam kamar. Cahaya terang telah memenuhi seluruh ruang, menari-nari di dinding berlapis wallpaper emas lembut, membangkitkan energi baru dalam suasana yang semula tenang.Claudia berdiri di depan cermin besar bergaya Rococo, jari-jarinya sibuk menyisir rambut yang masih lembap. Gaun yang ia pilih hari itu berwarna krem pucat, ringan dan mengalir lembut hingga di bawah lutut. Di balik kesederhanaannya, gaun itu memeluk tubuhnya dengan cara yang manis. Sementara Malven yang baru selesai mencukur dan mengenakan kemeja linen putih yang digulung santai di lengan, berdiri tak jauh dari sana, mengancingkan jam tangannya sambil sesekali mencuri pandang ke arah Claudia."Kenapa melihatku terus?"“Kamu terlihat seperti sesuatu yang tidak bisa ditulis dalam puisi. Terlalu indah,” gumam Malven pelan.Claudia menoleh, menahan senyum. “Itu gombal atau jujur?”Malven

  • Pengasuh Kesayangan Tuan Duda   Pagi di Kota Cinta

    Matahari baru saja menyingkap tirai langit Paris, menyebarkan cahaya keemasan yang hangat ke seluruh penjuru kota ketika Claudia benar-benar terbangun. Dari lantai paling atas hotel paling eksklusif di jantung Paris, pemandangan kota terlihat seperti lukisan hidup--Menara Eiffel berdiri megah di kejauhan, samar tertutup kabut tipis pagi, sementara Sungai Seine mengalir tenang, memantulkan kilau cahaya pagi yang lembut.Kamar paling mewah di hotel ini adalah surga keanggunan yang dipilih Malven untuk tempat menginap mereka selama seminggu ke depan. Langit-langit tinggi dihiasi ukiran klasik berlapis emas, dengan lampu gantung kristal yang masih berpendar lembut setelah malam berlalu. Lantai marmer dingin menyatu anggun dengan permadani sutra Persia yang tebal.Jendela besar setinggi langit-langit terbuka lebar, membiarkan angin pagi Paris masuk bersama aroma croissant segar dari boulangerie di bawah. Tirai tipis warna gading melambai pelan diterpa angin, menyempurnakan ketenangan pagi.

  • Pengasuh Kesayangan Tuan Duda   Wedding Day

    “Gugup?” Pertanyaan itu membuat Claudia yang sedang menenangkan diri sambil memegang erat tangan Raga, mendongak saat mendengar suara Aira. Temannya itu baru kembali dari mengambil bunga tangan yang akan Claudia pegang saat menuju altar.“Tentu saja, ini pertama kali aku menikah.”Jawaban Claudia yang diucap dengan raut wajah seperti menahan buang air itu membuat Aira tertawa. “Sudah lama sejak aku melihatmu begini. Terakhir kali saat sidang tesismu, kan?” Aira mendekat, memberikan bunga tangan yang dirangkai dengan keanggunan memikat. Claudia menerimanya dengan tangan gemetar, menarik napas panjang saat melihat betapa indah bunga yang diterimanya. Bunga itu benar-benar dirangkai dengan anggun. Di bagian tengah, mawar putih bermekaran sempurna, dikelilingi oleh baby’s breath yang halus seperti embun pagi. Beberapa tangkai peony merah muda pucat menyisipkan nuansa manis dan romantis, sementara sentuhan eucalyptus memberi kesan menyegarkan. Pita satin warna champagne membalut batang-

  • Pengasuh Kesayangan Tuan Duda   Guru Cinta

    Claudia pernah melewati momen saat seseorang melamarnya, tapi perasaan terharu yang sulit dijelaskan baru sekarang ia rasakan. Air matanya mengalir begitu saja, kata-katanya seolah tersendat dan tidak bisa diungkapkan. Lalu, entah sejak kapan beberapa awak pesawat sudah berdiri di dekat mereka, masing-masing membawa sebuah kertas karton warna-warni yang sudah dihias dengan lukisan bunga di sepanjang sisi. Tapi, yang membuat Claudia tertawa sambil menitikkan air mata adalah tulisan yang tertera di kertas yang mereka bawa. TERIMA LAMARANNYA ATAU PESAWAT INI TIDAK AKAN PERNAH MENDARAT "Jadi, ini sebenarnya lamaran atau ancaman?" Claudia menghapus air matanya, senyumnya mengembang lebar saat ia menyerahkan tangan ke arah Malven. "Baiklah, demi keselamatan kita bersama, aku akan menerima lamaranmu." Malven tersenyum semringah, memasangkan cincin di jari manis Claudia dan mengecupnya lembut. "Kamu tidak bisa berbalik ke belakang atau berlari mundur, Claudi, karena aku tidak akan pernah m

  • Pengasuh Kesayangan Tuan Duda   The Best Propose

    Malven tidak langsung menjawab, hanya terus menggenggam tangan Claudia dan berjalan menuju pemeriksaan terakhir."Kenapa diam saja? Aku benar, kan?! Padahal sudah kubilang kalau akan ada foto prewedding, tapi kamu malah mengirim Arfa? Kamu mau Arfa yang memakai jas dan mengambil foto denganku? Kalau begitu sekalian saja nama yang tertulis di undangan adalah nama Arfa!"Selama Claudia mengomel, tanpa disadari mereka sudah memasuki pesawat dan Malven menuntun agar Claudia duduk lebih dulu.Wanita itu masih merengut, duduk di dekat jendela dan membiarkan Malven memasangkan seat belt untuknya. Tepat setelah Malven memasang seat belt untuk dirinya sendiri, terdengar pengumuman jika pesawat akan segera lepas landas. Claudia menoleh ke sekitar dan mengernyit saat tidak melihat penumpang lain. Ia juga baru menyadari jika mereka tidak berada di first class, melainkan business class. Tidak ada pramugari yang menyambut atau memberi arahan, semuanya tampak kosong seolah di dalam pesawat ini hany

  • Pengasuh Kesayangan Tuan Duda   Skandal di Bandara

    "Apa kita akan kembali ke perusahaan, Nona?"Claudia mendongak dan menatap Shouki yang sedang menyetir di depan, menghela napas pelan sebelum mengangguk. "Kurasa ada baiknya untuk menyelesaikan pekerjaan saja."Shouki tidak langsung mengatakan sesuatu, membiarkan suasana hening menyelimuti sebelum menarik napas panjang. "Nona--maksudku Claudia, bukankah sebaiknya langsung datangi Tuan Malven saja? Jangan memikirkan sesuatu terlalu rumit, sebaiknya temui dan katakan jika dia telah membuatmu kesal karena tidak menepati janji."Claudia tertunduk, menatap kembali pada ponsel yang layarnya menyala, panggilan masuk dari Malven. Tadi Claudia langsung mematikan telepon setelah mengatakan jika ia sedang sangat sibuk, khawatir jika lebih lama mendengar suara Malven, amarahnya akan meledak.Akhir-akhir ini Claudia menyadari jika emosinya agak sulit dikendalikan. Detik-detik menuju pernikahan entah kenapa membuatnya ketakutan dan panik, padahal Claudia sendiri yang ingin menikah dan yakin jika l

  • Pengasuh Kesayangan Tuan Duda   Persiapan Pernikahan

    Pernikahan Claudia dan Malven akhirnya disetujui oleh Regan, padahal pria itu belum tahu tentang kehamilan Claudia. Untungnya setelah Claudia mengatakan tentang kehamilan, Regan tidak menarik kembali restunya dan hanya menghela napas.Adhamar dan Devan bersikeras ingin mengurus persiapan pernikahan, meminta agar Claudia dan Malven menyiapkan diri juga fokus menyelesaikan pekerjaan sebelum mengambil cuti bulan madu. Pertemuan antar kedua keluarga langsung dilaksanakan dua hari setelah Regan memberi restu, dan begitu saja, tanggal pernikahan Claudia ditetapkan.Meski semua hal akan diurus oleh para kakek mereka, Claudia memutuskan untuk tetap memilih gaun pengantin dan desain undangan sendiri, termasuk foto prewedding. Sayangnya, Tabinta tidak mendesain gaun pengantin, jadi Claudia hanya memesan perhiasan darinya, untungnya ada produk baru yang belum dikeluarkan ke public hingga Claudia bisa memilikinya.Wanita itu juga menghubungi brand fashion D&C dan bersyukur saat ada beberapa gaun

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status