Share

Tiga Peraturan

Author: Agura Senja
last update Last Updated: 2024-04-20 13:48:02

"Kalau begitu aku akan mengatakan peraturan lainnya selain yang tertulis di kontrak. Kuharap kamu mendengarkan dan memahami apa yang kukatakan sekarang, karena tidak akan ada maaf kalau kamu melanggarnya."

Claudia tidak tahu peraturan seperti apa yang ingin disampaikan Malven, tapi melihat betapa serius raut wajah pria itu, sepertinya itu peraturan yang cukup sulit ditaati.

'Apa dia menyuruhku untuk bangun jam tiga pagi setiap hari?'

"Iya, Pak, saya mendengarkan."

Malven berdecak pelan, jelas berusaha keras untuk menutupi ketidaksukaannya pada Claudia.

"Pertama, jangan pernah memasuki kamarku atau ruang kerjaku, juga perpustakaan pribadiku."

Claudia mengerjap pelan, bukankah hal yang wajar untuk tidak masuk ke daerah privasi majikan? Apalagi status Claudia di sini sebagai pengasuh Raga, bukannya pembantu rumah tangga, jadi bukankah sudah pasti Claudia tidak akan masuk ke ruangan-ruangan yang baru saja Malven sebutkan?

"Baik, Pak, saya mengerti." Claudia mengangguk meski merasa aneh dengan peraturan pertama yang didengarnya, karena tanpa perlu dijadikan aturan, hal seperti itu pasti tidak akan terjadi.

"Lalu, kamu di sini sebagai pengasuh Raga. Jadi, meski kamu akan ikut makan bersamaku dan Raga, atau bermain bersamanya di kantorku, ingatlah kalau statusmu hanya seorang pengasuh."

Kata-kata yang terdengar lebih dingin dari sebelumnya membuat Claudia mau tidak mau merasa jengkel. Kenapa hal-hal yang sudah pasti itu dijadikan aturan?!

"Kalau begitu saya boleh menolak kalau seandainya nyonya Dera atau pelayan lain meminta bantuan saya untuk melakukan sesuatu yang tidak ada hubungannya dengan 'mengasuh' tuan muda, kan?" Claudia kembali menatap lurus pada Malven. "Saya harap Anda mengatakan hal itu juga ke pekerja yang lain, Pak, agar saya hanya fokus dengan pekerjaan sebagai pengasuh saja."

Menghindari bully dan masalah tidak penting. Terkadang Claudia mendengar laporan dari para pengasuh maupun asisten rumah tangga yang dikirimkannya tentang senioritas dan pekerjaan yang tidak sesuai. Tidak sedikit yang harus melakukan bersih-bersih atau memasak padahal job desk-nya adalah babysitter, hanya karena tidak berani menolak perintah pekerja lain yang sudah lebih dulu di sana.

Malven yang sempat tertegun mendengar permintaan Claudia akhirnya berdeham pelan. "Kamu tidak perlu khawatir masalah itu, Dera bukan orang yang akan membiarkan rumah ini menjadi tempat tidak nyaman untuk bekerja."

Claudia mengangguk, syukurlah kalau lingkungan kerja di rumah ini baik. Meski Claudia sudah melihatnya hari ini tentang para pekerja yang ramah dan baik, tapi siapa yang tahu sifat asli seseorang? Claudia bahkan tidak bisa menebak pria yang sudah menjadi kekasihnya selama tujuh tahun, apalagi orang yang baru ditemui.

"Apa ada yang lainnya, Pak?" Claudia bertanya setelah beberapa saat Malven terdiam, raut wajahnya terlihat sedang memikirkan sesuatu.

"Satu lagi, tentang panggilan Raga padamu."

Panggilan?

"Raga masih sangat kecil ketika kehilangan ibunya, jadi dia sangat haus akan kasih sayang seorang ibu. Meski begitu, tidak peduli seakrab apa pun kalian, jangan pernah menyuruh atau membiarkan Raga memanggilmu ibu atau mama. Kalau aku sampai menerima laporan ada hal seperti itu, kamu akan langsung dipecat."

Ehm ... sebenarnya apa yang sedang terjadi? Jujur saja sejak tadi Claudia kebingungan. Ada tiga peraturan yang tidak boleh ia langgar, tapi bukankah tiga hal itu adalah hal yang memang semestinya tidak dilakukan?

Pertama, tidak ada alasan bagi seorang pengasuh untuk masuk ke kamar atau ruangan pribadi tuannya. Kedua, memangnya ada orang yang lupa statusnya sebagai pengasuh hanya karena sering menemani tuan muda yang dirawatnya makan bersama orang tuanya? Lalu peraturan ketiga tentang panggilan itu juga, bukankah lucu kalau meminta atau membiarkan anak yang diasuh untuk memanggil ibu? 

Memangnya ada yang melakukan itu?!

“Jika tidak ada pertanyaan lain, kamu boleh keluar.”

Usai Claudia mendengar titah itu, ia bangkit dan undur diri.

“Tuan Muda ada di kamarnya, sejak tadi tidak mau keluar dan ini kesempatanmu untuk berkenalan dengannya. Tolong bujuk dia untuk keluar dan sarapan.”

Itulah yang dikatakan kepala ART pada Claudia setelah ia keluar dari ruangan.

Claudia kemudian mengikuti Dera menaiki tangga menuju lantai dua. Kamar utama yang ditempati tuan rumah berada di lantai dua. 

Lalu, kamar sang tuan muda berada tepat di depan kamar utama.

“Tuan Muda, saya mengantarkan pengasuh baru Anda.”

Pintu dibuka dan Claudia bisa melihat seorang anak lelaki berusia 4 tahun sedang duduk di sofa dekat jendela sambil membaca buku. Meski tahu Dera dan Claudia memasuki kamarnya, ia tetap tidak menoleh.

“Tuan Muda—“

“Aku tahu, Dera, aku sudah dengar. Pergi saja sana, tinggalkan dia, kamu juga punya pekerjaan kan?”

Jawaban dingin dan terdengar agak serak itu membuat Claudia tersentak. Raga tidak bertindak seperti anak-anak seusianya, berbeda sekali dengan Raga yang Claudia temui beberapa hari lalu.

"Pastikan bujuk Tuan Muda untuk keluar kamar dan memakan sarapannya," bisik Dera sebelum meninggalkan kamar.

Claudia menghela napas, mengingat kembali salah satu aturan yang disampaikan Dera. Raga tidak diperbolehkan makan di kamar kecuali sedang sakit. Peraturan untuk selalu makan di meja makan merupakan hal penting yang harus Claudia ingat.

"Tuan Muda, perkenalkan saya Claudia, Anda boleh memanggil saya Cla." Claudia berdiri di belakang Raga yang masih bergeming tanpa menjawab sapaan Claudia.

Kalau tidak melihat bagaimana tangan mungil itu memegang bukunya terlalu erat, juga suara serak yang tadi menjawab Dera, Claudia mungkin tidak akan tahu kalau tuan mudanya baru saja menangis. Melihat bagaimana ia pura-pura membaca buku seperti orang dewasa membuat Claudia tidak tahan.

"Tuan Muda Raga, coba lihat ke sini dulu," bisik Claudia sembari berlutut di samping Raga. "Saya sudah datang ke sini seperti yang Tuan Muda inginkan, tapi kenapa saya diabaikan?"

Kalau Raga dibiasakan dan diperlakukan seperti orang dewasa, maka Claudia juga bisa memulainya dengan cara yang sama.

Kata-kata Claudia membuat anak lelaki itu perlahan menoleh, matanya yang sebagian tertutup rambut tampak terkejut. 

"Kakak?" tanyanya dengan suara pelan.

Claudia tersenyum, kepalanya mengangguk. Tangan wanita terulur untuk menyibak rambut Raga, membuatnya bisa melihat dengan jelas jejak air mata dan mata Raga yang sedikit sembab.

"Kamu menangis lagi? Kenapa setiap kali kita bertemu, kamu selalu menangis?"

"Kakak!"

Terkejut dengan reaksi Raga yang tiba-tiba melompat dan memeluknya, Claudia yang hampir hilang keseimbangan akhirnya terkekeh pelan, membalas pelukan erat dari anak lelaki yang akan menjadi tuan kecilnya. 

Sepertinya Claudia akan menyayangi pria kecil ini selama ia bekerja di sini. Oleh karena itu, Claudia bertekad memegang teguh tiga aturan yang tadi ia dengar. Toh, itu tidak sulit.

Atau paling tidak, itulah yang Claudia harapkan. 

Hingga beberapa minggu kemudian, saat Claudia terkapar akibat ia tanpa sengaja minum untuk melupakan pernikahan mantan tunangannya, sesuatu yang tidak terduga terjadi. 

“Claudia ….”

Suara rendah yang diikuti dengan rentetan kecup dan cium di wajah dan ceruk lehernya, membangunkan Claudia dari tidurnya.

“Siapa– Nggh–”

Saat merasakan sentuhan sang pria di tubuhnya, Claudia memaksakan diri untuk membuka mata, dan di sana, tengah mengungkung dirinya di bawah lampu temaram, adalah wajah tampan memukau yang begitu dia kenali.

“P-Pak Malven!?”

Apa yang pria itu lakukan di kamarnya, dalam kondisi seperti ini!?

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Imron Jember
okey di Tungjsksnidi jdjje
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Pengasuh Kesayangan Tuan Duda   Hari Pertama Bersama Raga

    Kembali ke hari pertama saat Claudia memulai pekerjaannya sebagai pengasuh."Kamu menangis lagi? Kenapa setiap kali kita bertemu, kamu selalu menangis?" "Kakak!" Terkejut dengan reaksi Raga yang tiba-tiba melompat dan memeluknya, Claudia yang hampir hilang keseimbangan akhirnya terkekeh pelan, membalas pelukan erat dari anak lelaki yang akan menjadi tuan kecilnya. Dan seperti kejadian malam itu, Raga kembali menangis. Di sela-sela tangisnya, Raga mengatakan isi hatinya, meski tersendat, anak itu berhasil mengeluarkan kemarahan dan kekecewaan yang tertahan.Ayahnya sudah berjanji pada Claudia akan membawa Raga ke makam ibunya malam itu, Malven bahkan menautkan jari kelingkingnya bersama Claudia, tapi ketika sampai di rumah, pria itu malah mendapat telpon kalau terjadi sesuatu dengan anak perusahaan di luar negeri sehingga ia harus pergi malam itu juga."Papa baru pulang subuh tadi, tapi ... tapi malah kerja lagi. Kenapa Papa selalu ingkar janji? Papa nggak sayang aku, Papa cuma sayan

    Last Updated : 2024-04-26
  • Pengasuh Kesayangan Tuan Duda   Tuan Muda Raga

    Claudia menghentikan langkahnya saat Malven bertanya. "Tuan Muda baik-baik saja, Tuan. Beliau makan lahap, menikmati camilan yang disediakan, bermain dan berlari."Claudia sengaja tidak menatap wajah Malven saat menjawab, tatapannya tertuju pada sepatu hitam pria itu. Bukankah seperti ini yang namanya sopan santun terhadap majikan? Meski ini pertama kali Claudia menundukkan kepala di hadapan orang lain. Selain itu, Claudia khawatir Malven akan mengingat wajahnya.Meski pada saat itu wajah Claudia berantakan dengan bekas air mata dan basah kuyup, melihat bagaimana Raga langsung mengenalinya maka kemungkinan besar Malven juga akan mengenali."Baiklah kalau begitu. Beristirahatlah. Terima kasih untuk hari ini."Claudia menghela napas lega, "Kalau begitu saya permisi, Pak," ucapnya sebelum bergegas meninggalkan Malven tanpa menunggu balasan dari pria itu. Jujur saja Claudia kelelahan dan membutuhkan tidur setelah menemani Raga seharian, jadi ia tidak bisa membuang waktu lagi."Ah, aku ing

    Last Updated : 2024-04-29
  • Pengasuh Kesayangan Tuan Duda   Bolos Sekolah

    Claudia menghela napas lega saat Malven membuat fokus Raga berpindah ke makanannya, karena kalau tidak, Claudia mungkin akan menangis saat ini juga. Meski anak itu terlihat sedikit merengut, tapi ia tidak mengatakan apa pun dan memakan sarapannya tanpa banyak protes.Awalnya Claudia ingin menyuapi Raga makan, karena seingatnya dulu ia selalu disuapi oleh ibunya saat masih sesusia Raga, tapi mengingat peraturan yang Dera beritahukan kemarin membuatnya urung. Raga harus makan di meja makan sendiri, tugas Claudia hanya ikut makan di sampingnya atau menemaninya saja tanpa harus membantu.Meski sedikit tidak terbiasa dengan cara Raga dididik, Claudia harus mengikuti aturan yang diberikan demi memperpanjang pekerjaannya di sini. Hingga pagi ini Claudia masih belum bisa menebak alasan para pengasuh sebelumnya dipulangkan, padahal tempat ini sangat bagus, lingkungan nyaman dan fasilitas memadai.'Bahkan pekerjaan menjaga Raga pun terbilang mudah, tapi kenapa tidak ada yang bertahan lama?' "H

    Last Updated : 2024-04-30
  • Pengasuh Kesayangan Tuan Duda   Dipecat?!

    Claudia tidak menyesali keputusannya untuk membawa Raga main. Melihat bagaimana anak itu akhirnya tersenyum riang sambil mengelus para kucing membuat perasaan Claudia juga ikut senang."Mbak Claudia sepertinya benar-benar suka tuan muda, ya? Kelihatan beda dari pengasuh-pengasuh sebelumnya." Claudia menoleh pada kata-kata Ali. "Beda apanya? Memangnya pengasuh sebelumnya bagaimana?" tanyanya sambil sesekali memperhatikan Raga yang berada tidak jauh darinya. Claudia berusaha agar raut wajah dan nada suaranya tenang, seolah pertanyaannya hanyalah basa-basi."Bagaimana, ya? Sebenarnya mereka memperlakukan tuan muda dengan baik, pekerjaannya juga bagus. Mereka hanya melakukan satu kesalahan." "Kesalahan?"Ali mengangguk, tatapannya tampak sendu saat menatap Raga. "Mereka menggoda tuan Malven," ucapnya pelan, helaan napasnya agak berat didengar.Menggoda. Satu kata itu membuat Claudia tanpa sadar mencengkeram gelas minumannya lebih erat. Mengingat betapa rupawan wajah Malven, tubuh tinggi

    Last Updated : 2024-05-01
  • Pengasuh Kesayangan Tuan Duda   Bukan Tipe Saya!

    Dipecat. Satu kata itu membuat Claudia tidak bisa berkata-kata. "Pergilah, aku sudah selesai bicara." "Sebentar, Pak! Saya benar-benar tidak merasa melakukan kesalahan, tapi kenapa dipecat? Bisakah saya diberitahu letak salah saya di mana? Kalau ada hal yang tidak sesuai menurut Pak Malven, saya akan belajar memperbaikinya!" Claudia tidak pernah menduga akan dipecat hanya dua hari sejak memasuki kediaman Pranaja, padahal ia tidak merasa melakukan sesuatu yang melanggar aturan, Claudia juga tidak menggoda Malven sama sekali. Wanita itu melirik pada pakaian yang dikenakannya hari ini dan mengingat yang ia gunakan kemarin, tapi tidak ada yang salah dengan pakaiannya."Kamu benar-benar bertanya apa salahmu setelah membawa Raga bolos hari ini?" Pertanyaan yang dilayangkan dengan tatapan tajam itu membuat Claudia mengerutkan kening. Dari mana pria itu tahu kalau Raga membolos hari ini? Apakah pihak sekolah menelpon?"Aku ke sekolah Raga hari ini, ingin menjemputnya sebagai ganti tidak b

    Last Updated : 2024-05-02
  • Pengasuh Kesayangan Tuan Duda   Hukuman untuk Raga

    Pagi ke dua di kediaman Pranaja, kali ini Claudia tidak kesiangan dan menjalankan pekerjaannya untuk membangunkan Raga tepat waktu. Saat wanita itu memasuki kamar Raga, bocah itu masih bergelung dalam selimut. Padahal pukul enam kemarin Raga sudah menggedor kamar Cludia."Dia pasti kelelahan setelah menangis dan bermain kemarin, kan?" Claudia mendekati ranjang, perlahan menyibak anak rambut dari kening Raga. "Sayang, selamat pagi," ucapnya lembut sembari mendekat dan mencuri kecupan di pipi Raga."Padahal kalau mau cium tinggal bilang aja, nggak perlu curi-curi pas aku tidur gitu." Raga yang sebenarnya sudah bangun tapi malas bergerak dari ranjang, membuka kedua matanya dan menatap Claudia yang terkejut. "Selamat pagi juga, Kak!"Claudia terkekeh, "Wah, serius? Kakak akan sering cium dan cubit pipimu, lho!" "Tadi kayanya cuma cium aja?!" Raga ikut tertawa saat Claudia mencubit pelan pipinya. "Ayo siap-siap! Oh iya, karena ini hari Sabtu, itu berarti Papa-nya Raga libur, kan?" Perta

    Last Updated : 2024-05-04
  • Pengasuh Kesayangan Tuan Duda   Terima Kasih

    Tadinya Claudia berniat menghibur, bahkan sudah menyiapkan kata-kata yang tepat untuk menenangkan Eaga. Tapi, mendengar kata-kata yang diucap Raga sambil menangis membuat Claudia tidak bisa menahan air matanya. Wanita itu berakhir menangis juga, yang bisa ia lakukan adalah memeluk Raga tanpa bisa mengatakan apa pun.Bagaimana bisa seorang anak yang belum genap berusia lima tahun, mempertanyakan statusnya? Berapa banyak luka dan kekecewaan yang menumpuk hingga membuat Raga berpikir demikian? Ini bukan lagi seorang yang haus perhatian karena masih anak-anak, tapi karena memang ia tidak diperhatikan dengan benar oleh orang tuanya. "Kenapa Mama ninggalin aku sendirian ... aku mau ikut Mama!" Claudia menggigit bibir, menahan suaranya agar tidak ikut terisak bersama Raga. Ia hanya bisa mendekap anak itu, mengelus kepalanya penuh sayang, berharap bisa mengobati sedikit saja luka di hatinya."Nggak ada yang sayang sama Aga! Mama pergi, Papa nggak peduli, orang-orang juga cuma suka sama Papa

    Last Updated : 2024-05-04
  • Pengasuh Kesayangan Tuan Duda   Mencoba Lebih Dekat

    Claudia kembali ke ruang bermain Raga sambil membawa tisu basah dan kering, juga sebaskom air hangat dengan handuk kecil untuk mengompres mata Raga yang sedikit membengkak. "Sayang, mainannya ditaruh dulu, sini!" Claudia meletakkan barang-barang yang dibawanya ke atas meja. Raga yang mulai memainkan miniatur menaranya saat menunggu Claudia, bergegas bangkit dan duduk di sisi wanita itu. Melihat adanya handuk kecil dan baskom berisi air hangat, Raga yang tidak pernah menerima perlakuan seperti itu sebelumnya tidak bisa menahan senyumnya. Entah para pelayan, pengasuh-pengasuh sebelumnya yang Malven bayar, bahkan Dera, tidak ada satu pun yang pernah membawakan air hangat untuk mengompres mata Raga yang membengkak karena menangis."Buat Kakak airnya tidak terlalu panas, tapi mungkin buat kamu suhunya agak tinggi, tapi ditahan ya?" Claudia memasukkan handuk ke dalam baskom sebelum memerasnya dan menekan pelan di sekitar mata Raga yang telah dibersihkan dengan tisu basah.Claudia melakuka

    Last Updated : 2024-05-06

Latest chapter

  • Pengasuh Kesayangan Tuan Duda   À Jamais Ensemble

    Malven tidak langsung menjawab. Ia berjalan ke minibar, menuang segelas kecil anggur putih dan menyeduh teh mawar lalu menyerahkannya pada Claudia. Claudia menerima tehnya, lalu mereka duduk berdampingan di sofa. Tangan besar Malven melingkar di bahu Claudia. Ia sepenuhnya mengerti karena salah satu orang yang membuat ketakutan itu tercipta adalah dirinya sendiri. Malven meninggalkan Claudia tanpa kabar setelah mereka kembali dari Vietnam. “Sepertinya aku juga takut,” katanya pelan. “Tapi, bukan karena hal-hal indah akan pergi. Aku takut kalau aku tidak cukup untuk membuat kamu yang bersamaku merasa bahagia.” Claudia menoleh, menatap dalam pada Malven. Wajah Malven tampak jujur, terbuka, dan untuk sesaat, Claudia bisa melihat dirinya sendiri dalam keraguan laki-laki itu. Bukan sebagai dua orang yang sedang jatuh cinta di Paris, tapi sebagai dua manusia yang sama-sama sedang mencoba. “Aku tidak tahu masa depan akan jadi seperti apa,” Claudia berbisik, “Tapi hari ini ... kamu cukup.

  • Pengasuh Kesayangan Tuan Duda   Kencan

    Setelah sarapan yang perlahan berubah menjadi percakapan panjang di bawah matahari pagi, Claudia dan Malven akhirnya masuk kembali ke dalam kamar. Cahaya terang telah memenuhi seluruh ruang, menari-nari di dinding berlapis wallpaper emas lembut, membangkitkan energi baru dalam suasana yang semula tenang.Claudia berdiri di depan cermin besar bergaya Rococo, jari-jarinya sibuk menyisir rambut yang masih lembap. Gaun yang ia pilih hari itu berwarna krem pucat, ringan dan mengalir lembut hingga di bawah lutut. Di balik kesederhanaannya, gaun itu memeluk tubuhnya dengan cara yang manis. Sementara Malven yang baru selesai mencukur dan mengenakan kemeja linen putih yang digulung santai di lengan, berdiri tak jauh dari sana, mengancingkan jam tangannya sambil sesekali mencuri pandang ke arah Claudia."Kenapa melihatku terus?"“Kamu terlihat seperti sesuatu yang tidak bisa ditulis dalam puisi. Terlalu indah,” gumam Malven pelan.Claudia menoleh, menahan senyum. “Itu gombal atau jujur?”Malven

  • Pengasuh Kesayangan Tuan Duda   Pagi di Kota Cinta

    Matahari baru saja menyingkap tirai langit Paris, menyebarkan cahaya keemasan yang hangat ke seluruh penjuru kota ketika Claudia benar-benar terbangun. Dari lantai paling atas hotel paling eksklusif di jantung Paris, pemandangan kota terlihat seperti lukisan hidup--Menara Eiffel berdiri megah di kejauhan, samar tertutup kabut tipis pagi, sementara Sungai Seine mengalir tenang, memantulkan kilau cahaya pagi yang lembut.Kamar paling mewah di hotel ini adalah surga keanggunan yang dipilih Malven untuk tempat menginap mereka selama seminggu ke depan. Langit-langit tinggi dihiasi ukiran klasik berlapis emas, dengan lampu gantung kristal yang masih berpendar lembut setelah malam berlalu. Lantai marmer dingin menyatu anggun dengan permadani sutra Persia yang tebal.Jendela besar setinggi langit-langit terbuka lebar, membiarkan angin pagi Paris masuk bersama aroma croissant segar dari boulangerie di bawah. Tirai tipis warna gading melambai pelan diterpa angin, menyempurnakan ketenangan pagi.

  • Pengasuh Kesayangan Tuan Duda   Wedding Day

    “Gugup?” Pertanyaan itu membuat Claudia yang sedang menenangkan diri sambil memegang erat tangan Raga, mendongak saat mendengar suara Aira. Temannya itu baru kembali dari mengambil bunga tangan yang akan Claudia pegang saat menuju altar.“Tentu saja, ini pertama kali aku menikah.”Jawaban Claudia yang diucap dengan raut wajah seperti menahan buang air itu membuat Aira tertawa. “Sudah lama sejak aku melihatmu begini. Terakhir kali saat sidang tesismu, kan?” Aira mendekat, memberikan bunga tangan yang dirangkai dengan keanggunan memikat. Claudia menerimanya dengan tangan gemetar, menarik napas panjang saat melihat betapa indah bunga yang diterimanya. Bunga itu benar-benar dirangkai dengan anggun. Di bagian tengah, mawar putih bermekaran sempurna, dikelilingi oleh baby’s breath yang halus seperti embun pagi. Beberapa tangkai peony merah muda pucat menyisipkan nuansa manis dan romantis, sementara sentuhan eucalyptus memberi kesan menyegarkan. Pita satin warna champagne membalut batang-

  • Pengasuh Kesayangan Tuan Duda   Guru Cinta

    Claudia pernah melewati momen saat seseorang melamarnya, tapi perasaan terharu yang sulit dijelaskan baru sekarang ia rasakan. Air matanya mengalir begitu saja, kata-katanya seolah tersendat dan tidak bisa diungkapkan. Lalu, entah sejak kapan beberapa awak pesawat sudah berdiri di dekat mereka, masing-masing membawa sebuah kertas karton warna-warni yang sudah dihias dengan lukisan bunga di sepanjang sisi. Tapi, yang membuat Claudia tertawa sambil menitikkan air mata adalah tulisan yang tertera di kertas yang mereka bawa. TERIMA LAMARANNYA ATAU PESAWAT INI TIDAK AKAN PERNAH MENDARAT "Jadi, ini sebenarnya lamaran atau ancaman?" Claudia menghapus air matanya, senyumnya mengembang lebar saat ia menyerahkan tangan ke arah Malven. "Baiklah, demi keselamatan kita bersama, aku akan menerima lamaranmu." Malven tersenyum semringah, memasangkan cincin di jari manis Claudia dan mengecupnya lembut. "Kamu tidak bisa berbalik ke belakang atau berlari mundur, Claudi, karena aku tidak akan pernah m

  • Pengasuh Kesayangan Tuan Duda   The Best Propose

    Malven tidak langsung menjawab, hanya terus menggenggam tangan Claudia dan berjalan menuju pemeriksaan terakhir."Kenapa diam saja? Aku benar, kan?! Padahal sudah kubilang kalau akan ada foto prewedding, tapi kamu malah mengirim Arfa? Kamu mau Arfa yang memakai jas dan mengambil foto denganku? Kalau begitu sekalian saja nama yang tertulis di undangan adalah nama Arfa!"Selama Claudia mengomel, tanpa disadari mereka sudah memasuki pesawat dan Malven menuntun agar Claudia duduk lebih dulu.Wanita itu masih merengut, duduk di dekat jendela dan membiarkan Malven memasangkan seat belt untuknya. Tepat setelah Malven memasang seat belt untuk dirinya sendiri, terdengar pengumuman jika pesawat akan segera lepas landas. Claudia menoleh ke sekitar dan mengernyit saat tidak melihat penumpang lain. Ia juga baru menyadari jika mereka tidak berada di first class, melainkan business class. Tidak ada pramugari yang menyambut atau memberi arahan, semuanya tampak kosong seolah di dalam pesawat ini hany

  • Pengasuh Kesayangan Tuan Duda   Skandal di Bandara

    "Apa kita akan kembali ke perusahaan, Nona?"Claudia mendongak dan menatap Shouki yang sedang menyetir di depan, menghela napas pelan sebelum mengangguk. "Kurasa ada baiknya untuk menyelesaikan pekerjaan saja."Shouki tidak langsung mengatakan sesuatu, membiarkan suasana hening menyelimuti sebelum menarik napas panjang. "Nona--maksudku Claudia, bukankah sebaiknya langsung datangi Tuan Malven saja? Jangan memikirkan sesuatu terlalu rumit, sebaiknya temui dan katakan jika dia telah membuatmu kesal karena tidak menepati janji."Claudia tertunduk, menatap kembali pada ponsel yang layarnya menyala, panggilan masuk dari Malven. Tadi Claudia langsung mematikan telepon setelah mengatakan jika ia sedang sangat sibuk, khawatir jika lebih lama mendengar suara Malven, amarahnya akan meledak.Akhir-akhir ini Claudia menyadari jika emosinya agak sulit dikendalikan. Detik-detik menuju pernikahan entah kenapa membuatnya ketakutan dan panik, padahal Claudia sendiri yang ingin menikah dan yakin jika l

  • Pengasuh Kesayangan Tuan Duda   Persiapan Pernikahan

    Pernikahan Claudia dan Malven akhirnya disetujui oleh Regan, padahal pria itu belum tahu tentang kehamilan Claudia. Untungnya setelah Claudia mengatakan tentang kehamilan, Regan tidak menarik kembali restunya dan hanya menghela napas.Adhamar dan Devan bersikeras ingin mengurus persiapan pernikahan, meminta agar Claudia dan Malven menyiapkan diri juga fokus menyelesaikan pekerjaan sebelum mengambil cuti bulan madu. Pertemuan antar kedua keluarga langsung dilaksanakan dua hari setelah Regan memberi restu, dan begitu saja, tanggal pernikahan Claudia ditetapkan.Meski semua hal akan diurus oleh para kakek mereka, Claudia memutuskan untuk tetap memilih gaun pengantin dan desain undangan sendiri, termasuk foto prewedding. Sayangnya, Tabinta tidak mendesain gaun pengantin, jadi Claudia hanya memesan perhiasan darinya, untungnya ada produk baru yang belum dikeluarkan ke public hingga Claudia bisa memilikinya.Wanita itu juga menghubungi brand fashion D&C dan bersyukur saat ada beberapa gaun

  • Pengasuh Kesayangan Tuan Duda   Calon Suami

    Selama menunggu Malven dan Regan bicara, Claudia menunggu di ruang keluarga. Sudah dua jam sejak Malven memasuki ruang kerja Regan, tapi hingga kini belum ada tanda-tanda akan keluar. Claudia menghela napas panjang, sedikit khawatir.Kalau saja ayahnya tidak melarang, Claudia pasti sudah menemani Malven saat ini. Tapi, Regan mengatakan jika itu adalah pembicaraan antar laki-laki, jadi Claudia dilarang ikut campur.“Berapa lama lagi ayah akan mengintrogasinya?” Claudia menarik napas pelan, matanya melirik pada jam yang tertera di ponsel. Awalnya Claudia tidak sendirian karena Raga menemaninya bermain, tapi anak itu akhirnya tertidur setelah hampir satu jam, jadi Claudia memindahkannya ke kamar dan kembali ke ruang keluarga untuk menunggu Malven.“Tapi, kenapa lama sekali?” Claudia kembali mengeluh sembari menyandarkan tubuhnya di sofa, menatap lampu gantung yang malam ini terlihat lebih jauh.Claudia sebenarnya merasa lelah dan perutnya sedikit kram. Mengingat perjalanan panjang yang

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status