masih ada yang membaca novel ini? komen ya
"I-ini nggak mungkin ... mereka kemarin masih ada di pihakku. Kenapa sekarang jadi gini?"Monica tahu dengan jelas bahwa saat ini dia bergantung dengan dukungan dari para netizen dan dengan itu dia bisa mendapatkan keinginannya dari rasa simpatik.Tapi apa ini?!Hanya dalam waktu sekejap mata kesenangannya itu langsung berubah sangat drastis dan hampir semua penggemar yang mendukungnya justru berbalik menyerangnya secara gila-gilaan.Saat ini, Daniel merasa sangat yakin kalau mantan istrinya itu pasti tengah merasa kelimpungan. Sejak awal dia tak pernah berniat untuk menggunakan cara yang licik, tapi dia juga tak bisa diam saja ketika seseorang yang telah diberi kesempatan berkali-kali justru terus menusuknya dari belakang.Meski hanya dua bukti saja yang telah dia beberkan ke publik, itu semua sudah lebih dari cukup untuk membalikkan keadaan.Para wartawan kembali memotret dan terus saja melontarkan banyak pertanyaan. Namun Daniel kali ini memilih untuk diam dan membiarkan kuasa hukum
"Ini bukan salahku, Yah!" Monica yang merasa sejak tadi terus disalahkan dan ditampar, langsung melayangkan protes sambil memelototkan matanya. "Ayah juga andil dalam rencanaku dan dari awal setuju!" Tanpa rasa takut dia kembali mengingatkan ayahnya itu mengenai persetujuan yang diberikannya ketika dia mengutarakan rencana untuk menyabotase masalah mengenai penculikan Sean dan membalikkan fakta seolah-olah Daniel lah yang melakukan kesalahan. Tapi apa ini?! Monica merasa tak terima karena hanya dia sendirilah yang disalahkan.Ketika Bagaskoro mendengar perkataan anaknya, dia segera memasang tatapan tak suka.Kalau dari awal putrinya itu tidak membuat masalah dan mau menuruti perkataan Daniel, mereka tak akan berada di dalam masalah yang rumit seperti sekarang. Bagaskoro selalu mengingat hal ini. Terlebih lagi, Daniel adalah orang yang sulit untuk dilawan. Semua orang pun tahu mengenai kenyataan ini.Jika ada seseorang yang berani untuk mengusik Daniel, maka sudah bisa dipastikan hidupn
"Ayah yang terlalu pengecut. Ayah yang gagal dan Ayah-lah yang melakukan kesalahan. Bukan aku!"Nafas Monica memburu naik turun setelah dia mengatakan itu. Tak peduli bagaimana reaksi ayahnya kini, dia hanya ingin meluapkan kemarahan yang sejak lama dipendam sebab terus saja disalahkan atas semua masalah.Bagaskoro seketika langsung merasakan sesuatu hampir saja meledak. Dia mengepalkan tangannya dengan erat dan menggertakan giginya, "Kamu ..." Ketika dia ingin mengatakan sesuatu, teleponnya pada dering nyaring dan seketika langsung membuatnya berhenti bicara. Bagaskoro segera meraih ponsel yang berada tepat di saku celananya dan terlihat memicingkan matanya ketika sadar ada telepon dari manajer kantor.Dia terlihat melirik ke arah putrinya sebelum akhirnya mengangkat telepon.Monica yang melihat ayahnya itu pun hanya memalingkan wajahnya dan kembali menatap layar televisi. Di dalam hatinya, dia semakin membenci Daniel. 'Kamu bahkan sekarang nggak berpikir dua kali untuk mempermalukan
"Sesuai dengan adanya banyak berita hoax menyangkut dari klien saya ini, beliau berencana untuk menggugat tersangka yaitu Nona Monica, atas pencemaran nama baik dan juga indikasi penculikan yang telah dilakukan secara terencana."Pernyataan dari kuasa hukum Daniel, telah berhasil menggemparkan publik hanya dalam waktu sekejap mata. Para wartawan dengan cepat memanfaatkan situasi itu untuk bertanya, "Penculikan? Mohon jelaskan lebih detail."Tanpa diminta sekalipun, kuasa hukum itu dengan cepay langsung menjelaskan segalanya dan kini juga memperlihatkan bukti lainnya.Dion yang sejak tadi diam, kini kembali bicara untuk menegaskan, "Semua bukti ini benar adanya dan bisa dikonfirmasi. Pihak kepolisian juga sudah mengkonfirmasinya lebih dulu, sehingga kami tidak merasa ragu sedikitpun untuk membeberkan ke publik."Sesuai dengan dugaan Daniel, kini publik telah berhasil dirayu dan mereka kembali mendukungnya. Monica yang ada di villanya itu tak bisa membendung amarahnya. Tangannya terasa
Bab 175. Penangkapan Monica"Sebaiknya kamu nggak membuat masalah lagi. Ayo cepat kita pergi!"Seketika Monica langsung menarik tangannya kembali dan menatap ayahnya itu dengan pandangan keheranan. "Ayah mau membawaku ke mana?""Kita harus pergi secepat mungkin, bodoh!" Bagaskoro menatap anaknya itu dengan kesal. Rasanya kesabarannya benar-benar habis karena harus menghadapi sosok Monica dan kerutan di wajahnya menjadi jauh lebih jelas. "Apa kamu pikir masih tetap bisa berada di sini setelah ada banyak bukti yang dibeberkan oleh Daniel, huh?"Seketika Monica langsung merasakan sesuatu yang janggal. Dia hampir saja melaporkan sesuatu."Jadi ... apa dia juga melaporkan ke polisi?""Bodoh! Daniel tentu saja melakukan hal itu! Kamu sendiri sudah mendengarnya di siaran langsung berita tadi, kan?" Bagaskoro melakukan ini semua juga demi kebaikan Monica. Mantan menantunya itu pasti tak akan tinggal diam saja dan setelah memberikan penyerangan, dia pasti akan menyeret Monica dan membuatnya mas
"Polisi? Kalian pasti salah. Aku tidak melakukan apapun!" Monica berteriak ketika keempat polisi itu mencoba untuk membawanya. Dia berbalik menatap Bagaskoro dan memohon, "Ayah, tolong! Aku nggak bersalah sama sekali!"Bagaskoro yang melihat itu hanya bisa diam sambil mengepalkan tangannya. Dia ingin menolong Monica, namun rasanya percuma saja karena surat penangkapan pun berada di tangan polisi. "Kamu ikut aja dengan mereka dan berikan kesaksian. Ayah akan cari cara supaya bisa membebaskan kamu."Seperti baru saja disambar petir di siang bolong. Monica melotot tak percaya. Bagaimana ayahnya bicara semudah itu?Dia adalah seorang model terkenal dan jika berita mengenai dirinya dibawa ke kantor polisi sampai tersebar, maka tamatlah sudah riwayatnya itu. Berita buruk menyebar sangat cepat seperti virus dan mustahil untuk dihentikan.Ketika Monica tengah memikirkan itu, dugaannya ternyata memang benar karena selain polisi yang datang ke villa ini, ada beberapa wartawan yang juga ikut dat
"Ini bukti lain bahwa sebenarnya ... Nona Monica selama ini mencoba untuk menyuap beberapa karyawan kita."Dion memperhatikan wajah Daniel dan dia kini susah payah mencoba untuk menelan salivanya. 'Dia pasti sangat marah,' batinnya."Seberapa banyak informasi yang sudah bocor?""Saya belum bisa memastikannya lebih jauh. Tapi Nona Monica berhasil menyuap beberapa karyawan kita belum lama ini dan kemungkinan informasi yang didapatkannya juga belum banyak."Daniel menghela nafas berat. Dia benci harus berada di situasi seperti ini dan mengingat kembali mantan istrinya itu yang sudah bersikap sangat keterlaluan. Dia tahu tujuan utama Monica karena tentu saja wanita itu ingin menusuknya dari belakang menggunakan kelemahannya.Ketika memikirkan kembali alasan mengapa dulu dia jatuh cinta pada Monica, rasanya dia tak menyangka sama sekali kalau wanita yang sangat dicintainya itu ternyata telah mengkhianatinya seperti ini."Apa saya perlu memanggil beberapa karyawan yang telah bekerja sama den
"Mama dan Papa sudah memastikan sendiri keamanannya. Jadi kamu nggak perlu khawatir."Daniel berbalik menatap Sean yang ada di dalam gendongannya. "Kamu bosan, hm?"Dengan polosnya bocah lelaki itu menganggukkan kepalanya. Berada di ruang rawat inap selama seharian penuh membuatnya merasa jengah. Terlebih lagi bau obat-obatan yang menyengat.Namun Sean sadar kalau ayahnya saat ini tengah gelisah. Dia pun mengangkat kepalanya dan bertanya, "Papa marah karena Sean main diluar?""Enggak, kok." Daniel tersenyum tipis sambil mengelus kepalanya dan menambahkan, "Papa cuma khawatir aja. Kalau Sean bosan, boleh keluar. Tapi ingat, harus sama Nenek atau Kakek, ya?"Wajah Sean berubah jadi sumringah. Dia dengan semangat langsung mengangguk dan memeluk erat Daniel. Kepalanya itu disandarkan pada pundak sang ayah. Kehangatan Daniel semakin bertambah dan Sean merasakan jarak diantara mereka berdua makin berkurang. Padahal Daniel selama ini jarang memperlihatkan sosok yang lemah lembut. Sean memej