Home / Fantasi / Pengasuh Kesayangan Tuan Duda / Identitas Claudia dan Ujian Phantom

Share

Identitas Claudia dan Ujian Phantom

Author: Agura Senja
last update Last Updated: 2024-11-25 23:23:07

Claudia duduk di tepi tempat tidur dengan tubuh bergetar. Air mata terus mengalir deras di pipinya, jatuh ke tangan yang menutupi wajahnya. Segala kenangan bersama Malven kembali menghantui, membuat dadanya terasa sesak. Bagaimana mungkin ia begitu bodoh? Malven tidak pernah benar-benar menginginkannya, dan kini ia harus menghadapi kenyataan pahit bahwa pria itu mencintai wanita lain—Zheva.

Dengan isakan yang tertahan, Claudia menggenggam perutnya dengan tangan gemetar. "Aku akan menjagamu. Aku janji," bisiknya pada bayi yang ada di dalam dirinya, seolah mencoba menenangkan diri. Namun, rasa sakit di hatinya tidak kunjung mereda, hingga akhirnya tubuhnya yang lelah menyerah, membuat Claudia tertidur dengan mata sembab dan hati yang terluka.

Ketika malam tiba, Claudia turun ke ruang makan setelah melewatkan makan malam bersama. Sang kakek, Adhamar Reynaldi, sedang duduk di perpustakaan pribadinya, meminum teh sambil membaca buku. Ia menoleh saat melihat Claudia mendekat, lalu tersenyum
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App
Comments (8)
goodnovel comment avatar
YUNI ARTINI
seruuu.........
goodnovel comment avatar
Nurliana Ali
kereeen kakek
goodnovel comment avatar
Aishwa Maira
jaga dirimu clau jgn mau masuk perangkap malven nanti tunjukkan klo lu cucu tersayang sang penguasa
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Pengasuh Kesayangan Tuan Duda   Omong Kosong Berbentuk Cinta

    Adhamar mengangguk, senyum tipis bermain di bibirnya. "Tentu saja. Kamu tahu kalau aku lebih suka melihat bagaimana seseorang bertindak tanpa informasi lengkap. Itulah cara terbaik untuk melihat karakter mereka. Aku bahkan memastikan bahwa tak ada satu pun yang menyebut namamu secara langsung di hadapan mereka, bahkan Devan. Malven hanya tahu kalau wanita yang dijodohkan dengannya adalah cucuku, tetapi dia tidak tahu siapa namanya, apalagi latar belakangmu."Claudia mendesah berat, mengusap wajahnya dengan kedua tangan. Kalau saja ia tahu soal ini lebih awal, mungkin semuanya tidak akan serumit sekarang."Hal itulah yang memberiku banyak informasi menarik," ucap Adhamar santai. "Termasuk kenyataan bahwa dia lebih memilih wanita lain daripada mencoba mengenal siapa sebenarnya calon pasangannya." "Dan sekarang Opa tahu jawabannya, alasan Malven menolak dan tidak tertarik. Dia bahkan mengatakan bahwa dia mencintai orang lain."Adhamar mendengus pelan, ekspresinya berubah dingin. "Cinta,

    Last Updated : 2024-11-26
  • Pengasuh Kesayangan Tuan Duda   Menemui Raga

    Pagi hari di kediaman Adhamar terasa sunyi, tetapi Claudia sudah siap dengan tas di tangan dan jaket di pundaknya. Ia berdiri di depan pintu utama, menunggu kakeknya yang akhirnya muncul dengan setelan sederhana tapi tetap berwibawa."Jadi kau benar-benar tidak mau tinggal lebih lama?" tanya Adhamar sambil memandangi cucunya dengan tatapan lembut yang terselip sedikit kekecewaan.Claudia tersenyum tipis. "Aku harus kembali ke rutinitasku, Opa. Masih banyak pekerjaan menunggu, dan aku tidak bisa meninggalkan yayasan terlalu lama."Adhamar mengangguk kecil, lalu mendekat dan menepuk pundak cucunya. "Baiklah, Claudia. Tapi jangan terlalu keras pada dirimu sendiri, ya? Ingat, meskipun kamu kuat dan merasa mampu, kamu tetap manusia. Kadang kamu perlu istirahat."Claudia menahan senyum getir, lalu berjinjit sedikit untuk mencium pipi kakeknya. "Terima kasih, Opa. Aku akan ingat itu."Setelah berpamitan, Claudia masuk ke mobil yang sudah menunggu di halaman. Shouki, pengawalnya, membuka pint

    Last Updated : 2024-11-26
  • Pengasuh Kesayangan Tuan Duda   Bersama Raga

    "Kakak, kenapa Kakak pergi waktu itu?" Raga tiba-tiba bertanya tanpa menoleh. Suaranya kecil, tapi cukup jelas di telinga Claudia.Pertanyaan itu membuat Claudia terdiam sejenak. Ia menatap punggung mungil Raga, mencoba mencari jawaban yang tepat tanpa melukai hati bocah itu. "Kakak harus kembali bekerja, Raga. Tapi itu bukan berarti Kakak lupa sama kamu."Padahal mereka sudah sering membicarakan hal ini, tapi Raga terus menanyakan hal yang sama. Katanya sudah dewasa karena usianya sudah lima tahun, nyatanya Raga tetap anak-anak yang harus terus diberi pengertian."Tapi, aku sedih. Aku nggak suka kalau Kakak pergi," gumam Raga, ayunannya perlahan melambat. Claudia merasa hatinya mencelos. Ia menarik napas dalam, berusaha menahan emosinya. "Kakak juga sedih harus pergi. Tapi sekarang Kakak di sini, kan? Kakak nggak akan lupa sama kamu, Raga. Kakak janji."Raga menoleh sedikit, menatap Claudia dengan mata bulatnya yang polos. "Aku mau tinggal sama Kakak. Papa juga belakangan ini aneh b

    Last Updated : 2024-11-26
  • Pengasuh Kesayangan Tuan Duda   Jangan Takut, Aku Di Sini

    Deon berhenti tepat di hadapan Claudia, menatapnya dengan mata yang menyala karena emosi. Tanpa memberikan kesempatan pada Claudia untuk berbicara, pria itu tiba-tiba meraih pergelangantangan Claudia dengan kasar."Dasar pelacur murahan!" bentaknya keras, membuat Claudia tersentak kaget. Claudia mencoba menarik tangannya, tapi Deon menggenggamnya terlalu kuat dan itu menyakitkan."Deon! Apa yang kamu lakukan?! Lepaskan aku!" teriak Claudia, panik sekaligus takut.Deon tidak menggubris. Amarah tampaknya sudah menguasai dirinya sepenuhnya. "Jadi, ini yang kamu sembunyikan? Kamu selingkuh dengan pria lain dan mengandung anak dari pria itu, sementara aku yang harus menanggung malu karena ditinggalkan begitu saja?!"Claudia membelalak. "Apa maksudmu selingkuh?! Aku tidak pernah mengkhianati siapa pun!"Deon menyeringai penuh amarah. "Jangan pura-pura bodoh! Aku melihatmu di rumah sakit tadi, masuk ke bagian obgyn! Jadi, siapa dia, Claudia?! Siapa pria brengsek itu?!"Claudia mencoba mero

    Last Updated : 2024-11-26
  • Pengasuh Kesayangan Tuan Duda   Maaf Karena Terlambat

    Malven mengepalkan tangannya begitu kuat hingga terlihat bergetar. Rahangnya mengeras, dan matanya menyala penuh kemarahan. Ia langsung berlutut di hadapan Raga, memeriksa tubuh anaknya. “Mana yang sakit, Raga? Apa ada yang terluka parah?”Raga menggeleng, meski air matanya tetap mengalir. “Aku nggak apa-apa, Pa. Tapi Kak Cla ... Kakak yang paling disakitin.”Mendengar itu, Malven langsung menoleh ke arah Claudia. Matanya menatap penuh rasa bersalah bercampur amarah yang membara. “Claudi, kamu baik-baik saja? Apa yang orang itu lakukan padamu?” tanya Malven berusaha tenang, tangannya terulur untuk merapikan rambut Claudia dan menyentuh lembut luka di pipi wanita itu.Claudia mencoba tersenyum, tapi kondisinya terlalu lemah. Ia membuka mulut untuk menjawab, tapi hanya suara serak yang keluar. Rasa lega karena melihat Malven datang akhirnya menguasai Claudia, dan tubuhnya mulai kehilangan tenaga.“Malven,” gumam Claudia pelan sebelum matanya mulai t

    Last Updated : 2024-11-27
  • Pengasuh Kesayangan Tuan Duda   Aku Akan Di Sini

    Pintu ruang tindakan akhirnya terbuka, dan seorang dokter keluar dengan langkah tegas. Malven segera berdiri, menggenggam tangan Raga yang masih menempel di sampingnya."Bagaimana kondisinya, Dok?" tanya Malven dengan suara yang bergetar.Dokter itu tersenyum kecil, berusaha menenangkan. "Syukurlah, kondisi Nyonya stabil. Ada beberapa luka ringan di tubuhnya, tapi tidak ada cedera serius. Kami juga sudah memeriksa kondisi kandungannya—bayi dalam rahimnya juga dalam keadaan baik."Kalimat terakhir itu membuat waktu terasa berhenti sejenak bagi Malven. Bayi? Kata itu berputar di kepalanya, bergema hingga sulit baginya untuk mencerna sepenuhnya."B-bayi?" Malven akhirnya berhasil membuka mulut, suaranya pelan dan hampir tidak terdengar.Dokter menatapnya dengan sedikit heran, lalu mengangguk. "Iya, usia kandungannya sudah sekitar 12 minggu. Untung saja ia cepat mendapat pertolongan, karena stres atau trauma lebih lanjut bisa berisiko bagi ja

    Last Updated : 2024-11-27
  • Pengasuh Kesayangan Tuan Duda   Merengkuh dan Menemukan

    Malven menatap Claudia dengan ekspresi terkejut, alisnya bertaut. Ia terdiam sejenak, lalu dengan lembut mengulurkan tangan untuk menghapus air mata yang mulai mengalir di pipi wanita itu. Sentuhannya terasa hangat dan menenangkan, tetapi Claudia justru merasa dadanya semakin sesak."Apa maksudmu, Claudi?" Malven bertanya pelan, suaranya penuh dengan ketulusan. "Aku tidak pernah bermaksud membuat siapa pun salah paham. Terutama kamu."Claudia menghela napas berat, matanya menatap jauh ke arah lain, menghindari tatapan intens pria itu. Ia menggigit bibir bawahnya, berusaha menahan air mata yang semakin sulit dihentikan."Kamu bilang tidak akan membiarkan aku pergi lagi, tapi ... kamu mencintai wanita lain. Kamu menggenggam tangannya di depan semua orang, mengatakan dengan tegas bahwa dia adalah wanita yang kamu pilih." Suara Claudia bergetar, menyuarakan luka yang selama ini ia pendam. "Jadi kenapa sekarang kamu ada di sini, di sisiku, seolah aku adalah ora

    Last Updated : 2024-11-27
  • Pengasuh Kesayangan Tuan Duda   Pagi Hari

    Claudia membuka matanya perlahan, kelopak matanya terasa berat. Ia mendapati dirinya berada di sebuah ruangan dengan pencahayaan yang lembut dan suasana yang nyaman. Sebuah selimut tebal menutupi tubuhnya, dan aroma samar khas rumah sakit masih terasa di udara. Butuh beberapa detik baginya untuk menyadari di mana ia berada.Saat ingatannya kembali ke kejadian kemarin, dada Claudia terasa sesak. Namun, sebelum ia sempat tenggelam lebih jauh dalam pikirannya, pintu kamar mandi terbuka pelan, dan Malven muncul. Rambutnya sedikit basah, dan ia mengenakan kemeja yang tidak sepenuhnya terkancing, memperlihatkan sebagian dadanya. Wangi sabun dan cologne menguar dari tubuh pria itu, mengisi ruangan dengan aroma maskulin yang menenangkan.Melihat Claudia yang sudah terjaga, senyum kecil terukir di wajah Malven. "Selamat pagi," ucapnya, berjalan mendekat ke sisi tempat tidur.Claudia terdiam, masih sedikit terkejut dengan keberadaan pria itu. Sebelum ia sempat berkata apa-apa, Malven duduk di t

    Last Updated : 2024-11-28

Latest chapter

  • Pengasuh Kesayangan Tuan Duda   Orang Baik

    Pria yang wajahnya nyaris tidak lagi bisa dikenali itu, Deon, semakin gemetar saat Malven berjalan mendekat. Malven memang menangkap dan menyerahkan Deon pada pihak berwajib, tapi tidak ada yang tahu jika yang akan ‘mengadili’ Deon adalah Malven sendiri. “Ugh! Ggh!”“Hm? Kau bilang apa? Coba katakana dengan jelas agar aku mengerti keinginanmu,” ucap Malven sembari berjalan menuju sebuah meja panjang, di atasnya terdapat banyak alat yang biasa Malven gunakan untuk bermain.Pria itu memilih sebuah belati kecil hari ini. Kemarin ia bermain menggunakan besi panjang yang dipanaskan, berpikir jika itu menyenangkan, tapi nyatanya tidak. Malven lebih suka jika ada warna merah yang menghiasi mainannya, itulah kenapa ia hanya sempat menggunakan besi panas itu satu kali. Alat itu membosankan.Malven melepas jas hitamnya, menukarnya dengan sebuah padding hitam panjang yang tersedia di gantungan. Pria itu tidak lupa menggulung lengan kemejanya, khawatir akan ada noda yang menempel seperti kemari

  • Pengasuh Kesayangan Tuan Duda   Tempat Bermain

    Claudia tersenyum canggung. Sejak awal ia memang hanya berniat memberikan kartu khusus itu untuk Raga agar anak itu tidak perlu khawatir tidak bisa bertemu Claudia lagi. Sejak bertemu, ketika Raga mengetahui tentang Claudia yang bukan pengasuh biasa, wanita itu sudah berjanji bahwa ia akan tetap memperlakukan Raga dengan spesial meski Claudia tidak lagi menjadi pengasuhnya."Maaf, mana kutahu kalau kartu nama khusus itu akan digunakan sebagai tiket masuk ke sini," Claudia berbisik sembari mengusap pelan lengan Malven."Kau masih di sini?"Suara tajam itu membuat Claudia dan Malven terdiam. "Aku akan antar Malven keluar!" ujar Claudia cepat, menarik Malven untuk bergegas dan tidak mengizinkan pria itu untuk mengatakan hal lain yang akan membuat emosi Regan meningkat.Meski begitu, Malven tetap membungkuk sopan pada Regan sebelum benar-benar berbalik, kembali menyusuri lorong menuju ruang tamu di bagian luar rumah bersama Claudia."Kamu tidak marah karena langsung diusir, kan?" Claudia

  • Pengasuh Kesayangan Tuan Duda   Tiket Masuk

    Seperti yang Claudia katakan pada Shouki dan Aira, hari ini ia benar-benar keluar dari rumah sakit. Shouki mengantar hingga ke lobi, juga menemani dalam diam sampai mobil yang dikendarai Arfa datang. “Aku akan ke sini lagi sore nanti untuk menjenguk Zenis, jadi kamu tidak perlu mengikutiku. Lalu, kalau Opa atau Ayah menghubungi, jangan mengatakan sedikit pun tentang masalah ini, mengerti?” Claudia memberikan perintah untuk ke sekian kalinya sejak kemarin, yang tentu saja Shouki tetap menjawab dengan sopan.“Hati-hati, Nona. Tuan Malven, pastikan mengantar Nona Claudia sampai dia masuk ke rumah,” ucap Shouki sembari membungkuk hormat pada Malven dan Claudia.“Tentu saja.” Malven menjawab acuh tak acuh. Sebenarnya agak iri dengan Shouki yang sudah mengenal Claudia sejak sangat lama, tapi karena pria itu sudah punya istri dan anak meskipun melayani Claudia yang sangat cantik, sepertinya Malven bisa mempercayainya.Mobil yang Claudia dan Malven tumpangi meninggalkan pelataran rumah sakit

  • Pengasuh Kesayangan Tuan Duda   Claudia Raline Elvina

    Claudia kembali memeluk Malven, menyembunyikan wajahnya di bahu pria itu. “Itu aku,” ucapnya pelan, suaranya sedikit teredam di bahu Malven.“Bicaralah yang jelas, aku tidak mendengarmu.” Malven mengusap lembut kepala Claudia, meminta agar wanita itu kembali mengangkat wajah dan menatapnya.“Kubilang itu aku! Direktur utama yayasan yang menolak proposalmu, itu aku!” ujar Claudia akhirnya, tidak mau tahu bagaimana reaksi Malven setelah mendengarnya. Claudia tidak mau menyembunyikan apa pun lagi karena hubungan mereka harus segera diresmikan, jadi Malven harus tahu semua tentang Claudia. Pria itu harus menyiapkan alasan yang kuat untuk bisa menikahi Claudia di depan Regan dan Adhamar.Malven benar-benar terdiam. Ia ingin menanyakan lagi untuk meyakinkan telinganya, tapi yang didengarnya tadi sudah sangat jelas. Claudia adalah direktur utama Yayasan Gemilang? Malven mengerutkan kening, mencoba mengingat nama seseorang yang tidak pernah ditemuinya secara langsung.“C.R. Elvina?” Malven be

  • Pengasuh Kesayangan Tuan Duda   Memulai Obrolan

    Claudia tidak bisa bertanya lebih jauh saat Malven mengatakan dengan yakin jika noda yang ada di ujung lengan kemejanya adalah saus. Pria itu segera beranjak ke kamar mandi setelah meraih paper bag berisi pakaian ganti yang sebelumnya dibawakan Arfa.Di dalam kamar mandi, wajah lembut Malven perlahan memudar, berganti menjadi raut datar tanpa emosi. Pria itu menghela napas pelan saat membuka kancing kemejanya satu per satu dan melihat ada beberapa bercak merah di ujung kemeja putihnya. Padahal ia menggunakan alat pelindung dan berhati-hati agar tidak ada noda yang merusak penampilannya, tapi tidak menyangka jika beberapa cipratan merusak pakaiannya.“Untung saja yang terkena noda cukup banyak bisa disembunyikan,” gumam Malven sembari berjalan mnuju shower, membasahi tubuhnya dengan air dingin. Air yang mengalir juga turut membasuh warna merah yang ada di tangan pria itu.Selesai membersihkan dirinya dan memastikan tidak ada noda atau bau darah yang menempel, Malven keluar kamar mandi

  • Pengasuh Kesayangan Tuan Duda   Terlalu Lembut

    Claudia meletakkan telunjuknya di bibir, matanya melirik ke arah ranjang--menunjukkan keberadaan Raga yang tertidur lelap.Aira segera membelap mulutnya, "Maaf," ucapnya pelan. Ia menghela napas sebelum melanjutkan, "Jadi, apa kamu sudah mengatakannya pada Shouki tentang kejadian kemarin?" tanyanya sembari menatap ke arah Shouki.Shouki menggeleng, "Nona bilang akan menunggu sampai Nona Aira datang," ucap pria itu, mengalihkan tatapnya ke arah Claudia dan bertanya dalam diam.Claudia mengangguk. Sejujurnya ia khawatir akan meledak dan dipenuhi emosi saat menceritakannya jika pada Shouki, itu sebabnya Claudia tidak menelpon atau mengatakan apa pun pada pengawalnya itu saat ia melihat Deon berselingkuh. Dulu Claudia masih memikirkan Selena, karena jika ia mengadu pada Shouki, entah apa yang akan pria itu lakukan pada Deon dan Selena, tapi sekarang Claudia tidak bisa menahannya sendirian.Wanita itu menceritakan segalanya, dimulai dari perjalanannya ke kediaman sang kakek untuk menolak p

  • Pengasuh Kesayangan Tuan Duda   Empat Pria

    Claudia terkejut atas kedatangan Malven. Bukankah pria itu sudah pergi dari tadi?!Shouki segera menarik tangannya dari kepala Claudia dan bergegas berdiri, membungkuk sopan pada Malven yang tampak mematung di dekat pintu.Sepertinya Malven tidak tahu jika sedang ada Shouki di sini, melihat dari raut tegang Sean dan Vall di belakangnya."Malven? Bukankah kamu bilang ada urusan?" Claudia bertanya pelan, entah kenapa merasa gugup, padahal tidak melakukan sesuatu yang salah.Malven menghela napas setelah mencoba menjernihkan kepalanya. Melihat Claudia yang kikuk dan gugup, Malven tahu jika wanita itu tidak tahu cara menjelaskan kehadiran pria asing di kamarnya."Aku meninggalkan sesuatu," ucap Malven sembari berjalan mendekat. Matanya berubah tajam saat menatap Shouki. "Selamat siang, Tuan Malven, saya Shouki."Malven menaikkan satu alis melihat pria di hadapannya bersikap sopan dan tampak percaya diri. "Selamat siang, Tuan Shouki. Maaf mengganggu waktu Anda dan kekasih saya--Claudia. S

  • Pengasuh Kesayangan Tuan Duda   Rasa Syukur

    Claudia menutup buku cerita dengan perlahan, memastikan tidak ada suara yang mengganggu tidur Raga. Anak itu sudah tertidur pulas dengan posisi meringkuk di samping Claudia, napasnya yang tenang membuat Claudia tersenyum lembut. Wanita itu membenarkan posisi kepala Raga ke bantal dan menyelimutinya agar lebih nyaman, lalu menatap wajah polos anak itu sejenak sebelum menghela napas lega.Saat Claudia hendak meletakkan buku di meja kecil, pintu kamar rawatnya terdengar diketuk. Namun, bukannya langsung terbuka, ketukan itu disusul dengan suara pelan dari luar--sepertinya ada perdebatan kecil. Claudia mengerutkan kening, merasa bingung, hingga ia mendengar suara rendah dan penuh tekanan dari Shouki."Apa Sho sudah datang? Cepat juga, padahal belum dua puluh menit."Claudia segera mengambil ponselnya dan menghubungi Sean, lupa jika wanita itu dan Vall sedang berjaga atas titah Malven. Awalnya Claudia khawatir Sean tidak akan mengangkat telpon darinya karena wa

  • Pengasuh Kesayangan Tuan Duda   Tidak Akan Melepaskan

    Saat Claudia tengah asyik membacakan buku cerita untuk Raga, tiba-tiba pikirannya tersentak. Ia teringat sesuatu yang membuat alisnya berkerut. Claudia sama sekali belum memberi kabar pada siapa pun tentang dirinya yang dirawat di rumah sakit, apalagi soal kejadian yang membuatnya ada di sini.Claudia berhenti membaca, membuat Raga menatapnya dengan bingung. "Kak Cla, kenapa berhenti? Ceritanya lagi seru!"Claudia tersenyum kecil, mencoba menenangkan Raga. "Sebentar, Raga. Kakak baru ingat ada sesuatu yang harus dilakukan. Bisa tolong ambilkan tas Kakak? Sepertinya ada di lemari kecil di dekat ranjang."Raga mengangguk antusias, melompat turun dari tempat tidur, lalu bergegas menuju lemari kecil. Ia membuka pintu lemari dan mengambil tas tangan Claudia dengan hati-hati. "Ini, Kak." Raga menyerahkan tas tersebut dengan senyuman bangga."Terima kasih, Raga. Kamu memang hebat." Claudia mengacak rambut anak itu sebelum membuka tasnya dengan buru-buru. Ia mengeluarkan ponsel yang langsun

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status