Share

Bertemu Alvito

Penulis: Agura Senja
last update Terakhir Diperbarui: 2024-07-11 23:40:38

“Kamu kenapa, Ra?” Claudia bertanya dengan lembut, entah kenapa suara Aira terdengar berbeda dari biasanya.

Claudia terbangun duluan, meninggalkan Malven yang masih terlelap, ia mandi dan berganti baju sebelum menelepon Aira. Padahal Claudia sudah mengirim pesan sejak sebelum mandi, tapi pesannya malah hanya dibaca saja, itu sebabnya Claudia langsung menelepon.

“Butuh aku tidak? Aku akan ke sana sekarang,” ucap Claudia lagi saat tidak ada jawaban dari seberang telepon.

“Tidak, Cla, kamu sedang kurang sehat. Sebaiknya kamu istirahat saja, tapi kalau kamu membutuhkanku, datang saja.”

Kata-kata Aira membuat kening Claudia berkerut. Temannya itu memang sedikit sulit membuka diri, tapi Claudia sudah hapal betul tindakannya. Kalau Aira bilang, ‘Aku tidak membutuhkanmu, tapi kalau kamu membutuhkanku, datanglah!’, maka bisa dipastikan wanita itu sedang tidak baik-baik saja. Aira tidak suka dianggap lemah karena membutuhkan bantuan seseorang dan terkadang hal itu yang membuat mereka bertengk
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Pengasuh Kesayangan Tuan Duda   Teman Dekat Mama

    Claudia terkejut, begitu pun Raga, saat pria berkacamata yang sejak tadi mendengarkan tampak menahan tawa. Claudia berdeham dan cepat membawa Raga keluar setelah pintu lift terbuka, tapi saat mengingat jika mereka turun di lantai yang sama, Claudia merasa semakin canggung. Demi apa pun Claudia tidak mau mempertemukan Raga dan Alvito karena hati nuraninya tidak mengizinkan.“Sebentar deh, Om yang waktu itu ke butiknya Tante Binta bukan?” Raga menoleh ke belakang, menatap Alvito dengan pandangan penasaran. Pasalnya ia baru memperhatikan jika wajah itu cukup familiar. Tidak hanya pernah ia lihat datang ke butik Tabinta waktu itu, tapi Raga pernah melihatnya di suatu tempat meski ia tidak ingat di mana.“Binta? Maksud kamu mungkin Tabinta yang desainer itu, kan?” Alvito bertanya dengan lembut, “Kalau dia yang kamu maksud, Om memang pernah ke sana sekali. Kamu kenal dengan Binta juga?”“Waah, ternyata benar! Tante Binta itu temannya Mamaku, Om, jadi aku kenal deh! Pantes dari tadi kaya pe

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-13
  • Pengasuh Kesayangan Tuan Duda   Kalau Bukan Cinta, Lalu Apa?

    Aira keluar dari kamar mandi sembari mengeringkan rambutnya dengan handuk, piyama tidur berwarna hijau muda dengan gambar beruang membuat penampilan Aira tampak manis. Tapi, tentu saja Claudia tidak akan mengatakan hal itu terang-terangan karena sudah pasti Aira akan mengganti pakaiannya dengan sesuatu yang membosankan seperti sweater dan celana panjang hitam.“Tadi kami bertemu seseorang, tapi sepertinya Raga kenal karena wajahnya mirip dengan teman ibunya.” Claudia menjawab sembari menggeser tubuhnya, membiarkan Aira duduk si sampingnya.“Wah, Kak Aira manis banget pakai piyana itu!” seru Raga tiba-tiba.Seruan Raga membuat Aira menghentikan gerakannya dan menatap pada Claudia. “Manis?” tanyanya.“Raga baik sekali, kecoa lewat pun akan dibilang manis. Kalau mau berbuat baik, kamu juga harus lihat-lihat siapa orangnya, Sayang,” ucap Claudia pada Raga, kata-katanya sukses membuat Aira berdecih dan memukul pelan lengannya.Raga tidak sedang berbuat baik padahal, karena Aira memang terl

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-14
  • Pengasuh Kesayangan Tuan Duda   Nama Panggilan

    Aira sempat tertegun di tempatnya, tapi dengan cepat mengubah ekspresi dan melanjutkan pergerakannya mematikan kompor. “Nama panggilannya memang Al,” ucapnya acuh tak acuh.“Hmm ….” Claudia tidak lagi mengorek informasi, karena tahu dengan pasti sahabatnya itu tidak akan menceritakan apa pun meski didesak. Sama seperti Claudia yang terkadang menceritakan sesuatu saat masalahnya sudah selesai, begitu pun Aira.Claudia bangkit dari duduknya, meraih tiga gelas bergagang sebelum mulai menuangkan coklat bubuk. Aira menuangkan air panas ke gelas yang sudah berisi coklat bubuk, panas untuknya dan hangat untuk Claudia dan Raga. Keduanya kembali ke depan televisi, duduk berdampingan dengan posisi Raga di tengah.“Makasih coklatnya, Kak,” ucap Raga sembari menerima gelas dari Claudia.Aira yang duduk di samping Raga, melirik pada anak itu dan tersenyum kecil. “Aku hampir lupa, tapi tadi namamu Ragava Lintang Pranaja, kan? Apa aku boleh memanggil Lintang?” tanyanya pada Raga.Raga yang tidak per

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-15
  • Pengasuh Kesayangan Tuan Duda   Alasan

    Malven datang tidak sampai lima menit kemudian. Claudia yang membuka pintu dan harus melihat wajah pria yang tampak siap menelannya bulat-bulat. “Selamat malam, Tuan Malven, saya mohon maaf jika pertemuan mendadak saya dan Claudia membuat Anda khawatir dan menimbulkan ketidaknyamanan. Saya juga tidak tahu jika Claudia akan membawa Tuan Muda Raga bersamanya karena setahu saya Claudia sedang libur hari ini.” Aira langsung menyambut dengan suara sopan, tubuhnya membungkuk hormat pada Malven.Malven melihat beberapa kertas dan pulpen tinta ada di atas meja, juga Raga yang berdiri sambil memegang gelas yang dari baunya berisi minuman coklat serta televisi yang menyala dan memutar siaran anak-anak. Helaan napas lega pria itu membuat Claudia dan Aira menegang. “Saya juga minta maaf, Pak, seharusnya saya tidak membawa Tuan Muda bersama.” Claudia ikut berdiri di samping Aira dan mengucap maaf, juga membungkuk sopan ke arah Malven.Raga yang melihat dua wanita itu sedang menunduk di hadapan a

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-16
  • Pengasuh Kesayangan Tuan Duda   Aku Mencintaimu

    “Siapa, Ra?” Claudia bertanya saat melihat Aira hanya berdiri diam di depan pintu.“Seseorang yang katanya ingin kamu kenal,” ucap Aira pelan, menghela napas panjang sebelum tangannya terulur dan membuka pintu. “Tapi, sebaiknya tidak berkenalan sekarang, Cla, situasinya kurang memungkinkan,” lanjutnya lirih sebelum keluar dari kamar.Claudia mengernyitkan dahi saat Aira malah meninggalkannya, bukannya menyuruh tamu untuk masuk. “Seseorang yang ingin kukenal itu … Lintang, kan?” Claudia bergumam sembari melirik pada layar kecil di dinding, penasaran ingin melihat seperti apa sosok yang selalu Aira ceritakan dulu. Tapi, mengingat kata-kata Aira tentang situasi yang kurang memungkinkan membuat niat Claudia untuk mengintip langsung urung. Dia percaya pada Aira dan seperti Aira juga yang selalu menunggu hingga Claudia bicara, maka Claudia juga harus melakukan hal yang sama.Di luar kamar, Aira yang kembali berhadapan dengan Alvito menaikkan satu alisnya melihat wajah pria itu tampak pucat

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-17
  • Pengasuh Kesayangan Tuan Duda   Tidak Pernah Ada

    “Tidak sekarang, setidaknya sampai aku siap untuk menjengukmu setiap hari di penjara, baru kamu boleh membunuhnya.”Claudia tersenyum simpul. Intinya Aira masih sanggup menghadapi Deon dan Claudia masih boleh istirahat di kediaman Pranaja. “Terima kasih, Ra. Sungguh, aku tidak tahu harus bagaimana membalas kebaikanmu.”“Jangan menangis,” ucap Aira cepat, tatapannya masih tidak teralih dari layar televisi. “Cukup jangan terluka dan menangis lagi, itu satu-satunya hal yang harus kamu lakukan untuk balas budi padaku.”Claudia tidak bisa menjawab dengan pasti. Entah kenapa wajah Malven tiba-tiba terbayang di benaknya. Bisakah Claudia mencintai pria itu tanpa terluka dan berakhir patah hati lagi nanti? Claudia tidak yakin bisa melepaskan Malven begitu saja setelah semua ini selesai. Tapi, tidak menutup kemungkinan jika Claudia berhasil membuat Malven mencintainya selama waktu tersisa, kan?“Aku akan berusaha, Ra, kali ini tidak akan menangis patah hati.”Aira menghela napas mendengar jawab

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-18
  • Pengasuh Kesayangan Tuan Duda   Alasan Masuk Akal

    Claudia tertegun, rasa sedihnya atas kata-kata yang diucap Selena waktu itu seolah sirna setelah mendengar perkataan Aira. Wanita itu menoleh pada sahabatnya yang tampak murung."Kamu ini bicara apa, Ra? Apa yang terjadi padaku atau siapa pun di dunia ini, sama sekali bukan salahmu. Jangan meminta maaf untuk kesalahan yang tidak kamu lakukan. Apa aku pernah menyalahkanmu sekali pun saat Selena dan Deon mengkhianatiku? Tidak, kan?! Kenapa kamu ... kenapa kamu mengatakan sesuatu seperti itu?"Claudia menangis, air matanya tidak bisa ditahan melihat tatapan Aira yang tampak rapuh. Seseorang yang selalu tegas dan dipenuhi kekuatan di matanya, sedang menunjukkan sesuatu yang belum pernah Claudia lihat.Aira yang tidak menyangka jika Claudia akan menangis juga sama terkejutnya. Tidak ada yang bisa ia lakukan selain memeluk Claudia dan menenangkannya, karena kalau Aira membela diri sekarang, Claudia akan menangis semakin kencang. Lalu, kata-kata Claudia menyadarkan Aira jika ia telah mengata

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-20
  • Pengasuh Kesayangan Tuan Duda   Numpang Menginap

    Claudia mengikuti permintaan Sean meski keningnya mengernyit tidak mengerti. Tentu saja Claudia tahu jika Raga sebagai pewaris Pranaja akan berada dalam situasi berbahaya jika tidak dijaga, tapi Claudia 'kan tidak sedang bersama Raga! Bahaya apa yang akan terjadi pada seorang pengasuh yang tidak tahu apa-apa?"Sean, apa aku boleh bertanya?" Claudia mengikuti Sean ke dalam dan berdiri diam saat Sean tidak bergerak dari tempat meski mereka sudah sampai di dekat sofa."Silakan duduk, Nona. Apa ada minuman yang Anda inginkan? Lalu, tentu saja Nona Claudia boleh menanyakan apa pun, saya akan menjawab sebisa mungkin." Claudia mengerjap, "Lalu kamu? Kenapa kamu hanya berdiri?" tanyanya, tidak mengerti kenapa pemilik kamar hanya mempersilakan seorang tamu untuk duduk padahal dirinya sendiri masih berdiri."Saya akan berdiri saja," ucap Sean tegas, tangannya mempersilakan Claudia untuk segera duduk."Kenapa? Kamu tidak nyaman denganku? Tadinya aku ingin numpang tidur karena belum memesan kama

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-21

Bab terbaru

  • Pengasuh Kesayangan Tuan Duda   Skandal di Bandara

    "Apa kita akan kembali ke perusahaan, Nona?"Claudia mendongak dan menatap Shouki yang sedang menyetir di depan, menghela napas pelan sebelum mengangguk. "Kurasa ada baiknya untuk menyelesaikan pekerjaan saja."Shouki tidak langsung mengatakan sesuatu, membiarkan suasana hening menyelimuti sebelum menarik napas panjang. "Nona--maksudku Claudia, bukankah sebaiknya langsung datangi Tuan Malven saja? Jangan memikirkan sesuatu terlalu rumit, sebaiknya temui dan katakan jika dia telah membuatmu kesal karena tidak menepati janji."Claudia tertunduk, menatap kembali pada ponsel yang layarnya menyala, panggilan masuk dari Malven. Tadi Claudia langsung mematikan telepon setelah mengatakan jika ia sedang sangat sibuk, khawatir jika lebih lama mendengar suara Malven, amarahnya akan meledak.Akhir-akhir ini Claudia menyadari jika emosinya agak sulit dikendalikan. Detik-detik menuju pernikahan entah kenapa membuatnya ketakutan dan panik, padahal Claudia sendiri yang ingin menikah dan yakin jika l

  • Pengasuh Kesayangan Tuan Duda   Persiapan Pernikahan

    Pernikahan Claudia dan Malven akhirnya disetujui oleh Regan, padahal pria itu belum tahu tentang kehamilan Claudia. Untungnya setelah Claudia mengatakan tentang kehamilan, Regan tidak menarik kembali restunya dan hanya menghela napas.Adhamar dan Devan bersikeras ingin mengurus persiapan pernikahan, meminta agar Claudia dan Malven menyiapkan diri juga fokus menyelesaikan pekerjaan sebelum mengambil cuti bulan madu. Pertemuan antar kedua keluarga langsung dilaksanakan dua hari setelah Regan memberi restu, dan begitu saja, tanggal pernikahan Claudia ditetapkan.Meski semua hal akan diurus oleh para kakek mereka, Claudia memutuskan untuk tetap memilih gaun pengantin dan desain undangan sendiri, termasuk foto prewedding. Sayangnya, Tabinta tidak mendesain gaun pengantin, jadi Claudia hanya memesan perhiasan darinya, untungnya ada produk baru yang belum dikeluarkan ke public hingga Claudia bisa memilikinya.Wanita itu juga menghubungi brand fashion D&C dan bersyukur saat ada beberapa gaun

  • Pengasuh Kesayangan Tuan Duda   Calon Suami

    Selama menunggu Malven dan Regan bicara, Claudia menunggu di ruang keluarga. Sudah dua jam sejak Malven memasuki ruang kerja Regan, tapi hingga kini belum ada tanda-tanda akan keluar. Claudia menghela napas panjang, sedikit khawatir.Kalau saja ayahnya tidak melarang, Claudia pasti sudah menemani Malven saat ini. Tapi, Regan mengatakan jika itu adalah pembicaraan antar laki-laki, jadi Claudia dilarang ikut campur.“Berapa lama lagi ayah akan mengintrogasinya?” Claudia menarik napas pelan, matanya melirik pada jam yang tertera di ponsel. Awalnya Claudia tidak sendirian karena Raga menemaninya bermain, tapi anak itu akhirnya tertidur setelah hampir satu jam, jadi Claudia memindahkannya ke kamar dan kembali ke ruang keluarga untuk menunggu Malven.“Tapi, kenapa lama sekali?” Claudia kembali mengeluh sembari menyandarkan tubuhnya di sofa, menatap lampu gantung yang malam ini terlihat lebih jauh.Claudia sebenarnya merasa lelah dan perutnya sedikit kram. Mengingat perjalanan panjang yang

  • Pengasuh Kesayangan Tuan Duda   Permintaan Raga

    “Raga, Kakak pulang!” Claudia berseru setelah memasuki ruang keluarga, membuat Raga dan Regan yang sedang menyusun puzzle besar, langsung menoleh bersamaan. “Iya, selama datang kembali, Kak.” Raga membalas sapaan Claudia sebelum kembali fokus pada mainannya.Claudia cemberut pada rendahnya antusias Raga. Apa anak itu tidak merindukannya?“Raga … Kakak bawa sesuatu lho,” ucap Claudia sembari mendekat dan menggoyangkan kresek putih di tangannya. Claudia sempat mampir ke mini market untuk membeli beberapa es krim dan camilan kesukaan Raga. Biasanya Raga akan sangat senang karena ia jarang diizinkan makan makanan instan seperti itu. Tapi … kenapa tidak ada reaksi berarti?Raga hanya menoleh sebentar dan mengatakan ‘oh ya’ sebelum kembali berusaha menyusun puzzle, sama sekali tidak menyadari wajah keruh Claudia. Wanita itu meletakkan barang bawaannya sebelum mendekati Raga dan langsung menusuk pipi anak itu menggunakan jari telunjuknya.“Apa ini … Raga mengabaikan Kakak?” Claudia mengelua

  • Pengasuh Kesayangan Tuan Duda   Mendapatkan Restu Ayah

    “Biar aku yang menghubungi Devan, kalian tinggal yakinkan anak nakal itu saja.” Adhamar berkata saat mengantarkan Claudia dan Malven ke halaman, keduanya akan meninggalkan kediaman Adhamar hari ini.“Tapi, kalau ayah masih tidak mau memberi restu bagaimana?” Claudia bertanya pelan, agak cemas.“Kenapa menanyakan hal yang sudah jelas? Tentu saja kalian tidak akan bisa menikah. Meski aku masih tidak menyukai anak nakal itu, bukan berarti aku tidak mendengarkan pendapatnya. Berusahalah lebih giat, tapi aku yakin dia akan segera merestui. Dia bukan orang yang keras kepala.”Claudia menghela napas panjang. Anak nakal yang disebut kakeknya adalah Regan, meski Claudia tidak mengerti kenapa Adhamar selalu menyebut menantunya seperti itu.“Kalau begitu kami permisi dulu, Tuan Adhamar.” Malven mengangguk hormat, membukakan pintu mobil dan membiarkan Claudia masuk lebih dulu.Setelah memeluk kakeknya, Claudia langsung memasuki mobil dan segera disusul oleh Malven. Hari ini mereka akan kembali ha

  • Pengasuh Kesayangan Tuan Duda   Membuat Kenangan Baru

    Setelah memberitahu pelayan tentang tujuan mereka, Claudia dan Malven menelusuri jalan setapak dengan pohon-pohon besar di sepanjang jalan. Seperti yang Claudia katakan, hutan ini sangat rimbun dan terlihat seperti hutan sungguhan yang tidak terbatas luasnya.Meski begitu, Malven bisa melihat beberapa ranting dan daun bergoyang secara tidak wajar. “Apa di hutan ini ada ‘penunggu’ juga?” tanyanya sembari menatap lembut Claudia.Claudia yang tidak pernah melepas genggamannya dari Malven, mendongak dan tersenyum lebar. Sekarang ia mengerti apa maksud dari kata ‘penunggu hutan’ yang pernah Malven dan Arfa bicarakan. Orang-orang yang dilatih dan bekerja di bawah Adhamar, bertugas untuk menjaga keamanan tempat ini dengan memperhatikan siapa pun tamu yang datang.Tapi, meski Claudia bukan tamu asing, sejak kecil ia memang sudah dijaga diam-diam. Ada kalanya Claudia tersesat saat mengeksplor hutan dan salah satu penjaganya akan berpura-pura tidak sengaja lewat lalu membawa Claudia kembali ke

  • Pengasuh Kesayangan Tuan Duda   Bagian Dari Claudia

    Claudia memilih menunggu di ruang keluarga yang tidak jauh dari ruang kerja kakeknya, sedikit gugup dengan pembicaraan yang akan dilakukan Adhamar dan Malven. Bagaimana kalau kakeknya bersikeras tidak akan merestui seperti saat bersama Deon dulu?“Ah, harusnya aku tidak menurut begitu saja dan meninggalkan mereka.” Claudia bergumam sembari menggoyangkan kaki, tidak bisa menyembunyikan rasa cemasnya.“Minum tehnya dulu, Nona. Apa perlu saya bawakan camilan lain? Atau Nona ingin makan?”Pertanyaan pelayan yang menghampiri sambil membawa nampan berisi secangkir teh dan sepiring kukis, membuat Claudia menghela napas pendek. Benar, tidak ada yang akan berubah hanya karena ia bergumam sendirian di sini, jadi lebih baik mengisi perutnya dengan sesuatu yang hangat.“Terima kasih, tapi bisakah ganti tehnya dengan kopi? Aku ingin kopi hitam tanpa gula,” ucap Claudia saat menyadari bahwa perutnya mual mencium harum yang menguar dari teh. “Lalu, aku sedang tidak ingin kukis. Bawakan saja sesuatu

  • Pengasuh Kesayangan Tuan Duda   Meminta Restu

    Sindiran tajam dan dengusan Adhamar membuat suasana ruangan itu hening. Tidak ada yang bisa membantah, baik Claudia maupun Malven tahu pasti apa yang Adhamar maksud.“Memang benar kalau saya jatuh cinta padanya, tapi saya tidak pernah mengatakan itu, dan dia pun sama. Kami saling mencintai, tapi tidak sempat menyatakan perasaan masing-masing. Saya sibuk dengan beberapa urusan, lalu Zheva yang kebetulan punya pekerjaan di sini dan mengkhawatirkan kondisi saya, datang dan membuat hubungan kami berakhir dengan kesalahpahaman.”Malven menghela napas pelan. “Dia pergi meninggalkan saya tanpa sepatah kata. Saya membuatnya menangis patah hati, karena kekurangan saya dalam berkomunikasi membuatnya berpikir jika Zheva adalah wanita yang akan dijodohkan dengan saya. Satu bulan lalu, saya kehilangan arah karena wanita itu menghilang tiba-tiba.”Claudia menatap penuh perhatian pada Malven, berharap waktu yang akan mereka habiskan ke depannya akan menghapus sedikit demi sedikit rasa sakit karena k

  • Pengasuh Kesayangan Tuan Duda   Cerita Picisan

    Claudia menarik napas panjang saat pria berusia tujuh puluhan itu mengangkat pandangan dari buku di tangan. Adhamar tentu saja mengernyit melihat kedatangan cucunya yang tiba-tiba, apalagi setelah melihat tangan Claudia yang melingkari lengan Malven.Adhamar meletakkan bukunya di meja dan berdiri, menghampiri dua orang yang masih mematung tanpa mengatakan apa-apa.“Ayo bicara di dalam.” Claudia dan Malven segera menunduk sopan saat Adhamar berjalan lebih dulu sebelum mengekor di belakang. Tidak ada yang bicara selama perjalanan melewati beberapa koridor, ruang keluarga dan anak tangga menuju ruang kerja Adhamar. Sudah menjadi aturan tak tertulis untuk membicarakan hal penting hanya di ruang kerja Adhamar, tempat di mana tidak ada seorang pun yang akan menguping. Setelah memasuki ruang kerja dan pintu tertutup, Claudia segera melepas lengan Malven dan berjalan menuju sofa yang telah diduduki kakeknya. Ini adalah hal yang harus Claudia lakukan sekarang, duduk di sisi kakeknya dan mem

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status