Share

Menemui Tuan Muda

Penulis: Agura Senja
last update Terakhir Diperbarui: 2024-04-20 13:48:02

Claudia segera menurunkan tangannya yang dengan lancang menunjuk pada pria berjas hitam di depannya, baru saja keluar dari kediaman Pranaja. Pria itu adalah seseorang yang memberikan tatapan tajam dan sinis pada Claudia malam itu, seseorang yang mengaku sebagai ayah Raga.

“Jangan kurang ajar, Cla, dia calon majikanmu. Memangnya kamu tidak pernah lihat fotonya di majalah bisnis?” Aira berbisik sembari menyenggol pelan lengan Claudia.

“Apa ada masalah?”

Pertanyaan pria di depannya membuat Claudia langsung membungkukkan tubuh, meminta maaf atas ketidaksopanannya.

“Sa-saya pikir Tuan mirip dengan aktor korea kesayangan saya, ja-jadi ....” Suara Claudia bergetar, menunjukkan bahwa ia takut dan permintaan maafnya tulus.

Kalau ini situasi normal, Aira pasti akan mengejek dan menertawakan kebodohan Claudia, karena dilihat dari sisi mana pun, pria tampan di hadapan mereka tidak ada wajah-wajah korea-nya sama sekali.

“Saya harus segera ke kantor, jadi kenalannya nanti saja. Saya sudah menerima laporan dan membaca biodatamu semalam, jadi kamu boleh langsung bekerja hari ini. Dera, antar dia ke kamarnya dan beritahu dia aturan di sini.”

Aturan? Claudia tidak sempat bertanya apa pun atau memperkenalkan diri saat calon tuannya bergegas memasuki mobil. Wanita paruh baya yang tadi dipanggil Dera juga segera menyambut dan membawa mereka ke dalam rumah.

Satu hal yang Claudia syukuri adalah ia diberikan kamar untuk dirinya sendiri, meski sederhana, tapi sangat nyaman dengan satu ranjang kecil, lemari kayu satu pintu, meja dan kursi belajar serta kipas angin dinding yang berfungsi dengan baik.

‘Padahal diberikan fasilitas yang bagus, tapi kenapa tidak ada yang bertahan lama?’ Claudia bertanya-tanya sembari memperhatikan sekitar, pada pintu-pintu kamar pelayan lain yang tertutup. Melihat bagaimana hanya babysitter yang dikembalikan ke agensi, itu artinya tidak ada masalah dengan para pelayan yang dikirimkan. Claudia menghela napas pelan, menjernihkan kepalanya agar tidak terburu-buru mencari tahu. Toh, tujuan utamanya di sini adalah untuk berlibur dan melupakan masalahnya. Ia bisa mencari tahu masalah babysitter sambil bekerja.

“Aku harus pergi sekarang, Cla. Baik-baiklah di sini, jangan buat masalah dan tolong bersabar menghadapi anak-anak.” Aira membisikkan sebuah nasihat dengan wajah serius sebelum pergi meninggalkan Claudia di kediaman Pranaja.

Sekarang Claudia benar-benar sendiri.

“Tuan Muda ada di kamarnya, sejak tadi tidak mau keluar dan ini kesempatanmu untuk berkenalan dengannya. Tolong bujuk dia untuk keluar dan sarapan.”

Claudia mengikuti Dera menaiki tangga menuju lantai dua. Melihat dari bentuk bangunannya saat Claudia melihat di depan tadi, rumah ini jelas memiliki beberapa lantai, ruangan dan lorong-lorong yang memisahkan antara satu ruang dengan ruang lain. Tapi, seperti kediamannya sendiri, kamar utama yang ditempati tuan rumah berada di lantai dua. Lalu, kamar sang tuan muda berada tepat di depan kamar utama.

Claudia menarik napas panjang, sedikit tidak sabar saat Dera mengetuk pintu dan memberitahu kedatangannya. Jawaban yang datang dengan suara pelan membuat Claudia sedikit tersenyum.

‘Sepertinya aku akan melihatnya menangis lagi.’

“Tuan Muda, saya mengantarkan pengasuh baru Anda.”

Anak lelaki berusia empat setengah tahun itu sedang duduk di sofa dekat jendela sambil membaca buku. Meski tahu Dera dan Claudia memasuki kamarnya, ia tetap tidak menoleh.

“Tuan Muda—“

“Aku tahu, Dera, aku sudah dengar. Pergi saja sana, tinggalkan dia, kamu juga punya pekerjaan kan?”

Jawaban dingin dan terdengar agak serak itu membuat Claudia tersentak. Raga tidak bertindak seperti anak-anak seusianya, berbeda sekali dengan Raga yang Claudia temui beberapa hari lalu.

"Pastikan bujuk Tuan Muda untuk keluar kamar dan memakan sarapannya," bisik Dera sebelum meninggalkan kamar.

Claudia menghela napas, mengingat kembali salah satu aturan yang disampaikan Dera. Raga tidak diperbolehkan makan di kamar kecuali sedang sakit. Peraturan untuk selalu makan di meja makan merupakan hal penting yang harus Claudia ingat.

"Padahal dia kan masih kecil, memangnya salah kalau makan di kamar, di taman atau sambil lari-lari?" Claudia bergumam pelan, mengingat kenangan saat ia berlari mengelilingi rumah sambil dikejar ibunya untuk disuapi makan.

"Tuan Muda, perkenalkan saya Claudia, Anda boleh memanggil saya Cla." Claudia berdiri di belakang Raga yang masih bergeming tanpa menjawab sapaan Claudia.

Kalau tidak melihat bagaimana tangan mungil itu memegang bukunya terlalu erat, juga suara serak yang tadi menjawab Dera, Claudia mungkin tidak akan tahu kalau tuan mudanya baru saja menangis. Melihat bagaimana ia pura-pura membaca buku seperti orang dewasa membuat Claudia tidak tahan.

Sejujurnya Claudia bertanya-tanya kenapa tidak ada kamera pengawas di kamar ini. Tentu saja hal ini harusnya biasa dilakukan para orang tua yang meninggalkan anaknya dalam pengasuhan orang lain. Tapi, situasi ini cukup menguntungkan bagi posisi Claudia saat ini, karena kalau terlalu berhati-hati dengan keberadaan kamera pengawas, pekerjaan Claudia tidak akan pernah dimulai.

"Tuan Muda Raga, coba lihat ke sini dulu," bisik Claudia sembari berlutut di samping Raga. "Saya sudah datang ke sini seperti yang Tuan Muda inginkan, tapi kenapa saya diabaikan?"

Kalau Raga dibiasakan dan diperlakukan seperti orang dewasa, maka Claudia juga bisa memulainya dengan cara yang sama.

Kata-kata Claudia membuat anak lelaki itu perlahan menoleh, matanya yang sebagian tertutup rambut tampak terkejut. "Kakak?" tanyanya dengan suara pelan.

Claudia tersenyum, kepalanya mengangguk. Tangan wanita terulur untuk menyibak rambut Raga, membuatnya bisa melihat dengan jelas jejak air mata dan mata Raga yang sedikit sembab.

"Kamu menangis lagi? Kenapa setiap kali kita bertemu, kamu selalu menangis?"

"Kakak!"

Terkejut dengan reaksi Raga yang tiba-tiba melompat dan memeluknya, Claudia yang hampir hilang keseimbangan akhirnya terkekeh pelan, membalas pelukan erat dari anak lelaki yang akan menjadi tuan kecilnya. Dan seperti kejadian malam itu, Raga kembali menangis. Di sela-sela tangisnya, Raga mengatakan isi hatinya, meski tersendat, anak itu berhasil mengeluarkan kemarahan dan kekecewaan yang tertahan.

Ayahnya berjanji akan membawa Raga ke makam ibunya saat malam pertemuan pertamanya dan Claudia beberapa hari lalu, tapi ketika sampai di rumah, Malven malah mendapat telpon kalau terjadi sesuatu dengan anak perusahaan di luar negeri sehingga ia harus pergi malam itu juga.

"Papa baru pulang subuh tadi, tapi ... tapi malah kerja lagi. Kenapa Papa ingkar janji? Papa nggak sayang aku, Papa cuma sayang sama perusahaan! Kenapa perusahaannya nggak hilang aja?!"

Claudia mendengarkan dalam diam, terenyuh dengan suara tangis dan kekecewaan Raga pada ayahnya. Sedikitnya Claudia tahu perasaan ini, karena ia pun pernah berharap universitas tempat ayahnya mengajar terbakar habis bersama para mahasiswanya agar ayahnya tidak perlu lagi pergi meninggalkan Claudia.

"Aga cuma mau ketemu Mama, kalau Papa nggak bisa anter, harusnya biarin Aga pergi sendiri! Papa jahat, Aga nggak mau ditinggal sama pengasuh terus!"

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Imron Jember
okey di Tungjsksnidi jdjje
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Pengasuh Kesayangan Tuan Duda   Hari Pertama Bersama Raga

    Butuh waktu cukup lama untuk menenangkan Raga. Untungnya saat anak itu menangis dan menjelek-jelekkan ayahnya, tidak ada satu pun yang datang ke kamar, dan Claudia bersyukur tidak ada kamera pengawas di sana, karena selama menemani Raga menangis, Claudia menyetujui dan mengiyakan apa pun hal-hal buruk yang anak itu katakan tentang Malven.Siapa sangka pria seksi yang menjadi buah bibir setiap wanita itu ternyata memiliki nilai yang sangat mines di mata putranya sendiri."Kakak," Raga memanggil pelan setelah tangisnya agak reda."Ya?" Claudia membersihkan jejak ingus dan air mata di pipi Raga. "Kamu lapar? Mau makan sekarang?" Raga menggeleng perlahan. "Itu ... yang aku bilang tentang Papa, bisa nggak jadi rahasia kita berdua aja? Na-nanti kalau sampai ada berita buruk tentang Papa--""Oke, Sayang!" Claudia langsung menunjukkan jari kelingkingnya, "Pembicaraan kita akan selalu jadi rahasia, entah sekarang atau pun nanti. Raga juga mau janji untuk tidak cerita pada siapa pun tentang Ka

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-26
  • Pengasuh Kesayangan Tuan Duda   Tiga Peraturan

    Hal pertama yang Claudia lihat setelah memasuki ruangan adalah seorang pria yang diberkahi dengan ketampanan bak dewa yunani sedang duduk tegak sambil memegang sebuah berkas.Cara pria itu memegang berkas di tangan, dengan jari-jari panjang yang terlihat indah membuat Claudia sempat menahan napas, bagaimana pun pesona yang dipancarkan Malven meski ia hanya duduk diam sungguh sangat tidak bisa diabaikan."Selamat malam, Pak, saya Claudia, yang dikirim ke sini untuk menjadi pengasuh tuan muda." Claudia menyapa dengan sopan, tubuhnya sedikit membungkuk saat sudah berada di hadapan Malven.Mata sehitam arang itu menatap Claudia perlahan. "Silakan duduk," ucapnya mempersilakan.Claudia segera mengambil tempat di sofa seberang Malven, duduk tegak sembari bersiap menjawab pertanyaan yang mungkin akan diajukan Malven--pengganti sesi interview yang belum sempat dilakukan. "Ini adalah kontrakmu. Sekretarisku sudah mengurusnya dengan agensimu, tapi kupikir kamu memerlukan salinannya. Baca dan p

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-28
  • Pengasuh Kesayangan Tuan Duda   Tuan Muda Raga

    Pesan itu dikirim oleh nomor asing, tidak hanya satu, Claudia bahkan tidak mau menghitungnya, belum lagi panggilan tidak terjawab. Meski Claudia sudah memblokir nomor Deon, nyatanya pria itu masih berusaha menghubunginya dengan nomor lain.Sebagai seorang direktur sebuah yayasan yang nomornya sudah diketahui banyak kolega membuat Claudia tidak bisa mengganti nomor ponselnya. Ia hanya sempat berharap Deon menyerah dan tidak lagi mengganggu setelah Claudia memblokirnya, tapi nyatanya pria itu masih saja egois dan tidak tahu malu.Sama seperti Deon yang melakukan usaha sia-sia dengan terus menghubungi, Claudia juga akan terus memblokir pria itu dari hidupnya entah berapa kali pun Deon berusaha mendekat."Ayo tidur, aku harus bangun pagi dan memastikan Raga sarapan bersama ayahnya!" Mengembalikan ponselnya ke tas tanpa berniat mengisi dayanya, Claudia segera berbaring dan menarik selimut. Wanita itu berulang kali menarik napas, menenangkan diri dari hatinya yang kembali teringat luka. T

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-29
  • Pengasuh Kesayangan Tuan Duda   Bolos Sekolah

    Claudia menghela napas lega saat Malven membuat fokus Raga berpindah ke makanannya, karena kalau tidak, Claudia mungkin akan menangis saat ini juga. Meski anak itu terlihat sedikit merengut, tapi ia tidak mengatakan apa pun dan memakan sarapannya tanpa banyak protes.Awalnya Claudia ingin menyuapi Raga makan, karena seingatnya dulu ia selalu disuapi oleh ibunya saat masih sesusia Raga, tapi mengingat peraturan yang Dera beritahukan kemarin membuatnya urung. Raga harus makan di meja makan sendiri, tugas Claudia hanya ikut makan di sampingnya atau menemaninya saja tanpa harus membantu.Meski sedikit tidak terbiasa dengan cara Raga dididik, Claudia harus mengikuti aturan yang diberikan demi memperpanjang pekerjaannya di sini. Hingga pagi ini Claudia masih belum bisa menebak alasan para pengasuh sebelumnya dipulangkan, padahal tempat ini sangat bagus, lingkungan nyaman dan fasilitas memadai.'Bahkan pekerjaan menjaga Raga pun terbilang mudah, tapi kenapa tidak ada yang bertahan lama?' "H

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-30
  • Pengasuh Kesayangan Tuan Duda   Dipecat?!

    Claudia tidak menyesali keputusannya untuk membawa Raga main. Melihat bagaimana anak itu akhirnya tersenyum riang sambil mengelus para kucing membuat perasaan Claudia juga ikut senang."Mbak Claudia sepertinya benar-benar suka tuan muda, ya? Kelihatan beda dari pengasuh-pengasuh sebelumnya." Claudia menoleh pada kata-kata Ali. "Beda apanya? Memangnya pengasuh sebelumnya bagaimana?" tanyanya sambil sesekali memperhatikan Raga yang berada tidak jauh darinya. Claudia berusaha agar raut wajah dan nada suaranya tenang, seolah pertanyaannya hanyalah basa-basi."Bagaimana, ya? Sebenarnya mereka memperlakukan tuan muda dengan baik, pekerjaannya juga bagus. Mereka hanya melakukan satu kesalahan." "Kesalahan?"Ali mengangguk, tatapannya tampak sendu saat menatap Raga. "Mereka menggoda tuan Malven," ucapnya pelan, helaan napasnya agak berat didengar.Menggoda. Satu kata itu membuat Claudia tanpa sadar mencengkeram gelas minumannya lebih erat. Mengingat betapa rupawan wajah Malven, tubuh tinggi

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-01
  • Pengasuh Kesayangan Tuan Duda   Bukan Tipe Saya!

    Dipecat. Satu kata itu membuat Claudia tidak bisa berkata-kata. "Pergilah, aku sudah selesai bicara." "Sebentar, Pak! Saya benar-benar tidak merasa melakukan kesalahan, tapi kenapa dipecat? Bisakah saya diberitahu letak salah saya di mana? Kalau ada hal yang tidak sesuai menurut Pak Malven, saya akan belajar memperbaikinya!" Claudia tidak pernah menduga akan dipecat hanya dua hari sejak memasuki kediaman Pranaja, padahal ia tidak merasa melakukan sesuatu yang melanggar aturan, Claudia juga tidak menggoda Malven sama sekali. Wanita itu melirik pada pakaian yang dikenakannya hari ini dan mengingat yang ia gunakan kemarin, tapi tidak ada yang salah dengan pakaiannya."Kamu benar-benar bertanya apa salahmu setelah membawa Raga bolos hari ini?" Pertanyaan yang dilayangkan dengan tatapan tajam itu membuat Claudia mengerutkan kening. Dari mana pria itu tahu kalau Raga membolos hari ini? Apakah pihak sekolah menelpon?"Aku ke sekolah Raga hari ini, ingin menjemputnya sebagai ganti tidak b

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-02
  • Pengasuh Kesayangan Tuan Duda   Hukuman untuk Raga

    Pagi ke dua di kediaman Pranaja, kali ini Claudia tidak kesiangan dan menjalankan pekerjaannya untuk membangunkan Raga tepat waktu. Saat wanita itu memasuki kamar Raga, bocah itu masih bergelung dalam selimut. Padahal pukul enam kemarin Raga sudah menggedor kamar Cludia."Dia pasti kelelahan setelah menangis dan bermain kemarin, kan?" Claudia mendekati ranjang, perlahan menyibak anak rambut dari kening Raga. "Sayang, selamat pagi," ucapnya lembut sembari mendekat dan mencuri kecupan di pipi Raga."Padahal kalau mau cium tinggal bilang aja, nggak perlu curi-curi pas aku tidur gitu." Raga yang sebenarnya sudah bangun tapi malas bergerak dari ranjang, membuka kedua matanya dan menatap Claudia yang terkejut. "Selamat pagi juga, Kak!"Claudia terkekeh, "Wah, serius? Kakak akan sering cium dan cubit pipimu, lho!" "Tadi kayanya cuma cium aja?!" Raga ikut tertawa saat Claudia mencubit pelan pipinya. "Ayo siap-siap! Oh iya, karena ini hari Sabtu, itu berarti Papa-nya Raga libur, kan?" Perta

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-04
  • Pengasuh Kesayangan Tuan Duda   Terima Kasih

    Tadinya Claudia berniat menghibur, bahkan sudah menyiapkan kata-kata yang tepat untuk menenangkan Eaga. Tapi, mendengar kata-kata yang diucap Raga sambil menangis membuat Claudia tidak bisa menahan air matanya. Wanita itu berakhir menangis juga, yang bisa ia lakukan adalah memeluk Raga tanpa bisa mengatakan apa pun.Bagaimana bisa seorang anak yang belum genap berusia lima tahun, mempertanyakan statusnya? Berapa banyak luka dan kekecewaan yang menumpuk hingga membuat Raga berpikir demikian? Ini bukan lagi seorang yang haus perhatian karena masih anak-anak, tapi karena memang ia tidak diperhatikan dengan benar oleh orang tuanya. "Kenapa Mama ninggalin aku sendirian ... aku mau ikut Mama!" Claudia menggigit bibir, menahan suaranya agar tidak ikut terisak bersama Raga. Ia hanya bisa mendekap anak itu, mengelus kepalanya penuh sayang, berharap bisa mengobati sedikit saja luka di hatinya."Nggak ada yang sayang sama Aga! Mama pergi, Papa nggak peduli, orang-orang juga cuma suka sama Papa

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-04

Bab terbaru

  • Pengasuh Kesayangan Tuan Duda   Skandal di Bandara

    "Apa kita akan kembali ke perusahaan, Nona?"Claudia mendongak dan menatap Shouki yang sedang menyetir di depan, menghela napas pelan sebelum mengangguk. "Kurasa ada baiknya untuk menyelesaikan pekerjaan saja."Shouki tidak langsung mengatakan sesuatu, membiarkan suasana hening menyelimuti sebelum menarik napas panjang. "Nona--maksudku Claudia, bukankah sebaiknya langsung datangi Tuan Malven saja? Jangan memikirkan sesuatu terlalu rumit, sebaiknya temui dan katakan jika dia telah membuatmu kesal karena tidak menepati janji."Claudia tertunduk, menatap kembali pada ponsel yang layarnya menyala, panggilan masuk dari Malven. Tadi Claudia langsung mematikan telepon setelah mengatakan jika ia sedang sangat sibuk, khawatir jika lebih lama mendengar suara Malven, amarahnya akan meledak.Akhir-akhir ini Claudia menyadari jika emosinya agak sulit dikendalikan. Detik-detik menuju pernikahan entah kenapa membuatnya ketakutan dan panik, padahal Claudia sendiri yang ingin menikah dan yakin jika l

  • Pengasuh Kesayangan Tuan Duda   Persiapan Pernikahan

    Pernikahan Claudia dan Malven akhirnya disetujui oleh Regan, padahal pria itu belum tahu tentang kehamilan Claudia. Untungnya setelah Claudia mengatakan tentang kehamilan, Regan tidak menarik kembali restunya dan hanya menghela napas.Adhamar dan Devan bersikeras ingin mengurus persiapan pernikahan, meminta agar Claudia dan Malven menyiapkan diri juga fokus menyelesaikan pekerjaan sebelum mengambil cuti bulan madu. Pertemuan antar kedua keluarga langsung dilaksanakan dua hari setelah Regan memberi restu, dan begitu saja, tanggal pernikahan Claudia ditetapkan.Meski semua hal akan diurus oleh para kakek mereka, Claudia memutuskan untuk tetap memilih gaun pengantin dan desain undangan sendiri, termasuk foto prewedding. Sayangnya, Tabinta tidak mendesain gaun pengantin, jadi Claudia hanya memesan perhiasan darinya, untungnya ada produk baru yang belum dikeluarkan ke public hingga Claudia bisa memilikinya.Wanita itu juga menghubungi brand fashion D&C dan bersyukur saat ada beberapa gaun

  • Pengasuh Kesayangan Tuan Duda   Calon Suami

    Selama menunggu Malven dan Regan bicara, Claudia menunggu di ruang keluarga. Sudah dua jam sejak Malven memasuki ruang kerja Regan, tapi hingga kini belum ada tanda-tanda akan keluar. Claudia menghela napas panjang, sedikit khawatir.Kalau saja ayahnya tidak melarang, Claudia pasti sudah menemani Malven saat ini. Tapi, Regan mengatakan jika itu adalah pembicaraan antar laki-laki, jadi Claudia dilarang ikut campur.“Berapa lama lagi ayah akan mengintrogasinya?” Claudia menarik napas pelan, matanya melirik pada jam yang tertera di ponsel. Awalnya Claudia tidak sendirian karena Raga menemaninya bermain, tapi anak itu akhirnya tertidur setelah hampir satu jam, jadi Claudia memindahkannya ke kamar dan kembali ke ruang keluarga untuk menunggu Malven.“Tapi, kenapa lama sekali?” Claudia kembali mengeluh sembari menyandarkan tubuhnya di sofa, menatap lampu gantung yang malam ini terlihat lebih jauh.Claudia sebenarnya merasa lelah dan perutnya sedikit kram. Mengingat perjalanan panjang yang

  • Pengasuh Kesayangan Tuan Duda   Permintaan Raga

    “Raga, Kakak pulang!” Claudia berseru setelah memasuki ruang keluarga, membuat Raga dan Regan yang sedang menyusun puzzle besar, langsung menoleh bersamaan. “Iya, selama datang kembali, Kak.” Raga membalas sapaan Claudia sebelum kembali fokus pada mainannya.Claudia cemberut pada rendahnya antusias Raga. Apa anak itu tidak merindukannya?“Raga … Kakak bawa sesuatu lho,” ucap Claudia sembari mendekat dan menggoyangkan kresek putih di tangannya. Claudia sempat mampir ke mini market untuk membeli beberapa es krim dan camilan kesukaan Raga. Biasanya Raga akan sangat senang karena ia jarang diizinkan makan makanan instan seperti itu. Tapi … kenapa tidak ada reaksi berarti?Raga hanya menoleh sebentar dan mengatakan ‘oh ya’ sebelum kembali berusaha menyusun puzzle, sama sekali tidak menyadari wajah keruh Claudia. Wanita itu meletakkan barang bawaannya sebelum mendekati Raga dan langsung menusuk pipi anak itu menggunakan jari telunjuknya.“Apa ini … Raga mengabaikan Kakak?” Claudia mengelua

  • Pengasuh Kesayangan Tuan Duda   Mendapatkan Restu Ayah

    “Biar aku yang menghubungi Devan, kalian tinggal yakinkan anak nakal itu saja.” Adhamar berkata saat mengantarkan Claudia dan Malven ke halaman, keduanya akan meninggalkan kediaman Adhamar hari ini.“Tapi, kalau ayah masih tidak mau memberi restu bagaimana?” Claudia bertanya pelan, agak cemas.“Kenapa menanyakan hal yang sudah jelas? Tentu saja kalian tidak akan bisa menikah. Meski aku masih tidak menyukai anak nakal itu, bukan berarti aku tidak mendengarkan pendapatnya. Berusahalah lebih giat, tapi aku yakin dia akan segera merestui. Dia bukan orang yang keras kepala.”Claudia menghela napas panjang. Anak nakal yang disebut kakeknya adalah Regan, meski Claudia tidak mengerti kenapa Adhamar selalu menyebut menantunya seperti itu.“Kalau begitu kami permisi dulu, Tuan Adhamar.” Malven mengangguk hormat, membukakan pintu mobil dan membiarkan Claudia masuk lebih dulu.Setelah memeluk kakeknya, Claudia langsung memasuki mobil dan segera disusul oleh Malven. Hari ini mereka akan kembali ha

  • Pengasuh Kesayangan Tuan Duda   Membuat Kenangan Baru

    Setelah memberitahu pelayan tentang tujuan mereka, Claudia dan Malven menelusuri jalan setapak dengan pohon-pohon besar di sepanjang jalan. Seperti yang Claudia katakan, hutan ini sangat rimbun dan terlihat seperti hutan sungguhan yang tidak terbatas luasnya.Meski begitu, Malven bisa melihat beberapa ranting dan daun bergoyang secara tidak wajar. “Apa di hutan ini ada ‘penunggu’ juga?” tanyanya sembari menatap lembut Claudia.Claudia yang tidak pernah melepas genggamannya dari Malven, mendongak dan tersenyum lebar. Sekarang ia mengerti apa maksud dari kata ‘penunggu hutan’ yang pernah Malven dan Arfa bicarakan. Orang-orang yang dilatih dan bekerja di bawah Adhamar, bertugas untuk menjaga keamanan tempat ini dengan memperhatikan siapa pun tamu yang datang.Tapi, meski Claudia bukan tamu asing, sejak kecil ia memang sudah dijaga diam-diam. Ada kalanya Claudia tersesat saat mengeksplor hutan dan salah satu penjaganya akan berpura-pura tidak sengaja lewat lalu membawa Claudia kembali ke

  • Pengasuh Kesayangan Tuan Duda   Bagian Dari Claudia

    Claudia memilih menunggu di ruang keluarga yang tidak jauh dari ruang kerja kakeknya, sedikit gugup dengan pembicaraan yang akan dilakukan Adhamar dan Malven. Bagaimana kalau kakeknya bersikeras tidak akan merestui seperti saat bersama Deon dulu?“Ah, harusnya aku tidak menurut begitu saja dan meninggalkan mereka.” Claudia bergumam sembari menggoyangkan kaki, tidak bisa menyembunyikan rasa cemasnya.“Minum tehnya dulu, Nona. Apa perlu saya bawakan camilan lain? Atau Nona ingin makan?”Pertanyaan pelayan yang menghampiri sambil membawa nampan berisi secangkir teh dan sepiring kukis, membuat Claudia menghela napas pendek. Benar, tidak ada yang akan berubah hanya karena ia bergumam sendirian di sini, jadi lebih baik mengisi perutnya dengan sesuatu yang hangat.“Terima kasih, tapi bisakah ganti tehnya dengan kopi? Aku ingin kopi hitam tanpa gula,” ucap Claudia saat menyadari bahwa perutnya mual mencium harum yang menguar dari teh. “Lalu, aku sedang tidak ingin kukis. Bawakan saja sesuatu

  • Pengasuh Kesayangan Tuan Duda   Meminta Restu

    Sindiran tajam dan dengusan Adhamar membuat suasana ruangan itu hening. Tidak ada yang bisa membantah, baik Claudia maupun Malven tahu pasti apa yang Adhamar maksud.“Memang benar kalau saya jatuh cinta padanya, tapi saya tidak pernah mengatakan itu, dan dia pun sama. Kami saling mencintai, tapi tidak sempat menyatakan perasaan masing-masing. Saya sibuk dengan beberapa urusan, lalu Zheva yang kebetulan punya pekerjaan di sini dan mengkhawatirkan kondisi saya, datang dan membuat hubungan kami berakhir dengan kesalahpahaman.”Malven menghela napas pelan. “Dia pergi meninggalkan saya tanpa sepatah kata. Saya membuatnya menangis patah hati, karena kekurangan saya dalam berkomunikasi membuatnya berpikir jika Zheva adalah wanita yang akan dijodohkan dengan saya. Satu bulan lalu, saya kehilangan arah karena wanita itu menghilang tiba-tiba.”Claudia menatap penuh perhatian pada Malven, berharap waktu yang akan mereka habiskan ke depannya akan menghapus sedikit demi sedikit rasa sakit karena k

  • Pengasuh Kesayangan Tuan Duda   Cerita Picisan

    Claudia menarik napas panjang saat pria berusia tujuh puluhan itu mengangkat pandangan dari buku di tangan. Adhamar tentu saja mengernyit melihat kedatangan cucunya yang tiba-tiba, apalagi setelah melihat tangan Claudia yang melingkari lengan Malven.Adhamar meletakkan bukunya di meja dan berdiri, menghampiri dua orang yang masih mematung tanpa mengatakan apa-apa.“Ayo bicara di dalam.” Claudia dan Malven segera menunduk sopan saat Adhamar berjalan lebih dulu sebelum mengekor di belakang. Tidak ada yang bicara selama perjalanan melewati beberapa koridor, ruang keluarga dan anak tangga menuju ruang kerja Adhamar. Sudah menjadi aturan tak tertulis untuk membicarakan hal penting hanya di ruang kerja Adhamar, tempat di mana tidak ada seorang pun yang akan menguping. Setelah memasuki ruang kerja dan pintu tertutup, Claudia segera melepas lengan Malven dan berjalan menuju sofa yang telah diduduki kakeknya. Ini adalah hal yang harus Claudia lakukan sekarang, duduk di sisi kakeknya dan mem

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status