Share

378. Benih Unggul

"Kamu jangan ngomong kayak gitu! Kita akan merawat anak-anak berdua sampai tua nanti," kata Andin tanpa melepas pelukannya.

"Terus kenapa kamu bicara seolah-olah aku akan segera mati?" Haidar melepas pelukan istrinya. Lalu, menatap wajah sang istri yang sedang menitikkan air mata. "Kenapa kamu menangis?" Haidar menyeka air mata yang menggenang di pelupuk mata sang istri.

"Aku sedih kamu sakit-sakitan terus. Kamu jadi jarang hukum aku," jawab Andin sembari memonyongkan bibirnya. Ia terpaksa berbohong pada sang suami. Padahal dalam hatinya ia begitu khawatir dengan kesehatan suaminya.

'Aku pikir Riko udah bilang macam-macam,' ucap Haidar dalam hatinya.

"Kamu sehat 'kan, Boo?" Andin menatap lekat wajah sang suami.

"Aku sehat," jawab Haidar, "Setelah minum teh manis, sekarang jadi lebih segar. Tapi, aku lapar sekali, Bee." Haidar merengek sembari mengusap-usap perutnya.

"Ya ampun aku lupa, semua isi perutmu 'kan sudah keluar semua ya," Andin ter

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status