“Bee, ternyata kalau sakit gini nggak enak ya. Padahal aku pikir sakit itu enak, diperhatikan terus, makan disuapi, disayang-sayang, tapi ternyata ada satu yang nggak bisa dilakuin jika kita sakit,” kata Haidar sembari menatap wajah cantik sang istri yang berbaring di sampingnya.
“Apa?” tanya Andin pada suaminya sembari membelai rambut laki-laki tampan yang sedang sakit dan tidak berdaya.
“Menghukum kamu,” jawab Haidar sembari tersenyum, “Kamu hukum aku dong, Bee! Kasihan nih jagoanku, aku sakit dia juga jadi ikutan sakit karena gak dapat jatah vitamin.”
Haidar memohon kepada wanita cantik itu. Ia berharap dengan berhubungan badan, akan menambah semangat dan segera pulih dari sakitnya.
Andin bangun dari tidurnya, ia terduduk di samping sang suami. “Astaga! Kamu pengin mati? Pikirin aja kesehatan kamu! Kalau udah sembuh mau sehari tiga kali atau lebih pun aku jabanin,” kata Andin sedikit menaikkan
"Pendengarannya tajam sekali," gumam Haidar setelah sang istri keluar dan menutup pintu kamarnya.Ketika ia ingin memejamkan mata, terdengar bunyi dari ponselnya. Laki-laki itu mengambil benda pipih yang ia taruh dekat bantal."Ada apa dia nelpon?" gumam Haidar sembari menatap layar ponselnya, "Kalau aku jawab, nanti dia tahu kalau aku juga lagi liburan di tempat tidur. Bisa-bisa dia langsung pulang dari liburannya."Haidar pun mematikan ponselnya, lalu menaruh kembali di dekat bantal. Ternyata yang menelponnya di jam segini adalah Baron, sang asisten. Ia tidak mau membuat asistennya yang sedang bulan madu menjadi khawatir jika tahu keadaanya sekarang.Laki-laki yang sudah lebih dari dua puluh tahun mengabdikan diri kepada keluarga Mannaf Dan selalu siap melayani Haidar kapan pun dan di mana pun.Haidar kembali memejamkan mata karena ia begitu lemah, hanya tidur saja aktifitasnya seharian ini. Bahkan untuk ke kamar mandi saja ia harus dibantu
Andin duduk di pinggiran tempat tidur sembari melipat kedua tangannya di bawah dada. Memandang wajah tampan suaminya yang tampak lesu.“Kenapa nggak boleh? Kamu ‘kan udah mati,” tanya Andin pada laki-laki yang sedang terbaring karena sakit sembari menahan senyumnya.“Aku ‘kan belum mati, Bee,” sahut Haidar dengan sewot. Memiringkan badannya membelakangi wanita cantik yang sedang menggodanya.Ia berharap wanita cantik itu menjawab pertanyaannya dengan melarangnya untuk berbicara seperti itu, tapi di luar dugaan sang istri ternyata tampak bahagia jika ia sudah tiada.“Tadi kamu ‘kan bertanya kalau kamu udah mati aku mau nikah lagi nggak? Ya aku jawab iyalah, aku ‘kan wanita muda yang masih butuh belaian dari laki-laki perkasa yang akan membahagiakan aku lahir dan batin,” kata Andin sembari tersenyum yang tidak mungkin dilihat sang suami karena laki-laki itu berbaring membelakanginya. “K
Sebelum menyuapi laki-laki yang sangat ia cintai, Andin menyeka keringat yang mengucur dari kening suaminya. "Boo, cepet sembuh dong! Aku sedih kalau lihat kamu kayak gini," kata wanita cantik yang sedang mengelap keringat di wajah suaminya. "Iya, Bee." Haidar tersenyum manis pada ibu muda yang melahirkan anak-anaknya. "Aku boleh duduk nggak?" tanya Haidar pada sang istri. Sebelumnya Andin menyuruh laki-laki tampan itu untuk tetap berbaring supaya tidak banyak bergerak dan tidak banyak mengeluarkan tenaga yang akan membuatnya kelelahan. "Boleh aja kalau kamu nggak pusing," kata Andin yang direspons dengan gelengan kepala oleh suaminya. Kemudian, ibu dua anak itu membantu suaminya untuk bangun. Lalu, menumpuk dua bantal di belakang tubuh sang suami supaya laki-laki itu bisa bersandar dengan nyaman. "Makan yang banyak ya supaya kamu cepat sembuh!" titah Andin pada suaminya. Lalu, ia menyuapkan satu sendok makan bubur
“Bee, obatku mana?” tanya Haidar pada wanita cantik yang sedang membereskan bekas makannya. Haidar ingin segera pulih dari sakitnya, ia tidak mau sang istri menikah lagi dengan orang lain kalau sampa ia tidak bisa sembuh.Wanita cantik itu menoleh pada laki-laki yang sangat bersemangat untuk sembuh. “Bentar dong, Cinta,” sahut Andin sembari tersenyum.“Bee, tolong carikan suplemen supaya aku awet muda!” titah Haidar yang membuat wanita cantik itu tergelak mendengar ucapan suaminya.Haidar tidak mau kalau ia terlihat semakin tua, jarak usia di antara mereka yang lumayan cukup jauh membuatnya khawatir kalau sang istri akan melirik laki-laki yang lebih muda dan gagah darinya.“Untuk apaan?” tanya Andin sembari tertawa pelan, “Olah raga aja kalau pengin sehat terus, kebanyakan suplemen juga nggak baik, Boo.” Andin mendekatinya dan duduk di samping sang suami. “Walaupun rambut kamu sudah memutih
Andin mengecup bibir laki-laki tampan itu sekilas. "Nggak usah lama-lama nanti ketagihan," ucap Andin sembari tertawa geli. "Baiklah," ucap Haidar sembari membasahi bibirnya dengan lidah. "Kalau aku sembuh, kamu nggak bakal aku lepaskan, hingga kamu lupa kalau aku sudah tua." Andin tertawa geli mendengar ucapan suaminya. "Aku nggak akan lupa kalau suamiku udah tua, sebentar lagi rambutmu akan memutih, kulit mulai keriput, tenaga mulai berkurang, pesonamu hilang sudah Tuan Haidar Mannaf," ucap Andin di dekat telinga laki-laki tampan itu. Andin menatap wajah tampan suaminya dengan lekat. "Kamu akan tua lebih cepat, sedangkan aku masih terlihat lebih muda." Haidar menelan salivanya dengan susah payah. "Apa itu artinya kamu akan berpaling kepada laki-laki yang lebih muda dari aku?" "Tergantung," sahut Andin sembari melipat kedua tangannya di bawah dada. "Tergantung apa?" Haidar kembali khawatir kalau sang istri akan meninggalkannya jika ia
“Apanya yang disengaja?” tanya wanita seksi yang baru keluar dari kamar mandi tanpa ada sehelai benang pun yang menutupi tubuhnya yang sintal. “Kenapa kamu keluar nggak pakai handuk?” tanya Haidar yang terus memandangi lahan gundul yang berada di bawah perut istrinya. “Di dalam nggak ada handuk,” jawab Andin dengan santainya sembari menghampiri sang suami yang terus memandangnya tanpa berkedip. “Alasan aja! Bilang aja kamu mau menyiksa aku,” sahut Haidar, “Si Jagoan nggak sakit, kalau sampai dia bangun gimana? Bisa berabe kalau aku nggak bisa menjinakkannya.” Wanita seksi itu berdiri di hadapan sang suami, menaikkan satu kakinya ke atas tempat tidur yang membuatnya terlihat semakin menggairahkan. “Apa aku kurang seksi?” tanya Andin sembari mengibaskan rambutnya yang basah, sehingga sisa air yang ada di rambutnya menyiprat ke wajah laki-laki tampan itu. “Tuh ‘kan jagoanku jadi bangun,” kata Haidar sembari mengelus-elus senjata keperkasaannya di
“Kamu cium aroma ketiakku,” ucap laki-laki tampan yang sudah terlihat lebih segar sejak diterapi oleh istrinya.Haidar menjadi lebih segar karena mengeluarkan banyak keringat setelah menjinakkan jagoannya. Laki-laki itu sangat bersemangat setelah melihat tubuh sintal sang istri yang polos tanpa ada sehelai benang pun yang menutupi tubuh mulus wanita seksi yang sudah melahirkan dua anaknya.“Aku suka aroma ketiakmu,” ucap Andin, “Asem-asem sedep.” Andin tetawa terbahak ketika Haidar makin mengimpit kepalanya.Andin merasa nyaman jika tidur di bawah ketiak suaminya. Aroma dari daerah berbulu itu benar-benar membuat ibu muda itu kecanduan. Bahkan wanita cantik itu mencium dan menghirup bau sedapnyaWamita seksi itu melepaskan diri dari himpitan tangan kekar sang suami. “Bagaimana terapi si Jagoan? Sukses?” tanya Andin sembari merapikan rambutnya yang berantakan akibat ulah suaminya.Ia sengaja tidak mema
Andin mengusap wajah Haidar dengan telapak tangannya. "Nanti kamu bengek kalau aku genjot," cibir Andin sembari tertawa geli."Memangnya aku terlihat selemah itu ya?" Haidar menangkup wajahnya dengan kedua telapak tangan."Kamu nggak lemah, tapi kamu laki-laki yang kuat." Andin meraih tangan suaminya, mencium tangan yang telah memberikan nafkah untuknya dengan mesra. "Kamu nggak punya penyakit yang serius 'kan?"Haidar terdiam beberapa saat sambil menatap wajah cantik istrinya. "Aku-"Terdengar suara dering ponsel Haidar yang membuat ia menghentikan ucapannya. Laki-laki itu meraih ponselnya, menatap layar ponsel itu, lalu menaruhnya kembali."Kenapa nggak dijawab? Itu telpon dari siapa?" tanya Andin yang penasaran karena Haidar menelungkupkan layar ponselnya."Itu dari Baron, sudah dua kali dia menelpon, tapi nggak aku jawab," balas Haidar, "Kalau sampai Baron tahu aku sakit, dia pasti pulang dari bulan madunya.""Harusnya kamu